Anda di halaman 1dari 3

Kisah Nabi Adam ALAIHISSALAM

Saat itu, bangsa malaikat dan bangsa jin tinggal di dalam surga. Setelah Adam selesai
diciptakan dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam, Allah kemudian meniupkan roh
padanya. Adam pun kemudian juga ditempatkan di surga. Seluruh makhluk lantas diperintahkan
Allah untuk bersujud kepada Adam.

Malaikat yang memang makhluk paling taat segera melakukan perintah tersebut. Malaikat
pun bersujud kepada Adam. Sedang Iblis yang berasal dari bangsa jin enggan untuk bersujud kepada
Adam. Iblis menganggap bahwa dirinya lebih baik daripada Adam. Allah menciptakan Iblis dari api,
sedangkan Adam diciptakan Allah dari tanah. Maka sepantasnya bukan dirinya yang harus bersujud,
tapi Adamlah yang harus bersujud kepadanya. Pembangkang Iblis ini merupakan bentuk
kesombongannya.

Kesombongan Iblis di hadapan Allah benar-benar tidak terampuni dan terlewat batas. Siapa
saja tidak patut menyombongkan dirinya di dalam surga apalagi menentang dan menantang perintah
Allah. Allah murka dan mengutuk Iblis.

Iblis terkutuk menerima dan memohon kepada Allah supaya ditangguhkan atau tidak akan
mati sampai manusia dibangkitkan pada Hari Kiamat. Allah mengabulkan dan menjadikan Iblis
golongan jin yang hidup abadi tapi termasuk golongan yang terhina dan terusir dari surga. Iblis
berjanji bahwa ia akan berusaha menyesatkan manusia agar jauh dari Allah. Iblis juga berjanji akan
menggoda manusia dari segala arah sampai tidak ada yang menaati Allah lagi. Allah berkata, bahwa
Iblis dan siapa saja yang mengikutinya akan mengisi neraka Jahanam. Dan sebaliknya Allah akan
menjadi Penjaga kepada siapa saja yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya dan mengikhlaskan diri
dalam beribadah kepada-Nya.

lblis terusir dan menjadi sangat mendendam. Adam sendiri lantas mendiami surga di mana
dia tidak akan kelaparan, tidak akan telanjang, tidak akan dahaga, dan tidak akan ditimpa panas
sengatan matahari. Setelah sekian lama tinggal di dalam surga, Adam merasa kesepian walau
bersama dengan malaikat. Dengan kehendak Allah, Adam mendapat seorang pendamping atau istri
di dalam surga. Malaikat bertanya-tanya kepada Adam, siapakah yang telah menjadi pendamping
Adam tersebut. Adam pun dengan ilham dari Allah menjawab bahwa istrinya tersebut bernama Hawa.

Mulai sejak itu, Adam dan Hawa mendiami surga dalam hidup penuh kebahagiaan. Allah
melimpahi surga dengan segala hal yang menjadi kebutuhan Adam dan Hawa. Namun dari segala
hal tersebut, terdapat sebuah pohon yang disebut pohon khuldi yang terlarang didekati oleh Adam
dan Hawa. Allah memperingatkan bahwa Adam dan Hawa akan menjadi celaka dan termasuk orang
yang zalim bila sampai mendekati dan memakan buah dari pohon tersebut.

Adam dan Hawa hidup tentram dan nyaman di surga. Suatu waktu datanglah penggoda.
Syaitan salah satu golongan Iblis yang terkutuk mendatangi Adam dan Hawa. la berusaha menggoda
dan menjerumuskan Adam dan Hawa. Syaitan berkata dengan membanding-bandingkan Adam dan
Hawa sebagai manusia dengan malaikat. Bahwa malaikat akan menjadi penghuni surga yang abadi,
sedang Adam dan Hawa akan menjadi khalifah di muka Bumi. Bangsa malaikat hidup dengan
kelimpahan nikmat tiada henti dengan hidup abadi di surga. Sedang Adam dan Hawa tidak akan
dapat seperti malaikat.

Syaitan mengatakan bahwa ia tahu caranya agar Adam dan Hawa bisa seperti malaikat.
Syaitan mengatakan bahwa Adam dan Hawa harus mendekati pohon khuldi. Syaitan juga membujuk
mereka untuk memakan buah dari pohon tersebut. Akhirnya Adam dan Hawa pun tergoda bujukan
syaitan untuk memakan buah dari pohon khuldi.

Setelah merasai dan memakan buah dari pohon tersebut, kemudian tampak dan terbukaIah
aurat mereka berdua. Karena muncul rasa malu dengan susah payah masing-masing berusaha
menutupi aurat yang tampak dan terbuka itu dengan dedaunan yang ada di sekitar mereka. Seketika
sadarlah Adam dan Hawa akan kekeliruan dan dosa mereka. Larangan yang Allah peringatkan tetapi
justru telah mereka langgar. Pohon yang sama sekali jangan mereka dekati kini malah telah
menampakkan aurat mereka sendiri. Rasa penyesalan yang sedalam-dalamnya muncul, Adam dan
Hawa kemudian bertobat dan memohon ampunan Allah. Allah memberikan ampunan-Nya serta
menjatuhkan hukuman yakni memerintahkan Adam dan Hawa pergi dari surga dan turun ke muka
Bumi.

Berbekal pengetahuan dan beberapa kalimat-kalimat dari Allah, Adam dan Hawa turun ke
muka Bumi. Saat diturunkan ke Bumi, Adam dan Hawa saat itu terpisah di dua tempat yang berbeda.
Adam merasakan kehilangan dan mencari-cari keberadaan Hawa, sedang Hawa sendiri pun
demikian pula. Di muka Bumi yang terhampar luas itu, dengan susah payah mereka terus-menerus
saling mencari. Terhitung selama 40 hari barulah kemudian mereka berjumpa di sebuah bukit di
jazirah Arab yang kemudian disebut dengan Jabal Rahmah. Macam-macam rasa muncul, bahagia,
sedih, terharu, kasihan, dan rasa sayang. Adam dan Hawa akhirnya berkumpul dan menyatu kembali
seperti sewaktu di dalam surga. Allah kemudian menjadikan Adam sebagai seorang nabi pertama di
muka Bumi.

Adam dan Hawa kemudian dikarunia banyak keturunan. Hampir kesemuanya anak-anak
Adam dan Hawa terlahir sebagai anak-anak kembar, seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Setelah beberapa pasang anak Nabi Adam Alaihissalam lahir, mereka kesemuanya hidup sesuai
dengan ajaran dan petunjuk-petunjuk dari Allah.

Mulailah pengajaran Nabi Adam Alaihissalam kepada anak-anaknya agar mengikuti


perintah Allah. Selain itu ada hal penting juga yakni mengingatkan bahwa manusia memiliki musuh
yang nyata dan abadi yakni syaitan yang terkutuk. Golongan Iblis yakni syaitan tidak pernah akan
berhenti dan tidak akan pernah menyerah sampai hari kiamat untuk mengajak sebanyak-banyak
keturunan Adam kepada kesesatan.

Waktu di Bumi terus berlalu, Nabi Adam Alaihissalam bertambah terus umurnya. Segala
perintah dan larangan Allah dijalankannya bersama Hawa dan anak-anaknya. Disebutkan bahwa
anak kembar yang pertama dan anak kembar yang kedua dari Nabi Adam Alaihissalam dengan Hawa
telah mencapai usia dewasa. Anak kembar yang pertama bernama Qabil dan lqlima, dan anak
kembar kedua bernama Habil dan Labuda.

Allah menurunkan perintah kepada Nabi Adam Alaihissalam agar menikahkan anak-anak
pasangan pertama dengan pasangan kedua secara bersilangan. Qabil dengan Labuda, dan Habil
dengan Iqlima. Nabi Adam kemudian memberitahukan perintah Allah tersebut kepada anak-anaknya.
Saat itu datanglah syaitan yang terkutuk dengan kepentingannya membujuk dan menghasut.

Salah seorang anak Nabi Adam yakni Qabil menilai keputusan untuk menikahkannya
dengan Labuda adalah keputusan yang keliru. Qabil tidak mau menerima keputusan tersebut. Ia tidak
mau menjalankan perintah Allah dan Nabi Adam Alaihissalam, ayahnya. Qabil berkata bahwa dirinya
lebih pantas menikah dengan Labuda. Rupanya syaitan telah banyak memengaruhi pendirian Qabil.
Qabil sendiri sepertinya telah lupa bahwa syaitan adalah musuh manusia yang sangat nyata dan
sangat membenci ketaatan kepada Allah.

Nabi Adam kemudian memohon kepada Allah agar diberi petunjuk mengenai
permasalahan anaknya Qabil tersebut. Allah mendengar dan memberi Nabi Adam petunjuk. Nabi
Adam diperintahkan untuk mengadakan persembahan qurban. Siapa yang qurbannya dipilih Allah
maka dialah yang lebih pantas untuk menikah dengan Iqlima.

Qabil dan Habil mulai bersiap untuk melakukan persembahan qurban. Nabi Adam
kemudian menentukan hari persembahan. Ketika hari itu tiba, Qabil dan Habil diminta menaruh
persembahan mereka di atas puncak bukit. Tak lama kemudian Allah pun telah memberi kan pilihan.

Dipuncak bukit diketahui, bahwa persembahan qurban yang diterima oleh Allah adalah milik
Habil. Qurban yang diterima tersebut adalah qurban seekor binatang peliharaan yang sangat sehat
dan besar, tidak ada cacat sama sekali. Sedang milik Qabil yang ditolak adalah persembahan yang
berasal dan hasil-hasil pertanian berupa sekarung gandum yang jelek dan buah-buahan yang telah
membusuk. Tidak berbeda jauh dengan keputusan semula, Nabi Adam Alaihissalam lalu
memutuskan dan menetapkan bahwa Qabil menikah dengan Labuda dan Habil menikah dengan
lqlima.
Qabil tetap belum bisa menerima keputusan tersebut. Muncullah rasa kecewa bertumpuk-
tumpuk di dalam dirinya hingga menjadi rasa dendam. Sesungguhnya kehebatan syaitan sebagai
musuh manusia yang taat dan beriman tidak boleh diremehkan. Qabil, putra Nabi Adam Alaihissalam
akhirnya menjadi gelap mata. Hasutan syaitan telah memperdayanya dan membuatnya mengikuti
jalan sesat.

Suatu hari, Qabil mengajak Habil pergi ke suatu tempat dan kemudian Qabil pun
menjatuhkan tangan jahat pada Habil. Saudaranya tersebut akhirnya meninggal karena dendam yang
dipanas-panasi syaitan. Qabil tertegun, gemetar dan bingung, menjadilah dia orang yang celaka
sepanjang dunia. Mayat Habil lalu dikuburkannya karena terilhami seekor burung gagak, setelah itu
Qabil pergi jauh tak tahu ke mana. Sedang syaitan tertawa puas dengan kemenangan keduanya.

Hikmah Kisah Nabi Adam :

1. Alam semesta dan segala isinya, malaikat, jin dan manusia dan makhluk-makhluk lainnya
diciptakan oleh Allah Robbal ‘Alamin.
2. Kesombongan dan keangkuhan Iblis adalah perbuatan yang sangat durhaka kepada Allah,
dan jadilah Iblis penghuni neraka Jahanam selamanya.
3. Semangat dan kegigihan Iblis seolah tidak pernah surut sampai Adam akhirnya melanggar
perintah Allah.
4. Keimanan dan ketaatan kepada Allah tidak boleh kalah dari semangat dan kegigihan Iblis.
5. Segera menyadari kesalahan dan menyesalinya kemudian bertaubat dan memohon
ampunan Allah juga mohon perlindungan-Nya agar terhindar dari godaan syaitan.
6. syaitan benar-benar mempunyai kehebatan dan kecerdikan untuk menjerumuskan manusia
dari sirothol mustaqim, sungguh syaitan musuh yang nyata bagi manusia.
7. Tidak akan terpedaya oleh syaitan selama berada dalam sirothol mustaqim dan mengikuti
petunjuk-petunjuk Allah dengan mengikhlaskan diri dalam beribadah kepada-Nya.
8. Memberikan yang terbaik dari yang dimiliki sebagai bentuk persembahan qurban kepada
Allah.
9. Iri hati dan dengki bisa berubah menjadi kecewa dan dendam yang pasti akan terjebak
perangkap syaitan yang sedang mencari pengikut untuk menjadi penghuni neraka Jahanam.

Anda mungkin juga menyukai