Anda di halaman 1dari 3

Bahan Khotbah Minggu 05 Februari 2023 (SEPTUAGESIMA)

Evangelium : Yakobus 1:22-25

Thema : Hidup Benar Sesuai Dengan Hukum Tuhan

1. Pengantar
Surat Yakobus ini tergolong kepada surat-surat umum karena pada mulanya dialamatkan
kepada suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas
suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21) menunjukkan
bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina.
Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem
dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus,
Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19).

2. Penjelasan Teks
Penekanan firman sebenarnya sangatlah jelas dapat dilihat, tetapi hendaklah kamu
menjadi… (ay 22), kata menjadi disini dipakai Ginesye (Yun) yang memberi penekanan bahwa
kata perintah ‘menjadi’ itu bersifat secara terus menerus dan memberikan suatu dorongan untuk
menjadikan Firman itu bagian dalam kehidupan manusia. Sementara … menipu diri sendirii..
pada kata menipu dipakai kata paralogizomai (Yun) yang lebih menekankan pada kata
memperdaya secara terus menerus dan tidak berhenti.

Dalam ayat 23 dikatakan bahwa yang tidak melakukan Firman dan hanya mendengar,
seumpanya dia sedang melihat wajahnya sendiri di depan cermin. Ini mengartikan bahwa
Firman itu mutlak menjadi keharusan untuk dilaksanakan sebab itu perintah dan selayaknya
perintah itu harus dilaksanakan karena perintah disini bukan hanya perintah seperti yang biasa,
melainkan seumpama menyerupai amanat. Kata mukanya prosopon (Yun.) yang berarti wajah
asli, atau dengan pengertian jauh karakter asli, hal ini menekankan bahwa manusia sendiri
menatap dirinya yang kosong, tanpa adanya suatu pedoman hidup ataupun acuan hidup. Hal itu
tentunya sangatlah mengerikan, dikarenakan mengingat status manusia yang bergelimang akan
dosa, sehingga memerlukan suatu acuan untuk menjadi tiang tonggak hidupnya.

Hal tersebut kemudian dilanjutkan dengan pendalaman yang lebih tertuju kepada
sifat/karakter manusia itu, yaitu adanya penekanan kata “lupa” ephilanthanomai (Yun) yang
lebih menekankan kepada melupakan dan enggan untuk berbalik mengingatnya kembali. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dalam diri setiap manusia selalu ada sifat pelupa (atau dengan
sengaja melupakan), hal itu terjadi dikarenakan bahwa manusia itu sendiripun sangat sulit
untuk menerima bagaimana ketika ia diperhadapkan dengan sifat dan karakter aslinya sendiri.

Pada ayat 25 terdapat kata ‘meneliti’ parakypto (Yun) berarti tunduk untuk melihat, dan
mempunyai makna melihat dengan teliti. Terdapat juga kata ‘hukum kemerdekaan yang
sempurna’ . Ada cukup banyak pembahasan mengenai arti dari frasa ini, tetapi kalau dicermati di
Yak 2:12, lalu membaca di atasnya, sangat jelas bahwa Hukum Tauratlah yang dimaksudkan.
Kalau demikian, harus dipahami dengan jelas apa peran dari Hukum Taurat di dalam kehidupan
orang percaya. Sangat jelas bahwa manusia tidak menjadi selamat karena menaati Hukum
Taurat (Lihat Gal 2:16-21). Tetapi jelas juga bahwa orang percaya diselamatkan supaya mereka
berbuat baik (Efe 2:10, 2 Kor 5:15). Kita melihat di ay. 21 bahwa Firman Tuhan dapat
membebaskan orang percaya dari kuasa dosa dan dengan demikian tepat istilah firman
kemerdekaan. Kita melihat hal ini di Yoh 17:17 juga, di mana firman menguduskan orang yang
sudah percaya. Jadi kesimpulannya adalah Hukum Taurat merupakan kabar buruk bagi orang
yang belum percaya, karena fungsinya adalah untuk menyatakan dosa. Akan tetapi, bagi orang
yang sudah percaya, fungsinya tersebut menjadi kabar baik, karena ada kerinduan untuk
diubahkan/dikuduskan dan dosa yang dinyatakan bisa langsung diakui, ditanggalkan dan
diampuni. Dengan demikian manusia menjadi makin lama, makin merdeka dari dosa.
3. Aplikasi
Gereja tidak kekurangan orang yang mau mendengarkan pemberitaan Firman. Kita semua
senang mendengarkan pemberitaan Firman. Apakah semangat kita untuk mendengarkan
khotbah ini membuktikan bahwa kita sangat giat, bahwa kita sangat mengasihi Firman Allah?
Tidak selalu. Rasul Yakobus memberitahu kita bahwa agama dan semangat yang sejati terwujud
di dalam tindakan mendengar dan menjalankan firman bukan hanya sekadar mendengar saja

Kita harus dapat memahami, sebagaimana gereja GKPI adalah gereja yang mengadopsi
ajaran Luther, sepatutnya kita sadar bahwa pemberitaan Firman/khotbah merupakan puncak
atau klimaks dalam peribadahan. Oleh karena itu, tentulah harus ada kefokusan dalam
mendengar, karena sangat mustahil jika kita ingin mengaplikasikan Firman tanpa kita
mendengarkan penjelasan dari Firman tersebut. Firman harus juga dipahami sebagai tolak ukur
kehidupan yang benar, Firman itu menjadi landasan hidup orang Kristen dalam berperilaku.
Lain daripada itu Firman itu lebih dulu menempatkan kita kepada situasi Metanoia. Kita dapat
menggolongkan Firman itu melalui Fungsinya, yakni sebagai berikut :
1. Firman Sebagai Penguat
Kemampuan manusia untuk menyingkap seluruh perbuatan Allah dalam hidupnya memang
sangatlah terbatas, dengan kata lain ini menandakan bahwa kemampuan manusia memang
tidak seberapa di hadapan Tuhan. Manusia masih sangat sering jatuh dalam menghadapi
pergumulan hidupnya, dalam masa sulit itulah sering sekali manusia mengeluarkan banyaknya
persepsi tentang kebagaimaan Tuhan dan dalam masa itulah sering sekali terjadi penyerahan
diri total kepada Tuhan. Jelas bahwa Tuhan bukan menginginkan kita untuk datang kepadanya
hanya ketika kejatuhan kita dalam pergumulan kehidupan, akan tetapi haruslah dalam setiap
bagaimanapun kondisinya. Namun meskipun manusia itu pelupa, Tuhan tetap menguatkan
manusia itu sendiri melalui Firman, baik melalui ketika ia berkhotbah maupun ketika ia
menyampaikan Firman dalam bentuk perilaku yang ditunjukkan-Nya. Tentu, apa yang
ditunjukkan dan diberikan Tuhan tersebut kepada kita tidak boleh berhenti di dalam diri kita
sendiri, namun haruslah kita menyampaikannya/melakukannya secara terus menerus atau
berkesinambungan. Karena dengan demikianlah hidup yang berunsurkan kebenaran dan
kedamaian itu akan tercipta.
2. Firman Sebagai Cambuk
Cambuk dapat dipahami sebagai alat untuk menghukum orang-orang yang tidak sesuai
dengan aturan dan peraturan yang ditetapkan. Tentu setali tiga uang dengan Firman. Firman
itu tentu menjadi cambuk bagi orang-orang yang hidupnya tidak berkesesuaian dengan hukum
Tuhan. Penggenapan Kristus akan Hukum Taurat menjadi Hukum Kasih, sebenarnya
memperingan tata cara pelaksanaan hidup yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Tetapi
masih sangat banyak kita temui orang yang sudah mendengar pemberitaan Firman, akan tetapi
tidak mengaplikasikan atau tidak melaksanakannya, artinya apa ? artinya bahwa Firman itu
menjadi penghukuman atau cambuk bagi mereka yang sekonyong-konyong menyepelekan
akan pelaksanaan Firman. Penganggapan bahwa ketika sudah mendengar Firman Tuhan
berarti sudah diberkati dan tanggung jawabnya sebagai orang Kristen telah ditunaikannya
adalah jelas keliru. Tuhan, melalui Firman-Nya jelas ingin melihat buah dari pendengaran
Firman itu, jelas itu mengarah kepada perbuatan kita terhadap sesama maupun terhadap
Tuhan itu sendiri. Hal ini serupa dengan istilah Kristen ( Kristonos Yun) yang pengertiannya
adalah “Laskar Kristus” bukan seperti yang banyak dipahami yakni pengikut Kristus. Dari sini
juga harus dipahami, bahwa Kristus tidak mau bahwa orang yang percaya kepadanya hanya
sekedar menjadi pengikut, namun pelaksana/pejuang/pemberita. Dengan demikian jelas
bahwa firman haruslah dilakukan bukan hanya di dengarkan, itulahjuga yang menjadi dasar
etika hidup orang Kristen.

Sehingga dengan uraian diatas jelaslah kita mengetahui, melalui pelaksanaan akan Firman
Tuhan adalah merupakan jalan kita untuk memiliki hidup yang benar yang sesuai dengan
kehendak Tuhan, norma, etika dan lain-lain yang berhubungan dengan itu tentulah dasarnya
adalah Alkitab/Firman itu sendiri. Di dalam kita akan melaksanakan Firman itu kita jangan
lupa untuk meminta kekuatan dari Tuhan Allah agar kita semakin dimampukan untuk
melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai