Nim : 201910692
Prodi : Teologi
Tesis Pengarang:
Menolong banyak pelajar dan pencinta Alkitab, membahas topic-topik yang sekaligus
penting dalam Perjanjian Lama dan aktual bagi masyarakat sekarang. Pengarang tidak segan
mengajukan masalah-masalah yang muncul dalam Alkitan sendiri, lantas ia mencari solusi biblis
yang serentak menyapa masalah kita sekarang.
Sebagian besar perkataan Yesus dalam Injil dalam kesimpulan mereka merupakan
cerminan dan aspirasi jemaat mula-mula yang ditaruh pada bibir Yesus supaya terkesan berasal
dari-Nya langsung dan dengan demikian mempunyai otoritas untuk diterima sebagai pedoman
hidup jemaat. Untuk membuktikan historis ucapan dan ajaran Yesus dipakai teks-teks yang sama
sifatnya dengan teks Injil PB, yaitu teks religus. Dan sudah menjadi kodrat dari Injil PB untuk
menyatu dengan historis Yesus. Dalam studi modern Yesus sejarah, luas kanon PB yang diterima
sejak abad ke-4 AD kini dipersoalkan. Kanon Alkitab merujuk pada pada kumpulan kitab yang
diterima umat sebagai memiliki otoritas firman Allah pada dirinya sendiri dank arena itu menjadi
tolok ukur tertinggi bagi iman serta hidup umat. Kanon PB sendiri disahkan di Timur lewat Surat
Paskah Atan sius ke-39. Di situ untuk pertama kalinya dicantumkan daftar kanon PB seperti
yang kita kenal sekarang, juga dibedakan antara kanon yang menjadi sumber normative bagi
pengajaran gereja, tulisan-tulisan di luar itu, namun tetap boleh menjadi bacaan umat. Menafsir
kitab suci adalah usaha teologis yang tidak bebas nilai. Keterlibatan iman dalam membaca dan
memahami Alkitab merupakan merupakan keharusan yang tak dapat ditawar.
Teologi penciptaan ialah kepercayaan tentang Allah sebagai pencipta alam semesta yang
kompleks namun tertata rapi, termasuk juga sebagai penjaga kelangsungan dunia ciptaan yang
sekarang. Fakta bahwa Tuhan menyatakan diri dalam dunia ciptaan tidak berarti Ia dapat dikenal
begitu saja melalui alam tanpa bantuan wahyu. Itulah wahyu khusus di dalam sejarah banga
Isarael PL dan di dalam pribadi Yesus Kristus. Asal usul kejadian dunia dan segala isinya juga
ditemukan dalam mite-mite penciptaan dari penduduk-penduduk Kanaan dan bangsa-bangsa di
sekitar Israel kuno. Penciptaan bukanya tanpa disengaja ditempatkan pada awal Alkitab,
Harmoni dan tatanan, itulah dunia yang dijadikan Tuhan pada mulanya. Secara teologi,
penciptaan dalam Alkitab mempunyai arti lebih dari pada Allah menciptakan sesuatu ada tiga hal
ialah demonstrasi kuasa Tuhan, kemenangan atas khaos, dan dunia baik. Kekuasaan Allah atas
dunia tidak hanya berlaku pada waktu penciptaan pada awalnya, tetapi terus berlangsung dalam
tegaknya dunia.
Dalam usaha memahami posisi perempuan dalam PL pertama sekarang perlu dipahami
adanya perbedaan besar antara gambaran ideal dan keadaan factual sebagai given facts. Dalam
hal jabatan rohani PL juga melakukan diskriminasi atas perempuan. Status sosial dan posisi
hukum seorang istri dalam PL lebih rendah ketimbang yang terjadi di negeri-negeri sekitar Israel
kuno. Adanya perbedaan nilai tebusan ini dikarenakan jenis pekerjaan di Kemah Suci di
antaranya menyangkut pekerjaan kasar yang mengandalkan kekuatan fisik seperti membunuh
dan mengurbankan hewan, memasang, memreteli, dan memindahkan kemah suci. Maka
kesetaraan antar lelaki dan perempuan tidak perlu ddimengerti secara dangkal sebagai kesamaan
dalam segala peran dan aktivitas
Sepintas dalam PB ada kesan orang Yahudi sudah kehilangan status istimewanya sebagai
umat Allah, karena menghalang-halangi. Israel sisa tidak cuma merupakan jaminan bahwa Allah
tidak menolak Israel secara keseluruhan, tetapi lebih lagi, itu juga merupakan jaminan bahwa
Allah akan menyelamatkan seluruh Israel. Sejarah keselamatan terus barlanjut. Keselamatan
bangsa-bangsa bukan tujuan akhir. Akhirnya, Israel bangsa diselamatkan melalui suatu proses
yang ajaib. Kesatuan umat secara demikian tidak lepas dari strategi Allah yang pada mulanya
secara ekslusif memilih sebuah bangsa yang disebut Israel dari antara bangsa-bangsa. Proses
menjadi umat Allah dalam PB tidak sama keutamaan Israel. Gereja tidak memiliki unsur
kebangsaan yang bersifat religious seperti Israel.
Ada cara tafsir yang serius mengakui realitas rendahnya moralitas perang dalam PL.
konsep Tuhan sebagai perang pahlawan perang dalam PL dipandang sebagai primitive pra-
Kristen. Jadi nurani umat Kristen tidak perlu merasa terganggu dengan konsep ini sebab standar
moral teologis mereka bukan PL melainkan PB. Perang dalam PL sekalipun atas perintah Tuhan
tidak serta merta suci dalam pelaksananya. Pada lapis pertama, perang dalam PL secara prima
facie mendapat pembenar teologis. Dengan demikian, perang dalam PL dapat dikatakan
merupakan problem teologis dan reinterpretasi. Dengan reinterpretasi demikian, perang dalam
PL tidak akan menjadi model solusi konflik untuk masa kini, tetapi visi damainya harus
dikembangkan.
Di dalam doa tercermin gambaran pendoa tentang Tuhan. Keberania orang dalam PL
berdoa demikian disebabkan keyakinan yang mendasari mereka bahwa Tuhan pada dasarnya
adil. Dalam situasi yang tidak adil, umat berdoa agar Tuhan bertindak berdasarkan keadilan-Nya.
Klaim pendoa akan keadilan Tuhan tidak berarti ia merasa sebagai manusia tanpa dosa, tetapi ia
hanya mau membawa perkaranya kepada Tuhan yang menguji batin manusia dan sesuai dengan
itu memberi ganjaran yang setimpal. Doa sering ditarik ke ekstrem sebagai soal hati, bukan soal
tubuh, sehingga ada kecendrungan sebagai orang untuk sama sekali tidak memperdulikan
kepatuhan sikap tuuh ketika berdoa. Namun, tetang sikap tubuh dalam doa ternyata PL cukup
konsisten. Upaya umumnya doa dalam PL dilakukan sambil berdiri. Biasanya Kemah Suci dalam
PL merupakan tempat mempersembahkan kurban. Namun ketika Salomo menahbiskan Bait
Allah, dalam doanya ia mendeklarasikan bangunan itu juga sebagai tempat mempersembahkan
doa. Penekanan berdoa di gereja tidak perlu dikonfrontasikan dengan peringatan Yesus kepada
para murid supaya jangan berdoa dalam rumah ibadah seperti orang munafik.