Anda di halaman 1dari 2

BAHAN PEMBINAAN CALON SINTUA

HKBP MEREK RESSORT KABANJAHE


JUMAT, 20 MARET 2020

1. Pelayan (Parhalado) di HKBP


Berdasarkan AP HKBP dijelaskan Pelayan (Parhalado) adalah warga jemaat yang terpanggil
dan terpilih untuk mempersembahkan dirinya dalam melayankan pekerjaan pelayanan di
tengah-tengah jemaat. Ada enam jenis jabatan tahbisan di HKBP sesuai dengan Konfessi
dan Agenda HKBP, yaitu: Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow, Diakones, Evanggelis dan
Penetua (Sintua).
2. Nama atau sebutan Sintua.
Sintua adalah sebutan untuk tohonan (salah satu jabatan) Gerejawi di HKBP. Tohonan
Sintua merupakan pekerjaan istimewa yang tidak semua orang menyandangnya. Misalnya
Nabi atau imam itu adalah tohonan atau jabatan yang bukan semua orang dapat
memperolehnya. Tidak semua orang menjadi Rasul, itu adalah tohonan.
Dalam penjelasannya di dalam sebuah tulisan, Ompu i Pdt. DR. J. Sihombing Emeritus
(Alm.); “Sintua” adalah pelayan yang mulia – ia adalah orang yang dituakan. Di HKBP
sintua adalah sebutan khas untuk orang-orang yang terpanggil melayani disamping tohonan
lain seperti Pendeta, Guru Huria, Bibelvrouw, dll. Dia dituakan bukan karena umurnya telah
tua, tetapi pekerjaan yang ia lakukan, sikap dan kinerja yang ia lakukan semuanya
menggambarkan peran orang yang di-tua-kan.
Alkitab Perjanjian Baru, dalam bahasa aslinya menyebut : “presbiter” (Kis. 14:23; 1
Tim. 4:14; 1 Tim.5:18; Tit. 1:5) memang yang disebut dengan presbiter adalah : Penatua
untuk Gereja atau yang melayani Gereja. Karena ada juga sebutan presbiter yang bukan di
jemaat tetapi yang mengambil peran di masyarakat contohnya di Luk. 22:66 presbiter adalah
para tua-tua (pengetua, pangituai) – band. dengan Mat. 26:57; Mark 14:53). Presbiter yang
dimaksud pada ke-3 Injil diatas bukanlah pengerja Gereja atau pelayan jemaat, tetapi lebih
menghunjuk kedudukan di masyarakat. Jadi karena itulah mereka memang benar
menyandang jelas yang dituakan, atau elder (bahasa Inggris) – memang dipilih dari sudut
umur dan sudah orangtua, dan gelar itu merupakan kehormatan untuk pribadinya.
Sedangkan “Sintua” di jemaat bukanlah suatu gelar kehormatan atau merupakan
pengangkatan status sosial. Sintua adalah orang yang rela melakukan pekerjaan “marhobas”
– melayani (to serve) karena dia adalah pelayan (servant) sebagai abdi. Ada 2 (Dua) kata
dalam Alkitab tentang pelayanan atau abdi :
a. Doulos (baca : dulos) bahasa Yunani, dan
b. Ebed (bahasa Ibrani)
Arti yang sebenarnya : budak, yang statusnya sangat rendah dan hina. Karena seorang
“budak” adalah milik tuannya, dia hanya melayani tuannya, dia tidak berhak mendapat
pelayanan. Dikemudian hari Gereja mengambil alih pemahaman ini sebab Yesus Kepala
Gereja sendiri mengklaim diriNya “Pelayan” saat Ia berkata : “bahwa anak manusia datang
bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani ........ (Mark. 10:45).
Oleh karena itu seorang Sintua adalah pelayan yang melayani jemaat Allah, karena nya
ia adalah juga pelayan Allah, atau hamba Allah (ebed yahwe = abdi yahwe = hamba Tuhan,
dan dia adalah = doulos-nya Allah = pelayan Allah dalam ucapan bahasa Yunani “doulos tu
Theu” =(dulos tu Teu)). Rasul Paulus sendiri menyebut dirinya hamba Yesus Kristus (Rm.
1:1). Jadi jelaslah Sintua adalah sebuah pe-ngabdi-an, sebuah pelayanan untuk jemaat
Tuhan. Di HKBP, tohonan ha-Sintua-on, melekat sekali untuk selamanya, sampai ia
menghembuskan nafas terakhir atau kalau ia melakukan pelanggaran maka tohonan
Sintuanya baru lepas dari dirinya.

3. Syarat Menjadi Sintua


Di dalam Gereja HKBP, diaturkan tentang syarat menjadi Sintua sebagaimana tertuang
dalam Aturan dan Paraturan HKBP Pasal 25 Bab 6.2 (hal.129) adalah
a. Warga Jemaat yang mempersembahkan dirinya menjadi Penetua di Jemaat
b. Rajin mengikuti Kebaktian Minggu dan Perjamuan Kudus.
c. Berperilaku tidak bercela (1 Tim 3: 1-10)
d. Paling sedikit berumur 25 Tahun
e. Sehat rohani dan Jasmani
f. Sekurang-kurangnya berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
g. Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh Rapat Pelayan
Tahbisan.
4. Tugas/Pekerjaan Dari Seorang Sintua HKBP.
Buku agenda HKBP (buku Tata Ibadah/Liturgia HKBP) memuat uraian tugas dari
Sintua HKBP (fasal XIV di agenda – berbahasa Batak Toba) dan dalam fasal yang sama
juga dalam agenda HKBP berbahasa Indonesia. Namun uraian lengkap atau penjelasan tidak
terdapat. Secara ringkas akan kita bahas pada sesi ini. Menurut agenda HKBP ada 7 tugas-
tugas pokok (adongma Pitu pangarimpunan ni ulaon ni Sintua HKBP).
Pertama : Pelayan yang mengamati anggota jemaat yang dipercayakan kepadanya,
dan meneliti perilaku mereka.
Jika ada yang berperangai/berperilaku yang tidak baik, Sintualah yang menegor, atau
memberitahukannya kepada Pimpinan Jemaat atau Pendeta agar orang tersebut dinasehati.
Kedua : Mengajak atau memotivasi warga jemaat agar beribadah ke Gereja, apabila
seseorang tidak hadir, perlu diketahui apa penyebabnya.
Ketiga : Mengajak/mendorong/memotivasi anak-anak agar rajin ke sekolah.
Keempat : Mengunjungi anggota jemaat yang sakit untuk mendoakan mereka,
menyampaikan Firman Allah, agar hati mereka dihiburkan dan berpengharapan
kepada Allah Yesus Kristus.
Kelima : Menyampaikan penghiburan kepada orang-orang yang berdukacita atau
berkemalangan, orang-orang yang mengalami kesusahan/penderitaan dari warga
jemaat yang digembalakannya.
Keenam : Mengajak orang-orang yang masih belum percaya dan menerima Tuhan
Yesus Kristus sebagai juruselamatnya, juga orang-orang yang tersesat imannya
agar bertobat, dan mereka memperoleh hidup yang kekal.
Ketujuh : Membantu dan bertugas untuk pengumpulan dana serta keperluan yang
dibutuhkan oleh Gereja untuk perluasan kerajaan Allah di dunia ini.
Kemudian dalam Aturan dan Peraturan HKBP juga ditambahkan tentang tugas dan
sintua adalah :
a. Melaksanakan baptisan darurat.
b. Menyusun statistik warga jemaat di lingkungannya masing-masing.
c. Mengikuti sermon dan rapat penatua.
d. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

Anda mungkin juga menyukai