Anda di halaman 1dari 11

Makna Kata λόγος Dalam Injil Yohanes 1:1-18 Dan Praktek λόγος Dalam

Kehidupan Orang Kritesn Yang Percaya

Inerles Alinan
Institut Agama Kristen Negeri Toraja
inerlesalinan28@gmail.com

ABSTRAK: Yohanes 1:1-18 Kitab injil ini lebih banyak memberikan keterangan
mengenai keilahian Yesus dibandingkan dengan kitab-kitab sinoptik, dan kitab ini
diawali dengan tulisan mengenai keberadaan Yesus sebelum segala sesuatu ada.
Dengan artian bahwa Firman itu adalah Allah sendiri yang turut berbicara
didalamnya. Dalam kehidupan kita sehari-hari kadangkali kita tidak
menampakkan makna logos yang sesungguhnya itu. Pasal 1:1 mengatakan bahwa
Allah menyebutkan dirinya sebagai Firman (λόγος) yang ada bersama-sama
dengan Allah ketika Allah menciptakan dan memberi hidup kepada segala
sesuatu. Firman itu menjadi manusia, yang kemudia turun kedalam dunia untuk
menebus dosa manusia. Kata λόγος dalam bahasa Yunani memiliki arti firman
atau perkataan, yang dikatakan atau difirmankan oleh Allah sendiri. Tafsiran kata
λόγος ini ditafsirkan oleh penulia dengan tujuan bahwa sudah adakah terapan
λόγος itu dalam kehidupan kita dan sudah adakah prakteknya dan prakteknya itu
apakah benar-benar terjadi atau hanya sekedar simbolisasi saja bahwa kita ini
adalah oleh yang percaya kepada Tuhan. Metode yang dilakukan oleh penulis ialah
metode tafsir historis yang kritis dan metode kepustakaan dengan membaca
buku-buku, jurnal-jurnal serta sumber yang paling pasti yaitu membaca dan
memahami isi Alkitab. Dan kesimpulan sesuai dengan ayat 12 yang mengatakan
semua yang menerima firman itu dan percaya maka merekalah yang empunya
kerajaan Allah, namun dalam prakteknya kadangkala λόγος itu tidak kita
praktekkan dengan baik.
Kata Kunci: Allah, Perkataan, Λόγος, Praktek, Kepercayaan.
ABSTRACT: John 1:1-18 This gospel provides more information about the divinity
of Jesus than the synoptic books, and this book begins with writing about the
existence of Jesus before all things existed. With the meaning that the Word is God
Himself who also spoke in it. In our daily life sometimes we do not show the true
meaning of the logos. Chapter 1:1 says that God refers to himself as the Word
(λόγος) who was with God when God created and gave life to all things. The Word
became flesh, who then came down, into the world to atone for this sins of
mankind. The word in Greek means word or words, which are said or spoken by
God himself. This interpretation of the word is interpreted by the author with the
aim that has it been applied in our lives and has there been any practice and has it
really happened or is it just a symbol that we are by those who believe in God.
critical historical interpretation and the method of literature by reading books,
journals and the most certain sources, namely reading and understanding the
contents of the Bible. And the conclusion is in accordance with verse 12 which says
all those who receive the word and believe then they are the ones who have the
kingdom of God, but in practice sometimes we do not practice it well.
Keywords: God, Words, Λόγος, Practice, Belief.
PENDAHULUAN
Begitu banyaknya, pandangan-pandangan dan makna kata dari λόγος itu
sendiri. Terkhususnya kita sebagai orang yang percaya keoada Allah, lebih
sering mendengarkan Firman Allah atau Perkataan Allah dengan berbagai cara
yang telah tersedia. Juga ada waktu tertentu untuk berfokus mendengarkan
λόγος itu dalam kehidupn kita. Namun realitanya bahwa banyak dari kita yang
tidak mengpraktekkan λόγος itu dalam kehidupan kita, baik terhadap sesama
kita maupun kepada Allah sendiri. Yohanes 1:1, Dalam konteks ini atau pasal
ini dapat dikatakan bahwa Allah itu adalah λόγος. Lalu bagaimana perbuatan
Allah dengan perkataan ini ialah bahwa Yohanes menggambarkan banya
mujizat, dalam beberapa kitab-kitab disana disceritakan bagaimana Allah
mengadakan mujizat-mujizat yang membuat orang tercenggang akan
perbuatan-Nya itu1. Tentu dengan Firmanlah Allah dapat melakukan sebuah
perbuatannya ini dan melalui kuasa Firmanlah Allah dapat melakukan semua
ini. Pada saat yang sama perbedaan Yesus dengan kita bahkan lebih nyata.
Selain dari peristiwa-peristiwa yang menunjukkan kemanusiaan-Nya, dan pada
sala satu peristiwa penampakan diri setelah kebangkitan-Nya, Ia menyediakan
makanan diatas api arang (Yoh 21:9) 2.
Ada tradisi yang sangat kuat, didukung dari bukti oleh sumber-sumber
purba, yang menyatakan bahwa penulisnya adalah rasul Yohanes dalam injil ini
sendiri tidak ada tunjukan tentang siapa penulisnya. Karena itu perlu kita
menimbang dengan seksama bukti luar itu untuk menentukan betapa ia dapat
dipercayai. Sekurang-kurangnya pada masa Irenaeus (150 M) orang mengakui
bahwa injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, dan kesaksian Irenaeus ini diperkuat
oleh kemungkinan bahwa ia berkenalan dengan tradisi otentik melalui
perkenalannya yang terdahulu dengan Polykarpus. Polykarpus tidak
menghunjuk kepada atau mengutip dari injil Yohanes dalam suratnya kepada
orang Filipi. Tapi ini tidak berarti bahwa dia tidak kenal Injil ini3. Sebaliknya ia
menuntun pembacanya kepada Firman (λόγος), yang dipersamakan dengan
Yeuss Kristus pada akhir prolognya. Tidak dapat disangkal bahwa, caranya
menjurus kepada peristiwa-peristiwa historis ini, mempunyai pengaruh besar
pada tafsiran keseluruhan kitab. Walaupun ada kemiripan sedikit antara
pengertian ini dengan ucapan dalam Yoh 1:3, namun ada perbedaan-perbedaan
yang menentukan dalam pemakaian istilah ini dalam kedua penulis ini. Philo
tidak pernah memikirkan λόγος selaku pribadi, pun dia tidak pernah
menuntunkeprawujudan λόγος ini secara tegas. Tapi perbedaan yang sangat
penting antara keduanya ialah penyangkalan Philo akan sesuatu inkarnasi
Firman dan pengarisbawahan yang jelas dari Yohanes bahwa Firman telah
menjadi manusia. Dengan ini bahwa Tuhan Yesus sendiri menjelma sebagai
manusia untuk datang kedunia dengan menerapkan perkataan yang telah
dikatakan oleh Bapa-Nya sendiri. Jelas bahwa Allah adalah Firman, dan Firman
itu telah menjadi manusia. Hal ini sangat dipahami dan hal ini juga tentu harus
dipraktekkan dalam kehidupan kita, mempraktekkan perkataan atau λόγος

1 Anggota Ikapi, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011),

1620.
2
Donald Guthrie, Terologi Perjanjian Baru 1-Allah, Manusia, Dan Kristus, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2018), 248.
3
A. Simanjuntak, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, (Jakarta: Bpk Gunung
Mulia, 1981), 258.
dalam kehidupan kita, kadang manusia hanya mendengarkannya saja namun
prakteknya dalam kehidupan tidak ada, ketika dilanda suatu masalah maka
manusia akan mempersalahakan Tuhan. Apa sebenarnya yang dimaksud denga
orang Kristen yang percaya?, orang kristen yang percaya ialah mereka yang
benar-benar melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Alkitab adalah
segala sumber dari Firman Allah itu sendiri. Alkitab memang memiliki
pandangan yang berbeda-beda dari para ahli, mulai dari pendapat bahwa
Alkitab memiliki kesinambungan yang mengherankan, sebagaimana banyak
fakta dan beritanya yang terjalin erat yang menyatakan Anak Allah yang
Tunggal, Juruselamat kita yang hidup.
1. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun artikel yaitu dengan
metode kepustakaan, yaitu dengan membaca buku-buku yang ada
diperpustakaan, serta jurnal-jurnal yang ditulis oleh dosen-dosen dikampus
IAKN Toraja. Selain dari membaca beberapa referensi yang ada, juga Alkitab
menjadi sumber untuk menafsirkan sekaitan dengan injil Yohanes. Mencari
referensi buku-buku ini memiliki tujuan agar penulia dapat mengetahui
simbol-simbol yang ada dalam teks serta mendalami apa makna dari λόγος itu.
Tidak hanya itu model penelitian ini juga dilakukan dengan sedikit wawancara
dengan beberapa mahasiswa yang mengetahui dari topik yang akan dibahas.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Firman Dengan Allah Dan Peranan-Nya Dalam Penciptaan.
Pada ayat 1-2, dikatakan disitu bahwa pada mulanya sama halnya dengan
Kej 1:1 yang menampakkan gambaran λόγος dalam hubungannya dengan
waktu sebelum Allah menciptakan alam semesta. Permulaan (arche)
hendaknya tidak hanya dimengerti secara temporal, melainkan juga
mengisyaratkan yang pertama4, baik dari segi kepentingannya (kosmis)
maupun dari segi waktu (temporal). Firman bersama Allah dan firman adalah
Allah berbicara mengenai misteri Firman karena menampilkan, baik identitas
Allah dan Firman-Nya (theos en ho logos) maupun juga ciri kepribadian-Nya-
Firman adalah bersama (pros) Allah. Tidak ada kata sandang “ho” yang biasa
dalam bahasa Yunani bukan alasan cukup untuk menerjemahkan theos en
dengan “ilahi”. Hubungan itu secara tidak sengaja dikemukakan secara
paradoksal. Maka, disini dikemukakan bahwa Firman itu sungguh Allah.
Hubungan yang paradoksal ini dikemukakan lebih lanjut oleh Yohanes
mengenai hubungan Bapa dan Putra. Ay. 2 menampilkan lagi bagian dari ay. 1
secara puitis. Ay. 3-4 disini, Firman dikemukakan sebagai pelaku ilahi dari
penciptaan; melalui Dia karya penciptaan Allah dilaksanakan sehingga semua
yang ada bergantung pada Firman. Tetapi, Firman bukan hanya sumber hidup
(ay. 4) dalam arti biasa karena makna hidup (zoe) disini lebih dari eksistensi.
Hidup merupakan salah satu istilah Yohanes untuk “keselamatan” dan sama
dengan ”hidup kekal”. Hidup adalah keberadaan sejati manusia, model
eksistensi yang dimaksudkan bagi umat manusia dalam penciptaan. Maka
hidup itu dapat disebut terang (phos), kata lain dari hidup sejati, hidup bagi
mereka yang berda dalam hubungan dengan Bapa sebagai anak-anak-Nya. Ayat
5, sekarang diperkenalkan dualisme dari Injil5. Terang yang memberikan hidup

4A. S. Hadiwiyata, Tafsir Injil Yohanes-Barangsiapa Telah Melihat AKU, Ia Telah


Melihat BAPA, (Yogyakarta: KANASIUS, 2008), 23.
5 Ibid 24.
dari Firman memasuki kegelapan yang merupakan gangguan dalam penciptaan
dan kekacauan karena ketidakpercayaan dan ketersaiangan dari Allah. Kata
yang diterjemahkan dengan “menguasai” atau “memahami”. Barangkali dalam
puisi ini, semua nuansa dipakai. Kegelapan dari ketidakpercayaan artinya tidak
memahami ataupun menguasai Firman. Kegelapan tetap ada, meskipun Firman
memberikan terang ke tengah-tengahnya. Perwahyuan tidak menghilangkan
realitas ketidakpercayaan dan kejahatan6.
Ayat 9-11, dalam bagian ini perhatian diarahkan kepada kehadiran dan
karya Firman dalam sejarah Israel. Ayat 9, sebuah peralihan, menimbulkan
masalah penerjemahan. Apakah ungkap sedang datang kedalam dunia
mengacu kepada setiap terang yang sesungguhnya? Sebagai pengantar kepada
karya Firman di Israel, dapat dipahami bahwa ungkapan itu mengacu kepada
terang yang sesungguhnya. Terang ini adalah lawan dari semua perwahyuan
yang dinyatakan “menerangi setiap orang”, memberikan eksistensi yang
diterangi. Tujuan dari perwahyuan melalui Firman adalah untuk menerangi
setiap kehidupan dengan kasih ilahi dan dengan demikian membangun kembali
hubungan yang benar dengan Allah 7. Ayat 10, menampilkan ironi dari kebutaan
dunia dan terutama kebutaan Israel terhadap sumber sejati dari eksistensi
mereka berkaitan dengan pertanyaan, apakah ayat ini mengacu kepada
kehadiran terang dalam tata ciptaan atau dalam sejarah Israel, kemungkinan
ayat ini menacakup keduanya. Terang sebagai perwahyuan yang memainkan
peranan penting dalam Injilnya. Bahkan oleh milik kepunyaan-Nya, yaitu
bangsa-Nya (Israel), Ia ditolak8.

Panggilan Untuk Menjadi Percaya Dan Mempraktekkan Firman Allah


Dalam Yoh 20:29, Yesus berkata bahwa kita dikasihi oleh Tuhan lewat
pengorbanannya maka, dari itu meskipun Allah hanya kita dengar saja tetapi
hendaknya kita senantiasa percaya. Percaya bahwa Allah akan senantisa
bersama kita dan akan menerapkan Firman-Nya dalam kehidupan kita.
Meskipun kita didalam pergumulan, dalam susah tetapi hendaknya kita
senantiasa percaya akan Allah. Yoh 1:12, disini menegaskan bahwa beberapa
orang menerima Dia dan bagi mereka diberikan kuasa yang menghubungkan
mereka dengan pencipta mereka yaitu Allah sendiri. Inilah kuas yang membuat
manusia menjadi anak-anak Allah. Hal ini seperti kelahiran kedua, Yohanes
mengatakan demikian, namun bukan kelahiran insani. Inilah kelahiran yang
dikaruniakan Allah kepada mereka yang mengakui kelahiran Allah
(digambarkan di sini sebagai “kemuliaan”). Kemuliaan itu yang menjadi hakikat
sesungguhnya dari ilahi kini menjadi manusia yang melalui kehidupan manusia
yang satu ini kita melihat kemuliaan Allah9. Penjelmaan Allah menjadi manusia
memberikan makna bagi kita bahwa, Yesus Kristus segambar dan serupa
dengan kita. Meskipun kita berbeda melalui kuasa yang dimiliki tetapi kita
sesama manusia dilihat oleh Allah bahwa kita ini sama, Allah sendiri tidak
memmbeda-bedakan kita baik dalam segi kebaikan yang kita lakukan maupun

6 A. S. Hadiwiyata, Tafsir Injil Yohanes-Barangsiapa Telah Melihat AKU, Ia Telah

Melihat BAPA, (Yogyakarta: KANASIUS, 2008), 24.


7 Ibid 25
8
Ibid 26
9 Robert Kysar, Injil Yohanes Sebagai Cerita-Berkenalan Dengan Narasi Salah Satu

Injil, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),3-4.


dari segi kesalahan yang kita lakukan. Olehnya itu meskipun kita tidak dapat
melihat Yesus, tetapi hendakya kita berbahagia dan percaya meskipun kita
tidak melihatnya. Firman Allah penuh dengan pengetahuan, hikmat dan
bimbingan. Alkitab mengungkapkan keterlibatan Allah dengan manusia.
Lagipula firman Allah bekerja dengan penuh kuasa dalam diri manusia. Ray
Stedman berbicara tentang Firman Allah bahwa; Alkitab itu lengkap, tidak ada
yang tertinggal. Alkitab meliputi segala hal, dan akan melakukan segala sesuatu
yang kita perlukan. Alkitab adalah batu ujian satu-satunya yang tidak berubah
untuk mengukur pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Firman Allah penuh
dengan bimbingan dan petunjuk bagi kehidupan. Karena itu, metodologi
bimbingan alkitabiah lebih mengandalkan Allah daripada hikmat manusia10.
Hal ini mau mengatakan bagi kita bahwa selagi kita masih ada didunia ini,
diatas yang dikatakan oleh Ray, namun selagi kita masih berpegang kepada
frman Allah, maka sesulit apapun dan seberat apapun masalah kita, akan terasa
ringan.
Beberapa ahli mengatakan bahwa ayat 12, merupakan puncak prolog
karena mengemukakan akibat penyelamatan dari penampilan Firman dalam
sejarah manusia. Orang-orang Israel yang percaya tahu bahwa kuasa itulah
yang menjadikan mereka anak-anak Allah. Asal usul Yahudi dari jemaat Kristen
Yohanes sangat jelas disini, dalam apa yang disebut pernyataan mengenai
kesinambungan anatar kehadiran dan karya Firman dalam sejarah Israel dan
dalam diri Yesus. Perwahyuan disampaikan tidak hanya melalui pengertian
melainkan juga melalui kuasa untuk suatu kehidupan yang baru (3:3). Kotras
dalam ayat 13 anatar darah, daging dan kehendak manusia, disatu sisi lain
hendaknya jangan dimengerti sebagai dualisme antara daging dan roh,
melainkan sebagai cara semit untuk mengatakan manusia sebagai lawan dari
ilahi11.
Allah adalah Firman yang menjadi manusia
Dalam Yohanes 1:1, Ini menempatkan firman terpisah dari semua hal yang
mendahuluinya dalam pemikiran religius karena disini Firman menjadi
manusia yang konkret, daging dan darah. Sekarang sebagai manusia, Firman
tinggal diantara manusia sebagai salah satu dari mereka. Kata yang
diterjemahkan dengan diam (eskenosen) mengingatkan sejarah orang Ibrani
ketika kemuliaah Yahwe tinggal diantara umat, berkemah, tinggal dalam
tebernakel/kemah diantara mereka (kel 33). Bentuk jamak kita mengingatkan
pengakuan komunitas kristen. Ayat ini menempatkan paradoks dari inkernasi
(penjelmaan menjadi manusia).12Di satu sisi, Firman sekarang adalah daging
(sarx) dan di sisi lain kemuliaan (doxa) ilahi terdapat di dalam diri-Nya.
Yohanes akan berbicara banyak mengenai paradoks ini, tetapi kodrat ilahi dari
Firman yang sekaramg menjadi manusia hanya dapat dilihat dengan mata
iman. Kemuliaan mempunyai arti yang kaya, yang intinya adalah kehadiran
Allah yang dialami melalui karya-karya yang mengherankan. Kemuliaan adalah
kehadiran Allah yang dilihat jemaat dalam iman, kehadiran ilahi yang hanya
dimiliki putra dari Bapa. Inilah yang pertama dari empat kali Yohanes

10Martin Dan Didre Bobgan, Membimbing Berdasarkan Firman Allah, (Bandung:


Yayasan Kalam Hidup, 1996), 79-80.
11
A. S. Hadiwiyata, Tafsir Injil Yohanes-Barangsiapa Telah Melihat AKU, Ia Telah
Melihat BAPA, (Yogyakarta: KANASIUS, 2008), 26.
12
Ibid 27.
menunjuk Kristus, tidak hanya sebagai Putra Allah melainkan sebagai Putra
Tunggal (1:18; 3:16, 18). Tujuannya adalah untuk membedakan Yesus dari
orang-orang lain yang mengklaim sebagai anak Allah, seperti sebutan bagi raja
dalam Perjanjian Lama (mazmur 2:6-7). Prolog malampaui identitas Kristus
sebagai Mesias Yahusi, yang seperti raja, dapat disebut Anak Allah. Sekarang,
Kristus adalah satu-satunya Anak dari Bapa. Penggunaan istilah monogenes
mempunyai maksud apologetik, yaitu menanggapi para lawan yang
merendahkan keputaraan Yesus, seperti sebutan Israel sebagai anak Allah.
(charis-aletheia) berarti kuas yang menyelamatkan dan yang mengubah hidup
dari kehadiran Allah di dalam Kristus. Kebernaran biasa digunakan Yohanes
untuk menyebut isi dari perwahyuan dan kuasanya dalam diri manusia. Bagi
mereka yang bersedia mengambil resiko, iman dapat melihat kehadiran Allah
dalam manusia Yesus13.
Didalam menerjemahkan logos atau Firman sebaiknya dihindari istilah yang
berarti “kata” atau “suara”. Firman sendiri dalam bahasa indonesia berarti
pesan atau perintah Allah, dan dalam Terjemahan Baru digunakan huruf besar
utnuk pertamanya untuk menunjukkan bahwa yang dituju adalah satu pribadi,
bukan sekedar perkataan saja. Dalam bahasa Yunani, Firman itu menjadi pokok
kalimat. Firman itu adalah Allah sendiri sehingga kita yang diciptakan ini
adalah umat pilihan Allah yang memiliki masing-masing peranan dalam
mengelola apa yang telah diciptakan oleh Allah 14.

Penerapan Mengenai Firman Dalam Pemahaman Kita Sebagai Orang


Kristen
Dalam pemahaman kita sebagai orang kristen yang percaya, bahwa apa
sebenarnya Firman itu?. Oleh sebab itu, dalam bentuknya yang singkat dan
sederhana, Injil ini banyak memakai perumpamaan dan gamabaran. Dalam
Yohanes 1 kita menjumpai Firman. Tetapi janganlah kita mengartikan bahwa
Kristus itu sebagai firman yang terdiri dari enam huruf saja. Firman disini
adalah suatu perumpamaan tentang Allah atau gambaran mengenai Allah.
Dalam Yohanes 1:14, kita menjumpai kata kemah, yang tidak lain adalah
Kristus sendiri, selanjutnya dalam Yohanes 1:29Kristus disebut Anak domba
Allah, padahal Dia bukanlah seekor domba yang berkaki empat. Meskipun ada
banyak julukan atau nama-nama Allah dalam kitab suci yang merujuk kepada-
Nya, jangan kita mengartikan dengan apa yang kita baca dan dengar saja,
namun kita maknai, mengapa Allah dijuluki dengan nama tersebut15. Sama
halnya dengan Allah yang mengatakan bahwa diri-Nya itu adalah Firman.
Sebagai contoh agar dapat dipahami yaitu; ketika kita sebagai anak muda yang
berjauhan dari orang tua kita, tentu ada rasa rindu dari kedua orang tua kita
tersebut. Lalu mereka mengirmkan kita surat sebagai curahan hati mereka
bahwa mereka merindukan kita. Ketika kita menerima surat itu, jelas bahwa itu
adalah tulisan dan perkataan orang tua kita, namun orang tua kita tidak secara
langsung menyampaikannya namun lewat perantaraan yaitu melalui surat.
Sama halnya dengan Allah, ia ingin menyampaikan perkataan-Nya lewat
perantaraan Yesus Kristus, yang menjadi anak Bapa yang diutus kedalam dunia.

13 Ibid 27.
14 Dr. Barclay M. Mewman Dan Dr. Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil
Yohanes, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 4-5.
15
Witness Lee, Pelajaran-Hayat Yohanes, (Surabaya: Yasperi, 2008), 9.
Dalam sebuah gereja, pendeta adalah hamba Tuhan yang dipakai oleh-Nya
untuk menyampaikan Firman itu kepada kita sema sebagai orang kristen.
Maka, hendaknya kita mendengarkan Firman itu dengan baik, dan melakukan
apa yang di inginkan oleh Tuhan Allah, sehingga kita dapat memperoleh hikmat
yang asalnya daripada-Nya sendiri16.

Makna konteks λόγος


Berikut adalah perbandingan beberap terjemahan Yohanes 1:1, 12.
TB; 1:1, Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.
1:12, Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya
menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.
TL: 1:1, Maka pada awal pertama adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama
dengan Allah, dan Firman itulah juga Allah.
1:12, Tetapi seberapa banyak orang yang menerima Dia, kepada mereka
itulah diberi-Nya hak akan menjadi anak-anak Allah, yaitu kepada segala
orang yang percaya akan nama-Nya.
KJV: 1:1,In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the
Word was God.
1:12, But as many as received Him, to them He gave the right to become
children of God, to those who believe in His name.
NIV: 1:1, In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the
Word was God.
1:12, Yet to all who received him, to those who believed in his name, he
gave the right to become children of God.
Λόγος, dalam penerapan dan terjemahannya baik dalam TB (Terjemahan
Baru) maupun TL (Terjemahan Lama) sama-sama menggunakan kata Firman,
Firman yang adalah Allah sendiri17. Pernyataan bahwa Tuhan yesus adalah logos
(λόγος), “Firman” yang tercantum dalam injil Yohanes yang mengatakan bahwa:
pada permulaan, terdapat logo, dan logos tersebut bersama-sama dengan Sang
Theos, dan logos tersebut adalah seorang Theos. Pada ayat ini adalah ayat yang
sangat terkenal dalam Injil Yohanes dimana Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya
sebagai logos(λόγος). Tidak sampai distu saja, namun bahkan dalam kalimat
selanjutnya bahwa Yohanes menuliskan bahwa logos (λόγος) itu adalah Allah
sendiri. Sehingga pernyataan Yohanes ini tentang Allah adalah λόγος itu sendiri
maka muncullah beberapa konsep dari Yohanes yang umum yang mengatakan
bahwa, kata logos (λόγος) sendiri dalam dunia helenisme memiliki arti “firman”,
“peribahasa”, “pernyataan”, “kisah”, “pembelaan”, atau bahkan “ringkasan”.
Banyaknya makna dari logos (λόγος) ini bergantung pada konteks tempat dan

16
Witness Lee, Pelajaran-Hayat Yohanes, (Surabaya: Yasperi, 2008), 95.
17 Alkitab Sabda Online, Solo: Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), 1997.
juga masa pada saat kata tersebut dipakai18. Namun demikian, kemanusiaan-Nya
itu tidak mengaburkan kesan yang sama kuatnya dengan kenyataan bahwa Yesus
sebagai manusia adalah unik. Tanda-tanda kemanusiaan yesus yang sejati
mungkin sekali dimaksudkan untuk mengimbangi penekanan yang berlebihan
pada keilahian Yesus, yang merupakan kesalahan dasar dari pandangan dosetik
(yaitu bahwa Kristus sorgawi hanya nampak dengan manusia Yesus. Dalam
kenyataannya tidak). Kurangnya perhatian pada tanda-tanda kemanusiaan Yesus
dalam Injil Yohanes, telah mengakibatkan beberapa orang berkesimpulan bahwa
pandangan Yohanes mengenai Kristus itu agak bersifat dosetik 19.
Dalam tujuan ini, dapat dikatakan bahwa kita tidak dapat berbuat lebik
baik daripada menguji ucapan penulia sendiri tentang tujuan dalam Yoh 20:31.
Baik cerita-cerita dan pembicaraan-pembicaraan dipilih untuk memusatkan
perhatian kepada tuntunan Yesus. Jadi, Yohanes tidak bertujuan untuk
menghasilkan suatu studi boigrafis atau psikilogis. Namun, janganlah dianggap
bahwa tujuan mengabarkan Injil melemahkan kebenaran historis. Hanya teologia
yang berakar dalam perbuatan nyata (historis) yamg dapat tahan 20. Ini tidaklah
menutup kemungkinan bahwa Yohanes beranggapan sekurang-kurangnya
sebagian dari bahannya mempunyai arti yang simbolis. Pendahuluan (1:1-18)
agaknya dapat mendukung teori ini. Tapi unsur yang menentukan ialah, sampai
dimanakah benar bahwa pendahuluan itu menentukan tujuan Injil ini secara
menyeluruh? Adalah lebih baik mengatakan bahwa batang tubuh Kitab Yohanes
menyediakan kunci untuk pengertian akan pendahuluan daripada sebaliknya.
Ajaran Yesus dapat dipahami oleh orang Yunani dan juga oleh orang Yahudi, tanpa
mengandaikan perlunya tafsiran kembali sebagaimana diduga oleh pendapat
‘helenistis’ itu21. Manusia telah gagal menjadi Imago dei, karena dosa-dosa yang
telah ia perbuat melalui pencobaan yang dilakukan oleh iblis dalam taman eden
pada saat itu. Bukan segambar dan serupa karena semua bentuk tubuh manusia
adalah sama dengan Allah, namun karena adanya representasi Allah. Mengapa
Allah menjelma sebagai manusia saat itu karena Allah memiliki sifat manusia,
bahwa Allah dapat merasakan lapar, Allah menangis, Allah pernah marah dalam
baik suci ketika saat itu bait suci dijadikan sebagai tempat untuk melakukan
perdangangan/jual-beli, bahkan Yesus pernah takut ketika tiba saatnya Ia akan
disalibkan. Sifat kemanusiaan Yesus saat itu sangat jelas kita lihat dan dengarkan
malalui Firman-Nya yang terdapat dalam kitab suci, yang diperuntukkan kepada
kita umat yang percaya akan nama-Nya dan percaya akan setiap Firman yang Ia
sampaikan, melalui umat-Nya yang ada didunia ini serta yang mengabdi seluruh
hidupnya hanya bagi Allah saja. λόγος adalah pernyataan tentang Allah yang
menyatakan bahwa diri-Nya dalah Firman, melalui kitab Injil yang ditulis oleh
Yohanes sendiri. 22. Inkarnasi antara Yesus dengan manusia adalah bentuk bahwa
Allah sungguh-sungguh mengasihi manusia, meskipun pernah manusia

18 Willyam Wen, Logos, Memra Dan Yesus- Sebuah Studi Tentang Pengaruh Konsep
Logos Yudaisme Helenisme, Memra Yudaisme Palestina Terhadap Konsep Logos
Perjanjian Baru, (Galilee Press, 2018), 4-5.
19 Donald Guthrie, Terologi Perjanjian Baru 1-Allah, Manusia, Dan Kristus, (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2018), 248-249.


20
A. Simanjuntak, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, (Jakarta: Bpk Gunung
Mulia, 1981),259.
21 Ibid 260.
22 Ibelala Gea, Allah Menjadi Manusia-Sebuahuraian Teologis, KENOSIS Vol. 2 No. 2.

Desember 2016, 11
mengecewakan Allah dengan tidak mendengarkan perintahnya, namun Allah
tetap mengasihi sehingga hubungan Allah dengan manusia saat itu tidak terputus.
Pentingnya penciptaan pada saat itu mengambbarkan bahwa kita manusia yang
dipilih secara khusus dan diciptakan pun istimewa, karena kita tidak sama dengan
makhluk hidup lainnya. Ketika Allah menciptakan kita Ia menghembuskan
nafasnya kedalam mulut kita, dan nafas itu adalah Roh, yang menjadi bagian
dalam kehidupan kita. Kitab Injil Yohanes ini lebih banyak menguraikan tentang
tanda-tanda ajaib serta percakapan dan pengajaran Yesus. Tanda-tanda ajaib itu
sudah merupakan pilihan, demikian juga keterangan atau uraiannya, sehingga
berita tentang kuasa Yesus mendapatkan konteks universal. Dan dengan latar
belakang pemikiran seperti itu penulis Yohanes dengan terbuka menyatakan
tujuan penulisannya, yaitu supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak
Allah dan supayakamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya23.
Yesus adalah Firman atau λόγος. Λόγος kemudian duraikan dengan
sebutan-sebutan terang, hidup, daging, kemuliaan, anak tunggal. Dengan kata
logos itu maka pengantar pertama ini menempatkan Yesus di dalam konteks
kosmis yang universal. Dengan kata lain, Yesus adalah tokoh kosmis yang bersifat
universal, dan tidak hanya terikat kepada masyarakat tertenti di Timur Tengah
kuno. Kata pengantar yang kedua ialah menempatkan Yesus dalam konteks
Yahudi, dimana Yesus disebut dengan istilah-sitilah Yahudi, seperti ‘Rabbi, Mesias,
Anak Allah, Raja Israel’, dan yang memuncak pada sebutan khas Perjanjian Lama,
yaitu ‘Anak Manusia’. Dengan demikian jelaslah bahwa kata pengantar yang kedua
itu menempatkan Yesus dalam konteks Yahudi. Dan hal itu pula yang nanti
dijabarkan lebih lanjut dalam fasal-fasal yang menyusul. Dengan dua kata
pengantar itu maka kita memperoleh kesan yang jelas, bahwa penulis kitab Injil
Yohanes ini hendaknya menempatkan Yesus dalam konteks khusus Yahudi dan
sekaligu dalam konteks kosmis yang universal. Yesus memang tokoh yang
merangkum langit dan bumi, sorga dan segala isi duni sekaligus. Dan itulah berita
yang hendak disampaikan oleh kitab Injil Yohanes24.

23 Prof. S. Wismoady Wahono, Ph.D., Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2018), 451.
24 Ibid 446.
KESIMPULAN
Dengan konsep λόγος, Firman, prolog mempersatukan seluruh karya
keselamatan Allah diantara manusia, mulai dari penciptaan melalui sejarah Israel
sampai kepada Inkarnasi. Jemaat mengakui kepercayaan mereka bahwa Kristus
adalah perwahyuan final dan konklusif dari Allah yang esa. Tujuan dari perikop
ini bukanlah membuat pernyataan mertafisik mengenai pribadi Kristus,
melainkan untuk mengakui buah-buah hasil perwahyuan bagi manusia. Fokus
kristologi dari injil bersifat “fungsional”, bukan “essensialistik” (berkaitan dengan
kodrat Kristus). Meskipun demikian, konklusi metafisik dari karya Yesus juga
disinggung (1:1). Pembaca sekarang sudah memiliki pemahaman yang benar
mengenai Yesus sehingga cerita Injil dapat dibaca dengan tepat. Prolog adalah
madah pujian yang digunakan untuk memberi kerangka pada cerita-cerita Injil
sendiri. Firman Allah tidak hanya memakai suara manusiatetapi juga memakai,
pikiran, perasaan dan opini manusia. Karena Firman Allah tidak dapat
disampaikan oleh Allah sendiri maka dari itu Ia memakai perantara yaitu hamba
Tuhan (pendeta), kita manusia yang dijadikan, baik yang memiliki jabatan dalam
organisasi gerejawi, memiliki tanggungjawab untuk memberitakan setiap Firman
yang diberikan oleh Allah kepada kita.
Dalam menjalani setiap kehidupan kita, kadangkali kita tidak
mempraktekkan λόγος, itu dalam kehidupan kita. Berbicara mengenai Firman,
maka akan berbicara menganai hal-hal yang postif dan akan berfokus terhadap
pemberitaan karya Allah dalam dunia ini. Dengan meneliti bahwa sudahkah
manusia memprakttekan λόγος, itu dalam setiap kehidupan kita?. Kita sebagai
manusia kadangkala pergi kegereja untuk mendengarkan Firman Allah, melalui
hamba-Nya, namun menjadi pertanyaan bahwa apakah betul-betul kita pergi
kegereja untu mendengarkan Firman Allah ataukah hanya sebagai rutinitas
belaka, atau hanya untuk mengobati rasa cemas kita, karena sudah menjadi
kebiasaan. Allah memberikan Firman-Nya kepada kita bahkan Ia menjadi Firman
itu sendiri dan menyerahkan nyawa-Nya hanya untuk kita. Kita manusia hanya
bisa merencanakan sesuatu tetapi Tuhan Allahlah yang bekerja didalamnya dan
Ia yang menjadi penentu kehidupan kita. Sungguh begitu banyak kasih Allah yang
sangat luar biasa Ia berikan kepada kita. Tuhan yang kita kenal adalah Tuhan yang
memperkenalkan diri-Nya kepada kita. Tak seorang pun dapat mengenal Tuhan
dengan benar, jika Tuhan sendiri tidak memperkenalkan atau mewahyukan diri-
Nya. Dan, jika Tuhan sudah menyatakan diri-Nya sedemikian rupa kepada kita,
bagian kita adalah menanggapi-Nya dengan kerinduan dan kesukaan besar untuk
mengenal-Nya lebih dari segala sesuatu. Selain melalui firman tertulis, Tuhan juga
menyatakan diri-Nya secara lebih khusus dalam diri Anak-Nya, Yesus Kristus.
Melalui Yesus, gambaran tentang siapa dan bagaimana Allah menjadi labih nyata
lagi bagi manusia. dAllah adalah Firman dapat kita lihat bahwa Firman juga dapat
diartikan sebagai perkataan, dalam artian bahwa Firman atau perkataan Allah
adalah sebuah perwujudan kasih Allah kepada kita. Manusia pernah menghianati
Allah, namun ketika manusia jatuh kedalam dosa, hubungan dengannya dengan
Allah masih terjalin dengan baik, bahkan Allah masih tetap merelakan nyawanya
hanya menebus dosa manusia itu. Kasih Allah memang sungguh-sungguh nyata,
karena kita sebagai manusia yang telah ditebus melalui pergorbanan Yesus dikayu
salib maka hendaknya pula kita mengasihi Yesus dengan penuh kasih.
REFERENSI
ALKITAB, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

ALKITAB-HOLY BIBLE (Terjemahan Baru-New International Version), Jakarta:


IKAPI, 2010.

Anggota Ikapi, Alkitab Edisi Studi, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011.

Simanjuntak, A., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, Jakarta: BPK


Gunung Mulia, 1981.
Hadiwiyata , A. S., Tafsir Injil Yohanes-Barangsiapa Telah Melihat Aku, Ia
Telah Melihat Bapa, Yogyakarta: Kanasius, 2008.
Kysar , Robert, Injil Yohanes Sebagai Cerita-Berkenalan Dengan Narasi Salah
Satu Injil, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2000.
Martin Dan Didre Bobgan, Membimbing Berdasarkan Firman Allah, Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 1996.
Alkitab Sabda Online, Solo: Yayasan Lembaga Sabda (Ylsa), 1997.
Nee, Watchman, ministri Firman Allah, indonesia: YASPERIN, 2019.
Wen, Willyam, Logos, Memra Dan Yesus- Sebuah Studi Tentang Pengaruh
Konsep Logos Yudaisme Helenisme, Memra Yudaisme Palestina Terhadap Konsep
Logos Perjanjian Baru, (Galilee Press, 2018).
Guthrie, Donald, Terologi Perjanjian Baru 1-Allah, Manusia, Dan Kristus,
Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2018), 248-249.
Gea, Ibelala, Allah Menjadi Manusia-Sebuahuraian Teologis, KENOSIS Vol. 2
No. 2. Desember 2016.
Mewman, Barclay M. Dan Dr. Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab
Injil Yohanes, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014.

Wahono S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung


Mulia, 2018.

Witness Lee, Pelajaran-Hayat Yohanes, Surabaya: Yasperi, 2008.

Anda mungkin juga menyukai