Anda di halaman 1dari 5

Nama :JEFRI SANDA BADENG

Kelas :H (Teologi)
Nirm :2020186286
Mata Kuliah :Hukum Gereja
BAB 1
DIAKONIA DALAM PERJANJIAN BARU
1. Diakonia dalam kitab-kitab Injil
Salah satu nas penting dalam kitab-kitab Injil ialah Matius 22:34-40 yang memuat
jawaban Yesus kepada orang-orang Farisi yang mau mencobainya. Dilihat dalam terang
ini sebenarnya mengejutkan, bahwa dalam Perjanjian Baru diakonia digunakan untuk
menyebut hidup dan pekerjaan Yesus dan juga hidup dan pekerjaan jemaatnya.
2. Diakonia dalam Kisah Para Rasul
Dibeberapa tempat dalam Perjanjian Baru kata “persekutuan” digunakan dalam arti
“pemberian atau bantuan” materill, yang anggota-anggota suatu jemaat berikan kepada
anggota-anggota dari jemaat yang lain. Dalam Kisah Para Rasul kata “diakonia”
mendapat suatu arti yang spesifik.
3. Diakonia dalam surat-surat Para Rasul
Dalam Kisah Para Rasul “diakonia” mempunyai arti yang spesifik dari apa yang kita
sebut pada waktu ini “pelayanan diakonia”, yaitu bantuan kasih yang anggota-anggota
jemaat berikan seorang kepada yang lain dan yang mereka berikan kepada orang-orang
lain untuk hidup mereka di dunia ini.

BAB 2
DIAKEN DALAM PERJANJIAN BARU
 Jemaat, kharisma dan jabatan
Pelayanan jemaat seperti yang kita singgung dalam bab pertama, dipercayakan oleh
Tuhan Gereja kepada semua anggota jemaat. Untuk pelayanan itu mereka memperoleh
berbagai-bagai kharisma dari Tuhan Gereja. Kharisma adalah pemberian bebas, yang
dikaruniakan oleh Roh Kudus kepada anggota-anggota jemaat untuk pelayanan mereka
bersama. Tugas pokok dari pejabat-pejabat ialah melayani dan membangun jemaat.
Karena itu pekerjaan mereka lebih berlangsung didalam dari pada diluar gereja.
 Tugas diakonial dari pada rasul
Dalam jemaat Kristus para rasul memangku suatu jabatan yang unik dan tidak dapat
diulangi. Mereka dengan pemberitaan mereka merupakan fundmental atau dasar dimana
jemaat selanjutnya akan dibangun. Mereka mendahului jemaat dalam pelayanan Firman
dan pelayanan pastoral. Dari sini nyata bahwa yang diamainkan oleh para Rasul dibidang
diakonat menghalang-halangi jemaat dibidang itu.
 Diaken dalam surat Filipi dan 1 Timotius
Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi kita tiba-tiba membaca tentang diaken.
Diaken-diaken ialah pejabat-pejabat dengan sesuatu tugas yang pada suatu pihak berbeda
dengan tugas-tugas penilik jemaat dan diaken-diaken adalah syarat-syarat yang sama
esensinya.
 Wanita-wanita dalam pelayanan jemaat
Di beberapa jemaat dalam Perjanjian Baru kita membaca tentang pekerjaan diakonal,
yang dilakukan oleh wanita-wanita. Caranya Rasul Paulus berkata-kata tentang pekerjaan
mereka dalam jemaay memberikan kesan, bahwa pekerjaan mereka tidak lebih rendah
daripada pekerjaan para diaken.
 Janda-janda dalam 1 Timotius 5
Ditinjau dari sudut pandang diakonal kita dapat mencatat dua hal penting tentang
petunjuk-petunjuk Rasul Paulus tentang janda-janda itu. Pertama: pembangunan, kedua:
dari hubungan nyata.
 Bidang-cakup pelayanan diakonat
Dalam pelayanan diakonat kita bukan saja disuruh untuk melayani orang-orang yang
seiman dengan kita, tetapi juga orang-orang lain, juga orang-orang yang memusuhi kita.
Kalau kita berbicara tentang bidang cakup diakonat adalah, kita juga haus mengingat
akan kesaksian Matius 25:31-46.
BAB 3
SEJARAH SINGKAT DARI DIAKONAT GEREJA
 Waktu gereja lama
“Diakonat dalam gereja lama” sebagai lanjutan dari diakonat pada waktu Perjanjian Baru.
Waktu jabatan uskup dalam gereja lama berkembang kea rah sesuatu episkopat
manorkhal, diartikan turut terbawa dalam evolusi itu. Diaken-diaken ini mempunyai
suatu fungsi yang lain: mereka memumaikan tugas mereka dalam hubungan dengan
pelayanan misteri-misteri yang suci dari Gereja.
 Waktu bapak-bapak rasuli
Situasi diakonat pada waktu “bapak-bapak rasuli” yaitu gereja mulai berkembang
kemana-mana. Perkembangan ini terutama disebabkan oleh kesaksian gereja dan
ibadahnya. Dibidang ini kita mengkonstatir, bahwa pada bapak-bapak rasuli sedang
terjadi suatu peralihan dari suatu susunan kharismatis yang bebas kea rah suatu struktur
yang memberikan ruang kepada jemaat untuk memilih diaken-diakennya sendiri.
 Waktu abad-abad pertengahan
Dalam abad-abad pertengahan diakonat gereja tidak begitu banyak mendapat perhatian,
kalau dibandingkan dengan waktu sebelumya. Gereja-gereja Kristen pada abad-abad ini
seperti yang kita tahu dari sejarah gereja mengalami perkembangan yang besar. Dalam
abad-abad pertengahan perkembangan suatu bentuk kemiskinan, yang hanya dapat
dibasmi kalau gereja dan Negara menemukan alat-alat dan cara-cara yang cukup radikal.
Perkembangan ini bukan hanya di situ saja. Pada waktu “perang salib” orang mendirikan
ordo-ordo, yang bertugas di bidang pelayanan diakonal.
 Waktu reformasi
 Lhuter dan diakonat gereja
Sungguhpun demikian menurut Lhuter tidak boleh terlalu banyak di atur. Dengan
peraturan-peraturan dan hukum-hukum tidakm banyak yang dapat kita capai. Ia
juga berpendapat bahwa dalam jemaat tidak ada orang yang dapat menyusun
peraturan-peraturan yang baik. Kerena itu akhirnya mempercayakan pelayanan
diaconal kepada pemerintah.
 Bucer dan diakonat gereja
Pikiran Bucer tentang diakonat gereja erat hubungan dengan pemahamannya
denagn gereja. Baginya gereja adalah suatu persekutuan dan kesatuan yang terdiri
orang-orang yang bersaudara dalam Kristus. Penggembalaan dan diakonat
menurut dia adalah fungsi-fungsi yang pertama didalam jemaat, yang selalu dan
yang dimana saja dibutuhkan. Dengan kuat ia menekankan, bahwa diakonia
Kristiani adalah pekerjaan Roh Kudus.
 Calvin dan diakonat gereja
Menurut Calvin ada dua macam diaken. Yang satu melayani gereja dibidang
pengurusan soal-soal orang miskin. Dan yang kudus melayani gereja dibidang
pembagian bantuan kepada orang-orang miskin itu. Tentang diaken-diaken ini ia
juga berpendapat bahwa juga mareka harus dipanggil oleh jemaat untuk
pelayanan mereka.
 Waktu Gereja Hervormd di Belanda
Diakonat gereja dianggap sebagai suatu peraturan rasuli dan ilahi, untuk kepentingan
orang-orang miskin. Dalam Tata gereja itu diaken-diaken menempati tempat yang
terhormat disamping penatua dan pelayan-pelayan Firman. Mereka juga menunaikan
tugas mereka dalam jemaat-jemaat. Mereka selain daripada menghadiri sidang-sidang
Majelis Jemaat juga diutus ke sidang-sidang gerejawi lain.
BAB 4
SEJARAH SINGKAT DARI DIAKONAT GEREJA DI INDONESIA
 Waktu VOC (Oud-hollandse Zending)
Menurut peraturan gereja pada waktu itu mereka merupakan bagian dari pimpinan
jemaat, yang terdiri dari pendeta, para penatua dan para diaken. Sampai pada tahun 1648
para diaken seperti yang dikatakan masih merupakan bagian dari Majelis Jemaat. Tetapi
sejak waktu itu mereka seperti di Belanda merupakan suatu Majelis yang tersendiri. Cara
kerja diakonat pada periode ini tidak diketahui pasti yang terang ialah bahwa orang-orang
miskin dalam arti yang sebenarnya umumnya hanya terdapat di kota-kota.
 Waktu sekarang
Sama seperti dalam periode yang lalu, demikian pula dalam periode ini pelayanan
diakonat secara khusus dipercayakan oleh kebanyakan gereja disini kepada diaken-
diaken. Hanya beberapa diantaranya, seperti HKBP, GKI Jawa Barat, dan lain-lain yang
tidak melalukan hal itu. Gereja-gereja ini tidak mengenal yang namanya jabatan diaken.
Karena itu pelayanan diakonat mereka percayakan kepada suatu Badan atau Lembaga
yang mereka bentuk khusus untuk maksud itu.
BAB 5
DIAKEN DAN PEKERJAANNYA DI DALAM JEMAAT
 Tugas diaken menurut Firman Allah
Secara am pekerjaan diaken dapat kita sebut “pelayanan dari kasih atau kemurahan
Kristiani”. Dalam banyak formulir peneguhan diaken, yang digunakan oleh Gereja-gereja
di Barat dan oleh separuh gereja di Indonesia, yaitu: Memperlihatkan kasih Allah dalam
Kristus, mengusahakan cara-cara dan alat-alat yang adekuat, mengurus dan membgi-
bagikan persembahan jemaat, menyadarkan jemaat, menjalankan pekerjaan mereka
dengan gembira, bekerjasama dengan pejabat-pejabat lain.
 Penjelasan tentang tugas diaken
Tugas diaken seperti yang telah berulang-ulang kita katakan ialah melayani orang-orang
yang hidup dalam kesusahan. Ia kadang-kadang disebut sebagai pelayanan kasih.
Pelayanan diakonia sangat penting, sama pentingnya dengan pemberitaan Firman.
Keduanya saling membutuhkan dan saling mengisi dan saling menjelaskan.
 Bentuk-bentuk pelayanan diaken
Diaken ditugaska untuk menampakkan kasih Allah dalam Kristus, terutama bagi mereka
yang hidup dalam berbagai-bagai kesulitan. Yang dimaksudkan kesulitan ialah: kesulitan
ekonomi, kesulitan karena persoalan-persoalan rumah tangga, kesulitan kerena penyakit
dan penderitaan dan kesulitan-kesulitan yang lain yang dihadapi oleh anggota-anggota
jemaat didalam hidup mereka.
 Penyakit, kematian dan kedukaan
 Orang-orang yang hidup dalam kesusahan
 Orang-orang yang cacat (jasmani)
 Orang-orang yang cacat (intelektual)
 Orang-orang muda
 Orang-orang tua
 Ibadah jemaat dan diaken
 Ibadah dan diakonat
 Pemberitaan dan diakonat
 Doa dan diakonat
 Nyanyian dan diakonat
 Perjamuan malam dan diakonat
 Persembahan jemaat dan diakonat.
BAB 6
DIAKEN DAN PEKERJAANNYA DI LUAR NEGERI
 Bentuk pelayanan yang dibutuhkan
Banyak orang yang menyangka bahwa diakonat selalu erat hubungannya dengan uang.
Kalau kita berbicara tentang orang-orang dalam kesusahan atau penderitaan, maka
diakonat dalam hubungan ini jauh lebih luas daripada bantuan finansial. Gereja yang
mendapat tugas dari Tuhannya untuk membantu orang-orang seperti mereka harus siap
sedia untuk membantu. Jadi membantu atau melayani orang-orang yang hidup dalam
kesulitan atau penderitaan tidak selalu berarti bahwa para diaken sendiri harus
memberikan bantuan atau menjalankan pelayanan itu. Mereka membantu mencari jalan
atau kemungkinan untuk mengatasi problema-problema yang ada, tanpa seperti yang
seperti kita katakana mengerjakan sendiri segala ssuatu.
 Kesulitan-kesulitan dalam pelayanan
Kadang-kadang para diaken dalam pekerjaan mereka harus mengalami bahwa mereka
tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Tetapi hidup yang demkian tidak mudah. Ia
meminta ketekunan, kesabaran dan pengertian. Pekerjaaan ini di daerah-daerah tertentu
besar dan berat. Sehingga tidak dapat dikerjakan sendiri-sendiri oleh gereja-gereja kita.
 Kerjasama dengan orang lain
Pada kerjasama dengan orang-orang (lembaga-lembaga atau iastans-instansi) lain
termasuk juga peninjauan atau pembicaraan tentang problema-problema yang dihadapi
secara bersama-sama. Hal itu dapat membantu mereka yaitu para diaken dan kawan-
kawan kerjasama mereka untuk dapat menyelesaikan problema-problema itu dengan
baik. Disamping itu peninjauan dan pembicaraan tentang problema-problema yang
dihadapi secara bersama-sama, dapat mempererat hubungan mereka dan dapat
memberikan pengetahuan yang baik tentang pekerjaan masing-masing.
Sumber: Abineno, J.L. Ch; Diaken, Jakarta: BPK, 1994

Anda mungkin juga menyukai