Pendahuluan
1
2
itu. Rasul Yohanes, Rasul Paulus, Rasul Petrus dan rasul-rasul yang lain
dengan gigih telah berjuang untuk mempertahankan kemurnian ajaran gereja
dari ajaran-ajaran sesat tersebut.3 Mereka bahkan menunjukkan sikap yang
amat tegas dan berani terhadap para penyesat tersebut, mulai dari mencela
ajaran mereka sampai dengan mengutuk para penganutnya sebagai pengacau
dan perusak doktrin yang ortodoks.4
Arthur H. Graves mengatakan bahwa gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya. Tetapi gembala palsu menemukan cara-
cara agar domba-domba itu memberikan semua miliknya kepada gembala. 5
Hal yang diungkapkan oleh Graves ini banyak berkembang hingga sampai
saat ini. Pemimpin-pemimpin gereja atau pendeta yang berusaha memperkaya
diri dengan cara menarik uang sebanyak-banyaknya dari anggota jemaat. 6
Ada suatu perubahan paradigma yang dialami oleh sebagian hamba-hamba
Tuhan Masa kini terhadap pelayanan, khususnya motivasi pelayanan mereka.
Pada dasarnya motivasi itu berkaitan dengan pelayanan seorang hamba
Tuhan.7 Rasul Petrus mengatakan, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah
yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela seorang
hamba Tuhan dituntut untuk melayani karena motivasi sukarela dan bukan
karena paksaan, serta tidak melakukan pelayanan untuk mencari keuntungan.
1 Petrus 5:2-3, Rasul Petrus sebagai penulis dari kata ini adalah seorang yang
tidak mau mencari keuntungan dalam pelayanan pengembalaan. Perintah
pengembalaan yang dituliskan Petrus memiliki kesamaan dengan Yesus
(Yohanes 21:15-17). Wayne Grudem menuliskan “He Verb Peter user is the
same one Jesus used when he said to Peter”8. Kesamaan yang dimaksudkan
Grudem tidak hanya mencakup kata yang dipakai, tetapi juga makna
3
Morris Phillips Takaliuang, “Ancaman Ajaran Sesat Di Lingkungan Kekristenan : Suatu
Pelajaran Bagi Gereja-Gereja Di Indonesia,” Missio Ecclesiae 9, no. 1 (2020): 163–184,
https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me.
4
Ibid. 133
5
Graves Arthur H, Pertama Dan Kedua Petrus (Malang: Gandum Mas, 1982).
6
Rupa’, “Motivasi Dalam Pelayanan Mempengaruhi Pengajaran Dan Perilaku.”
7
Ibid. 47
8
Wayna A Grudem, Peter An Introducation and Commentary (Grand Rapids Michigan:
Tyndele New Testament Commentaries, 1996).
3
dibaliknya.9 Dalam hal ini, Petrus tidak menuntut kedudukan atau pangkat
yang akan membebaskan dia dari masalah itu.10 Adina Chapman mengatakan
bahwa yang melayani karena motivasi yang salah maka hal itu akan tampak
dalam pelayanannya.11
Efraim Abraham Da Costa mengatakan bahwa salah satu bentuk
penyesatan yang banyak muncul masa kini adalah pengajaran yang bertujuan
menyenangkan keinginan daging dan mengeksploitasikan kepuasan dari
dunia materi. Jemaat selalu diiming-imingi kekayaan, kehormatan, dan
mujizat demi kesenangan jasmani. Mereka mengatakan bahwa tidak ada
orang kristen yang menderita, semuanya hidup makmur, tidak terkecuali bagi
hamba-hamba Tuhan atau pendeta. Hamba Tuhan yang menderita bukanlah
hamba Tuhan yang seharusnya karena pelayanan itu identik dengan berkat.
Iman dan pelayanan selalu diukur dengan berkat.12 Lanjut Da Costa
mengatakan ketika motivasi pelayanan yang dilakukan dimotivasi oleh hal-
hal materi, maka pasti mudah untuk disesatkan. Pernyataan ini dapat
disederhanakan bahwa motivasi yang salah dalam pelayanan akan
menimbulkan ajaran sesat.13
Dari pemaparan diatas kurangnya motivasi yang benar bagi para
pelayan Tuhan menyebabkan merosotnya pelayanan yang mereka lakukan.14
Jika melihat perkataan Rasul Petrus dalam 1 Petrus 5:1-4, dikatakan dalam
ayat ke-4 bahwa Yesus adalah Gembala Agung atau dapat diartikan kepada
para Gembala, mereka adalah gembala-gembala yang harus melakukan tugas
penggembalaan kepada domba-domba Allah.15 Tugas seorang pelayan Tuhan
atau seorang pemimpin Gereja tidaklah sama dengan tugas kepemimpinan
9
Ibid.
10
Rupa’, “Motivasi Dalam Pelayanan Mempengaruhi Pengajaran Dan Perilaku.” 48
11
Ibid. 52
12
Abraham Da Costa, “Iblis Terlalu Bodoh Jika Masuk Gereja Dengan Identitasnya,”
kasih, 2005.
13
Ibid. 12
14
Santo Barnabas Ta’ek, “Kajian Biblika Mengenai Nabi-Nabi Palsu Berdasarkan Matius
7:15-23 Serta Implikasinya Dalam Kehidupan Hamba Tuhan” (n.d.): 15–23,
https://biblicalstudies.org.uk/pdf/irish-biblical-studies/07-3_118.pdf.
15
Berdasarkan Perspektif Petrus and Calvin Sholla Rupa, “CIRI KHAS SEORANG
GEMBALA” 14, no. 2 (2016): 1–4.
http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/198/pdf_150
4
16
Victor P.H. Nikijuluw dan Aristarchus Sukarto, Kepemimpinan Di Bumi Baru: Menjadi
Pemimpin Kristiani Di Tengah Dunia Yang Terus Berubah (Surabaya: Literatur Perkantas, 2014).
81-82
17
Petrus and Rupa, “CIRI KHAS SEORANG GEMBALA.”
18
D.A. Carson & Douglass J.MOO, An Introducation to The New Testament (Malang:
Gandum Mas, 2016). 770
19
Ibid. 778
20
Colin Brown, Filsafat Dan Iman Kristen (Jakarta: Lembaga Reformasi Injili Indonesia,
1994).
5
orang yang percaya kepada Yesus (2 Ptr 2:1) supaya setiap orang dapat
cerdas dalam menghadapi penyesat-penyesat sehingga tetap hidup berkenan
kepada Allah.21
Pelayanan dengan motivasi yang salah dapat menyebabkan beberapa
hal terjadi, diantaranya: pertama, motivasi yang salah menyebabkan pada
kesesatan. Hal ini ditunjukkan oleh guru-guru palsu (2 Petrus 2:1). Guru-guru
palsu akan muncul ditengah-tengah umat Tuhan, dan mereka sengaja
memasukkan pengajaran-pengajaran yang menyesatkan umat Tuhan. Kedua,
motivasi yang salah akan menimbulkan pelayanan yang hanya untuk
menyenangkan hati manusia.22 Dalam menyampaikan khotbah guru-guru
palsu menggunakan cerita-cerita yang mereka karang untuk menarik jemaat
dan khotbah mereka disukai oleh jemaat. Cerita-cerita yang mereka karang
yang berkaitan dengan kehidupan mereka dan mereka membuatnya untuk
menyenangkan hati manusia tanpa memikirkan hal yang mereka lakukan
apakah telah sesuai dengan Firman Tuhan (2 Petrus 2:3-4).23
Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah kebanyakan gereja tidak
menyadari bahwa merkeka sedang disesatkan dalam hal iman mereka kepada
Kristus. Seperti yang dilansir dalam berita Liputan6.com, Bandung pada
tanggal 12 November 2003. Mengisahkan Pendeta Mangapin Sibuea seorang
pemimpin sekte kiamat Pondok yang berkeras bahwa dia mendapat suara
Allah yang menyuruhnya untuk mengabarkan tentang datangnya hari kiamat.
Namun Mangapin membantah kalau dirinya mengatakan 10 November 2003
adalah hari akhir zaman. Hal ini menjadi pusat perhatian banyak orang,
terutama bagi kalangan gereja di Indonesia. Yang mendapat perhatian utama
adalah ajaran pimpinan jemaat Pondok Nabi Pendeta Mangapin Sibuea yakni
menentukan hari kiamat, ia memerintahkan para pengikutnya untuk menjual
harta benda, dan menunggalkan pekerjaan mereka untuk mempersiapkan
kedatangan Tuhan. Sekretaris Persekutuan Gereja Indonesia Pendeta R.H.L.
21
Eliezer Lewis, “Studi Biblika Dan Teologis Surat 2 Petrus Pasal 3,” Jurnal Jaffray 12,
no. 2 (2014): 317.
22
Rupa’, “Motivasi Dalam Pelayanan Mempengaruhi Pengajaran Dan Perilaku.”
23
https://osf.io/qpg68. Diakses pada tangggal 2 Desember 2020
6
24
https://www.liputan6.com/news/read/66962/pgi-ajaran-mangapin-sibuea-menentang-
institusi-gerejawi
7
Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Bab-bab ini
disusun secara sistematis dengan tujuan membantu pembaca memahami dan
mengerti isi skripsi. Untuk itu, sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
Bab I, menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian,
sistematika penelitian.
Bab II, landasan Teori, yang terdiri dari pandangan umum mengenai
motivasi dalam pelayanan yang salah, dimana penulis akan memaparkan
sebab-sebab terjadinya motivasi pelayanan yang salah dalam surat 2 Petrus
2:1-4. Serta teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang faktor
penyebab terjadinya motivasi yang salah dalam pelayanan yang akan
mendukung penulisan skripsi ini.
Bab III, studi eksegesa literari 2 Petrus 2:1-4, latar belakang surat 2
Petrus, penulis surat 2 Petrus, alamat surat 2 Petrus, struktur surat 2 Petrus,
konteks surat 2 Petrus 2:1-4, motivasi pelayanan menurut surat 2 Petrus 2:1-
4, sintesa dari hasil eksegesa 2 Petrus 2:1-4
Bab IV, Implikasi faktor-faktor penyebab motivasi yang salah dalam
pelayanan menurut surat 2 Petrus 2:1-4 bagi hamba Tuhan masa kini yang
didapat dari bab III. Dan penulis juga menjelaskan bagaimana seharusnya
gereja meresponi faktor-faktor penyebab motivasi yang salah dalam
pelayanan.
Bab V, Penutup: sebagai bab Simpulan dimana penulis menyimpulkan
dari hasil pengkajian seluruh bab dan di tarik suatu simpulan, dll.
1.8.2. Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu.27
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbal
balik pada diri seseorang baik sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu.28
Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai suatu daya gerak yang
mencakup dorongan atau kemauan dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu.
1.8.3. Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah membantu
menyiapkan (megurus) apa-apa yang diperlukan seseorang atau usaha
melayani kebutuhan orang lain.29
Pelayanan berarti seseorang yang melakukan suatu pekerjaan
pelayanan yang dilakukan untuk orang lain.30
Jadi, pelayanan juga dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
25
https://kbbi.web.id/kaji. Dakses pada tanggal 5 Desember 2020.
26
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif Dan Kualitatif (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2004).
27
https://kbbi.web.id/motivasi. Diakses pada tanggal 5 Desember 2020
28
Sadirman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: CV Rajawali,
2011).
29
https://kbbi.web.id/layan Diakses pada tanggal 5 Desember 2020
30
Joko Santoso, “Pelayanan Hamba Tuhan Dalam Tugas Penggembalaan Jemaat” (n.d.):
1–26.
10
Surat 2 Petrus merupakan salah satu surat yang ditulis oleh Simon
Petrus itu sendiri. Surat ini ditulis ketika Petrus sedang dipenjara di Roma
sebelum dihukum mati pada masa pemerintahan Kaisar Nero. Surat ini
merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang
menulis kepada orang percaya di Asia Kecil. Keadaan jemaat pada waktu itu
mengalami serangan yang serius dari guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu
yang mengencam landasan kebenaran gereja.
1.8.5. Implikasi