Anda di halaman 1dari 13

ETIKA I

SEGI-SEGI HIDUP BARU

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10

Yahya Oroh (202141168)


Regina Lumi (202141208
Zefva Runtuwene (202141226)
Sheren Musa (202141239)

Dosen :
Pdt. Dr. Hendry C.M. Runtuwene., S.Th, M.Si

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON 2022
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR................................................................................................................................3
SEGI-SEGI HIDUP BARU.........................................................................................................................4
A. Hidup baru adalah berjalan mengikuti Kristus...........................................................................4
B. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang berdasarkan kebebasan yang diberikan oleh
Kristus kepada kita.............................................................................................................................5
C. Hidup baru sebagai kepatuhan baru..........................................................................................6
D. Hidup baru sebagai perjuangan, sebagai "Militia Christi”..........................................................7
E. Hidup baru sebagai hidup kasih.................................................................................................9
F. Hidup baru adalah kehidupan pengharapan (Etika dan Eskatologi).........................................10
KESIMPULAN.......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................13

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan karena atas cinta kasih dan berkatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “SEGI-SEGI HIDUP BARU” ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca mengenai pembahasan makalah ini.
Diucapkan banyak terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang boleh bekerja
sama sehingga makalah ini boleh terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun dari para
pembaca untuk memperlengkapi makalah ini. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati

3
SEGI-SEGI HIDUP BARU
A. Hidup baru adalah berjalan mengikuti Kristus

Di dalam sejarah Etika Kristen hidup baru itu sering dirumuskan dengan:
mengikuti Kristus. Perumusan ini sangat penting, karena ada dua macam sebab.
Pertama, karena di dalam perumusan ini hubungan yang erat antara hidup baru dan
Yesus Kristus kelihatan sangat jelas. Di dalam berbagai perumusan tentang hidup
baru itu dijelaskan hubungan antara hidup baru dan Taurat. Di dalam perumusan
"mengikut Kristus" diterangkan hubung- an antara Yesus dan hidup baru. Dialah
pokok anggur dan kita ranting- rantingnya (Yoh. 15).

Kedua perumusan ini sangat penting, karena pengertian "mengikuti Kristus"


jelas menerangkan beberapa konsekuensi hidup baru, yang tidak terdapat pada istilah-
istilah dan perumusan-perumusan lainnya. Perumus- an ini juga menerangkan adanya
suatu macam situasi persengketaan antara hidup baru dengan dunia, persengketaan
yang membawa kesengsaraan. Barangsiapa mengikuti Kristus, maka yang diikuti
ialah Dia yang dibuang dan disalibkan oleh dunia. Tetapi hanya sedikit perumusan
tentang hidup baru itu yang di sepanjang sejarah begitu sering disalah-gunakan
seperti perumusan ini. Oleh sebab itu, pertama-tama akan kita selidiki, apa yang
dimaksudkan dengan "mengikuti Kristus" menurut Alkitab dan bagaima- na
pengertian itu diterangkan di dalam sejarah gereja.
 Mengikuti Kristus menurut Alkitab
1. Menurut Perjanjian Lama
Istilah "mengikuti" sudah sering terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama.
Paling jelas dalam pergumulan antara Nabi Elia dengan nabi-nabi Baal di
Bukit Karmel. (1 Raj. 18). Di situ bangsa Israel disuruh memilih: "Berapa
lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu
Allah, ikutlah Dia, dan kalau Baal, ikutlah dia." Seruan-seruan semacam
itu kita dapati pula pada nabi-nabi yang ke-mudian. Mereka berseru dan
memanggil bangsa Israel supaya "mengikuti"Tuhan Allah dan dengan
kepercayaan menyerahkan diri kepada janji-janjidan tuntutan-tuntutan-
Nya dan berjalan di jalan yang ditempuh-Nya.
2. Menurut Injil-injil

4
Di dalam Kitab Perjanjian Baru ucapan-ucapan semacam itu dapat kita
dengar dari mulut Tuhan Yesus. Tuhan yang esa dan yang sesungguhnya
menyatakan diri di dalam Yesus. Dalam Yesus, Tuhan ada di tengah-te-
ngah kita. Ia tinggal di antara kita. Dan tiap-tiap kali kita lihat, bahwa
Yesus memanggil orang-orang supaya mengikuti Dia. Bagi-Nya,
bukanlah menonton yang penting. Bukan pula hanya mengagumi, tetapi
yang pen- ting bagi-Nya ialah mengikuti.
3. Menurut surat-surat kiriman dalam Perjanjian Baru
Pengertian "mengikut Kristus" itu pun kita dapati dalam surat-surat kirim-
an dalam Perjanjian Baru. Beberapa dari ucapan-ucapan itu hendak kami
bicarakan secara singkat.
Di dalam Filipi 2:1-11 digambarkan dengan kata-kata yang dalam tentang
pekerjaan Yesus: Yesus telah merendahkan diri-Nya sampai mati di kayu
salib. Telah diambil-Nya rupa seorang hamba. Dan semua itu dila- kukan-
Nya sendirian. Dilakukan-Nya bagi kita. Karena salib-Nya, la telah
menjadi Tuhan, menjadi Kurios, menjadi Penebus bagi kita.

B. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang berdasarkan kebebasan yang


diberikan oleh Kristus kepada kita

Kata bebas itu terdapat dalam berbagai rangkaian kata, misalnya: kebebasan
rohani, kebebasan agama, kebebasan politik, kebebasan ekono- mi dan lain-lain.
Apabila dari deretan istilah itu kita ambil istilah "kebe- basan rohani" dan itu kita
telaah tersendiri, maka akan tahulah kita bahwa istilah itu mempunyai beberapa arti
yang berlainan. Filsafat Stoa mengatakan: Manusia yang bebas ialah manusia yang
tidak tergerak dengan cara apapun juga oleh segala yang menggerakkan dunia; dialah
manusia yang merasa serba cukup, hanya penuh dengan diri sendiri dan merasa cukup
puas dengan diri sendiri (autarkeia), tidak ter- gerak oleh kekayaan atau kemiskinan,
kesenangan atau kesengsaraan. Manusia yang tidak terhampiri, yang seolah-olah
bertakhta sebagai allah yang dingin hati, itulah manusia yang bebas, demikianlah
menurut ahli-ahli pikir Stoa seperti Epictetus dan Seneca.Pada zaman revolusi
Perancis, ke mana-mana tersiar semboyan "liberté", artinya kebebasan, dan kebebasan
itu mengandung arti bahwa manusia tidak tunduk, baik kepada Tuhan maupun kepada
manusia.

5
C. Hidup baru sebagai kepatuhan baru

 Kepatuhan
Kebebasan dan kepatuhan itu di dalam Alkitab sering disebutkan
bersama-sama, seolah-olah dengan satu hembusan nafas saja. Kedua kata
itu merupakan dua segi dari satu hal. Paulus, orang yang mengalami dan
menulis tentang kebeb«san di dalam Kristus itu demikian dalamnya,
menamakan dirinya dalam setiap surat kirimannya: seorang budak,
seorang hamba Yesus Kristlß, Penolong dan Pembebasnya.
Dinamakannya dirinya anak dan hamba yang dibebaskan!
Kristus telah membebaskan kita dari kekuasaan maut. dosa. setan dan
kutuk Taurat, bukan supaya kita menjadi anarkis-anarkis. Kita
dibebaskan-Nya, supaya kita dengan sukarela dan dengan girang
mengabdi kembali kepada-Nya, yang menjadi Pemilik sah hidup kita.
Oleh sebab itu, hakikat hidup baru itu oleh Alkitab tidak digambarkan
hanya dengan perkataan bebas saja, tetapi juga dengan perkataan patuh
atau taat.
 Hubungan antara kebebasan dan kepatuhan
Bagaimanakah hubungan antara kebebasan dan kepatuhan? kedua hal
itu merupakan suatu kesatuan. Contoh Kristus menyebut dirinya Anak
yang bebas dan Oleh sebab itu la patuh kepada Allah. Paulus menamakan
dirinya penjahat yang dibebaskan dan oleh sebab itu ia menjadi hamba
Yesus. Perbedaan antara kebebasan dengan kepatuhan ditermgkan oleh
Bonhoeffer di dalam bukunya yang berjudul Ethik
 Kepatuhan dan kebebasan tidak boleh dipisah pisahka
Di dalam teologi dan sejarah gereja-gereja dan sekte-sekte, kebebasan
itu kerap kali diberitakan tanpa kepatuhan. Dengan demikian timbullah
suatu bahaya besar, yakni bahaya "anti-nomianisme". Timbullah bahaya
penya- lahgunaan kebebasan sebagai kedok anarki kesusilaan dan tingkah
laku yang tidak senonoh. Di dalam sejarah gereja seringkali timbul aliran-
aliran yang salah pahamnya tentang kebebasan itu. Akan tetapi ada juga
bahaya yang lain. Apabila di dalam teologi dan praktik hidup, kepatuhan
diberitakan tanpa kebebasan, maka timbullah bahaya legalisme dan
moralisme. Hal itu kelihatan sangat kuat dalam mo- ral Isla. Di situ

6
manusia dipandang sebagai "abd", sebagai hamba, bukan sebagai anak.
Maka merosotlah derajat moral menjadi sekumpulan per- aturan hukum.
Tidak ada lagi Injil, hal itu tampak pula dalam sejarah gere- ja. Di dalam
Ordo Yesuit, Ignatius dari Loyola sangat menekankan kepa- tuhan,
sehingga terjelmalah suatu perkumpulan rahib, di mana kepatuhan yang
membabi-buta (tidak dengan dipikir) kepada abt (kepala biara) telah
meniadakan kebebasan Kristen. Pengikut-pengikut ordo itu kerap kali
tampak seperti hamba-hamba seorang jenderal yang berdisiplin, dan tidak
tampak sebagai anak-anak Allah.
 Mendengarkan dan berbuat
Di dalam bagian tentang kepatuhan ini baiklah kami paparkan juga
beberapa catatan tentang mendengarkar, dan berbuat, oleh sebab
maksudnya sama dengan arti kepatuhan iman. Terutama, ada dua bagian
di dalam Alkitab, yang membicarakan ten- tang mendengarkan tanpa
berbuat dan tentang mendengarkan dan berbuat, yaitu pada bagian
terakhir dari "Khotbah di Bukit" (Matius 7) dan dalam Surat Yakobus
1:22 dst. Barangsiapa mendengarkan Injil tanpa ber- buat, ia adalah
seorang penipu. Demikian kata Yesus, mendengarkan Injil dan Taurat
Tuhan jangan sekali-kali tidak disertai perbuatan iman yang dibangkitkan
oleh Injil dan Taurat Tuhan itu.

D. Hidup baru sebagai perjuangan, sebagai "Militia Christi”

Militia Christi Dalam Kitab Perjanjian Baru, hidup baru itu kerap kali
digambarkan sebagai perjuangan. Kadang-kadang diumpamakan juga dengan
gelanggang perlombaan, di mana para pelari harus menguji kekuatannya dengan ber-
lari di gelanggang yang berupa tanah pasir dan harus belajar bertahan hingga akhirnya
memperoleh karangan bunga sebagai tanda kemenangan (Ibr. 12:1, 2). Paulus
mempergunakan perumpamaan yang sama pula ketika di- bangkitkannya semangat
Timotius, katanya: "Bertandinglah dalam pertan- dingan iman yang benar" (1 Tim.
6:12). Timotius dibangkitkannya kepada "pertandingan yang benar" (agona to kalon).
Demikian pula Paulus mene- rangkan bahwa ia telah mengakhiri pertandingan yang
benar dan telah menerima mahkota kebenaran tanda kemenangan (2 Tim. 4:7). Dalam
Efesus 6 ia pun mempergunakan perjuangan (atau perlawan- an) sebagai

7
perumpamaan. Di situ si pejuang tampil ke muka bukan seba- gai pelari, tetapi
sebagai gladiator dengan persenjataannya yang lengkap berupa perisai baju zirah dan
pedang; demikianlah ia masuk ke gelang- gang pertarungan, lawannya. Dalam 1
Korintus 9:25-27 perjuangan itu diumpamakan sebagai per-tandingan, di mana
seorang atlit (pemain olah raga) yang berlatih, terus berlatih, menguasai dirinya dalam
segala hal demi kepentingan tujuan ter-akhir yang dicita-citakannya, ialah mahkota
kemenangan. Di dalam segala macam perumpamaan itu, kehidupan Kristen di-
umpamakan sebagai suatu perjuangan mati-matian. Apabila kehidupan Kristen kita
pandang dari sudut ini, maka kelihat- anlah berbagai segi kehidupan Kristen yang
terbengkalai, tidak pernah diperhatikan. Lagipula amatlah perlunya menelaah dan
menerangkan segi kehidupan Kristen ini. Di dalam sejarah gereja Kristen tampak,
bahwa teristimewa pada za- man yang "makmur", kekristenan menjadi kendor, manja,
mudah berkecil hati. Timbullah kekristenan yang "lemah tulang-belulang", lemah
kero- haniannya. Pada zaman yang demikjan itu seringkali dilupakan, bahwa du- lu
ada orang-orang yang dinaikkan ke tempat pembakaran, dibakar hidup- hidup, dan
lain sebagainya, dan hal itu pada "zaman makmur" tersebut sering didengarkan
"sambil menguap". Kini di seluruh dunia dalam gereja Kristen hidup kembali
kesadaran bahwa situasi kita sebagai gereja dan perseorangan, secara rohani dan su-
sila, adalah penuh risiko dan amat berbahaya. Kita selalu dikelilingi oleh bujukan-
bujukan dan godaan-godaan. Kehidupan Kristen adalah perju- angan! Perjuangan
yang berlangsung terus sampai akhirnya. Kehidupan risten adalah milisi, milisi
rohani. Dan perjuangan, itu haruslah dilaku- kan dengan senjata-senjata rohani,
melawan musuh-musuh rohani. Kita tidak berjuang untuk kemenangan, supaya
menang. Tetapi kita berjuang dari kemenangan, berdasarkan ke- menangan, yaitu
kemenangan Kristus. Perjuangan yang disebutkan di sini ialah perjuangan iman.
Yakni pergumulan agar dapat tetap hidup dari anugerah Yesus.

Kita diutus ke medan perjuangan dengan pengetahuan, bahwa keme- nangan


telah tercapai. Walaupun demikian, perjuangan ini bukanlah perju- angan yang tidak
perlu, bukanlah perjuangan yang tidak nyata, bukanlah perjuangan yang berpura-pura.
Ini bukanlah permainan, melainkan ke- sungguhan. Tetapi kesungguhan yang tidak
tanpa kegembiraan. Sebab perjuangan itu adalah perjuangan iman. Sebab kita
berjuang berdasarkan kemenangan.Perjuangan ini pernah disebut suatu gerak kisar. Di
dalam perju- angan ini berlakulah firman: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan

8
oleh Dia, dan kepada Dia" (Rm. 11:36). Di dalam perjuangan ini bolehlah kita
berdasarkan kemenangan Kristus. Di dalam perjuangan ini segala sesuatu adalah dari
Dia. Kita bergumul melawan kuasa-kuasa yang masih tetap menentang dengan ga-
rangnya, tetapi kuasa-kuasa itu telah berada di bawah kekuasaan Kristus. Oleh Dia,
artinya di dalam kekuatan-Nya boleh kita melawan kuasa-kuasa itu. Di dalam
perjuangan ini segala sesuatu adalah oleh Dia. Dan pada akhir perjuangan itu
kembalilah kita kepada Dia. Ia memberikan mahkota kebenaran tanda kemenangan
kepada mereka yang di dalam perjuang- annya sampai saat terakhir senantiasa hidup
dari anugerah-Nya. Di dalam perjuangan ini segala sesuatu adalah kepada Dia. Oleh
sebab itu, perjuangan ini pada permulaan, pertengahan dan akhirnya disebut: Militia
Christi.

E. Hidup baru sebagai hidup kasih

Istilah "kasih" dan "mengasihi" Seperti di dalam bahasa-bahasa lainnya, dalam


bahasa Indonesia pun ter- dapat banyak perkataan dan ungkapan yang searti dengan
kata kasih dan mengasihi. Kasih, cinta, sayang, asmara, birahi akan sesuatu, cinta
kasih akan sesuatu, kasih sayang, belas kasihan, suka kepada sesuatu dan lain- lain.
Masing-masing perkataan itu ada isi dan artinya sendiri-sendiri yang berbeda-beda.
Jika kita hendak membicarakan kasih, menurut pengertian Alkitab, hendaklah kita
bertanya, Kata apakah yang dipakai oleh Alkitab untuk kasih itu dan arti atau maksud
apakah yang tersimpul dalam kata itu?Dalam bahasa Yunani, yakni bahasa asli yang
dipakai untuk Kitab Perjanjian Baru, pada pokoknya terdapatlah tiga macam kata
untuk kata kasih itu, yakni: "Erao" (yang ada hubungannya dengan eros), philein dan
agapan (kata agapè ditafsirkan dari agapan itu). Dalam bahasa Yunani kata Erao dan
Eros itu mula-mula berarti ka- sih, di dalam arti birahi, cinta birahi, cinta yang disertai
hawa nafsu, as- mara. Dalam mitologi Yunani "eros" itu diperdewakan dan dipuja
dalam keadaan mabuk nafsu. Dalam filsafat Yunani, Eros mendapat arti yang la- in.
Oleh Plato, Eros itu disebut Anak "Poros" dan "Penia", artinya Anak "si Kaya" dan "si
Miskin". Plato melukiskan keadaan Eros itu sebagai desakan batin yang mem- bawa
manusia, yang merasa adanya kekurangan-kekurangan kepada pendewaan (dari yang
dianggapnya sebagai) suatu "kekayaan". Jadi menurut Plato, Eros sebenarnya ialah
keinginan atau kerinduan yang mendorong manusia menciptakan kebudayaan. Jadi
dalam ilmu jiwa modern dapatlah orang berkata, bahwa menurut Plato, Eros dan
Libido haruslah dibedakan. Dalam Neo-Platonisme ciptaan Plotinus, hal itu diuraikan
lebih lan- Di situ Eros dilukiskan sebagai suatu hasrat untuk menjadi satu de- jut.
ngan "Sang Semesta" (Yunani: To On). Jika hasrat itu telah terpenuhi, ma- ka puaslah
jiwa itu akan dirinya sendiri dan puaslah eros itu. Oleh sebab itu berkatalah Plato,
"Sekali menjadi dewa (ilah), manusia itu tidak lagi mengenal kasih". Dari beberapa
catatan di atas itu jelaslah sudah rasanya, betapa besar beda antara makna "kasih"
menurut Alkitab dan "kasih" menurut alam pi- kiran Yunani.Kata yang kedua ialah

9
"philein", yang artinya adalah kasih antara orangtua dan anaknya, antara kawan dan
kawan, antara teman sekerja dan teman sekerja dan seterusnya. Kata yang ketiga ialah
"agapan". Kata ini jarang dipakai. Mengan- dung arti: kasih yang memilih seseorang,
kasih yang setia antara manusia dan manusia. Kata "agape" termasuk kumpulan istilah
Alkitab dan mendapat isi yang amat dalam. Kata ini telah menjadi kata inti untuk
menjelaskan, apa itu kasih Tuhan dan apa kasih kepada Tuhan dan kasih kepada
sesama manusia.

F. Hidup baru adalah kehidupan pengharapan (Etika dan Eskatologi)

Kehidupan Kristen adalah hidup dari iman, kasih dan pengharapan Di dalam
surat-surat Paulus kehidupan Kristen itu diterangkan sebagai hidup dari iman, kasih
dan pengharapan (1 Kor. 13). Di dalam surat-surat pengakuan iman yang tertua dari
berbagai gereja, pengakuan tentang hi- dup baru itu pun dipandang dari ketiga sudut
tadi. Demikian pulalah hal- nya dalam beberapa uraian mengenai dogma (pokok
ajaran tentang keper-cayaan) dan etika. Dalam Enchiridion karangan Augustinus,
bahan-bahan ajaran ten- tang kepercayaan dan etika itu digolongan di sekitar ketiga
istilah inti itu, yakni: iman, kasih, pengharapan. Demikian juga halnya dalam
Institutio karangan Calvin, dalam bagi- an tentang kehidupan Kristen. Ia sangat
menitik-beratkan hubungan antara pengharapan Kristen dan kehidupan Kristen. Yang
mengherankan ialah, bahwa dalam abad-abad terakhir ini arti pengharapan bagi
kehidupan Kristen sangatlah diabaikan dalam Etika Kristen. Namun tentang hal ini
datanglah juga masa perubahan di dalam metode berpikir secara teologis. Setelah
berabad-abad dianak-tirikan, maka sejak beberapa puluh ta- hun yang lalu, eskatologi
(ialah ajaran tentang perkara-perkara yang ter- akhir, zaman akhir) mendapat
perhatian lagi di dalam teologi. Perubahan arah di dalam teologi itu mula-mula tidak
seberapa pengaruhnya terhadap Erika. Dalam abad ini pun banyak ditulis buku
tentang Etika, yang sama sekali tidak menyebutkan arti pengharapan untuk hidup baru
itu. Tetapi pada tahun-tahun yang terakhir, perubahan arah di dalam teologi itu pun
mulai menembus lapangan Etika. Bahkan dapat dikatakan, bahwa hubung- an antara
Etika dan eskatologi adalah salah satu tema pokok di dalam renungan teologi zaman
sekarang.Dulu Etika dan eskatologi kerapkali digambarkan sebagai dua hal yang
berhadap-hadapan, bertentangan. Etika sangat menitik-beratkan per- buatan manusia
pada waktu sekarang. Dan eskatologi mengarahkan sega- la perhatiannya kepada hari
kemudian. Tampaknya seakan-akan tak ada hubungan antara Etika dan eskatologi.

10
Tampaknya seakan-akan eskatologi itu adalah musuh Etika, dan Etika itu musuh
eskatologi. Salah paham yang lebih besar daripada ini rasanya sukar dicari. Bukankah
eskatologi itu jika sungguh-sungguh ditafsirkan menurut Alkitab - suatu keterangan
atau penjelasan tentang Kerajaan Allah yang mendatang? Dan Kerajaan Allah
bukanlah suatu episode (kejadian yang ditambahkan) sesudah sejarah dunia. Tetapi
Kerajaan Allah sudah ada se- karang dan di kemudian hari. Sekarang ini pun Kerajaan
Allah itu telah ada tersembunyi dan mempengaruhi seluruh kehidupan, di dalam
segala hubungan di mana kita berada. Sebagaimana pada suatu elips semua titik
berada dalam suatu per- bandingan tertentu terhadap kedua titik-apinya, demikian
pula seluruh kehidupan kita berada dalam suatu hubungan tertentu terhadap
pengadilan Tuhan (baik hukuman maupun keselamatan) yang akan datang dalam
Kerajaan Allah. Oleh sebab itu Etika dan eskatologi tidak berhadap-ha- dapan sebagai
lawan. Oleh sebab itu, Etika dan eskatologi tidak berjajar sebagai dua eksponen yang
tidak berhubungan satu sama lainnya.

11
KESIMPULAN

Hidup baru merupakan hubungan atau relasi yang pasti dengan Tuhan yang tidak
berdasarkan dari hasil pemikiran kita semata, melainkan dengan janji firman Tuhan.
"Mengikut Kristus" ialah hidup dari kasih setia Tuhan Yesus Kristus dalam ketaatan iman.
Hidup dalam ketaatan iman di tengah kehidupan sehari-hari. Walaupun ada yang
dimaksudkan dengan istilah "mengikut Kristus" adalah sama dengan apa yang dikatakan
dengan istilah-istilah seperti "hi- dup dari man", "ketaatan yang baru" dan "tobat", namun
istilah itu mem- beri penerangan tentang beberapa segi hidup baru yang kurang ditegaskan
alan ungkapan-ungkapan lainnya. Kehidupan Kristen ialah hidup di bawah anugerah
kekuasaan Yesus, Tuhan yang disalibkan dan bangkit kembali dari mati. Barangsiapa
mengikut Yesus, ia hidup dari sumber kekuatan dunia baru, ia tunduk kepada norma-norma
yang tak dapat disesuaikan dengan akuran-ukuran yang berlaku di dunia dan di tengah
masyarakat. Barang- siapa sungguh-sunguh hidup dari kekuatan-kekuatan dan norma-norma
dunia baru itu dan barangsiapa tidak menuruti teladan orang dunia ini (Rm. 12:1, 2), maka ia
tidak akan merasa senang atau betah di dunia ini. Itu tidak cocok dengan rencana-rencananya,
program-programnya dan tujuan-tujuannya. Oleh sebab itu, ia menjadi seorang asing yang
menum-pang di dunia ini. "Mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air
sorgawi" (Ibr. 11:16).

12
DAFTAR PUSTAKA

Verkuyl J. Etika Kristen Bagian Umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.

13

Anda mungkin juga menyukai