Anda di halaman 1dari 11

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Gereja Tuhan yang sedang bertumbuh di tengah dunia ini dihadapkan
dengan berbagai macam tantangan dan pergumulan yang ada. Tantangan dan
pergumulan tersebut datang dari berbagai sumber, baik sumber dari dalam
maupun sumber dari luar gereja itu sendiri. Sumber dari luar gereja yaitu
terjadinya penganiayaan, penindasan dan penolakan terjadap Injil di beberapa
tempat. Sedangkan yang di dalam gereja yaitu pertikaian, keduniawian dan
kehidupan para tokoh gereja yang tidak bertanggung jawab serta
merambatnya banyak pengajaran sesat atau penyesatan yang terjadi di dalam
gereja. Ivan Weismann menggunakan istilah “pelecehan rohani” untuk
menggambarkan masalah-masalah yang muncul dalam gereja, sebagai
berikut: pelaku pelecehan rohani muncul dalam segala bentuk, ukuran,
kepercayaan dan warna. Mereka memilih korban berdasarkan beberapa
banyak kekuasaan dan kontrol yang bisa mereka terapkan atas seseorang.
Siapapun dapat berpotensi menjadi korban pelecehan rohani. Hal ini terjadi
kertika mereka (para pemimpin gereja dalam jemaat) menyalahgunakan
otoritas yang mereka miliki agar dapat menguasai atai mengendalikan orang
lain dalam kehidupan beragama atau dalam bidang kerohanian.1
Orang percaya masa kini harus lebih berhati-hati terhadap pengajaran
yang disampaikan oleh sebagian hamba-hamba Tuhan, mereka yang tidak
dengan sungguh-sungguh melaksanakan tugas pelayanan seperti yang
diinginkan oleh Allah.2 Kenyataan ini dapat ditemukan sejak awal
berkembangnya gereja perdana. Melalui para penulis Perjanjian Baru tampak
bahwa gereja telah serius menghadapi pengajaran sesat yang berkembang saat
1
Ivan. Th. J. Weismann, Pelecehan Rohani Dalam Gereja (Bandung: Kalam Hidup,
2017), iii-iv. 2
2
Calvin Sholla Rupa’, “Motivasi Dalam Pelayanan Mempengaruhi Pengajaran Dan
Perilaku,” Jurnal Jaffray 6, no. 2 (2008): 37.

1
2

itu. Rasul Yohanes, Rasul Paulus, Rasul Petrus dan rasul-rasul yang lain
dengan gigih telah berjuang untuk mempertahankan kemurnian ajaran gereja
dari ajaran-ajaran sesat tersebut.3 Mereka bahkan menunjukkan sikap yang
amat tegas dan berani terhadap para penyesat tersebut, mulai dari mencela
ajaran mereka sampai dengan mengutuk para penganutnya sebagai pengacau
dan perusak doktrin yang ortodoks.4
Arthur H. Graves mengatakan bahwa gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya. Tetapi gembala palsu menemukan cara-
cara agar domba-domba itu memberikan semua miliknya kepada gembala. 5
Hal yang diungkapkan oleh Graves ini banyak berkembang hingga sampai
saat ini. Pemimpin-pemimpin gereja atau pendeta yang berusaha memperkaya
diri dengan cara menarik uang sebanyak-banyaknya dari anggota jemaat. 6
Ada suatu perubahan paradigma yang dialami oleh sebagian hamba-hamba
Tuhan Masa kini terhadap pelayanan, khususnya motivasi pelayanan mereka.
Pada dasarnya motivasi itu berkaitan dengan pelayanan seorang hamba
Tuhan.7 Rasul Petrus mengatakan, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah
yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela seorang
hamba Tuhan dituntut untuk melayani karena motivasi sukarela dan bukan
karena paksaan, serta tidak melakukan pelayanan untuk mencari keuntungan.
1 Petrus 5:2-3, Rasul Petrus sebagai penulis dari kata ini adalah seorang yang
tidak mau mencari keuntungan dalam pelayanan pengembalaan. Perintah
pengembalaan yang dituliskan Petrus memiliki kesamaan dengan Yesus
(Yohanes 21:15-17). Wayne Grudem menuliskan “He Verb Peter user is the
same one Jesus used when he said to Peter”8. Kesamaan yang dimaksudkan
Grudem tidak hanya mencakup kata yang dipakai, tetapi juga makna

3
Morris Phillips Takaliuang, “Ancaman Ajaran Sesat Di Lingkungan Kekristenan : Suatu
Pelajaran Bagi Gereja-Gereja Di Indonesia,” Missio Ecclesiae 9, no. 1 (2020): 163–184,
https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me.
4
Ibid. 133
5
Graves Arthur H, Pertama Dan Kedua Petrus (Malang: Gandum Mas, 1982).
6
Rupa’, “Motivasi Dalam Pelayanan Mempengaruhi Pengajaran Dan Perilaku.”
7
Ibid. 47
8
Wayna A Grudem, Peter An Introducation and Commentary (Grand Rapids Michigan:
Tyndele New Testament Commentaries, 1996).
3

dibaliknya.9 Dalam hal ini, Petrus tidak menuntut kedudukan atau pangkat
yang akan membebaskan dia dari masalah itu.10 Adina Chapman mengatakan
bahwa yang melayani karena motivasi yang salah maka hal itu akan tampak
dalam pelayanannya.11
Efraim Abraham Da Costa mengatakan bahwa salah satu bentuk
penyesatan yang banyak muncul masa kini adalah pengajaran yang bertujuan
menyenangkan keinginan daging dan mengeksploitasikan kepuasan dari
dunia materi. Jemaat selalu diiming-imingi kekayaan, kehormatan, dan
mujizat demi kesenangan jasmani. Mereka mengatakan bahwa tidak ada
orang kristen yang menderita, semuanya hidup makmur, tidak terkecuali bagi
hamba-hamba Tuhan atau pendeta. Hamba Tuhan yang menderita bukanlah
hamba Tuhan yang seharusnya karena pelayanan itu identik dengan berkat.
Iman dan pelayanan selalu diukur dengan berkat.12 Lanjut Da Costa
mengatakan ketika motivasi pelayanan yang dilakukan dimotivasi oleh hal-
hal materi, maka pasti mudah untuk disesatkan. Pernyataan ini dapat
disederhanakan bahwa motivasi yang salah dalam pelayanan akan
menimbulkan ajaran sesat.13
Dari pemaparan diatas kurangnya motivasi yang benar bagi para
pelayan Tuhan menyebabkan merosotnya pelayanan yang mereka lakukan.14
Jika melihat perkataan Rasul Petrus dalam 1 Petrus 5:1-4, dikatakan dalam
ayat ke-4 bahwa Yesus adalah Gembala Agung atau dapat diartikan kepada
para Gembala, mereka adalah gembala-gembala yang harus melakukan tugas
penggembalaan kepada domba-domba Allah.15 Tugas seorang pelayan Tuhan
atau seorang pemimpin Gereja tidaklah sama dengan tugas kepemimpinan
9
Ibid.
10
Rupa’, “Motivasi Dalam Pelayanan Mempengaruhi Pengajaran Dan Perilaku.” 48
11
Ibid. 52
12
Abraham Da Costa, “Iblis Terlalu Bodoh Jika Masuk Gereja Dengan Identitasnya,”
kasih, 2005.
13
Ibid. 12
14
Santo Barnabas Ta’ek, “Kajian Biblika Mengenai Nabi-Nabi Palsu Berdasarkan Matius
7:15-23 Serta Implikasinya Dalam Kehidupan Hamba Tuhan” (n.d.): 15–23,
https://biblicalstudies.org.uk/pdf/irish-biblical-studies/07-3_118.pdf.
15
Berdasarkan Perspektif Petrus and Calvin Sholla Rupa, “CIRI KHAS SEORANG
GEMBALA” 14, no. 2 (2016): 1–4.
http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/198/pdf_150
4

duniawi.16 Dalam perikop ini Rasul Petrus menunjukkan bahwa menjadi


pemimpin sekuler yang pada hakikatnya bertentangan dengan maksud, tujuan
dan kriteria yang dikehendaki oleh Allah. Seorang pemimpin gereja adalah
seorang hamba bukan Bos, “Pelayan” bukan Eksekutif.17
Dalam surat 2 Petrus 2:1-4, terlihat bahwa Rasul Petrus sangat tegas
terhadap guru-guru palsu dan pengajar sesat. Pada pasal 2 guru-guru palsu
dan pengajar sesat dibagi menjadi empat bagian. Yang pertama (2:1-3a),
memperkenalkan dan menjelaskan secara rinci siapa sebenarnya mereka.
Yang kedua (2:3b-10a), Petrus mengutuk guru-guru palsu, tetapi pada saat
yang sama menghibur pembacanya dari apa yang mereka alami. Yang ketiga
(2:10b-16), gambaran lebih lanjut mengenai guru-guru palsu difokuskan pada
kesombongan dan sensualitas mereka. Dan yang ke empat (2;17-22), Petrus
menghakiri celaannya terhadap guru-guru palsu dengan sebuah deskripsi dan
penghukuman yang pasti.18 Alasan utama Rasul Petrus menulis surat ini
adalah karena munculnya guru-guru palsu dan pengajar sesat dalam
persekutuan (2:1-3). Petrus lebih fokus kepada gaya hidup guru-guru palsu
dan pengajar sesat yang penuh dosa: mereka menggunakan kasih karunia
Allah sebagai dalih untuk hidup bebas tanpa batas ( 2 Ptr 2:19-20). 19
Mengenai guru-guru palsu dan ajarannya dalam 2 Petrus 2 menyebutkan
sekelompok bidat Kristen yang disebut guru-guru palsu. Golongan tersebut
sebenarnya adalah Gnostik. Ajaran yang melahirkan paham gnoticisme yaitu,
suatu bidat Kristen di abad pertama sampai ke empat yang percaya dualisme
Allah-manusia, Rohani-jasmani, dan menolak Yesus sebagai Allah. 20 Rasul
Petrus memperingatkan jemaat Tuhan Yesus yang disebut berada di Pontus,
Galatia, Kapadokia Asia Kecil dan Bitinia (1 Pte 1:1) dan kepada semua

16
Victor P.H. Nikijuluw dan Aristarchus Sukarto, Kepemimpinan Di Bumi Baru: Menjadi
Pemimpin Kristiani Di Tengah Dunia Yang Terus Berubah (Surabaya: Literatur Perkantas, 2014).
81-82
17
Petrus and Rupa, “CIRI KHAS SEORANG GEMBALA.”
18
D.A. Carson & Douglass J.MOO, An Introducation to The New Testament (Malang:
Gandum Mas, 2016). 770
19
Ibid. 778
20
Colin Brown, Filsafat Dan Iman Kristen (Jakarta: Lembaga Reformasi Injili Indonesia,
1994).
5

orang yang percaya kepada Yesus (2 Ptr 2:1) supaya setiap orang dapat
cerdas dalam menghadapi penyesat-penyesat sehingga tetap hidup berkenan
kepada Allah.21
Pelayanan dengan motivasi yang salah dapat menyebabkan beberapa
hal terjadi, diantaranya: pertama, motivasi yang salah menyebabkan pada
kesesatan. Hal ini ditunjukkan oleh guru-guru palsu (2 Petrus 2:1). Guru-guru
palsu akan muncul ditengah-tengah umat Tuhan, dan mereka sengaja
memasukkan pengajaran-pengajaran yang menyesatkan umat Tuhan. Kedua,
motivasi yang salah akan menimbulkan pelayanan yang hanya untuk
menyenangkan hati manusia.22 Dalam menyampaikan khotbah guru-guru
palsu menggunakan cerita-cerita yang mereka karang untuk menarik jemaat
dan khotbah mereka disukai oleh jemaat. Cerita-cerita yang mereka karang
yang berkaitan dengan kehidupan mereka dan mereka membuatnya untuk
menyenangkan hati manusia tanpa memikirkan hal yang mereka lakukan
apakah telah sesuai dengan Firman Tuhan (2 Petrus 2:3-4).23
Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah kebanyakan gereja tidak
menyadari bahwa merkeka sedang disesatkan dalam hal iman mereka kepada
Kristus. Seperti yang dilansir dalam berita Liputan6.com, Bandung pada
tanggal 12 November 2003. Mengisahkan Pendeta Mangapin Sibuea seorang
pemimpin sekte kiamat Pondok yang berkeras bahwa dia mendapat suara
Allah yang menyuruhnya untuk mengabarkan tentang datangnya hari kiamat.
Namun Mangapin membantah kalau dirinya mengatakan 10 November 2003
adalah hari akhir zaman. Hal ini menjadi pusat perhatian banyak orang,
terutama bagi kalangan gereja di Indonesia. Yang mendapat perhatian utama
adalah ajaran pimpinan jemaat Pondok Nabi Pendeta Mangapin Sibuea yakni
menentukan hari kiamat, ia memerintahkan para pengikutnya untuk menjual
harta benda, dan menunggalkan pekerjaan mereka untuk mempersiapkan
kedatangan Tuhan. Sekretaris Persekutuan Gereja Indonesia Pendeta R.H.L.

21
Eliezer Lewis, “Studi Biblika Dan Teologis Surat 2 Petrus Pasal 3,” Jurnal Jaffray 12,
no. 2 (2014): 317.
22
Rupa’, “Motivasi Dalam Pelayanan Mempengaruhi Pengajaran Dan Perilaku.”
23
https://osf.io/qpg68. Diakses pada tangggal 2 Desember 2020
6

Tobing menyatakan ajaran tersebut menentang dan merendahkan institusi


gerejawi. Pernyataan yang diungkapkan oleh Mangapin Siubea di
tindaklanjuti ke hukum kepolisian terhadap tersangka. Pernyataan tersebut
dinyatakan sesat oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Departemen Agama. Bahkan, Ditjen Binmas Kristen telah melarang sekte
tersebut sejak 2000 karena dinilai menyimpang dari ajaran Alkitab. Beberapa
penyimpangan sekte itu yakni menentukan hari kiamat, jemaatnya
diperintahkan untuk menjual harta benda mereka dan meninggalkan
pekerjaanmya.24
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis terdorong
untuk melakukan sebuah penelitian ”KAJIAN BIBLIKA MENGENAI
MOTIVASI PELAYANAN DALAM 2 PETRUS 2:1-4 SERTA
IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI”

1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang penuisan diatas, maka penulis membuat


suatu rumusan masalah melalui berbagai pokok bahasan sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana konsep motivasi pelayanan dalam 2 Petrus 2:1-4? Dan
1.2.2. Bagaimana konsep implikasi motivasi pelayanan dalam 2 Petrus 2:1-4 bagi
hamba Tuhan masa kini?

1.3. Tujuan Penulisan

Penulis membuat tujuan dari penulisan skripsi ini adalah pertama


untuk menjelaskan konsep motivasi pelayanan dalam 2 Petrus 2:1-4. Kedua
menjelaskan implikasi konsep motivasi pelayanan dalam 2 Petrus 2:1-4 bagi
hamba Tuhan masa kini.

24
https://www.liputan6.com/news/read/66962/pgi-ajaran-mangapin-sibuea-menentang-
institusi-gerejawi
7

1.4. Ruang Lingkup Pnelitian


Untuk menghindari adanya pembahasan yang tidak terfokus dan
melebar maka penulis membatasi pembahasan penelitian ini pada Kajian
Biblika mengenai motivasi pelayanan dalam 2 Petrus 2:1-4. Sedangkan
sasaran penulisannya dibatasi untuk mencari implikasinya bagi hamba Tuhan
masa kini.

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis:
Pertama, bagi Sekolah Tinggi Teologi pada umumnya dan Sekolah Tinggi
Teologi Tawangmanggu, dapat dijadikan sumbangan teoritis bagi sebuah
kajian evaluasi kritis dalam teologia pastoral. Kedua, untuk memberikan
subangsih terhadap hamba Tuhan masa kini mengenai motivasi yang benar
dalam pelayanan.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah: Pertama, untuk
menjelaskan kepada orang percaya dan hamba Tuhan masa kini tentang
motivasi yang benar dalam pelayanan. Kedua, bagi penulis dapat menjadi
landasan praktis bagi pelayanan.

1.6. Metodologi Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode analisa literari yaitu berbicara
mengenai sastra atau teks yang berfungsi dan fungsi itu dijalankan dalam
suatu lapisan masyarakat dengan sastra yang berbeda-beda.
Metode lain yang penulis gunakan adalah metode studi literatur
(kepustakaan) adalam melakukan pengumpulan data dari buku-buku dan
sumber lain yang membahas mengenai pokok-pokok permasalahan yang
dibahas dalam tulisan skripsi ini.

1.7. Sistematika Penelitian


8

Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Bab-bab ini
disusun secara sistematis dengan tujuan membantu pembaca memahami dan
mengerti isi skripsi. Untuk itu, sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
Bab I, menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian,
sistematika penelitian.
Bab II, landasan Teori, yang terdiri dari pandangan umum mengenai
motivasi dalam pelayanan yang salah, dimana penulis akan memaparkan
sebab-sebab terjadinya motivasi pelayanan yang salah dalam surat 2 Petrus
2:1-4. Serta teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang faktor
penyebab terjadinya motivasi yang salah dalam pelayanan yang akan
mendukung penulisan skripsi ini.
Bab III, studi eksegesa literari 2 Petrus 2:1-4, latar belakang surat 2
Petrus, penulis surat 2 Petrus, alamat surat 2 Petrus, struktur surat 2 Petrus,
konteks surat 2 Petrus 2:1-4, motivasi pelayanan menurut surat 2 Petrus 2:1-
4, sintesa dari hasil eksegesa 2 Petrus 2:1-4
Bab IV, Implikasi faktor-faktor penyebab motivasi yang salah dalam
pelayanan menurut surat 2 Petrus 2:1-4 bagi hamba Tuhan masa kini yang
didapat dari bab III. Dan penulis juga menjelaskan bagaimana seharusnya
gereja meresponi faktor-faktor penyebab motivasi yang salah dalam
pelayanan.
Bab V, Penutup: sebagai bab Simpulan dimana penulis menyimpulkan
dari hasil pengkajian seluruh bab dan di tarik suatu simpulan, dll.

1.8. Definisi Istilah

1.8.1. Kajian Biblika


9

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kajian memiliki


pengertian yaitu penyelidikan tentang sesuatu.25 Sedangkan Biblika adalah
menelaah ayat-ayat yang terdapat dalam Alkitab.26
Jadi, kajian Biblika adalah melakukan pendalaman teks menggunakan
metode-metode penafsiran Alkitab.

1.8.2. Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu.27
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbal
balik pada diri seseorang baik sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu.28
Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai suatu daya gerak yang
mencakup dorongan atau kemauan dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu.

1.8.3. Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah membantu
menyiapkan (megurus) apa-apa yang diperlukan seseorang atau usaha
melayani kebutuhan orang lain.29
Pelayanan berarti seseorang yang melakukan suatu pekerjaan
pelayanan yang dilakukan untuk orang lain.30
Jadi, pelayanan juga dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

25
https://kbbi.web.id/kaji. Dakses pada tanggal 5 Desember 2020.
26
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif Dan Kualitatif (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2004).
27
https://kbbi.web.id/motivasi. Diakses pada tanggal 5 Desember 2020
28
Sadirman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: CV Rajawali,
2011).
29
https://kbbi.web.id/layan Diakses pada tanggal 5 Desember 2020
30
Joko Santoso, “Pelayanan Hamba Tuhan Dalam Tugas Penggembalaan Jemaat” (n.d.):
1–26.
10

1.8.4. 2 Petrus 2:1-4

Surat 2 Petrus merupakan salah satu surat yang ditulis oleh Simon
Petrus itu sendiri. Surat ini ditulis ketika Petrus sedang dipenjara di Roma
sebelum dihukum mati pada masa pemerintahan Kaisar Nero. Surat ini
merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang
menulis kepada orang percaya di Asia Kecil. Keadaan jemaat pada waktu itu
mengalami serangan yang serius dari guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu
yang mengencam landasan kebenaran gereja.

1.8.5. Implikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Implikasi adalah keterlibatan


atau keadaan terlibat.31 Jadi, yang dimaksud implikasi dalam penelitian ini
adalah penerapan.

1.8.6. Hamba Tuhan

Istilah hamba Tuhan dalam bahasa Ibranu menggunakan kata eved,


budak, hamba, dan pelayan. Dalam hidup keagamaan Israel kata itu dipakai
untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang di hadapat Allahnya (Kel
4:10). Dalam bentuk jamak arti kata itu ialah orang-orang yang saleh (Mzr
135:14). 32
1.8.7. Masa Kini

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia masa kini memiliki


pengertian menunjukkan jangka waktu terjadinya suatu peristiwa penting atau
suatu peristiwa yang terjadi sekarang.33
31
https://kbbi.web.id/implikasi. Diakses pada tanggal 5 Desember 2020
32
Douglas, Op.Cit., hlm 360
33
https://kbbi.web.id/masa. Diakses pada tanggal 5 Desember 2020.
11

Anda mungkin juga menyukai