Yohanes 1:1-3 |
Di tahun baru 2019 ini, kita akan memulai sebuah seri baru, yaitu Injil Yohanes.
Injil Yohanes adalah sebuah kitab yang ditulis dalam bahasa yang sangat sederhana
tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Di sinilah letaknya kejeniusan
seorang Yohanes. Sederhana tetapi makna rohani dari Injil ini juga sangatlah
mendalam.
1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu [mengacu pada] Allah dan Firman
itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya [mengacu pada] Allah. 3 Segala sesuatu
dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala
yang telah dijadikan.
Terjemahan di atas adalah yang paling tepat untuk nas ini. Kita jangan begitu cepat
berasumsi bahwa Firman itu adalah Yesus seperti yang dilakukan banyak orang.
Kaitan antara Firman dan “daging” baru disebutkan di ayat 14, dan kita akan
meneliti makna kalimat “Firman itu sudah menjadi daging” di lain waktu. Nama
Yesus sendiri baru muncul di ayat 17. Saya tidak akan membahas semua itu di sini
karena itu bukan maksud dari pesan hari ini.
Membaca dengan terjemahan di atas, kita akan menemukan bahwa pembacaan ini
selaras dengan apa yang dinyatakan di Kejadian 1, yaitu Allah menciptakan segala
sesuatu dengan firman-Nya. Kosmologi yang sejati dan alkitabiah adalah
“Berfirmanlah Allah dan jadilah demikian”.
TELADAN YESUS
Untuk memahamai apa artinya mengutamakan Firman, kita mengarahkan perhatian
pada model yang terbaik, yaitu Yesus sendiri. Injil mengisahkan cerita kelahiran
Yesus dengan cukup mendetail. Setelah kisah kelahirannya, tidak ada informasi
yang lain sampai Yesus tiba-tiba muncul saat berusia kira-kira 30 tahun, dan Injil
menceritakan tindakan dan perbuatannya dari situ. Kita nyaris tidak tahu apa-apa
tentang masa kanak-kanak Yesus, kecuali sebuah peristiwa ketika dia berusia 12
tahun. Apa kejadiannya? Ya, kejadian Yesus menghadiri Pedalaman Alkitab! Ayah
dan ibunya hilang selama tiga hari tetapi Yesus tidak sadar, atau mungkin tidak
peduli, dia lebih asyik mendengarkan para guru agama dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Dia sibuk dengan urusan tentang Bapanya di Surga. Dengan cara yang
sama, itulah caranya kita berada dalam urusan-urusan Bapa, yakni melalui firman-
Nya. Jika kita tidak bersentuhan dengan firman-Nya, bagaimana mungkin kita dapat
bersentuhan dengan urusan-urusan-Nya? Jika kita tidak bersentuhan dengan urusan-
urusan-Nya, bagaimana mungkin kita bersentuhan dengan Dia? Kisah ini merupakan
sebuah jendela kepada masa kecil Yesus yang harus menjadi pedoman hidup kita.
Langsung setelah itu ialah kisah pembaptisan dan pencobaan Yesus. Apa jawaban
pertama Yesus kepada Iblis? “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Dari sini kita belajar satu
hal yang sangat penting dari Yesus. Sebagai pelayan Tuhan, kita cenderung
mempelajari firman Tuhan hanya untuk melayani, sebagai persiapan khotbah.
Dengan kata lain, kita melihatnya sebagai sebuah “alat” untuk pelayanan. Ketika
tidak ada tekanan pelayanan, maka kitapun kendur dan “beristirehat” dari firman
Tuhan. Namun Yesus adalah tukang kayu yang merenungkan firman Allah setiap
hari karena dia melihatnya sebagai makanan. Ia mempelajarinya bukan untuk
pelayanan, tetapi untuk menjalani hidup yang berkemenangan. Yesus di sini dengan
jelas memberitahu kita bagaimana caranya manusia harus hidup. Perhatikan juga
kata “setiap”. Kita hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Dengan
kata lain, jika kita melewatkan satu kata saja, kita harus membayar harganya. Kita
tidak akan mengalami kepenuhan yang dijanjikan oleh firman itu. Mengapa hidup
kita menyebalkan? Tidak ada alasan lain kecuali saudara melewatkan firman-Nya.
Mengapa hidup kita tidak bahagia? Mengapa selalu bertengkar? Mengapa hidup kita
dangkal? Selalu ketakutan? Selalu kuatir? Selalu kalah? Alasannya hanya satu: tidak
seperti Yesus yang hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah, kita
bahkan tidak tahu apa yang tertulis. Untuk melawan Iblis, Yesus memulai setiap
perlawanan dengan “Ada tertulis”, “Ada pula tertulis” atau “Sebab ada tertulis”!
MAKNA HIDUP
Saya juga meyakini bahwa jika kita hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah, kita juga akan menemukan makna hidup yang sejati. Kata “firman” di
Yohanes 1:1 ialah logos. Kata logos memiliki makna yang cukup luas, tapi salah
satu yang paling dasar ialah “kata” atau dalam bahasa Inggris “word”. Ketika kita
berhadapan dengan sebuah kata, hal berikut yang kita pikirkan ialah makna kata itu.
Menurut Viktor Frankl yang menulis, “Man’s Search for Meaning”, “Kehidupan
bukanlah sebuah pencarian akan kesenangan atau kekuasaan, tetapi sebuah
pencarian akan makna”. Tugas paling besar bagi setiap orang adalah menemukan
makna dalam kehidupannya. Orang yang menemukan maknalah yang sanggup
mengharungi kesusahan dan tragedi kehidupan ini dengan baik. Entah bagaimana
mereka akan keluar dengan karakter yang lebih baik. Orang yang hidup dari setiap
firman yang keluar dari mulut Allah akan menemukan makna yang sejati dalam
hidupnya. Kehidupan kita mendefinisikan firman itu, dengan kata lain, hidup kita
akan menjadi kamus bagi firman itu sendiri.
Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk
16
Kata “diilhamkan” berarti “dihembus nafas Allah”. Hal ini dapat diumpamakan
seperti penciptaan Adam, ketika Allah menghembuskan nafas-Nya ke dalam patung
Adam, dan Adam menjadi makhluk yang hidup. Jadi Kitab Suci ialah sebuah kitab
yang sangat spesial dan unik. Kalau kita akrab dengan segala yang dikatakan
tentang firman Allah oleh Allah, kita tahu bahwa firman Allah itu adalah sesuatu
yang hidup. Namun hidupnya firman Allah itu bukanlah sesuatu yang terjadi secara
otomatis bagi setiap orang.
1
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang
tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh, 2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang
merenungkan Taurat itu siang dan malam. 3 Ia seperti pohon, yang ditanam di
tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu
daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Orang seperti ini selalu segar, selalu fresh, selalu menghasilkan buah! Sampai kapan
dia selalu fresh dan segar?
Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar… (Mzm
92:15)
Tiga puluh tahun yang lalu, saya membaca sebuah buku yang bab terakhirnya diberi
judul, “What kind of old man you want to be?” Bab ini menarik inspirasi dari
Kaleb, yang berkata kepada Yosua pada usia 85 tahun,
“Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini; pada
waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti
kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang
dan untuk keluar masuk. Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang
dijanjikan Yahweh pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu
itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu.
Mungkin Yahweh menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang
difirmankan Yahweh.”