Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI SESI 1-2

PEWAHYUAN ALLAH DAN ALKITAB

oleh Yoel Victor (01011200164)


Berdasarkan sifatnya, pewahyuan Allah terbagi menjadi dua sifat, yaitu pewahyuan
umum dan pewahyuan khusus. Pewahyuan umum berarti Allah memperkenalkan diri-Nya
kepada manusia di seluruh tempat dan waktu. Pewahyuan khusus berarti Allah
memperkenalkan diri-Nya hanya kepada orang-orang tertentu dan di waktu-waktu tertentu
saja.

Berdasarkan tempatnya, pewahyuan umum dapat ditunjukkan ke dalam tiga tempat,


yaitu pada alam semesta, sejarah, dan manusia. Pewahyuan umum dapat dilihat di alam
semesta ini karena Allah telah meninggalkan petunjuk mengenai diri-Nya. Lalu, pewahyuan
umum juga dapat ditelusuri dari catatan-catatan sejarah karena karya-karya Allah juga
merupakan bagian dari sejarah. Kemudian, manusia juga bisa dikatakan sebagai tempat
menemukan pewahyuan umum karena manusia memiliki dorongan moral untuk membuat
keputusan moral. Dari sifat moral manusia itulah, watak Allah dapat terlihat dengan baik.

Namun, pewahyuan umum juga memiliki kelemahan. Pertama, pewahyuan umum


tidak membawa manusia mengenal satu-satunya jalan keselamatan. Hal ini terjadi karena kita
memang menerima banyak pengetahuan-pengetahuan tentang Allah, tetapi kita tidak
mengenal Kristus secara lengkap. Kedua, pewahyuan umum tidak mengajarkan kita
mengenai pengetahuan yang benar tentang Allah karena pewahyuan hanya akan membawa
kita kepada ketidakpastian. Ketiga, pewahyuan umum tidak memberi dasar yang memadai.

Alkitab adalah bentuk dari pewahyuan khusus Allah. Mengenai pewahyuan dan
inspirasi Alkitab, terdapat dua ayat yang menyatakan bahwa Alkitab adalah pengilhaman
Allah. Ayat tersebut terdapat dalam 2 Timotius 3 : 16 dan 2 Petrus 1 : 20 – 21. Inti dari kedua
ayat tersebut adalah Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah yang bertujuan untuk
mendidik kita sebagai orang Kristen dan tulisan-tulisan di dalam Kitab Suci tidak boleh
ditafsirkan sendiri karena hanya orang yang telah Tuhan pilih untuk menafsirkannya dengan
bantuan Roh Kudus.

Alkitab juga memiliki otoritas. Pertama, otoritas Alkitab berkenaan dengan otoritas
Allah. Ini berarti Alkitab tidak mungkin memiliki kesalahan sama seperti Allah sendiri yang
tidak bersalah dan waktu seseorang menolak Firman Allah, dia juga menolak Allah. Kedua,
otoritas Alkitab berkaitan dengan pengenalan akan Allah yang benar. Ini berarti orang yang
mengenal Allah harus melalui wahyu khusus Allah. Di dalam wahyu khusus inilah kita
mengenal tentang pemahaman Allah Tritunggal. Ketiga, otoritas Alkitab berkaitan dengan
kehidupan Kristen. Ini berarti setiap orang Kristen perlu kerendahan hati dan keterbukaan
untuk dikoreksi oleh Firman Tuhan.

Alkitab juga menjadi sumber kehidupan orang Kristen. Jadi, orang Kristen harus
menjalankan apa yang tertulis di Alkitab walaupun dengan pergumulan. Tetapi, kita percaya
Roh Kudus membimbing kita untuk menjalankan perintah-Nya hingga kita memperoleh
kemenangan dalam anugerah-Nya. Kemudian, Alkitab juga menjadi bahan yang
mengobarkan spiritualitas Kristen. Ketika seseorang mempelajari Alkitab, Allah dapat
berbicara dan mengubahkan diri mereka masing-masing melalui kebenaran dan inilah
pertemuan antara Tuhan dengan seseorang pribadi lepas pribadi.

Sebelum membaca Alkitab, kita perlu mengingat prinsipnya. Pertama, kita percaya
kepada Roh Kudus untuk menerapkan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, kita
harus membutuhkan bimbingan dalam menafsirkan Alkitab. Ketiga, kita menerapkan firman
sebagai bagian dari disiplin rohani. Lalu, kita juga perlu mengingat bahwa membaca Alkitab
ada tujuannya. Pertama, untuk mengembangkan pikiran dan hati dalam menyikapi situasi
yang terjadi sesuai kehendak Allah. Kedua, mencari pikiran dan ciri khas Allah. Ketiga,
menanamkan firman Tuhan di dalam hati oleh Roh Kudus. Keempat, untuk memperbarui
pemikiran kita dengan Alkitab demi mencerminkan anugerah dan kemuliaan Kristus.

Ketika kita ingin membaca Alkitab, ada beberapa langkah-langkah yang harus diikuti.
Langkah pertama, kita harus memahami situasi sebenarnya. Kita bisa menjadi penjelajah
waktu dengan melintasi batas budaya dengan menggunakan kamus dan ensiklopedia Alkitab,
mengatasi hambatan bahasa dengan terjemahan Alkitab yang akurat, membenamkan diri
dalam zaman Alkitab, dan menggunakan peta Alkitab. Selain itu, kita dapat membaca Alkitab
seperti membaca sebuah surat cinta yang saat kita membacanya kita akan teliti setiap kata per
kata, kalimat per kalimat, dan paragraf per paragraf. Langkah kedua, kita dapat menemukan
prinsip umum. Kita dapat membuat pertanyaan, “Apakah si penulis menyatakan prinsip
umum?”, “Mengapa perintah khusus ini diberikan?”, dan “Apakah latar belakang yang luas
menyatakan prinsip umum?”. Langkah ketiga, menerapkan prinsip umum pada masa kini.
Kita dapat terapkan prinsip tersebut pada situasi yang persis sama, situasi yang sebanding
(memisahkan mana yang benar dan mana yang salah), dan situasi yang berbeda (saat ini,
banyak orang Kristen yang perilakunya seperti budak dan tidak mencerminkan sifat yang
seperti Anak Allah).
Lalu, tidak jarang kita menemukan sebuah unsur yang hilang ketika sedang membaca
Alkitab. Oleh karena itu, kita harus menemukan dan menerapkan prinsip Alkitab yang
menekankan mekanis dan rohani serta pemahaman dan perbuatan. Dengan demikian, kita
dapat menyukakan hati Allah dengan kerinduan untuk memahami dan menaati Firman
Tuhan.

Terakhir, sebagai orang Kristen, kita juga perlu mengetahui konsep CFRC ketika akan
membaca Alkitab. Fase C (Creation) terletak dari Kejadian 1 – 2. Fase F (Fall) terletak dari
Kejadian 3 – 11. Fase R (Redemption) terletak dari Kejadian 12 – Wahyu 20. Fase C
(Consummation) terletak dari Wahyu 21 – 22.

Setelah menyelesaikan ringkasan ini, penulis memiliki tanggapan mengenai materi


yang telah disampaikan. Penulis menilai bahwa materi yang telah disampaikan sangat
membuka wawasan bagi kita setiap orang Kristen dalam hal membaca Alkitab. Lalu, materi
ini juga telah memberikan banyak petunjuk yang sangat berharga mengenai bagaimana kita
membaca Alkitab dengan baik dan benar. Satu hal yang penulis ingin bagikan dalam
penulisan ringkasan materi ini. Materi ini sedikit demi sedikit mengubah pandangan penulis
tentang cara membaca Alkitab. Membaca Alkitab bukan hanya sekadar membaca saja.
Tetapi, hendaklah kita membawa diri kita kepada situasi yang terjadi di dalam ayat, pasal,
dan kitab yang sedang kita baca sehingga kita bisa merasakan keterlibatan Allah dalam
pembacaan Alkitab kita karena Allah ada firman itu sendiri.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga ringkasan dari materi ini dapat
memberkati Anda yang membacanya dan kita sama-sama bisa bertumbuh dalam iman kita
kepada Tuhan Yesus Kristus. Terima kasih. Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua.
Amin.

Anda mungkin juga menyukai