Anda di halaman 1dari 2

Bahan PA Inang : Yakobus 1:26-27

Tema : Ibadah Yang Murni


Tujuan : Agar kaum Perempuan dapat mempraktekan Ibadah yang murni
dengan suka berbagai terhadap orang yang lemah.

PENGANTAR
Ada istilah yang mengatakan “Kesalehan seseorang bukan hanya diukur dari perilaku
dalam ritual tertentu, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari”. Melalui pernyataan ini kita diminta
untuk melihat bagaimana peribadahan kita, apakah peribadahan kita hanya sebagai kegiatan
rutinitas? Salah satu contoh yang sering terjadi di tengah-tengah jemaat dalam mengikuti
peribadahan adalah peribadahan tersebut tidak memiliki dampak dalam praktek kehidupan sehari-
hari.
Relaitas kehidupan yang seperti itulah yang dihadapi oleh Yakobus ditengah-tengah
kehidupan orang Kristen pada waktu itu. Banyak orang yang mengaku telah menerima Yesus serta
mau mengikuti-Nya, tetapi bukti dari penerimaan tersebut tidak terlihat dalam kehidupan sehari-
hari mereka. Memang, dalam mengikuti peribadahan mereka sangat rajin dan taat dalam
membayar segala kewajiban yang telah ditetapkan. Tetapi yang ingin Yakobus sampaikan melalui
teks ini adalah kegagalan mereka dalam mengaplikasikan nilai-nilai iman dalam hubungan relasi
terhadap sesama manusia. Yakobus mengharapkan bahwa kepercayaan kita kepada Tuhan yang
kita akukan melalui mulut kita dapat terlihat melalui pertolongan yang kita berikan kepada orang
lain ( terkhusus kelompok yang terabaikan).

KETERANGAN
Dalam teks ini, ada 3 hal yang perlu diperhatikan serta mampu dihidupi dalam kehidupan
orang percaya yang telah hidup di dalam peribadahan yang sejati, yaitu: Pertama, “Mengekang
Lidah”. Salah satu lirik lagu lawas menyebutkan “memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-
kata, tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati”. Lirik lagu ini bisa mengisyaratkan
bahwa fungsi dan peranan lidah sangat sentral dalam kehidupan ini, termasuk di dalam pelayanan
kita. Melalui lidah kita mengeluarkan kata-kata yang enak untuk didengar sebagai buah dari
kepercayaan kita kepada Tuhan. Artinya, lidah adalah media yang potensial diberdayakan untuk
memperlihatkan pengenalan dan mewujudnyatakan kasih karunia dari Tuhan. Dalam hal ini lah
Yakobus mengingatkan kepada orang yang percaya supaya hati-hati dan cermat dalam
menggunakan lidah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Hal yang pasti bahwa lidah
memiliki multi fungsi dalam kehidupan manusia, bisa digunakan untuk membantu orang lain
semakin dekat dengan Tuhan, tetapi bisa juga digunakan untuk membuat orang semakin jauh dari
Tuhan. Oleh karena itulah Yakobus mengingatkan kepada kita yang telah menerima dan percaya
kepada Yesus supaya tetap mempergunakan lidah kita sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan
serta sebagai media untuk memperlihatkan bagaimana peribadahan kita yang sesuai dengan
kehendak Allah.
Kedua, “Mengunjungi yatim piatu dan janda-janda”. Dalam pemahaman orang pada
konteks Yakobus, peribadahan yang murni diukur melalui kesiapan seseorang untuk mengikuti
rutinitas peribadahan di rumah penyembahan. Sehingga, ketika kita bisa mengikuti dan
menghadiri setiap peribadahan setiap minggu serta menjalankan ibadah harian, maka sudah
pantaslah kita disebut memiliki peribadahan yang murni. Tetapi Yakobus, menjelaskan lebih jauh
bahwa rutinitas peribadahan minggu dan ibadah lainnya belum menunjukan peribadahan yang
sejati karena hal itu belum lengkap. Karena makna hakiki dari peribadahan kepada Tuhan bukan
hanya dalam kaitan yang vertikal (hubungan kepada Tuhan), tetapi terkait dengan hubungan yang
Horizontal (sesama manusia). Artinya, Yakobus ingin mengatakan bahwa pentingnya menjaga
hubungan kita kepada Tuhan tanpa menghilangkan hubungan terhadap sesama manusia. Kualitas
ibadah seseorang kepada Tuhan terkait erat dengan kualitas kita terhadap sesama manusia.
Sehingga, bukti dari kedewasaan iman seseorang serta peribadahan yang murni, Yakobus
menyebutkan haruslah kita mengunjungi, membantu dan memiliki simpati terhadap saudara-
saudara kita pada umumnya dan yang yatim-piatu serta yang janda pada khususnya. Inilah tanda
bahwa peribadahan kita sudah masuk dalam kategori bersih di hadapan Tuhan.
Ketiga, “menjaga diri agar tidak cemar”. Dunia dengan segala keindahannya sering sekali
membuat kita tergoda untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Kita
menginginkan untuk hidup sesuai dengan perintah Tuhan, tapi dikarenakan kelemahan kita
membuat kita hidup menurut kehendak kita sendiri. Masalah ini jugalah yang diingatkan oleh
Yakobus dalam teks ini. Peribadahan yang bersih juga berkaitan dengan menjaga kehidupan kita
dari pekerjaan-pekerjaan yang bisa membuat kita jatuh ke dalam dosa. Hal ini diingatkan oleh
Yakobus karena ada kecenderungan hidup dalam keinginan daging (hidup di dalam kehendak
Tuhan tetapi juga hidup dalam keinginan daging). Berkenaan dengan itulah Yakobus ingin
mengingatkan kita bahwa orang percaya harus bisa menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan
kepercayaannya. Katakan tidak kepada hal-hal duniawi, yang tidak sejalan dengan perintah Tuhan.
Walaupun susah dan berat, hal itulah yang menandakan bahwa peribadahan kita telah bersih di
hadapan Tuhan.

REFLEKSI
Kepercayaan seorang Kristen pastilah menunjukan kehidupan peribadahannya yang murni.
Peribadahan yang murni adalah peribadahan yang berdampak di dalam kehidupan sehari-hari.
Beribadah tanpa berbuat baik menunjukan peribadahan itu kosong, sedangkan berbuat baik tanpa
beribadah bukan sikap sebagai seorang yang percaya. Oleh karena itu keduanya ini merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi, di mana kita rajin dan taat untuk
beribadah sekaligus kita menunjukan buah dari peribadahan itu dengan melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai