Anda di halaman 1dari 3

HAKIKAT GEREJA YANG MELAYANI

1. MENJERNIHKAN PENGERTIAN “MELAYANI”


Dalam dunia bisnis-komersial, kita sering mendengar istilah service yang sebenarnya
berarti ‘pelayanan’. Hal ini kita bisa lihat pada bidang usaha jasa, misalnya pelayanan kendaraan
umum/transportassi atau pelayanan jasa bank. Birokrasi pemerintah juga sering menggunakan
istilah pelayanan. Semua aparat pemerintah sudah biasa dengan ungkapan “melayani rakyat atau
masyarakat”. Akan tetapi , dalam pengalaman sehari-hari jarang sekali kita menemukan anggota
birokrat pemerintah yang melayani rakyat/masyarakat dalam arti kata pelayanan yang
sebenanrnya. Seorang tokoh Kristen di Indonesia, Pendeta M.S Anwari, pernah mengemukakan
pendapatnya tentang mengapa birokrat di dunia Barat berbeda dengan birokrat di tanah air kita.
Katanya, meskipun dunia Barat sudah bersifat sekuler, tetapi pengaruh agama Kristen masih
sangat terasa. salah satu pengaruh tersebut adalah dalam sikap terhadap orang lain.
Pelayanan ini terbatas pada bidang ritual dan bidang ritual ini terutama menjadi urusan
jemaat yang bersifat parokial (seperti umumnya gereja-gereja di Indonesia). Masalahnya
sekarang, bagaimana melayani itu? Jika pelayanan diartikan umum sekali, justru kita bisa jauh
dari yang dimaksudkan dalam Injil mengenai arti pelayan.1
Kata “melayani” digunakan oleh perjanjian Baru juga dalam banyak arti. Ada empat
macam kata yang digunakan dalam bahasa aslinya, yaitu, diakoneo, douleo, leitourgeo dan
latreuo. Diakoneo berarti menyediakan makanan di meja untuk majikan. Orang yang
melakukannya disebut diakonos dan pekerjaannya disebut diakonia (lihat Luk. 17:8). Namun di
Lukas 22:26, 27 Yesus memberi arti yang baru bagi diakoneo, yaitu “melayani” orang yang
justru lebih rendah kedudukannya dari kita. Di 1 Petrus 4:10 kata diakoneo berarti menggunakan
karisma yang ada pada kita untuk kepentingan dan kebaikan orang lain.
Deuleo adalah menghamba yang dilakukan oleh seorang doulos (budak). Paulus
memakai kata itu unntuk menggambarkan bahwa kita yang semula menghamba pelbagai kuasa
jahat, dibebaskan oleh Kristus supaya kita bisa menghamba kepada Kristus (Gal. 4:1-11). Sebuah
kontras tajam diperlihatkan di Filipi 2:5-7, yaitu bahwa Yesus yang walaupun mempunyai rupa
Allah namun telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang doulos.

1
Emanuel G. Singgih, Reformasi danTransformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke-21
(Yogyakarta: Kanisius, 1997). hlm 15-16.
Leitourgeo berarti untuk kepentingan rakyat atau kepentingan umum sebagai lawan dari
bekerja untuk kepentingan diri sendiri. Orang yang berbuat itu disebut leitourgos dan pekerjaan
luhur itu disebut leitourgia. Kata itu juga dapat berarti melakukan upacara dan ibadah kepada
para dewa. Dari situ kita menggunakan kata liturgi untuk kata ibadah. Di Perjanjian Baru kata ini
digunakan dalam pelbagai arti. Pengumpulan uang untuk membangun gereja di Yerusalem
disebut leitourgia (2 Kor. 9:12), seluruh kehidupan kita patut menjadi leitourgia (Flp. 2),
membawa orang yang belum percaya sehingga menjadi murid Tuhan disebut leitourgia bagi
Tuhan (Rm. 15:16). Lalu di Ibrani 8:2 Yesus disebut leitourgia.
Latreuo berarti bekerja untuk mendapat latron yaitu gaji atau upah. Latreia juga bisa
berarti pemujaan untuk para dewa. Di Perjanjian Baru kata ini digunakan dalam arti menyembah
atau beribadah pada Tuhan (Mat. 4:10;Kis. 7:7). Penggunaan yang mencolok terdapat di Roma
12:1 di mana Paulus berpesan supaya kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai
logike latreia, artinya persembahan yang pantas.
Dalam pembahasan ini jadi pertanyaan buat kita, apa sebabnya kita didorong untuk
melayani Tuhan dan orang lain? Dasarnya adalah karena Yesus sendiri sudah melayani kita.
Tujuan hidupnya bukanlah untuk mendapatkan pelayanan, melainkan untuk memberikan
pelayanan. Isi hidup-Nya bukanlah dilayani, melainkan melayani (Mat. 20:28).
2. BAGAIMANA YESUS MELAYANI
Untuk mengetahui hal ini kita harus merenungkan beberapa bagian dari Perjanjian Baru.
- Markus 10:35-45
Di dalam perikop ini dua bersaudara, Yakobus dan Yohanes yang adalah murid-murid
Yesus, diam-diam minta kepada sang Guru agar diberi kedudukan yang tinggi di samping-Nya.
Dalam perikop sebelumnya (Mrk. 10:32-34) Yesus memberitahukan kepada para murid tentang
penderitaan yang akan diala. Pemberitahuan ini untuk ketiga kalinya! Tiga kali Yesus
menyampaikan tentang penderitaan. Tentu maksudnya supaya murid-murid merenungkannya.
Ternyata mereka tidak menggubrisnya, malahan meminta kedudukan. Akan tetapi, Yesus
memutar orientasi semacam ini. Mau jadi besar? Boleh saja. Mau jadi terkemuka? Silakan,
namun untuk menjadi demikian anda harus melayani seperti dalam (Mrk. 10:45).
- Markus 2:13-17
Dalam bacaan ini kita akan menemukan bahwa Yesus bergaul dengan orang Lewi yang
tidak disukai oleh umat Yahudi, entah karena mereka menjadi kaki tangan penjajah Romawi
entah mereka sebagai orang pajak yang tidak disukai orang di zaman itu. Yesus bergaul seperti
yang dikatakan-Nya: bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tapi orang sakit; Aku datang
bukan memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (ayat 17).
Mengapa Yesus tidak bergaul dengan orang-orang baik, yaitu “ahli-ahli Taurat dari
golongan Farisi” (ayat 16)? Karena Yesus mendahulukan mereka yang berdosa, yang
membutuhkan Dia. Di sini bukannya Yesus tidak adil. Yesus datang untuk semua orang tetapi,
justru karena itu, pelayanan-Nya bersifat mendahulukan yang lemah. Pengikut-pengikut Yesus
memahami hal ini.
- I Korintus 12:12-31
Di dalam perikop ini Paulus berbicara mengenai jemaat atau gereja yang diumpamakan
dengan sebuah tubuh. Tubuh itu banyak anggotanya. Semua sama-sama penting dan saling
membutuhkan. supaya pelayanan dapat merata, dan perlu kepekaan melihat mana yang paling
membutuhkan. “Malahan justru anggota-anggota tubuh yang tampaknya paling lemah yang
paling dibutuhkan” (ayat 22). Dalam kehidupan sehari-hari, umumnya kita memperhatikan yang
kuat. Di sini terbalik. Yang lemah didahulukan. Itu baru namanya adil. “Dan kepada anggota-
anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita beri penghormatan
khusus” (ayat 23). Paulus masih belum selesai: “Dan terhadap anggota-anggota kita yang elok,
kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok”
(ayat 23-24). Kalau kita tidak menggunakan prinsip mendahulukan, maka menurut Paulus pasti
terjadi perpecahan dalam tubuh (ayat 25).
Masih banyak lagi bagian-bagian dari Firman Tuhan yang dapat kita periksa untuk
mempelajari apa arti melayani. Akan tetapai, pemahaman terhadap tiga bagian Alkitab ini
kiranya cukup memberi kepada kita kesimpulan sebagai berikut: pelayanan berarti mengubah
orientasi: dari ingat diri sendiri (self interest, dengan pamrih) kita megarahkan diri pada
kepentingan orang lain. Dari pendalaman ini jelaslah bahwa pelayanan tidak bisa tidak
haruslah berdasarkan keadilan.2

2
Emanuel G. Singgih, Op. Cit., hlm. 16-20

Anda mungkin juga menyukai