Anda di halaman 1dari 2

BAB V

Meneladani Karakter dan Sikap Yesus


Dalam hidup, kita seringkali membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan model untuk
memperkembangkan diri. Tidak mudah menemukan seseorang untuk dijadikan model. Seseorang
dapat dijadikan model biasanya karena orang itu mengagumkan, ia memperlihatkan hal-hal yang luar
biasa bukan terutama sebatas apa yang dikatakannya, melainkan keteladanan nyata dalam
tindakannya. Bagi orang Katolik, model yang patut diteladani adalah Pribadi Yesus Kristus. Meneladani
Yesus tidaklah hanya berarti mengetahui apa yang dilakukan Yesus, tetapi terutama kesediaan dan
keberaniaan melakukan yang sama. Itulah yang secara tegas diinginkan Yesus sebagaimana dikatakan
dalam Injil Yohanes 13:35 “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-
Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

A. Yesus Sang Pendoa


Doa merupakan suatu sarana yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam doa
yang baik, terjadi suatu komunikasi yang timbal balik antara kita yang berdoa dengan Tuhan sendiri.
Ketika kita berdoa, Tuhan berkenan mendengarkan doa kita, dan sebaliknya dalam doa ada saat dimana
kita harus membuka hati untuk mendengarkan sapaan Tuhan yang menggema di dalam hati kita,
melalui bacaan Kitab Suci atau melalui meditasi dan permenungan pribadi.
Sering terjadi, dalam berdoa kita hanya meminta-minta saja kepada Tuhan, dan dalam permintaan kita
itu seolah kita memaksa Tuhan untuk mengabulkannya. Doa yang kita ungkapkan hendaknya secara
tulus nyatakan kepada Tuhan, bukan merupakan doa yang hanya terucap dimulut kita namun
tidak kita ungkapkan dengan sepenuh hati kita. Doa yang kita ungkapkan dengan sepenuh hati dan
dengan penuh iman, serta kita memohon sesuai dengan kehendak-Nya, maka Tuhan akan senantiasa
memberikan yang terbaik bagi kita.
Bagi umat katolik, teladan dalam hal doa tentulah Yesus sendiri. Pada saat Yesus berusia dua belas
tahun, Yesus menunjukkan prinsip hidup yang dimiliki-Nya. Kepada Maria dan Yusuf, saat mereka
mencari-Nya, Ia berkata: ”Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
(dalam Injil Lukas 2:49). Ia harus berada di dalam rumah Bapa, berada bersama Allah Bapa menjadi
prinsip hidup Yesus. Yesus juga mengajarkan kepada kita tentang berbagai sikap yang baik dalam
berdoa, serta isi doa yang baik seperti yang diajarkan-Nya kepada kita.

Doa Bapa Kami adalah suatu warisan ajaran Yesus kepada kita, yang kita ucapkan dalam setiap doa-
doa kita. Bahkan seringkali kita mempersatukan doa-doa kita dengan doa Bapa Kami yang telah
diajarkan Yesus ini. Hal ini seperti terungkap dalam Injil Matius 6:5-15. Pada bagian ini, melalui diskusi
dan refleksi akan bersama-sama diajak untuk mendalami bagaimana doa yang baik, unsur-unsur doa
yang baik dan benar (Pujian, Syukur dan Permohonan), sikap-sikap dalam berdoa dan teladan
Yesus dalam berdoa.
Doa Bapa kami merupakan salah satu warisan yang paling berharga, yang Tuhan Yesus berikan kepada
kita. Melalui doa ini kita diajak oleh Kristus untuk memanggil Allah sebagai Bapa, sebab kita telah
diangkat menjadi anak-anak Allah. Doa ini mengandung tujuh permohonan yang terbagi mejadi dua
bagian:
- yang bagian pertama untuk memuliakan Tuhan (Injil Matius 6:9-10)
- sedangkan bagian kedua untuk kebutuhan kita yang berdoa (Injil Matius 6:11-13). Doa ini
mengandung pujian/ penyembahan kepada Allah, penyerahan diri kita kepada-Nya, pertobatan
dan permohonan. (katolisitas.org)
Sikap berdoa yang baik disampaikan oleh Yesus, yaitu:
1) Masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi
2) Dalam berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.

B. Yesus Berbelas Kasih


Di dalam kehidupan kita saat ini, banyak kita jumpai orang-orang yang tersingkirkan, menderita dan
sengsara. Hampir disudut-sudut kota besar, kita jumpai orang-orang yang menderita, yaitu para
pengemis, gelandangan, anakanak kecil yang mengamen, membersihkan kaca mobil, memulung.
Orang-orang seperti ini merupakan orang-orang yang perlu mendapatkan perhatian kita. Dengan
perhatian dan pertolongan dari kita, maka orang-orang tersebut merasa diperhatikan dan merasa
diorangkan oleh sesamanya.
Walaupun demikian, sudah banyakkah dari kita yang mau untuk memperhatikan orang-orang yang
menderita tersebut? Dalam Kitab Suci secara jelas dan banyak kita jumpai tentang sikap lain yang
menunjukkan kualitas hidup Yesus, yaitu sikap belas kasih-Nya. Sikap belas kasih ini menampakan
sikap belas kasih Allah sendiri. Sikap belas kasih ini menempatkan diri Yesus pada posisi mereka yang
kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Sikap belas kasih Yesus tidak netral, melainkan memihak yaitu
memihak kepada kelompok yang tidak beruntung, kepada kelompok yang terpinggirkan dan
disingkirkan.
Pada kesempatan ini, kita diajak bersama mendalami sikap Yesus dan juga belajar dari Yesus tentang
bagaimana hendaknya kita berbelaskasih kepada orangorang yang miskin, menderita dan tertindas.
Pada umumnya orang ketika seseorang disakiti ia akan membalasnya dengan kejahatan pula. Bahkan
jika mungkin, pembalasannya dilakukan dengan lebih berat atau besar. Semangat “mata ganti mata”
dan “gigi ganti gigi”, semangat balas dendam masih tetap dipraktikkan banyak orang:
1. Kata “belarasa” sebenarnya untuk menggantikan kata “agape” (yang terlalu asing), “kasih”
(yang sudah kehilangan arti) dan “cinta” (yang artinya mendua). Secara harafiah, kata belarasa
berarti ikut merasakan menderita atau merasa bersama
2. Ciri-ciri khas orang kristriani adalah kasih (=belarasa). Salah satu kesulitan untuk
melaksanakannya adalah karena belarasa sekaligus berkaitan dengan emosi dan tindakan
kehendak. Membiasakan berbela rasa, berbelas kasih perlu dilakukan agar menjadi sebuah
keutamaan
Melalui sikap dan tindakan-Nya, Yesus ingin menyatakan cinta Allah kepada semua manusia tanpa
terkecuali. Kasih Yesus sungguh menguatkan dan meneguhkan orang lain, sehingga pada akhirnya
orang yang menderita merasa diselamatkan dan memuliakan Allah.
a. Tindakan Yesus yang menunjukkan sikap berbelas kasih yang lainnya tampak dalam perbuatan:
(a) menyelamatkan wanita yang tertangkap basah berzinah. (b) menyembuhkan orang sakit
kusta dan (c) menyembuhkan orang buta.

b. Yesus melakukan semua perbuatan kasih itu bukan demi mencari pengikut yang banyak,
bukan pula demi popularitas, namun semua itu dilakukan demi pembebasan orang yang
dikasihi-Nya, demi kebahagiaan orang yang dikasihi-Nya.

Anda mungkin juga menyukai