Inerles Alinan
Institut Agama Kristen Negeri Toraja
inerlesalinan28@gmail.com
ABSTRAK: Yohanes 1:1-18 Kitab injil ini lebih banyak memberikan keterangan
mengenai keilahian Yesus dibandingkan dengan kitab-kitab sinoptik, dan kitab ini
diawali dengan tulisan mengenai keberadaan Yesus sebelum segala sesuatu ada.
Dengan artian bahwa Firman itu adalah Allah sendiri yang turut berbicara
didalamnya. Dalam kehidupan kita sehari-hari kadangkali kita tidak
menampakkan makna logos yang sesungguhnya itu. Pasal 1:1 mengatakan bahwa
Allah menyebutkan dirinya sebagai Firman (λόγος) yang ada bersama-sama
dengan Allah ketika Allah menciptakan dan memberi hidup kepada segala
sesuatu. Firman itu menjadi manusia, yang kemudia turun kedalam dunia untuk
menebus dosa manusia. Kata λόγος dalam bahasa Yunani memiliki arti firman
atau perkataan, yang dikatakan atau difirmankan oleh Allah sendiri. Tafsiran kata
λόγος ini ditafsirkan oleh penulia dengan tujuan bahwa sudah adakah terapan
λόγος itu dalam kehidupan kita dan sudah adakah prakteknya dan prakteknya itu
apakah benar-benar terjadi atau hanya sekedar simbolisasi saja bahwa kita ini
adalah oleh yang percaya kepada Tuhan. Metode yang dilakukan oleh penulis ialah
metode tafsir historis yang kritis dan metode kepustakaan dengan membaca
buku-buku, jurnal-jurnal serta sumber yang paling pasti yaitu membaca dan
memahami isi Alkitab. Dan kesimpulan sesuai dengan ayat 12 yang mengatakan
semua yang menerima firman itu dan percaya maka merekalah yang empunya
kerajaan Allah, namun dalam prakteknya kadangkala λόγος itu tidak kita
praktekkan dengan baik.
Kata Kunci: Allah, Perkataan, Λόγος, Praktek, Kepercayaan.
ABSTRACT: John 1:1-18 This gospel provides more information about the divinity
of Jesus than the synoptic books, and this book begins with writing about the
existence of Jesus before all things existed. With the meaning that the Word is God
Himself who also spoke in it. In our daily life sometimes we do not show the true
meaning of the logos. Chapter 1:1 says that God refers to himself as the Word
(λόγος) who was with God when God created and gave life to all things. The Word
became flesh, who then came down, into the world to atone for this sins of
mankind. The word in Greek means word or words, which are said or spoken by
God himself. This interpretation of the word is interpreted by the author with the
aim that has it been applied in our lives and has there been any practice and has it
really happened or is it just a symbol that we are by those who believe in God.
critical historical interpretation and the method of literature by reading books,
journals and the most certain sources, namely reading and understanding the
contents of the Bible. And the conclusion is in accordance with verse 12 which says
all those who receive the word and believe then they are the ones who have the
kingdom of God, but in practice sometimes we do not practice it well.
Keywords: God, Words, Λόγος, Practice, Belief.
PENDAHULUAN
Begitu banyaknya, pandangan-pandangan dan makna kata dari λόγος itu
sendiri. Terkhususnya kita sebagai orang yang percaya keoada Allah, lebih
sering mendengarkan Firman Allah atau Perkataan Allah dengan berbagai cara
yang telah tersedia. Juga ada waktu tertentu untuk berfokus mendengarkan
λόγος itu dalam kehidupn kita. Namun realitanya bahwa banyak dari kita yang
tidak mengpraktekkan λόγος itu dalam kehidupan kita, baik terhadap sesama
kita maupun kepada Allah sendiri. Yohanes 1:1, Dalam konteks ini atau pasal
ini dapat dikatakan bahwa Allah itu adalah λόγος. Lalu bagaimana perbuatan
Allah dengan perkataan ini ialah bahwa Yohanes menggambarkan banya
mujizat, dalam beberapa kitab-kitab disana disceritakan bagaimana Allah
mengadakan mujizat-mujizat yang membuat orang tercenggang akan
perbuatan-Nya itu1. Tentu dengan Firmanlah Allah dapat melakukan sebuah
perbuatannya ini dan melalui kuasa Firmanlah Allah dapat melakukan semua
ini. Pada saat yang sama perbedaan Yesus dengan kita bahkan lebih nyata.
Selain dari peristiwa-peristiwa yang menunjukkan kemanusiaan-Nya, dan pada
sala satu peristiwa penampakan diri setelah kebangkitan-Nya, Ia menyediakan
makanan diatas api arang (Yoh 21:9) 2.
Ada tradisi yang sangat kuat, didukung dari bukti oleh sumber-sumber
purba, yang menyatakan bahwa penulisnya adalah rasul Yohanes dalam injil ini
sendiri tidak ada tunjukan tentang siapa penulisnya. Karena itu perlu kita
menimbang dengan seksama bukti luar itu untuk menentukan betapa ia dapat
dipercayai. Sekurang-kurangnya pada masa Irenaeus (150 M) orang mengakui
bahwa injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, dan kesaksian Irenaeus ini diperkuat
oleh kemungkinan bahwa ia berkenalan dengan tradisi otentik melalui
perkenalannya yang terdahulu dengan Polykarpus. Polykarpus tidak
menghunjuk kepada atau mengutip dari injil Yohanes dalam suratnya kepada
orang Filipi. Tapi ini tidak berarti bahwa dia tidak kenal Injil ini3. Sebaliknya ia
menuntun pembacanya kepada Firman (λόγος), yang dipersamakan dengan
Yeuss Kristus pada akhir prolognya. Tidak dapat disangkal bahwa, caranya
menjurus kepada peristiwa-peristiwa historis ini, mempunyai pengaruh besar
pada tafsiran keseluruhan kitab. Walaupun ada kemiripan sedikit antara
pengertian ini dengan ucapan dalam Yoh 1:3, namun ada perbedaan-perbedaan
yang menentukan dalam pemakaian istilah ini dalam kedua penulis ini. Philo
tidak pernah memikirkan λόγος selaku pribadi, pun dia tidak pernah
menuntunkeprawujudan λόγος ini secara tegas. Tapi perbedaan yang sangat
penting antara keduanya ialah penyangkalan Philo akan sesuatu inkarnasi
Firman dan pengarisbawahan yang jelas dari Yohanes bahwa Firman telah
menjadi manusia. Dengan ini bahwa Tuhan Yesus sendiri menjelma sebagai
manusia untuk datang kedunia dengan menerapkan perkataan yang telah
dikatakan oleh Bapa-Nya sendiri. Jelas bahwa Allah adalah Firman, dan Firman
itu telah menjadi manusia. Hal ini sangat dipahami dan hal ini juga tentu harus
dipraktekkan dalam kehidupan kita, mempraktekkan perkataan atau λόγος
1 Anggota Ikapi, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011),
1620.
2
Donald Guthrie, Terologi Perjanjian Baru 1-Allah, Manusia, Dan Kristus, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2018), 248.
3
A. Simanjuntak, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, (Jakarta: Bpk Gunung
Mulia, 1981), 258.
dalam kehidupan kita, kadang manusia hanya mendengarkannya saja namun
prakteknya dalam kehidupan tidak ada, ketika dilanda suatu masalah maka
manusia akan mempersalahakan Tuhan. Apa sebenarnya yang dimaksud denga
orang Kristen yang percaya?, orang kristen yang percaya ialah mereka yang
benar-benar melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Alkitab adalah
segala sumber dari Firman Allah itu sendiri. Alkitab memang memiliki
pandangan yang berbeda-beda dari para ahli, mulai dari pendapat bahwa
Alkitab memiliki kesinambungan yang mengherankan, sebagaimana banyak
fakta dan beritanya yang terjalin erat yang menyatakan Anak Allah yang
Tunggal, Juruselamat kita yang hidup.
1. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun artikel yaitu dengan
metode kepustakaan, yaitu dengan membaca buku-buku yang ada
diperpustakaan, serta jurnal-jurnal yang ditulis oleh dosen-dosen dikampus
IAKN Toraja. Selain dari membaca beberapa referensi yang ada, juga Alkitab
menjadi sumber untuk menafsirkan sekaitan dengan injil Yohanes. Mencari
referensi buku-buku ini memiliki tujuan agar penulia dapat mengetahui
simbol-simbol yang ada dalam teks serta mendalami apa makna dari λόγος itu.
Tidak hanya itu model penelitian ini juga dilakukan dengan sedikit wawancara
dengan beberapa mahasiswa yang mengetahui dari topik yang akan dibahas.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Firman Dengan Allah Dan Peranan-Nya Dalam Penciptaan.
Pada ayat 1-2, dikatakan disitu bahwa pada mulanya sama halnya dengan
Kej 1:1 yang menampakkan gambaran λόγος dalam hubungannya dengan
waktu sebelum Allah menciptakan alam semesta. Permulaan (arche)
hendaknya tidak hanya dimengerti secara temporal, melainkan juga
mengisyaratkan yang pertama4, baik dari segi kepentingannya (kosmis)
maupun dari segi waktu (temporal). Firman bersama Allah dan firman adalah
Allah berbicara mengenai misteri Firman karena menampilkan, baik identitas
Allah dan Firman-Nya (theos en ho logos) maupun juga ciri kepribadian-Nya-
Firman adalah bersama (pros) Allah. Tidak ada kata sandang “ho” yang biasa
dalam bahasa Yunani bukan alasan cukup untuk menerjemahkan theos en
dengan “ilahi”. Hubungan itu secara tidak sengaja dikemukakan secara
paradoksal. Maka, disini dikemukakan bahwa Firman itu sungguh Allah.
Hubungan yang paradoksal ini dikemukakan lebih lanjut oleh Yohanes
mengenai hubungan Bapa dan Putra. Ay. 2 menampilkan lagi bagian dari ay. 1
secara puitis. Ay. 3-4 disini, Firman dikemukakan sebagai pelaku ilahi dari
penciptaan; melalui Dia karya penciptaan Allah dilaksanakan sehingga semua
yang ada bergantung pada Firman. Tetapi, Firman bukan hanya sumber hidup
(ay. 4) dalam arti biasa karena makna hidup (zoe) disini lebih dari eksistensi.
Hidup merupakan salah satu istilah Yohanes untuk “keselamatan” dan sama
dengan ”hidup kekal”. Hidup adalah keberadaan sejati manusia, model
eksistensi yang dimaksudkan bagi umat manusia dalam penciptaan. Maka
hidup itu dapat disebut terang (phos), kata lain dari hidup sejati, hidup bagi
mereka yang berda dalam hubungan dengan Bapa sebagai anak-anak-Nya. Ayat
5, sekarang diperkenalkan dualisme dari Injil5. Terang yang memberikan hidup
13 Ibid 27.
14 Dr. Barclay M. Mewman Dan Dr. Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil
Yohanes, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 4-5.
15
Witness Lee, Pelajaran-Hayat Yohanes, (Surabaya: Yasperi, 2008), 9.
Dalam sebuah gereja, pendeta adalah hamba Tuhan yang dipakai oleh-Nya
untuk menyampaikan Firman itu kepada kita sema sebagai orang kristen.
Maka, hendaknya kita mendengarkan Firman itu dengan baik, dan melakukan
apa yang di inginkan oleh Tuhan Allah, sehingga kita dapat memperoleh hikmat
yang asalnya daripada-Nya sendiri16.
16
Witness Lee, Pelajaran-Hayat Yohanes, (Surabaya: Yasperi, 2008), 95.
17 Alkitab Sabda Online, Solo: Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), 1997.
juga masa pada saat kata tersebut dipakai18. Namun demikian, kemanusiaan-Nya
itu tidak mengaburkan kesan yang sama kuatnya dengan kenyataan bahwa Yesus
sebagai manusia adalah unik. Tanda-tanda kemanusiaan yesus yang sejati
mungkin sekali dimaksudkan untuk mengimbangi penekanan yang berlebihan
pada keilahian Yesus, yang merupakan kesalahan dasar dari pandangan dosetik
(yaitu bahwa Kristus sorgawi hanya nampak dengan manusia Yesus. Dalam
kenyataannya tidak). Kurangnya perhatian pada tanda-tanda kemanusiaan Yesus
dalam Injil Yohanes, telah mengakibatkan beberapa orang berkesimpulan bahwa
pandangan Yohanes mengenai Kristus itu agak bersifat dosetik 19.
Dalam tujuan ini, dapat dikatakan bahwa kita tidak dapat berbuat lebik
baik daripada menguji ucapan penulia sendiri tentang tujuan dalam Yoh 20:31.
Baik cerita-cerita dan pembicaraan-pembicaraan dipilih untuk memusatkan
perhatian kepada tuntunan Yesus. Jadi, Yohanes tidak bertujuan untuk
menghasilkan suatu studi boigrafis atau psikilogis. Namun, janganlah dianggap
bahwa tujuan mengabarkan Injil melemahkan kebenaran historis. Hanya teologia
yang berakar dalam perbuatan nyata (historis) yamg dapat tahan 20. Ini tidaklah
menutup kemungkinan bahwa Yohanes beranggapan sekurang-kurangnya
sebagian dari bahannya mempunyai arti yang simbolis. Pendahuluan (1:1-18)
agaknya dapat mendukung teori ini. Tapi unsur yang menentukan ialah, sampai
dimanakah benar bahwa pendahuluan itu menentukan tujuan Injil ini secara
menyeluruh? Adalah lebih baik mengatakan bahwa batang tubuh Kitab Yohanes
menyediakan kunci untuk pengertian akan pendahuluan daripada sebaliknya.
Ajaran Yesus dapat dipahami oleh orang Yunani dan juga oleh orang Yahudi, tanpa
mengandaikan perlunya tafsiran kembali sebagaimana diduga oleh pendapat
‘helenistis’ itu21. Manusia telah gagal menjadi Imago dei, karena dosa-dosa yang
telah ia perbuat melalui pencobaan yang dilakukan oleh iblis dalam taman eden
pada saat itu. Bukan segambar dan serupa karena semua bentuk tubuh manusia
adalah sama dengan Allah, namun karena adanya representasi Allah. Mengapa
Allah menjelma sebagai manusia saat itu karena Allah memiliki sifat manusia,
bahwa Allah dapat merasakan lapar, Allah menangis, Allah pernah marah dalam
baik suci ketika saat itu bait suci dijadikan sebagai tempat untuk melakukan
perdangangan/jual-beli, bahkan Yesus pernah takut ketika tiba saatnya Ia akan
disalibkan. Sifat kemanusiaan Yesus saat itu sangat jelas kita lihat dan dengarkan
malalui Firman-Nya yang terdapat dalam kitab suci, yang diperuntukkan kepada
kita umat yang percaya akan nama-Nya dan percaya akan setiap Firman yang Ia
sampaikan, melalui umat-Nya yang ada didunia ini serta yang mengabdi seluruh
hidupnya hanya bagi Allah saja. λόγος adalah pernyataan tentang Allah yang
menyatakan bahwa diri-Nya dalah Firman, melalui kitab Injil yang ditulis oleh
Yohanes sendiri. 22. Inkarnasi antara Yesus dengan manusia adalah bentuk bahwa
Allah sungguh-sungguh mengasihi manusia, meskipun pernah manusia
18 Willyam Wen, Logos, Memra Dan Yesus- Sebuah Studi Tentang Pengaruh Konsep
Logos Yudaisme Helenisme, Memra Yudaisme Palestina Terhadap Konsep Logos
Perjanjian Baru, (Galilee Press, 2018), 4-5.
19 Donald Guthrie, Terologi Perjanjian Baru 1-Allah, Manusia, Dan Kristus, (Jakarta:
Desember 2016, 11
mengecewakan Allah dengan tidak mendengarkan perintahnya, namun Allah
tetap mengasihi sehingga hubungan Allah dengan manusia saat itu tidak terputus.
Pentingnya penciptaan pada saat itu mengambbarkan bahwa kita manusia yang
dipilih secara khusus dan diciptakan pun istimewa, karena kita tidak sama dengan
makhluk hidup lainnya. Ketika Allah menciptakan kita Ia menghembuskan
nafasnya kedalam mulut kita, dan nafas itu adalah Roh, yang menjadi bagian
dalam kehidupan kita. Kitab Injil Yohanes ini lebih banyak menguraikan tentang
tanda-tanda ajaib serta percakapan dan pengajaran Yesus. Tanda-tanda ajaib itu
sudah merupakan pilihan, demikian juga keterangan atau uraiannya, sehingga
berita tentang kuasa Yesus mendapatkan konteks universal. Dan dengan latar
belakang pemikiran seperti itu penulis Yohanes dengan terbuka menyatakan
tujuan penulisannya, yaitu supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak
Allah dan supayakamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya23.
Yesus adalah Firman atau λόγος. Λόγος kemudian duraikan dengan
sebutan-sebutan terang, hidup, daging, kemuliaan, anak tunggal. Dengan kata
logos itu maka pengantar pertama ini menempatkan Yesus di dalam konteks
kosmis yang universal. Dengan kata lain, Yesus adalah tokoh kosmis yang bersifat
universal, dan tidak hanya terikat kepada masyarakat tertenti di Timur Tengah
kuno. Kata pengantar yang kedua ialah menempatkan Yesus dalam konteks
Yahudi, dimana Yesus disebut dengan istilah-sitilah Yahudi, seperti ‘Rabbi, Mesias,
Anak Allah, Raja Israel’, dan yang memuncak pada sebutan khas Perjanjian Lama,
yaitu ‘Anak Manusia’. Dengan demikian jelaslah bahwa kata pengantar yang kedua
itu menempatkan Yesus dalam konteks Yahudi. Dan hal itu pula yang nanti
dijabarkan lebih lanjut dalam fasal-fasal yang menyusul. Dengan dua kata
pengantar itu maka kita memperoleh kesan yang jelas, bahwa penulis kitab Injil
Yohanes ini hendaknya menempatkan Yesus dalam konteks khusus Yahudi dan
sekaligu dalam konteks kosmis yang universal. Yesus memang tokoh yang
merangkum langit dan bumi, sorga dan segala isi duni sekaligus. Dan itulah berita
yang hendak disampaikan oleh kitab Injil Yohanes24.
23 Prof. S. Wismoady Wahono, Ph.D., Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2018), 451.
24 Ibid 446.
KESIMPULAN
Dengan konsep λόγος, Firman, prolog mempersatukan seluruh karya
keselamatan Allah diantara manusia, mulai dari penciptaan melalui sejarah Israel
sampai kepada Inkarnasi. Jemaat mengakui kepercayaan mereka bahwa Kristus
adalah perwahyuan final dan konklusif dari Allah yang esa. Tujuan dari perikop
ini bukanlah membuat pernyataan mertafisik mengenai pribadi Kristus,
melainkan untuk mengakui buah-buah hasil perwahyuan bagi manusia. Fokus
kristologi dari injil bersifat “fungsional”, bukan “essensialistik” (berkaitan dengan
kodrat Kristus). Meskipun demikian, konklusi metafisik dari karya Yesus juga
disinggung (1:1). Pembaca sekarang sudah memiliki pemahaman yang benar
mengenai Yesus sehingga cerita Injil dapat dibaca dengan tepat. Prolog adalah
madah pujian yang digunakan untuk memberi kerangka pada cerita-cerita Injil
sendiri. Firman Allah tidak hanya memakai suara manusiatetapi juga memakai,
pikiran, perasaan dan opini manusia. Karena Firman Allah tidak dapat
disampaikan oleh Allah sendiri maka dari itu Ia memakai perantara yaitu hamba
Tuhan (pendeta), kita manusia yang dijadikan, baik yang memiliki jabatan dalam
organisasi gerejawi, memiliki tanggungjawab untuk memberitakan setiap Firman
yang diberikan oleh Allah kepada kita.
Dalam menjalani setiap kehidupan kita, kadangkali kita tidak
mempraktekkan λόγος, itu dalam kehidupan kita. Berbicara mengenai Firman,
maka akan berbicara menganai hal-hal yang postif dan akan berfokus terhadap
pemberitaan karya Allah dalam dunia ini. Dengan meneliti bahwa sudahkah
manusia memprakttekan λόγος, itu dalam setiap kehidupan kita?. Kita sebagai
manusia kadangkala pergi kegereja untuk mendengarkan Firman Allah, melalui
hamba-Nya, namun menjadi pertanyaan bahwa apakah betul-betul kita pergi
kegereja untu mendengarkan Firman Allah ataukah hanya sebagai rutinitas
belaka, atau hanya untuk mengobati rasa cemas kita, karena sudah menjadi
kebiasaan. Allah memberikan Firman-Nya kepada kita bahkan Ia menjadi Firman
itu sendiri dan menyerahkan nyawa-Nya hanya untuk kita. Kita manusia hanya
bisa merencanakan sesuatu tetapi Tuhan Allahlah yang bekerja didalamnya dan
Ia yang menjadi penentu kehidupan kita. Sungguh begitu banyak kasih Allah yang
sangat luar biasa Ia berikan kepada kita. Tuhan yang kita kenal adalah Tuhan yang
memperkenalkan diri-Nya kepada kita. Tak seorang pun dapat mengenal Tuhan
dengan benar, jika Tuhan sendiri tidak memperkenalkan atau mewahyukan diri-
Nya. Dan, jika Tuhan sudah menyatakan diri-Nya sedemikian rupa kepada kita,
bagian kita adalah menanggapi-Nya dengan kerinduan dan kesukaan besar untuk
mengenal-Nya lebih dari segala sesuatu. Selain melalui firman tertulis, Tuhan juga
menyatakan diri-Nya secara lebih khusus dalam diri Anak-Nya, Yesus Kristus.
Melalui Yesus, gambaran tentang siapa dan bagaimana Allah menjadi labih nyata
lagi bagi manusia. dAllah adalah Firman dapat kita lihat bahwa Firman juga dapat
diartikan sebagai perkataan, dalam artian bahwa Firman atau perkataan Allah
adalah sebuah perwujudan kasih Allah kepada kita. Manusia pernah menghianati
Allah, namun ketika manusia jatuh kedalam dosa, hubungan dengannya dengan
Allah masih terjalin dengan baik, bahkan Allah masih tetap merelakan nyawanya
hanya menebus dosa manusia itu. Kasih Allah memang sungguh-sungguh nyata,
karena kita sebagai manusia yang telah ditebus melalui pergorbanan Yesus dikayu
salib maka hendaknya pula kita mengasihi Yesus dengan penuh kasih.
REFERENSI
ALKITAB, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Anggota Ikapi, Alkitab Edisi Studi, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011.