NIM : 02218002
Prodi : PAK 2021
MATA KULIAH : Teologi Perjanjian Baru
Membuat resensi buku dengan Judul “ Melayani dengan Karunia Rohani menurut
Rasul Paulus”.
Pendahuluaan
Karunia rohani adalah kemampuan khusus yang diberikan kepada orang-orang
percaya oleh Roh Kudus untuk membangun gereja-Nya" Karunia ini tidak diperoleh melalui
usaha manusia melainkan pemberian dari Tuhan untuk kemuliaan nama- Nya. Gereja
membutuhkan para pemimpin yang melayani umat dengan baik dan sesuai dengan kebenaran
firman Tuhan. Untuk memastikan gereja yang telah didirikan Yesus Kristus dapat mencapai
sasaran dan tujuannya, Roh Kudus memberikan karunia-karunia rohani kepada semua orang
percaya. Dalam Surat Korintus, Roma dan Efesus Rasul Paulus mendaftarkan karunia-
karunia rohani sebagai sarana dalam pelayanan sehingga gereja dapat melaksanakan tugasnya
dengan efektif. Para pemimpin rohani dalam menjalankan tugas panggilannya di tengah dunia
yang telah jatuh dalam dosa dengan segala rupa tipu muslihatnya, Tuhan menempatkan
jemaatnya supaya tetap berdiri dan memiliki komitmen untuk menjadi terang dan garam (Mat
5:13). Untuk itu para pelayan Tuhan harus memiliki kualifikasi sehingga dapat bertahan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Roh Kudus memiliki peran penting dalam pertumbuhan gereja. Tidak akan ada gereja
yang bertumbuh tanpa ada Roh Kudus di dalamnya. Demikian halnya dengan karunia-karunia
rohani dalam jemaat atau gereja sangat dibutuhkan pribadi- pribadi yang memiliki karunia
rohani dalam melakukan tugas dan tanggung jawab. Karunia rohani adalah kemampuan
khusus yang diberikan kepada orang-orang percaya oleh Roh Kudus untuk membangun
gereja-Nya" Karunia ini tidak diperoleh melalui usaha manusia dalam berbagai hal. Karunia
rohani akan membuat jemaat bertumbuh baik dalam iman maupun pengharapan dan kasih.
Gereja tanpa adanya karunia Roh akan mengalami krisis dan sulit berkembang. Tuhan
memberikan karunia-karunia rohani adalah untuk regenerasi pemimpin rohani yang efektif
dan dipakai Tuhan. Dengan dengan demikian buku ini berisikan penjelasan mengenai
karunia-karunia rohani berdasarkan tulisan Rasul Paulus.
BAB I
Sejarah Perkembangan Karunia-Karunia Rohani
Karunia-karunia rohani merupakan salah satu pokok penting dalam kekristenan topik
ini mendapat perhatian mulai dari abad pertama hingga sampai pada masa kini. Sejarah
membuktikan bahwa doktrin karunia-karunia rohani memiliki peranan dalam perjalanan
sejarah dan pertumbuhan gereja. Hal ini menjadi perhatian bagi para teolog, pendeta dan juga
umat Tuhan. Berbagai pandangan dari para pakar theologia maupun para pemimpin gereja
muncul berkenaan dengan hal ini. Rasul Paulus menuliskan sejumlah karunia rohani dalam
Surat Roma, Korintus dan Efesus. Karunia-karunia rohani tersebut adalah karunia
menasehati, mengajar, rasul, nabi, kesembuhan, iman, bahasa lidah, menafsirkan Bahasa
Idah, memberi, gembala dan penginjil. John F. Mac arthur dalam tulisanya menjelaskan
bahwa:
“Tak pelak lagi bahwa "karunia" paling kontroversial yang berhubungan dengan
gerakan karismatik, begitu banyak tulisan-tulisan buku yang ditulis mengenai karunia-
karunia rohani. Sebagian memberikan pandangan positif, menggambarkan bahwa karunia
sebagai suatu kebutuhan”.
Pengajaran akan karunia-karunia rohani ini tentu memiliki latar belakang tersendiri
maupun dalam perkembangan pertumbuhan gereja. Dalam tulisan Lukas dan Rasul Paulus,
sering menjadi referensi dan juga dasar utama dalam mengajarkannya. Munculnya berbagai
perbedaan pandangan dikalangan umat Tuhan, tentu dilatarbelakangi berbagai faktor dan juga
situasi yang berkembang pada periode dan juga peristiwa-peristiwa tertentu. Pada awal
terjadinya konflik atau masalah dalam hal penggunaan karunia rohani tentu kita temukan
pada awalnya di jemaat Korintus, sebagaimana dijelaskan Rasul Paulus dalam 1 Korintus
pasal 12 dan 14 dimana jemaat lebih cenderung mengikuti pola dan kepercayaan yang lama
daripada mengikuti Firman Tuhan .
Karunia-karunia rohani diperuntukkan dalam pelayanan gereja perlu dipahami makna
dan manfaatnya dalam pelayanan gereja sehingga tidak menimbulkan perpecahan
sebagaimana terdapat dalam gereja Korintus. Roh Kudus memberikan karunia-karunia rohani
untuk pencapaian tujuan gereja. Pemahaman teks dan konteks akan menolong untuk tidak
menimbulkan penafsiran yang salah. Roy B. Zuck mengatakan bahwa kita sebaiknya tidak
memahami Alkitab dengan praduga atau pemikiran yang telah ditetapkan sebelumnya, tetapi
justru kita sebaiknya membiarkan Alkitab itu sendiri berbicara kepada kita.
Penafsiran yang benar sangat diperlukan untuk membagun sebuah doktrin dan
teologia. Sebab teologi yang benar dibangun berdasarkan pengamatan dan hasil eksegese
yang dapat dipertanggung jawabkan nilai kebenarannya. Pengertian eksegesis berasal dari
kata Yunani "eksegeses" kata bendanya adalah "eksegeomai" yang arti literalnya adalah
"mengeluarkan". Dalam leksikon diterjemahkan "menerangkan menafsirkan, menceritakan,
melaporkan atau menjelaskan." Kata bendanya berarti ceritera, uraian dan penafsiran. Kata
ini digunakan dalam Lukas. 24:35; Kisah Para Rasul 10: 8. Dengan demikian, eksegesis
menjadi sarana untuk mengetahui makna sesungguhnya. Pemahaman teks Alkitab menjadi
dasar dalam membangun sebuah konsep dan prinsip-prinsip pelayanan rohani. Dalam
mempelajari teks-teks Alkitab diperlukan pendekatan atau metode yang tepat untuk
mendapatkan arti yang sesungguhnya. Fakta yang sering terjadi dalam mengartikan sebuah
teks adalah adanya landasan teori tertentu yang diterapkan yang disertai dengan dasar Alkitab
itu sendiri.
Tak dapat dihindari adanya kebebasan dalam memilih dan memutuskan dalam
penerapan dari metode yang ada. Dalam bagian ini akan diberikan berbagai pandangan atau
pemahaman yang berkaitan dengan karunia-karunia rohani. Situasi yang terjadi dalam
perkembangan sejarah doktrin maupun gereja khususnya berkenaan dengan Roh Kudus
begitu nyata baik dalam teori-teori penafsiran maupun dalam praktek yang terdapat dalam
gereja. Banyak kesalahan disebarluaskan hanya karena gagal menerapkan hermeneutik (ilmu
penafsiran Alkitab) yang tepat. Tidak mempertimbangkan konteks langsung dari satu ayat
yang dapat sama sekali merusak maksud dari tujuan si penulis dan mengabaikan konteks
yang lebih luas seperti halnya paragraf, pasal dan kitab, atau tidak memahami konteks
historis/budaya. Charles C Ryrie dalam bukunya The Holy Spirit menjelaskan bahwa
pengajaran doktrinal iman Kristen tidak terjadi sekaligus di beberapa titik dalam sejarah
gereja. Juga tidak dijelaskan semua ajaran Kristen terjadi pada setiap tingkat yang sama.
Kadang-kadang satu doktrin datang untuk perhatian, di lain waktu sorotan akan fokus pada
doktrin yang berbeda.
Perdebatan doktrin Roh Kudus tidak banyak mendapat perhatian pada abad pertama.
Apa yang telah kita ketahui sebagai reaksi ortodoks doktrin Roh Kudus oleh gereja mula-
mula dalam merumuskan seperti karunia-karunia rohani dan juga doktrin akan Roh Kudus.
Dalam era apologetic konsep akan doktrin Roh Kudus sangat banyak di latar belakang
literatur dan pada saat yang sama juga adanya pengalaman yang keliru tentang Roh yakni
kurangnya penjelasan doktrinal. Sebagai contoh dipenuhi Roh Kudus dengan pembaptisan
Roh adalah merupakan hal yang berbeda. Namun hal ini sering dipahami sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan dan tentu memberikan dampak khususnya mengenai pelayanan
gereja. Dalam bukunya The Holy Spirit Charles C. Ryrie menjelaskan bahwa:
“Kesalahpahaman mengenai baptisan roh (mungkin ini ciri pasti dari karunia rohani
tertentu) adalah yang paling banyak disalah pahami mengenai doktrin dari Roh Kudus.
Kebingungan semacam ini adalah yang paling banyak sulit untuk diselesaikan karena
berhubungan dengan pengalaman, dan ini selalu sulit. bukan tidak mungkin, untuk
menunjukan pengalaman itu salah-khususnya/kecuali jika pengalaman tersebut didukung
oleh pengajaran yang benar. Apalagi, banyak mereka yang percaya haus dan lapar untuk
mengenal dan mengalami kuasa dari Roh Kudus, oleh karena itu, setiap pengalaman seperti
baptisan oleh Roh Kudus yang mana dapat membawa kekuatan tanpa batas bagi diskusi
akademik”.
Kesalahpahaman dan ketidak tepatan gereja dalam menafsirkan Alkitab itu sendiri.
Ada ketidak seimbangan pada doktrin yang ternyata juga sering mengaburkan dan
membingungkan dengan berbagai penafsiran dan pendekatan yang berbeda-beda. Jika
muncul berbagai pandangan tidak ditanggapi, maka akan selalu membuat kehilangan
kebenaran. dan itupun hanya dianggap sebagai cara lain untuk berbicara tentang topik ini.
Awal penggunaan dari karunia rohani khususnya dalam konteks gereja sering dikaitkan
dengan yang terjadinya peristiwa hari pentakosta sebagaimana yang terdapat dalam Kisah
Para Rasul 2:1-11. Hari pentakosta menurut Thomas R. Schreiner adalah pencurahan Roh
yang menandakan zaman baru telah dimulai dan keanggotaan umat Allah tidak dibatasi pada
orang-orang Yahudi tetapi juga mencakup orang-orang Samaria dan bangsa lain juga. John F.
Mac Arthur dalam bukunya yang berjudul The Charismatics mengatakan bahwa:
“Dalam Kisah Para Rasul 2:1-11 menggambarkan hari pentakosta yang agung itu, hari
lahirnya gereja. Terdengar suara seperti tiupan angin keras. Lidah-lidah seperti nyala api
tampak muncul di atas kepala para murid. Dan mereka berkata-kata dalam bahasa-bahasa
lain. kata Yunani yang digunakan dalam nas ini adalah "glossa" kata yang umum dalam
bahasa Yunani untuk "bahasa". Banyak di kalangan gerakan kharismatik saat ini menyatakan
bahwa karunia bahasa roh adalah "bahasa doa pribadi", ungkapan-ungkapan ekstatik dalam
sebuah bahasa yang hanya dikenal Allah.
Peristiwa yang terjadi di Yerusalem dengan yang terjadi di Korintus harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh sehingga tidak menimbulkan berbagai macam penafsiran.
Apa yang dikatakan kepada mereka yang hadir pada hari pentakosta di Yerusalem ialah
bahwa mereka sedang mendapatkan kilasan pendahuluan dari jenis kuasa yang akan
dicurahkan Roh kepada segala makhluk Dengan adanya karunia-karunia Roh yang
dipergunakan untuk kepentingan bersama dalam tubuh Kristus adalah merupakan satu
kesatuan dalam melayani. Dalam bagian ini akan diberikan penjelasan perkembangan
karunia-karunia rohani diantaranya pada awal abad permulaan, pertengahan hingga sampai
kepada masa reformasi.
BAB II
Latar Belakang Karunia-Karunia Rohani Dalam Tulisan Rasul Paulus
Korintus memiliki sejarah panjang terbentang sejak masa perunggu(1200 SM) pada
masa Paulus, merupakan daerah koloni Roma dan merupakan ibukota provinsi Akaya.
Populasinya terdiri dari penduduk Roma yang bermigrasi dari Itali, penduduk asli Yunani,
Yahudi (Kis. 18:4), dan beberapa bagian dari berbagai tempat yang memilih untuk menetap
disana. Korintus adalah kota besar dimana perniagaannya ramai karena letaknya istimewa,
yakni pada suatu tanah genting sebelah menyebelah terdapat pelabuhan yang baik yaitu,
Kengkrea disebelah timur dan Lykaion disebelah barat. Kota ini juga menjadi pusat
perdagangan yang berkembang,juga menjadi kota industri, khususnya keramik. Kota kuno ini
merupakan tempat yang ideal sebagai pusat komersial. Kota ini merupakan penghubung
antara Yunani selatan dan utara,yang dikenal juga sebagai Peloponnesus. Posisi ini
menempatkannya sebagai jalur silang perdagangan, baik untuk jalur perdagangan darat
maupun jalur laut.
Pada masa Paulus, kapal-kapal besar menurunkan muatan mereka dan diangkut
melalui kendaraan darat melalui teluk Korintus. Disana, sudah ada buruh angkut yang
menaikkan kembali ke atas kapal.Jika perahunya terlalu kecil maka mereka akan membawa
seluruh muatan tersebut ke bagian teluk lain yang berjarak sekitar 4,5 mil jauhnya. Perjalanan
jauh ini dilakukan di sekeliling Peloponnesus. Pada masa berikutnya orang Yunani membuat
kanal yang menghubungkan dua teluk. Nero memulai pembuatan kanal ini, tetapi baru selesai
pada tahun 1893. Grosheide menjelaskan bahwa:
“Korintus adalah ibu kota dari provinsi Achia Romawi yang mana dekat dengan Yunani dan
Makedonia. Kota ini menjadi tempat tinggal gubernur atau proconsult. Kisah Rasul 18
memberikan informasi kepada kita bahwa selama Paulus tinggal di Korintus, proconsulnya
bernama Gallio, kenyataan yang menarik bukan hanya untuk menunjukan pelajaran dari
pekerjaan misi Paulus, tetapi ini juga untuk memperkenalkan rasul yang pertama.
Posisinya yang strategis membuatnya jadi pusat perdagangan dan hal ini berdampak
pada penduduknya dalam hal kekayaan, jalur perjalanan utama bagi para pelancong dan
pedagang dan praktek degradasi moral. Sehubungan dengan kota Korintus Eckhard J.
menjelaskan bahwa Paulus berkhotbah di forum dari pada di pasar yang jauh dari pusat kota.
Pasar-pasar berikut ditemukan di Korintus dekat air mancur peirene,pasar di utara basilica di
Lechaion Road, pasar di utara kuil Apolo atau pasar di barat temple hill.
Kondisi kota Korintus tidak menutup munculnya berbagai transaksi perdagangan serta
kehidupan yang dipengaruhi oleh materi seperti uang dan juga kehidupan yang
mengutamakan materi. Metode atau cara Paulus dalam memberitakan kabar baik adalah
dengan penggunaan semua sarana yang tersedia untuk memberitakan kabar tentang Yesus
Kristus. Fakta bahwa Paulus terlebih dahulu menghubungi komunitas orang Yahudi dan
berkhotbah di sinagog-sinagog yang tentu bukan merupakan metode,melainkan pilihan
pertama yang jelas bagi pengajar Yahudi yang berkeliling mengunjungi kota-kota tempat
orang Yahudi berkumpul untuk berdoa dan pendapat pengajaran tentang taurat. Paulus dalam
hal ini memanfaatkan fasilitas yang ada untuk memberitakan Injil. Tentu pemberitaan Paulus
menimbulkan berbagai sikap yang negatif seperti halnya bahwa kehadiran Paulus dianggap
merusak aturan serta adat maupun budaya setempat. Hal ini sangat jelas terlihat dalam respon
yang muncul dari masyarakat yang menuduh Paulus sebagai pengacau kota yakni tuduhan
dengan mengajarkan adat istiadat asing.
Pada masa Paulus, banyak penganut agama kuno memasukkan praktek prostitusi
dalam bagian penyembahan mereka kepada dewa yang disembah. Akibatnya praktek seks
bebas mewarnai kehidupan di Korintus. Kota ini dihiasi gedung-gedung yang elok serta
patung-patung yang indah.Sebagai tempat pertemuan, kota ini juga merupakan sarang
berbagai agama, baik yang asli Yunani, maupun yang asing semua mempunyai penganutnya
disini dan semua yang disebut itu merupakan sebagian kecil dari segala dewata. Pelayanan
Dewi itu yakni Afrodite menimbulkan berbagai kondisi pada masyarakat Korintus yang
mengarah kepada karakter dan kebiasaan penduduk kota tersebut. itulah sebabnya kota ini
sering disebut sebagai tempat yang masyarakatnya adalah,imoralitas kota yang menjadi
pepatah yang telah dicatat pada zaman Aristofanes. Kota ini mempunyai reputasi buruk
karena hal-hal yang amoral dengan terdapatnya kuil Dewi Aphrodite dimana di dalam kuil ini
ada seribu imam wanita yang bertugas sebagai pelacur. Korintus kuno memiliki reputasi
untuk praktek degradasi seks yang diistilahkan oleh Aristophane sebagai kata
kerja“korinthiazo” berlaku seperti orang Korintus, dalam hal melakukan seks bebas. Kota
kuno yang paling toleran dalam perilaku seksual di Yunani dan mungkin merupakan kota
yang paling toleran dalam perilaku seksual di seluruh kekaisaran. Kota kuno ini memiliki
reputasi materialisme vulgar. Dalam karya sastra Yunani kuno kota ini dihubungkan dengan
kekayaan dan imoralita. Kehidupan yang terjadi kota Korintus menunjukkan adanya
gambaran tentang sebuah jemaat yang hidupnya tidak terasing dengan lingkungan sekitarnya.
Hal itu terlihat jelas dalam I Korintus dimana perkara-perkara hukum dibawa ke pengadilan
sipil dan mengenai persoalan- persoalan seperti perpecahan, pernikahan dan juga karakter
yang berlawanan dengan kekristenan.
Mengenai kondisi kota Korintus, Craig Preston menjelaskan sebagai berikut: Satu hal
yg menjadi ciri khas kota Korintus adalah kebhinekaan masyarakatnya. Kedudukannya
sebagai pelabuhan laut yg pada salah satu rute yang paling ramai di Laut Tengah telah
memastikan hal tersebut. Di jalan- jalan kota Korintus, prajurit-prajurit Roma, orang-orang
mistik dari timur, dan orang-orang Yahudi dari Palestina selalu bertemu dengan para filsuf
Yunani. Ketika Paulus memberitakan kabar baik tentang Yesus di Kota ini, anggota-anggota
dari semua lapisan masyarakat kosmopolitan ini memberikan tanggapan dan membentuk
jemaat Kristen di Korintus.
Tidak mengherankan jika orang-orang Korintus dengan latar belakang rohani dan
intelektual yang begitu berbeda, masing-masing membawa gagasan-gagasan dan ide- ide
yang berlainan. Sewaktu Paulus bersama mereka, keanekaragaman dari jemaat yang muda ini
dipersatukan. Tetapi ketika Paulus pergi meninggalkan kota Korintus, orang-orang Kristen
baru ini mulai merenungkan bagi diri mereka sendiri implikasi-implikasi dari iman Kristen
mereka, dan dengan sendirinya memperoleh jawaban-jawaban yang berbeda- beda.
Akibatnya, jemaat di Korintus mengalami perpecahan yakni menjadi empat kelompok yang
berlainan. Keempat kelompok tersebut dengan jelas mencerminkan latar belakang yang
berbeda-beda dari orang-orang Kristen di Korintus.
Tempat yang dianggap paling kudus saat itu adalah kuil Aprodit yang berdiri di
pegunungan dengan tinggi kira- kira 1900 kaki di selatan kota. Ratusan budak wanita
melayani para laki-laki yang “menyembah” disana. Ilmuwan Yunani- Strabo, menulis 1000
pelacur, tapi ini mungkin mengacu pada kota kuno, dan mungkin ini terlalu dilebih-lebihkan
dari keadaan sebenarnya disana. Ada beberapa situs lokal penting,termasuk bema (tempat
penghakiman), dimana hakim memutuskan kasus penting, termasuk kasus Paulus (Kis.
18:12). Cenchrea, pelabuhan Korintus di teluk Aegina adalah kota yang dikunjungi pada misi
kedua Paulus (Kis. 18:18).
Kontes atletik ini sangat penting dalam kehidupan orang Yunani, dan Paulus
menjadikannya referensi dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Merrill Tenney mengatakan
bahwa kota ini pernah dirampas dan dibakar oleh orang-orang Romawi pada tahun 146 SM.
Dalam tahun 46 SM ia dibangun kembali oleh Julius Caisar dan menjadi ibukota politik yang
diakui dari Akhaya, suatu provinsi senatorial. Kota Korintus memiliki tempat yang sangat
strategis baik secara politik maupun dalam kebudayaan dan hal-hal yang bersifat religius.
Paulus mendarat pertama kali ke Korintus dalam perjalanan dari Athena, yang terletak di
timur. Di Korintus Paulus menginjil dan mendirikan gereja. Disana juga dia bertemu Priscilla
dan Aquila, orang Yahudi yang meninggalkan Roma.Setelah orang Yahudi secara resmi
mengusir dari sinagoge, mereka menemukan rumah besar yang dimiliki Titius Justus. Paulus
melayani di Korintus selama 18 bulan. Paulus mengajak Priscilla dan Aquila ke Efesus.
Paulus kemudian meneruskan ke Antiokhia melalui jalan ke Kaisarea. Pada masa Paulus
menulis surat ini komunikasinya dengan Korintus cukup intens. la mendengar kabar tentang
jemaat ini (1Kor. 1:11; 5:1; 11:18).dari orang-orang yang datang mengunjungi dia
(IKor.16:17).Ayat-ayat yang terakhir juga menyinggung pemberian bantuan materiil,yang
telah diterima oleh Paulus.
Mengenai keberadaan jemaat, Duyverman menjelaskan bahwa anggota jemaat
Korintus memiliki kebebasan pribadi dan karunia rohani yang mencolok mereka bangga atas
pengetahuan. Jemaat di Korintus mudah terpengaruh dengan unsur-unsur baru sehingga
terjadinya, perpecahan dan juga bentrokan yang sengit dengan Paulus. " Jemaat Korintus
yang didominasi oleh non Yahudi mempengaruhi mereka dalam perbuatan-perbuatan yang
berlawanan dengan kebenaran. Paulus telah merumuskan pengajarannya sedemikian rupa
sehingga tergolong salah satu bagian yang paling indah dalam seluruh Alkitab tetapi sampai
kini rupa-rupanya belum kita pahami.
Sekembalinya dari Efesus dalam perjalanannya yang ke 3, Paulus menjadikannya
pusat operasi selama 3 tahun. Di Sana dia mendengar tentang kebobrokan moral jemaat di
Korintus. Karena itu dia menulis surat agar umat yang percaya tidak boleh mentolerir hal
tersebut. Paulus menyatakan dengan tegas hal tersebut dalam suratnya. Hal ini tidak
berlangsung hingga sekarang. Dia juga menerima surat khusus yang meminta arahannya
untuk masalah tertentu. Masalah ini antara lain pernikahan, perceraian, makanan untuk
persembahan berhala, praktek karunia rohani, dan persembahan untuk pelayan Tuhan yg
miskin di Yerusalem.
Para pembawa surat tersebut juga melaporkan kondisi-kondisi yang mengganggu di
gereja. Kondisi ini lebih dibiarkan daripada didisiplinkan, orang-orang kristen saling
menuntut,dan terjadi penyimpangan pada pertemuan- pertemuan di gereja. Tenney
mengatakan bahwa gereja di Korintus merupakan suatu masalah yang merepotkan dirinya
karena ketidak stabilannya. Karena sebagian besar dari anggota jemaat adalah bukan orang
Yahudi yang belum pernah dididik dalam kitab suci Perjanjian Lama, dan latar belakang
religious serta moralnya yang bertolak belakang dengan norma-norma Kristiani.
Faktor-faktor ini mendorong Paulus menulis 1 Korintus sehingga Paulus membahas
masalah-masalah faksi, dia berjanji akan segera berkunjung, mengatakan bahwa ia akan
mengirim Timotius ke Korintus. Paulus menambahkan responnya tentang pertanyaan orang-
orang Korintus. Paulus ternyata mengirimkannya lewat orang kepercayaannya pada akhir
musim dingin atau awal musim semi. Tampaknya konflik berkembang antara orang Korintus
dengan pendiri gerejanya, yaitu Paulus. Terdapat konflik internal di gereja. Tetapi masalah
yang lebih besar adalah adanya anggota komunitas yang berlawan pandangan dengan Paulus.
Marxsen mengatakan bahwa Paulus dalam I Korintus ingin menghalau pengaruh gnostik
yang telah menyerap ke dalam gereja di Korintus.
Anggota-anggota jemaat ini, yang beraneka warna dan menghirup udara kota yang
demikian, pada umumnya berasal dari kalangan sederhana (I Kor. 1:26-8), tetapi terdapat
juga beberapa anggota yang cukup sederhana (Kis. 18:18; Rm.16:23). Hal ini
mempertanyakan otoritas Paulus dan injil yang diberitakannya. Masalah utama antara Paulus
dan orang Korintus adalah apa arti "menjadi rohani." Jemaat Korintus memiliki berbagai
macam kelebihan yang tentu menjadi kepercayaan dalam melayani bersama. Jika di dalam
surat Roma Paulus menata kembali teologi biblikal, dalam I Korintus dia menata kembali
posisi imam dan pengajaran, dihadapkan dengan kepedulian gereja terhadap posisi penting
orang Kristen. Tidak ada bagian dalam surat-surat Paulus yang menjelaskan secara lengkap
karakter Paulus sebagai manusia, sebagai orang Kristen, sebagai gembala, dan sebagai rasul
selain dari pada dalam surat Korintus.
Surat ini merupakan surat yang bicara secara jelas tentang hal yang tidak baik dari
kesombongan, kesombongan pribadi dan kepercayaan diri dari kumpulan surat Paulus yang
ada; di lain pihak, mereka mendeskripsikan hal-hal praktis tentang kehidupan Kristen dan
kesaksian, pentingnya pelayanan, penyangkalan diri, ketulusan dan kelemahan sebagai matrik
pernyataan kekuatan Tuhan. Mungkin, penekanannya adalah pentingnya kasih dalam konteks
perwujutannya (I Kor. 12:31-13:13) sebagai standard kasih yang harus dicapai seluruh orang
Kristen.
Kota Korintus memberikan peran penting untuk berbagai hal dalam berbagai
pengajaran maupun isu yang terdapat dalam semua tulisan Rasul Paulus. Apa yang menjadi
ciri khas sebagai penanda kota Korintus. Pada abad pertama, ketika orang menggambarkan
orang Korintus, sebagai mereka yang nyata-nyata menyatakan gairah, kegairahan dalam
kegiatan seksual dan karakter kemewahan dalam hal tersebut. Inilah yang menjadi tanda-
tanda orang Korintus." Kota Korintus dibawah koloni Romawi yang mementingkan diri
sendiri. Hal ini juga berdampak dalam hidup orang-orang yang tidak percaya di Korintus.
Kota ini menuju arah yang berlawanan dengan panggilan Tuhan terhadap gereja.
Gereja di Korintus pada saat itu berjuang untuk melaksanakan kewajiban tersebut.
Mereka gagal dalam beberapa hal utama dalam kebersihan secara moral,keberanian dan
keyakinan dalam mendeklarasikan injil kebenaran. Kegagalan terbesar adalah melaksanakan
tujuan Roh Kudus dalam memberikan karunia-karunia rohani kepada setiap orang percaya.
Dalam surat Korintus kita menemukan penyebab kegagalan gereja. Hal lain yang
utama juga muncul adalah rahasia kesuksesan sebuah gereja. Di satu sisi kita menemukan
pengoreksian dari sensualitas. Surat pertama Korintus adalah yang paling bervariasi dalam isi
maupun gayanya diantara surat-surat Paulus yang lainnya. Topik pembicaraannya berkisar
dari perpecahan dalam jemaat hingga keuangan dan dari tata krama gereja hingga
kebangkitan.
Jika kita membaca seluruh Surat Korintus, kita dapat melihat bagaimana setiap
kelompok giat bekerja, dengan menyebarkan ide-ide dan penekanan-penekanannya sendiri.
Persoalan kaum libertin, yang menyatakan mereka mengikuti Paulus, mengajak seluruh
jemaat supaya jangan cemas terhadap terjadinya percabulan (I Kor. 5:1-13). Kaum legalis.
yang menyatakan diri sebagai pengikut Kefas, membangkitkan persoalan lama tentang jenis
makanan yang boleh dimakan orang Kristen. Tetapi kali ini pertengkarannya adalah tentang
makanan yang dipersembahkan di kuil-kuil kafir sebelum dijual kepada umum (1 Kor. 8-9).
Kaum filsuf, para pengikut Apolos, mengatakan mereka memiliki semacam hikmat yang
lebih unggul dari apapun yang pernah disampaikan Paulus (I Kor.1:18-25). Kaum mistik,
yang menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, mengemukakan bahwa sakramen-sakramen
jemaat berfungsi secara supra alami. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak perlu cemas
terhadap akibat kegiatan- kegiatan cabul yang dilakukannya (I Kor.10:1-13).
Selama Paulus tinggal di Efesus, ia tetap memelihara hubungan dengan jemaat-jemaat
di Akhaya yang dibangunnya pada perjalanan sebelumnya. Gereja di Korintus merupakan
suatu masalah yang merepotkan dirinya karena ketidak stabilannya. Karena sebagian terbesar
dari anggota jemaat adalah orang bukan Yahudi yang belum pernah dididik dalam kitab suci
perjanjian lama, dan yang latar belakang religius serta moralnya sangat bertolak belakang
dengan norma-norma kristiani, banyak hal yang harus diajarkan kepada mereka sebelum
mereka mencapai kedewasaan rohani (1 Kor.3:1-3).
Pelayanan Apolos diantara mereka sangat membantu dalam banyak hal. Cara
mengajar dan menyampaikan kebenaran menarik hati orang-orang Korintus. Ia terutama
sangat bermanfaat untuk menghadapi orang-orang Yahudi, karena ia sangat memahami
Perjanjian Lama dan dapat berdebat di muka umum dengan gaya yang sangat
meyakinkan(Kis. 18:27-28). Paulus menghargai pelayanannya dan memujinya (1 Kor.16:12).
Ada kemungkinan bahwa Petrus juga mengunjungi Korintus meskipun tidak ada data-
data mengenai hasil pekerjaannya. Paulus menyebut namanya seolah-olah telah dikenal oleh
orang-orang Korintus (1Kor. 1:12) dan menyiratkan bahwa ia juga turut mengambil bagian
dalam pengajaran keliling (1 Kor. 9:5). Tidak mungkin ada suatu kelompok dalam jemaat di
Korintus yang mengakui ia sebagai pemimpin mereka bila tidak pernah ada hubungan pribadi
dengannya pada masa-masa itu. Ketika Apolos dan mungkin kefas mengunjungi Korintus dan
mengajar disana. Paulus sedang dalam perjalanan yang membawanya kembali ke Palestina
dan dari sana ke Efesus. Dalam masa ini, atau beberapa saat setelah kedatangannya kembali
di Efesus, ia menulis sepucuk surat yang disinggungnya dalam I Korintus 5:9"dalam suratku
telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Suasana
moral di Korintus adalah sedemikian rupa hingga mereka harus memisahkan diri sama sekali
dari yang jahat bila gereja ingin tetap berdiri.
Rupanya telah ada kesalahpahaman terhadap perintahnya itu, karena di dalam 1
Korintus ia menjelaskan bahwa ia tidak menganjurkan mereka untuk menarik diri dari dunia
pada umumnya, tetapi agar mereka tidak bergaul dengan orang-orang yang menyebut dirinya
Kristen tetapi masih bertahan dalam dosa. Jelaslah bahwa masalah kebersihan moral
menduduki tempat yang penting di Korintus, sama seperti dimanapun juga didunia diluar
Yahudi, dan ia merupakan salah satu persoalan pertama yang harus dihadapi oleh Paulus.
Isi satu Korintus lebih banyak menangani persoalan- persoalan pribadi daripada ajaran
doktrinal atau peraturan hukum gereja. Kemanusiawian Paulus sangat nyata disini seperti
keadaan perasaan, keinginan, harapan-harapannya, dan tanggung jawab serta kewajibannya,
semuanya itu dipaparkan di hadapan para pembacanya. Berdasarkan keadaan kota ini, kota
Korintus merupakan pusat perdagangan besar Yunani pada masa Perjanjian Baru. Kota ini
menjadi penting karena lokasinya di Isthmus (genting tanah) Korintus, yang menjadi lintasan
barang-barang dalam jumlah besar, karena tidak perlu melalui rute yang lebih panjang dan
lebih berbahaya keliling ujung selatan Yunani. Kesempatan-kesempatan ekonomi disana dan
Pertandingan Isthmian yang diadakan dua tahun sekali tidak jauh dari Korintus,
mengakibatkan wirausahawan, atlet, dan penggemar olahraga datang berbondong-bondong
sehingga dapat dilayani Paulus. Paulus tinggal di Korintus selama delapan belas bulan (Kis.
18:11), menjadi kota kedua setelah Efesus dalam pelayanan penginjilan.
Di pusat kota terdapat "agora"(pasar)yakni merupakan pusat kesibukan di setiap kota
Yunani. Pasar ini berukuran 180 meter panjangnya (timur-barat) dan 90 meter lebarnya
(utara-selatan). Menurut bentuk alamiah permukaan tanah,bagian selatan terletak hampir dua
meter lebih tinggi daripada bagian utara pasar. Pada garis pemisah kedua tingkat itu berdiri
bema atau podium, tempat para pejabat pemerintah dapat menyampaikan pidato kepada orang
banyak dan menjalankan keadilan. Sudah pasti Paulus menghadap Galio disini (Kis. 18:12-
13). Bema ini diapit oleh sederetan toko. Sebuah serambi bertiang di sebelah selatan meluas
sekitar 150 meter sepanjang sisi pasar tersebut. Antara lain, di serambi itu terdapat ruang
dewan kota dan kantor para pengawas perlombaan Isthmus.
Jalan dari pelabuhan Lekhaion memasuki pasar dari sebelah utara. Pada sisi barat
jalan tersebut di jalan masuk ke pasar berdiri sebuah basilica, yang bersama dengan basilika-
basilika di sebelah selatan dan timur pasar memberikan fasilitas pengadilan dimana orang-
orang Kristen di Korintus yang berperkara harus menghadap di pengadilan (1Kor. 6). Pada
sisi timur jalan tersebut di dekat jalan masuk ke pasar ditemukan sebuah batu dengan
inskripsi “sinagoge orang Ibrani". Beberapa orang berpendapat bahwa batu tersebut adalah
lambang atas sinagoge dimana Paulus mungkin telah berkhotbah (Kis. 18:4). Sedikit lebih
jauh dijalan Lekhaion terdapat toko-toko para pedagang daging dan anggur.
Disalah satu toko ini ditemukan inskripsi yang menunjukkan bahwa toko ini adalah
sebuah makellon, Kata ini digunakan dalam I Korintus 1:25. Tempat ini pasti adalah pasar
daging yang disebutkan oleh Paulus, dimana orang-orang percaya dapat berbelanja dengan
hati nurani yang bersih, tanpa merasa kuatir kalau-kalau daging yang dijual disitu telah
dipersembahkan kepada berhala.
Fakta terakhir yang ditunjukan, mungkin kita dapat berkata, bahwa inilah alasan
prinsipil mengapa Paulus menulis kepada orang Korintus. Kuasa setan yang ditemukan di
korintus adalah sebagian bukti di dalam pengaruh tingkah laku. Surat ini jelas
menginformasikan kepada kita point ini. Kita membaca bahwa gereja telah mengirim surat
kepada rasul dengan berisikan banyak pertanyaan, khususnya tentang kehidupan kekristenan.
Surat ini tentu juga menginformasikan kepada Paulus banyak hal yang terjadi di Korintus.
dan lebih lagi, Staphanas, Formtunas dan Achaicus yang membawa surat dari Korintus
kepada rasul mengangkat beberapa isu/masalah tentang hal tersebut. (16:17-18).
Tetapi Paulus juga menerima informasi dari berbagai sumber seperti halnya dari Kloe
(1Kor. 1:11). Kabar yang terakhir tidak hanya bersifat resmi, tetapi juga memiliki karakter
rohani. Namun demikian mereka dibantu untuk memberi kepada Rasul. Berita tidak selalu
baik. Hal yang menyedihkan ditunjukan juga, meskipun tidak selalu hal penting dalam
pandangan orang Korintus (1 Kor. 5:2), sangat penting buat Paulus bahwa dia melatih mereka
bahkan sebelum dia menjawab pertanyaan yang muncul dari orang Korintus.
BAB III
Melayani Dengan Karunia Rohani Berdasarkan Surat-Surat Paulus
Karunia rohani adalah merupakan pemberian Roh Kudus kepada orang percaya
sehingga tujuan pendirian gereja dapat tercapai sesuai dengan ketentuan dan fungsi berdiri
gereja. Karunia-karunia ini diberikan sebagai sarana untuk melaksanakan tugas-tugas
pelayanan pekerjaan Tuhan. James Thomson menjelaskan bahwa karunia-karunia ini adalah
untuk memampukan orang Kristen melayani di dalam gereja (1 Kor. 7:7). Pelayanan dalam
konteks gereja seharusnya mendapat perhatian yakni dapat diatur dengan baik dengan
berbagai petunjuk dan ketentuan berdasarkan kebenaran firman Tuhan maupun dengan
ketentuan-ketentuan yang sifatnya tradisional namun tidak bertentangan Alkitab. Rasul
Paulus menyatakan bahwa Karunia-karunia khusus adalah untuk memampukan tugas mulia
dalam gereja (1Kor. 12:28). Rasul Paulus memberikan penjelasan maupun petunjuk dan
manfaat (Rm. 12:6-8; 1 Kor. 12:4-11, 28-30;Ef.4:7-12).Karunia ini bukan dihasilkan oleh
usaha dan kemampuan seseorang dalam pelayanan dimana yang menjadi tujuannya selalu
memperlengkapi orang-orang percaya dalam gereja.
Penjelasan akan karunia-karunia rohani seperti halnya karunia: kesembuhan,
bernubuat, kerasulan, mengajar,iman, mukjizat, bahasa lidah, penafsiran, pengajar,
melayani,menolong, menasehati, murah hati, memberi memimpin, hikmat dan pengetahuan.
Uraian bagaimana kesatuan dalam perbedaan dari karunia-karunia roh. Kasih adalah
merupakan dasar dalam pelayanan gereja, kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah
merupakan tujuan dari karunia-karunia yang diberikan kepada jemaat. Untuk memahami
bagaimana pelayanan gereja berdasarkan karunia-karunia rohani sebagaimana terdapat dalat
tulisan-tulisan Paulus, terlebih dahulu diuraikan latar belakang surat Paulus yang didalamnya
terdapat karunia-karunia rohani ini. Dari semua kitab yang ditulis oleh Rasul Paulus terdapat
tiga kitab yang memberikan penjelasan akan hal ini. Ketiga kitab tersebut adalah Roma,
Korintus dan Efesus. Dari ketiga kitab itu, Surat Korintus memberikan penjelasan lebih
lengkap daftar karunia-karunia rohani.
Berdasarkan data mengenai karunia-karunia, kitab Korintus mendapat perhatian
khusus dari Paulus. Dalam I Korintus 12:8-11 terdapat sejumlah karunia-karunia rohani yang
bertujuan untuk tercapainya sasaran dan tujuan pendirian gereja. Paulus memberikan daftar
karunia tersebut diantaranya adalah karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, karunia
berkata-kata dengan pengetahuan, karunia iman, karunia untuk menyembuhkan, karunia
mujizat, karunia untuk bernubuat, karunia untuk membedakan bermacam-macam roh, karunia
untuk berkata-kata dengan bahasa roh dan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Di
dalam kitab Roma 12:6-8 Paulus juga menjelaskan karunia rohani diantaranya adalah:
karunia untuk bernubuat, karunia untuk melayani, karunia untuk mengajar, karunia untuk
menasehati, karunia membagi-bagikan sesuatu,hendaklah ia melakukannya dengan hati yang
ikhlas. Sedangkan dalam Efesus 4:11 Rasul Paulus menjelaskan Kembali akan karunia seperti
karunia rasul, karunia nabi, karunia pemberita-pemberita Injil,karunia gembala dan karunia
pengajar. Berdasarkan konteks pemberian akan karunia-karunia rohani adalah menunjukkan
bahwa semua yang berhubungan dengan pelayanan gereja telah dipersiapkan dengan baik
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam bagian ini akan terlebih
dahulu diberikan penjelasan latar belakang Korintus,Roma dan Efesus.
A. Karunia Kesembuhan
Kesembuhan adalah salah satu wujud nyata dari pekerjaan Roh Kudus di dalam
gereja. Tak dapat dipungkiri dalam pelayanan gereja sering diperhadapkan dengan berbagai
pelayanan yang hubungannya dengan sakit penyakit. Karunia rohani berasal dari Allah
bertujuan untuk memperlengkapi individu dalam pelayanan gereja. Dalam Tulisan Rasul
Paulus mendaftarkan sejumlah karunia rohani. Diantaranya adalah karunia menyembuhkan.
Paul Enns dalam bukunya The Moody Handbook menjelaskan bahwa: Aspek yang
lebih sempit dari karunia mukjizat adalah karunia menyembuhkan (1 Kor.12:9,28,30). Kata
yang digunakan adalah bentuk jamak (Yunani iamaton, "kesembuhan-kesembuhan") dalam 1
Korintus 12:9, menjelaskan perbedaan dari penyakit yang disembuhkan". Karunia
kesembuhan melibatkan kemampuan seseorang untuk menyembuhkan orang lain dari segala
bentuk penyakit. Suatu penyelidikan dari kesembuhan-kesembuhan di Perjanjian Baru oleh
Kristus dan para Rasul perlu diperhatikan. Kesembuhan- kesembuhan itu adalah: secara
spontan (Mrk. 1:42); sempurna (Mat. 14:36); permanen (Mat. 14:36); terbatas (penyakit fisik
contohnya lepra, Mrk. 1:40, bukan penyakit psikologis. ada tujuannya bukan sekadar untuk
membebaskan orang dari penderitaannya dan penyakitnya.
Karunia kesembuhan adalah suatu pelayanan yang berasal dari Allah yakni untuk
meneguhkan berita firman Tuhan maupun sipemberita tersebut berasal dari Allah. Karunia ini
bukan berasal dari kemampuan atau hikmat dari manusia namun kemampuan istimewa dalam
tuntunan Tuhan melakukan tindakan iman yang menyebabkan kuasa Tuhan bekerja dan
mukjizat kesembuhan terjadi atas diri seseorang di luar cara- cara yang biasa/alamiah.
Kesembuhan yang dituliskan dalam bagian ini berkaitan dengan suatu penyakit.
Demonstrasi tertinggi dari karunia itu adalah membangkitkan orang mati (Mrk. 5:39-
43;Luk. 7:14;Yoh. 11:44;Kis.9:40). Sebagaimana dalam kasus karunia yang lain, karunia
menyembuhkan berhenti dengan penyelesaian kanon Kitab Suci; tidak ada kebutuhan lagi
untuk karunia menyembuhkan. Namun demikian, Allah akan tetap merespon doa-doa dari
anak-anak-Nya dan menyembuhkan seseorang dari penyakitnya; hal ini, namun demikian
tanpa alat dari orang lain. Tujuan dari kesembuhan itu adalah merupakan bukti dari kuasa
Allah." Selain itu tujuan dari kesembuhan dalam Alkitab adalah untuk menunjukkan akan
belas kasihan Allah terhadap umat manusia yang menderita. Sifat dasar allah adalah untuk
mengasihi.
Allah dapat menyembuhkan seseorang secara langsung. Suatu perbedaan antara dua
bentuk kesembuhan ini muncul dalam Kisah Para Rasul 9, di mana Petrus menyembuhkan
Eneas melalui karunia (Kis. 9:34), tetapi Allah menyembuhkan Tabita sebagai respons dari
doa Petrus (Kis. 9:40)."Haruslah juga diperhatikan bahwa ada sejumlah contoh di mana Allah
memilih untuk tidak menyembuhkan orang (2 Kor. 12:8-9; I Tim. 5:23). Berkaitan dengan
karunia kesembuhan ini, P G. Chappell menjelaskan: Sembuh, Penyembuhan. Pemulihan
kesehatan (Ams.41:3), yang membuat seluruh atau baik apakah secara fisik,mental, atau
secara rohani. Alkitab menunjukkan bahwa keinginan Tuhan yang tertinggi untuk manusia
adalah untuk dia supaya "selalu dalam keadaan sehat, secara jasmani maupun rohani" (3 Yoh.
2). Penyembuhan adalah suatu topik terkemuka di dalam Alkitab. Penyakit sudah
disembuhkan oleh supranatural campur tangan Tuhan dengan atau tanpa tujuan duniawi.
Allah sendiri mengatakan "Akulah Tuhan, Allahmu penyembuh" (Kel. 15:26 ), dan Alkitab
dengan jelas mengajarkan bahwa Allah menyembuhkan semua penyakit manusia (Mz.
103:3).
Di dalam Perjanjian Lama yang perkataan yang paling sering digunakan untuk
melambangkan penyembuhan adalah “rapha” dan di dalam Perjanjian Baru,penyembuhan
biasanya diungkapkan dengan kata-kata therepeuō dan iaomai.Sehubungan dengan arti
"therepeuō" H.W. Beyer menjelaskan sbb: Alkitab memberikan pandangan mengenai
penyembuhan dan penyakit. Therapéuō untuk menyembuhkan. Kata ini, dalam bahasa
Yunani sekuler, berarti “untuk melayani", "untuk dapat melayani", dan "perhatian pada yang
sakit", "untuk mengobati", "untuk menyembuhkan" (juga secara kiasan). Arti yang sama
dapat ditemukan di dalam aliran Yudaisme (lih."untuk melayani" dalam Ester. 1:1 dan "untuk
menyembuhkan" dalam Sir 18:19).
Dalam Perjanjian Baru, kata "therapéuō" tidak pernah berarti "untuk melayani" dalam
arti kata sekuler, dan hanya sekali dijelaskan dalam Kisah Para Rasul 17:25 yang artinya
mengacu pada pemujaan. Pandangan Paulus di sini adalah bahwa Allah yang sesungguhnya
tidak mempunyai tempat kediaman pemujaan dan tidak memerlukan golongan
pemujaan,sehingga therapeiein yang cocok bagi berhala tidaklah sesuai baginya. Kata
"therapeía" dapat juga berarti kebutuhan keluarga dan penyembuhan tetapi dalam Perjanjian
Baru tidak pernah menyebutkan pengertian ini.
Istilah lainnya adalah “therápōn". Secara umum di dalam septuaginta, perkataan ini
digunakan di dalam Perjanjian Baru hanya untuk Musa dalam Ibrani 3: 5. Faktanya adalah
bahwa Musa adalah seorang hamba jika dibandingkan secara kontras kepada Yesus yang
adalah Anak (lih.Gal. 4:1 dst).
Secara umum digunakan adalah untuk "penyembuhan", tidak hanya dalam arti kata
perawatan medis, tetapi dalam pengertian penyembuhan nyata yang dilakukan Mesias. Yesus
mempunyai kuasa untuk menyembuhkan orang sakit (Luk. 7:21). Jni merupakan bagian dari
pelayanan-Nya selaín berkhotbah (Mrk. 4:23 ). Tidak ada penyakit dapat melawan Dia. Ia
menyembuhkan banyak orang(Mat.12:15), apakah mereka sakit, lumpuh, buta,timpang,bisu
dan tuli, kapanpun keadaan itu muncul bahkan pada hari Sabat (Mat. 12:10 dsb). Mengusir
setan adalah salah satu bentuk penyembuhan. Perkataan-Nya juga menyembuhkan penyakit
atau cacat, walaupun Yesus biasanya akan menyentuh orang sakit. memegang tangan mereka,
menumpangkan tangan.atau melakukan tindakan seperti seorang tabib (Yak. 5:14). Orang
sakit mungkin hanya menjamah jubah-Nya (Mrk. 3:10;5:28), bayangan Petrus (Kis. 5:15),
Paulus dan pakaiannya (Kis.19:12).
Penyembuhan menjadi lengkap sepenuhnya dalam Yesus, mendahului rencana
keselamatan, mengangkat penyakit dari orang-orang (Mat. 8:17; lih. Yes. 53:4). Keajaiban
yang nyata, tidak melanggar hukum alam tetapi mengandung kemenangan atas konflik untuk
penguasaan dunia. Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menyembuhkan orang
sakit. Perintah itu sendiri, yang diterima di dalam iman, memberikan mereka kuasa (Mat.
10:1). Tuhan yang bangkit mengulangi pengutusan itu, dan di dalam nama Yesus para Rasul
menyembuhkan orang yang sakit dan kerasukan setan (Kis. 3:1; Kis. 5:16 dst, Filipus dalam
Kis. 8:7, Paulus dalam Kis. 28:8-9). Penyembuhan dapat tidak terjadi disebabkan oleh
beberapa hal,yakni dengan adanya sikap kemunafikan dan keraguan (Luk. 4:23 ; Mrk. 6:5),
dan lemahnya iman para murid yakni dalam kasus penyakit epilepsi seorang anak (Mat.
17:14).
Dalam Perjanjian Lama Allah sendiri adalah sumber untuk penyembuhan, dalam
Ulangan. 32:39 menggambarkan Tuhan sebagai sumber langsung penyakit dan wabah
penyakit yakni sebagai hukuman atas dosa manusia (mis. Bil. 12:9-15;2Taw. 21:18-19;26:16-
21), sementara penyembuhan adalah balasan vagi ketaatan, suatu manifestasi pengampunan
Allah,rahmat, dan kasih (Kej. 20:17;Maz.41:5). Ini tidak hanya diterapkan kepada individu
tetapi juga untuk seluruh bangsa (misalnya, Kel. 23:22-25; Im. 26:14-21; Bil. 16:47; Ul.7:15).
Penyembuhan dan penyakit tidak seperti dikemukakan di dalam Perjanjian Lama,
walaupun ditunjukkan di dalam kitab Ayub,dalam kisah penyembuhan tertentu, dan di dalam
Mazmur. Hal itu berdasar motif Yesus terhadap ajaran- ajaranNya.Pandangan ini menerima
penyakit sebagai akibat universal bawaan manusia yang disebabkan oleh dosa turunan (Kej.
2:17;3:19; Rm. 5:12-21). Karena itulah sebagai hasil dari kejatuhan manusia melalui Adam,
manusia menjadi rentan terhadap penyakit. Di dalam Perjanjian Baru, penyakit dan Iblis
menjadi sangat erat hubungannya (Luk. 13:16; Mat. 12:22-28); namun, ajaran Yesus, seperti
dalam kitab Ayub, menunjukkan bahwa penyakit itu tidak selalu hukuman bagi dosa pribadi
manusia (Yoh. 5:14), dan tidaklah menjadi aturan Allah menggunakan penyakit sebagai
hukuman.
Adapun dasar untuk menerima kesembuhan dalam konteks ini adalah iman yang
ditujukan kepada Tuhan. hal ini juga terdapat dalam pelayanan penyembuhan yang dilakukan
oleh Kristus, iman adalah sebuah faktor dominan. Karunia ini adalah karunia kekal dari Roh
Kudus kepada gereja hanya dipraktekkan oleh orang yang dipenuhi Roh, dan memiliki
kerendahan hati, serta penuh iman. Dasarnya adalah iman sehingga orang yang menderita,
iman merupakan syarat untuk memperoleh penyembuhan (Mat.9:2,22,29;8:13;15:28). Hal ini
digambarkan dalam Markus 6:5-6 dan Matius 13:58, yang secara tersurat mencatat bahwa
Kristus tidak dapat menyembuhkan di Nazaret karena orang tersebut kurang imannya, dan di
dalam Matius 17:20 di mana penyembuhan tertunda karena kurangnya iman. Yakobus 5:16
menekankan bahwa doa yang berlandaskan iman mendatangkan kesembuhan.
Aspek teologi yang paling kontroversial tentang kesembuhan ilahi adalah hubungan
untuk pendamaian Allah dan manusia. Satu pandangan bersikeras bahwa hak istimewa
penyembuhan fisik diatur oleh Allah dan kedaulatan-Nya yakni Allah menyembuhkan
siapapun yang Dia kehendaki.Sebagian besar pendukung kesembuhan ilahi, percaya bahwa
penyembuhan fisik,seperti keselamatan, adalah warisan setiap orang yang percaya dengan
kematian Kristus yang agung. Pengembangan iman dalam kesembuhan ilahi, menyebabkan
beberapa pendukung doktrin ini percaya bahwa penerapan medis dan supranatural adalah
sama-sama eksklusif. Karena akar penyebab penyakit adalah dosa dan satu-satunya
penyembuhan dari dosa adalah hal rohani, mereka percaya bahwa hanya obat bagi penyakit
adalah rohani.
Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,upaya medis dimanfaatkan (mis. 2 Rj.
20:2 11; Luk. 10:34;1Tim. 5:23) kecuali mereka terhubung dengan praktik spiritual (mis. Asa
mencari seorang dokter yang setara dengan ahli sihir/dukun. 2 Taw. 16:12). Orang-orang
Yahudi dari segala penjuru percaya bahwa "Tuhan telah menciptakan obat dari
bumi.Berdasarkan Matius 9:12 menunjukkan bahwa Kristus sendiri menganggap adalah
normal bagi orang untuk berkonsultasi dengan tabib.
Pelayanan penyembuhan Yesus terus berlangsung melalui pengutusan dan pengiriman
dua belas murid-Nya (Mrk.6:7-13; Mat. 10:1-5; Lukas 9:1-6) dan tujuh puluh orang (Luk.
10:9). Dalam Kisah Para Rasul dan surat rasul-rasul tercantum bukti yang jelas tentang
kesinambungan kesembuhan ilahi di gereja-gereja kerasulan, dan Yakobus 5:14-16
menyatakan penyembuhan orang sakit melalui doa dalam iman sebagai penyediaan dan janji
permanen bagi "orang benar". Ada juga banyak bukti melalui Jemaat mula-mula (mis.
Irenaeus, Origen, Justin Martyr, Tertullian, Augustine) yang memastikan terusnya praktek
kesembuhan ilahi selepas zaman para rasul.Pada abad kesembilan,penurunan signifikan
dalam praktik kesembuhan ilahi dimulai. Selama era pra reformasi, praktek penyembuhan
terus berlangsung,namun hanya untuk kaum terisolasi, seperti Bernard dari Clairvaux Dan
orang-orang Waldensia.
Pada masa selanjutnya seperti oleh tokoh reformasi yaitu Martin Luther dan para
pendukung reformasi Inggris memperbaharui penerapan tersebut dalam kelompok
mereka,dan dalam masa setelah reformasi Chappel menjelaskan Kelompok-kelompok seperti
Brethen, umat Menonit, orang Quaker, Orang Moravia, dan Wesleyan menerapkan doktrin
itu. Pada abad kesembilan belas, kebangkitan penyembuhan meledak di Eropa di bawah
kepemimpinan Dorthea Trudel, Otto Stockmaver, Johannes Blumhardt, dan William
Boardman. Di Amerika selama abad kesembilan belas itu, Gerakan Kesucian mulai tumbuh
dengan khas kesembuhan ilahi yang dipimpin oleh Charles Cullis, Carrie Judd Montgomery,
A. B. Simpson, A. J Gorden, R.A.Torney dan John Alexander Dowie. Kesembuhan llahi juga
menjadi doktrin utama pantekosta modern dan gerakan karismatik.
Dari Kitab Kejadian hingga Wahyu, sejak jemaat awal abad kedua puluh, catatan
sejarah menuliskan bahwa penyembuhan oleh campur tangan ilahi telah dialami banyak umat
Tuhan. Dalam I Korintus 12:9 Paulus mengatakan kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
Pemberian karunia dalam konteks ini adalah kesembuhan. Nampaknya menjadi nilai
perhatian yang besar dalam gereja baik pada jemaat di Korintus maupun di gereja hingga
masa sekarang. Dalam tiga kitab yang ditulis oleh Paulus memberikan penjelasan tentang
karunia-karunia Roh (Rm. 12:6-8; 1Kor.12:8-10; Ef. 4:11), pemberian karunia ini tercantum
secara bersamaan hanya dalam surat pertama Korintus, gereja yang menyalahgunakan
setidaknya satu dari karunia-karunia ini adalah jemaat Korintus. Karunia-karunia rohani
tersebut seharusnya tidak untuk disalahgunakan : sehingga tidak terjadi perpecahan dan
terganggunya persekutuan orang percaya.
Roh Kudus memberikan karunia kesembuhan bagi orang percaya dengan tujuan untuk
menyatakan kebesaran kuasa Allah dalam gereja. Banyak nats yang menjelaskan kesembuhan
muncul dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Seperti halnya ketika Yesus dan para
murid-muridNya menyembuhkan orang sakit. Pelayanan kesembuhan fisik melalui cara-cara
spiritual biasanya dikaitkan dengan iman yang teguh akan kuasa dan pekerjaan Tuhan.
Banyak orang mengklaim memiliki karunia kesembuhan atau setidaknya beberapa kekuatan
khusus. Harus diakui bahwa penyakit dan kelemahan adalah bagian dari kehidupan: tidak ada
yang bisa meloloskan diri darinya pada akhirnya. Semua orang,termasuk mereka yang
memiliki karunia itu akan mengalami menderita (mendapat) sakit, dan akhirnya mati.
Dalam bukunya yang berjudul "Commentary The First Cirinthians" F.W. Grosheide
menjelaskan bahwa: Karunia menyembuhkan (gifts of healings) yang diberikan kepada gereja
mula-mula untuk melakukan mujizat untuk mengembalikan kesehatan. Bentuk jamak pada
kata karunia (gifts) dapat mengindikasikan penyembuhan berbagai penyakit.Setiap penyakit
membutuhkan sebuah karunia khusus.
Bagaimanapun, kita harus memperhatikan apa yang Alkitab katakan tentang karunia
kesembuhan. Beberapa pandangan yang penekanan mereka pada iman seseorang yang
membutuhkan kesembuhan tentu mengatakan kepadanya itu akan terjadi kalau saja dia
percaya. Dengan demikian, mereka mengerti lebih dari itu siapa yang percaya diampuni,
dibersihkan, dan diterima oleh Allah yaitu dari karya penebusan Yesus di salib.
Mereka berpikir bahwa setiap orang Kristen yang sakit dapat mengklaim kesembuhan
dengan iman. Catatan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan karunia kesembuhan seperti
itu. Bagi mereka kematian Kristus di kayu salib, tidak hanya menghasilkan tawaran akan
pengampunan atas dosa-dosa kita, tetapi juga kesembuhan fisik bagi tubuh. Hal ini diyakini
dapat terjadi yaitu melalui dengan iman. Jenis kesembuhan ini 137 F.W. Grosheide,
Commentary The First Cirinthians. (Michigan: Grand Rapids WM.B Eerdmans Publishing
Company, 1984) harus dikerjakan dengan iman lebih dari sekedar karunia kesembuhan itu
sendiri.
Billy Graham dalam bukunya yang berjudul The Holy Spirit Activiting God's Power
in Your Life menjelaskan: Beberapa orang Kristian, terlepas dari apakah mereka percaya
kepada kesembuhan ilahi melalui karunia rohani atau melalui latihan dari iman saja, percaya
bahwa hal itu tidak diperlukan untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mereka sakit,
kecuali mungkin sebagai jalan terakhir. Beberapa jalur terbuka kepada mereka: mereka dapat
percaya kepada Allah untuk kesembuhan, dalam hal ini tidak melibatkan karunia kesembuhan
tetapi sebaliknya karunia iman. Atau mereka dapat pergi kepada seseorang yang mereka
percayai telah memiliki karunia kesembuhan. Karunia Kesembuhan maksudnya bahwa
seseorang yang juga dapat dikaruniai melakukan dengan tepat apa yang Yesus lakukan: oleh
kuasa-Nya sebagai pemberian dari Roh Kudus dia dapat membuat orang-orang sakit sembuh
segera dan secara permanen; yang tangan parah diperbaiki secara langsung, kanker akan
hilang, proses pneumonia berhenti dan paru-paru menjadi baik.
Kesembuhan dari penyakit harus dianggap sebagai sebuah perspektif yang lebih luas,
saya merasa. Yakobus mengajarkan bahwa semua pemberian yang baik datang dari Tuhan.
Kesembuhan datang dari Tuhan melalui karunia kesembuhan dan karunia iman ataupun
dengan doa yang disertai keyakinan,tetapi juga dapat melalui para medis atau obat-obatan.
Paulus menyuruh Timotius untuk mengambil beberapa anggur yaitu obat untuk lambung-nya
(1Tim. 5:23).
Kita harus ingat bahwa Lukas adalah seorang dokter bersama dengan Paulus pada
banyak perjalanannya, dan mungkin memberikan kepadanya bantuan medis. Lebih jauh lagi,
kita harus membuka gagasan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk kita
menjadi sembuh dari semua kelemahan (2 Kor. 12:7-10). Orang Kristen harus menggunakan
hikmat Allah untuk menentukan apakah mereka harus mencari penggunaan cara natural atau
bergantung sepenuhnya pada doa atau karunia kesembuhan sesungguhnya.
Jika pengobatan tidak tersedia, atau jika dokter telah mengatakan kasus ini tidak dapat
disembuhkan dan Tuhan meletakkan pada hati kita untuk melihat Dia dalam iman sederhana
untuk sesuatu yang mustahil, maka kita harus mengikuti pimpinan-Nya. Dilain pihak
penyembuhan datar bukan melalui seseorang yang mempunyai karunia menyembuhkan,
tetapi melalui iman. Ini menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak selalu menyembuhkan
orang dengan cara yang sama. Pada beberapa kali Yesus hanya berbicara firman dan
kesembuhan terjadi. Pada masa-masa yang lain Ia menggunakan apa yang mungkin dianggap
bermakna. Yesus memegang tangan dari Simon Petrus, ibu mertuanya, dan seketika itu juga
sembuh (Mat. 8:15). Ketika Yesus membangkitkan Lazarus dari mati, ia berseru dengan
suara nyaring: "Lazarus, marilah ke luar" (Yoh. 11:43). Tetapi Yesus menyembuhkan orang
yang sejak lahir buta dengan cara yang sangat berbeda: la mencampur tanah liat dan
ludahnya, menyemburkan pada mata orang buta, dan menyuruh dia membasuh dalam kolam
Siloam (Yoh. 9:1).
Dalam kasus seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, orang sakit itu bahkan
tidak dekat Yesus ketika ia disembuhkan (Mat.8:5). Dan perempuan dengan masalah
pendarahan disembuhkan hanya dengan menyentuh pakaian dari Tuhan (Mat. 9:18).
Menumpangkan tangan atau pengurapan dengan minyak memiliki kedua maksud rohani dan
psikologis.40 Orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diurapi mereka tidak mengira
bahwa penyembuhan adalah karena penumpangan tangan, pengurapan dengan minyak,
pribadi mereka sendiri percaya, atau bahkan doa-doa mereka.
Kesembuhan dapat terjadi pada siapapun. Dalam Kitab Suci dijelaskan bahwa salah
satu bukti dari kemahakuasaan Tuhan Yesus dalam hal penyakit adalah dengan
menyembuhkan berbagai macam sakit penyakit. Dalam hal kesembuhan secara. fisik, Billy
Graham, menjelaskan bahwa: Roh Kudus memberikan karunia-karunia kesembuhan (secara
harfiah, karunia pengobatan). Banyak kasus kesembuhan muncul dalam Perjanjian Lama dan
tentu saja Perjanjian Baru penuh contoh ketika Yesus dan para muridNya menyembuhkan
orang sakit. Namun penyakit dan kelemahan adalah bagian dari kehidupan: tidak ada yang
bisa meloloskan diri darinya pada akhirnya. Semua orang,termasuk pahlawan-pahlawan iman
yang paling terkenal, menderita (mendapat) sakit, dan semua akhirnya mati. Penyakit itu
membawa kematian baginya pada akhirnya.
Pada saat yang sama kita meyakini janji Allah yakni bahwa semua akibat dari dosa,
termasuk sakit penyakit akan lenyap. Ia akan menghapus segala air mata, dan tidak akan ada
lagi ada kematian; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita (Why.
21:4). Banyak orang Kristen begitu menderita fisik, mental, dan bahkan sakit secara rohani
dari waktu ke waktu. Hambatan fisik kronis, pikiran cenderung depresi,atau kelemahan
sehingga menjadikan keraguan yang semua penyebabnya adalah penderitaan yang berat. Kita
dapat mengharapkan Roh Kudus dan bekerja di dalam hidup kita.
Dalam Roma 8:26 Paulus mengatakan bahwa "Roh membantu kita dalam kelemahan kita,
dan dalam Ibrani 4:16 Allah berjanji akan membantu setiap anak-anakNya. "Sebab itu
marilah kita dengan penuh keberanian untuk masuk ke dalam takhta kasih karunia, supaya
kita menerima rahmat dan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."
Dalam keadaan seperti ini, Roh Kudus mengambil alih atas segala kesulitan yang
dihadapi. Ia disebut “penolong", paraclete." kata Yunani parakletos terdapat sebanyak lima
kali dalam Perjanjian Baru. Empat kali diterjemahkan sebagai "penolong" (Yoh.14:16, 26;
15:26 ;16:7) dan kemudian "penasehat"(I Yoh. 2:1). Ini berarti "Dia yang berjalan di sisi kita
sebagai pembimbing, penolong, pembela, dan pemandu." Roh Kudus bekerja membantu kita
di tengah penderitaan kita, kelemahan kita, dan kekurangan. Kadang-kadang pukulan yang
berat menandakan bahwa kita adalah dipenuhi Roh. Tiga kali Rasul Paulus bertanya kepada
Allah untuk melepaskan "duri" yang membuat dia kesulitan besar, tetapi Tuhan menjawab.
"tidak" la juga mengatakan, Cukuplah kasih karunia-Ku untukmu, untuk menyempurnakan
kekuatan di dalam kelemahan.(2 Kor. 12:9).
Paulus merespon dengan cepat, sebab itu, aku akan bermegah atas
kelemahanku,supaya kuasa Kristus diam di dalam aku (2 Kor. 12:9). la menyatakan lebih
jauh:"Aku senang dengan kelemahan, dengan penghinaan,dengan kecemasan, dengan
penganiayaan, dengan kesulitan,menjadi pengikut Kristus, oleh karena; ketika aku lemah,
maka aku kuat"(2 Kor.12:10). Paulus, bahkan saat dipenuhi dengan Roh Kudus, tumbuhnya
penyakit di dalam tubuh-nya bahkan Allah mengizinkan dia menderita untuk kemuliaan-Nya.
Jadi jika Allah memungkinkan penyakit dan menolak penyembuhan, kita harus
menerima itu dengan ucapan syukur. Dan kita harus bertanya Dia, supaya Ia mengajar kita
selama,Ia ingin agar kita belajar melalui pengalaman, termasuk bagaimana untuk memuliakan
Dia. Pengalaman Paulus mengajar kita suatu pelajaran mengenai penyembuhan dalam
kaitannya dengan pendamaian dari Tuhan kita. Matius mengatakan bahwa "Dia memikul
kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (Mat. 8:17). Tetapi Allah mengizinkan
sebagian dari kita menderita penyakit dengan kelemahan dan penyakit. Jadi kita tahu bahwa
keselamatan tidak pernah dimaksudkan untuk semua umat Tuhan, dan untuk semua penyakit.
B. Karunia bernubuat
Pemberian karunia-karunia rohani dalam Perjanjian Baru berbeda dengan Perjanjian
Lama. Pada masa Perjanjian Lama Allah memilih orang-orang tertentu dan memberikan
hikmat kepada mereka dan kemampuan khusus sehingga semua pelayanan sesuai dengan
standar yang Allah berikan. Pada masa gereja, setiap orang percaya mempunyai sebuah
karunia rohani sehingga-setiap orang percaya dalam tubuh Kristus dapat berpartisipasi dalam
pekerjaan allah dalam cara tertentu.
Dalam Surat-surat Paulus, karunia "bernubuat" disebutkan dalam Roma 12:6,
IKorintus 12:10 dan Efesus 4:11. Seorang nabi menerima wahyu secara langsung dari Allah
dan mengajar orang orang untuk mendidik, menasehati, dan menghibur mereka (1 Kor
14:3).148 Paulus dalam penggunaan karunia-karunia rohani bertujuan untuk menghindari
perpecahan melainkan untuk kebaikan dan kemajuan gereja. Dalam konteks Surat Paulus ke
jemaat Korintus, nabi bertugas menyampaikan pesan khusus dari Tuhan. Dalam Efesus 4:11-
13. Rasul Paulus memberikan penjelasan tugas dan tanggung jawab nabi, rasul, pemberita
Injil maupun para pengajar adalah untuk memperlengkapi orang percaya untuk dalam
pertumbuhan gereja. Mengenai tugas dan peran nabi berdasarkan Efesus 4:11- 13,
William Barclay menjelaskan bahwa: Nabi-nab itu lebih banyak memberitakan
kehendak Allah dari pada meramalkan masa depan. Ramalan akan masa depan telah tercakup
di dalam tugas mereka, sebab di dalam pemberitaannya itu mereka juga mengatakan bahwa
orang yang tidak memenuhi kehendak Allah akan menanggung banyak berbagai macam
akibatnya.
Dalam Perjanjian Lama ada tiga istilah untuk nabi yakni "roeh", "nabi”, dan
“hozeh".Yang pertama dan terakhir dibedakan menurut kebiasaan situasi atau karakter dari
visi. Nubuatan dalam Alkitab berasal dari fenomena inspirasi. Sebagai sesuatu yang berbeda
dari tokoh kuno penyembah berhala yang sakral. Nabi dalam Alkitab bukan ahli sihir.
Sebaliknya ia berada di bawah kendali Allah. Allahlah yang mengundang, memanggil dan
mendorongnya (Yer.20:7).
Nubuat memiliki arti bukan hanya untuk meramalkan kejadian di masa depan. Mereka
juga menyatakan hal yang hanya diketahui oleh wahyu baru khusus dari Allah. Mereka
menyampaikan dengan pimpinan khusus oleh Roh untuk mendorong beberapa pernyataan
atau pesan dalam bentuk kata-kata instruksi, sanggahan, teguran, peringatan atau
kenyamanan orang lain. Karunia bernubuat berdasarkan 1 Korintus 12:10 menjelaskan bahwa
karunia ini adalah untuk suatu tujuan dan kepentingan yang sifatnya bahwa setiap pesan yang
disampaikan bukan berasal dari diri melainkan secara langsung dari Tuhan.
David K. Lowery,dalam bukunya yang berjudul The Bible Knowledge Commentary
New Testament menjelaskan bahwa: Nubuat merupakan fenomena terutama luas dalam
agama-agama kuno, pemahaman Paulus serta yang dari penulis PB yang lain, adalah benar-
benar dikondisikan oleh sejarah sendiri dalam Yudaisme. Nabi adalah orang yang berbicara
kepada umat Allah di bawah ilham roh. The 'terinspirasi ucapan' datang melalui wahyu dan
mengumumkan penghakiman (biasanya) atau keselamatan.Meskipun para nabi sering
dilakukan tindakan simbolis,yang kemudian mereka ditafsirkan, arus utama aktivitas
kenabian, setidaknya seperti yang kemudian dikanonisasi, memiliki sangat sedikit
hubungannya dengan berbagai penyesatan.
Sebagian besar para nabi dipahami bahwa setiap pesan yang diucapkan memiliki
unsur futuristik,sehingga dalam arti bahwa mereka juga dipanggil secara khusus untuk
menyampaikan pesan dari Tuhan kepada umat. Kemampuan untuk membedakan antara roh
rupanya adalah karunia. Dalam bukunya yang berjudul The Holy Spirit, Billy Graham
memberikan penjelasan: Karunia bernubuat disebutkan dalam 1 Korintus 12:10 dimana
seorang rasul menerima informasinya melalui wahyu secara langsung dari Allah.'66 Allah
menyampaikan pesan nya kepada umat adalah melalui nabi.
Seorang nabi menerima wahyu secara langsung dari Allah dan mengajar orang-orang
untuk mendidik, menasehati dan menghibur mereka (I Kor.14:3)167, oleh karena wahyu
berasal dari Allah maka wahyu itu benar. Untuk membedakan antara nabi palsu dan nabi
yang benar,Roh memberikan karunia "membedakan roh" yakni untuk membedakan dengan
nabi-nabi palsu. Charles menjelaskan bahwa seseorang yang bernubuat itu adalah
menyampaikan kepada jemaat seperti halnya dengan nasehat, peneguhan.
Menurut 1 Korintus 14:3, tujuan dari karunia nabi adalah untuk peneguhan,
penghiburan, dan nasihat kepada orang-orang percaya atau jemaat pada awal gereja didirikan.
Namun perlu dipahami bahwa setelah dasar-dasar gereja telah didirikan maka Alkitab sebagai
firman Tuhan yang diinspirasikan menjadi satu-satunya petunjuk dalam memahami dan
mengerti akan suara Tuhan. Nabi menerima wahyu secara langsung dari Allah bukan dengan
cara manusia melainkan dengan cara dan kehendak Allah bagi umatnya.
Ajaran Paulus mengenai nubuat dalam 1 Korintus 12:29-33 adalah untuk mengatur
kegiatan bernubuat dalam gereja,hanya jumlah yang terbatas tidak lebih dari tiga boleh
berbicara, supaya tidak begitu banyak yang dikatakan sehingga menyebabkan
kebingungan.Penyebutan wahyu (ayat.30) menunjukkan bahwa nubuat dalam pikiran
melibatkan wahyu, ajaran yang mendalam khusus, yang, bagaimanapun,adalah berbeda dari
jenis wahyu yang diilhami Kitab Suci (2 Tim. 3:14-17).Ajaran tersebut harus didengar
bahkan dari orang yang tidak berada di kakinya untuk berbicara. Dalam beberapa cara orang
dengan wahyu ini adalah juru bicara Allah dalam memberikan beberapa pesan mendidik ke
gereja. "Roh nabi" (ayat 32) adalah roh dari mereka yang dibimbing oleh roh kudus dalam
menggunakan karunia khusus. Dan ucapan kenabian ini dapat diperiksa oleh nabi-nabi lain
untuk akurasi dan keortodoksannya.Semua ini akan mengarah pada perdamaian dan
ketertiban yang mana Allah adalah penulisnya (ayat.33). Paulus takut akan ibadah yang tidak
teratur yang dapat mengakibatkan perilaku tidak tertib dan percaya Allah damai
sejahtera,yang telah memanggil mereka untuk menjadi teratur.
C. Karunia Rasul
Kerasulan memiliki arti umum dan khusus. Dalam pengertian umum,kata ini berarti
orang yang menyampaikan atau pembawa berita atau pesan. Bahasa latin yang identik dengan
misionaris. Setiap orang yang telah percaya adalah misionaris yang bertugas untuk bersaksi.
Sedangkan arti secara khusus adalah mengacu kepada kedua belas murid (mungkin juga
beberapa rasul alain seperti halnya dengan Paulus dan Barnabas (Kis.14:14) dan mereka
adalah pemimpin yang meletakkan dasar-dasar gereja dan mereka dianugerahi tanda-tanda
khusus (Ef.2:20). Jabatan ini terdapat dalam daftar (1Kor. 12:28; Ef. 4:11). Berbeda dari
semua karunia dan pelayanan lain, jabatan rasul (Rm. 1:5; 1Kor. 9:2; Gal.2:8) tidak terus ada
atau terus diperbarui, tetapi mengandung sifat sebagai peletak dasar dan sekali untuk
selamanya. Rasul dalam bagian ini menunjukkan bahwa rasul yang ditunjuk oleh Tuhan
Yesus tidak sama dengan rasul dalam 1 Korintus 12.
Suatu perbedaan penting harus dibuat antara karunia dan jabatan rasul. Jabatan rasul
dibatasi hanya pada kedua belas murid dan Paulus. Di Lukas 6:13 Yesus memanggil para
murid bagi Diri-Nya dan memilih dua belas orang dari mereka "yang la juga sebutkan rasul".
Bagi kedua belas orang itu, Yesus memberikan otoritas yang unik dan hanya terbatas pada
mereka yang menjabat sebagai rasul (Luk. 9:1; Mat. 10:1). Kemudian, dalam membela
kerasulannya, Paulus menekankan bahwa tanda-tanda dari kerasulan yang sejati
dipertunjukkan oleh dia (2 Kor. 12:12). Kualifikasi bagi jabatan rasul diberikan di Kisah Para
Rasul 1:21-22; mereka yang memegang jabatan itu harus telah berjalan bersama Tuhan dari
baptisan Yohanes sampai kenaikan Kristus. Dalam ayat 28 menjelaskan bahwa Tuhan telah
menetapkan beberapa orang dalam jemaat; pertama sebagai rasul, Berdasarkan nats tersebut,
Tuhan telah merencanakan bagi Diri-Nya sendiri beberapa orang di dalam gereja.
Selain itu, rasul juga tidak dibatasi hanya oleh satu jemaat: pelayanan Injil mereka
bersifat universal. Di lain pihak, mereka tidak hanya bertugas mendirikan gereja. Meskipun
Paulus lebih berfokus untuk meletakkan dasar dan meninggal- kan pembangunan selanjutnya
kepada orang lain (1Kor. 3:10; bdk. 1:17; Rm. 15:20, 21), tetapi ia menjalankan otoritas
permanen atas gereja-gereja yang ia dirikan. Ia menasehati dan menegur, memberikan
petunjuk dan peringatan.
Situasi Paulus adalah unik; ia menunjuk dirinya sendiri sebagai seorang rasul tetapi
seorang "anak yang lahir sebelum waktunya" (1 Kor. 15:8-9). Karunia rasul disebutkan di 1
Korintus 12:28 dan juga Efesus 4:11. Kata "rasul" berasal dari áπó (apo) yang berarti "dari",
dan “ stello" yang berarti "mengutus". Jadi, seorang rasul adalah seseorang yang "diutus
dari". Kelihatannya kata itu digunakan dalam pengertian teknis demikian juga dalam
pengertian umum. Dalam pengertian teknis dibatasi hanya pada kedua belas murid yang telah
memiliki jabatan rasul demikian juga sebagai karunia. Dalam pengertian itu, hal itu berarti
karunia dasar yang dibatasi dalam pembangunan gereja (Ef. 2:20).
Pada waktu dasar gereja telah diletakkan, kebutuhan untuk karunia itu berhenti.181
Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa jabatan rasul telah berhenti (karena tidak ada seorang
pun yang dapat memenuhi syarat di Kisah Para Rasul 1:21-22), jadi karunia rasul dalam
pengertian yang terbatas telah berhenti. Kata “rasul” juga digunakan dalam pengertian umum
yaitu seorang "utusan" atau seseorang "yang diutus" karena Kristus. Hal itu menunjuk pada
para rasul tetapi tidak memiliki jabatan atau karunia. Kata itu digunakan dalam pengertian
non-teknis bagi seseorang yang adalah utusan (lih. Kis. 14:14; 2Kor. 8:23; Flp. 2:25).182
Kerasulan merupakan hak istimewa yang diberikan secara langsung Tuhan Yesus kepada
mereka yang menyaksikan akan karya seperti halnya akan kebangkitanNya.
Karunia bahasa lidah di Korintus adalah merupakan pemberian dari Roh yang sama
sebagaimana dalam konteks Kisah Para rasul. Yang membedakan adalah, peristiwa yang
terjadi di Kisah Para Rasul 29-4 orang-orang percaya pada hari Pentakosta mengalami
mujizat dan tidak terjadi keributan dan kesombongan rohani sebagaimana yang terjadi di
gereja Korintus. Penggunaan karunia-karunia rohani di gereja Korintus sungguh berbeda
dengan yang terjadi Kisah Para Rasul. 1 Korintus 12:13 mengidentifikasikan bagaimana cara
gereja itu dibangun. Hal itu adalah pekerjaan Roh Kudus dalam membaptis orang percaya ke
dalam satu tubuh Kristus. Roh Kudus menempatkan orang percaya dalam satu tubuh dan satu
kesatuan dengan Kristus. Efesus 1:22-23 mengidentifikasikan gereja sebagai tubuh Kristus
Allah memberikan kepada orang percaya karunia-karunia roh yang berbeda-beda sesuai
dengan maksud Allah di dalam hidup mereka.
Peter Wagner, juga telah mengemukakan definisi mengenai karunia bahasa roh yaitu
sebagai kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota dalam
tubuh Kristus, dimana implikasinya atas pernyataan ini adalah tidak semua orang percaya
harus memiliki karunia yang sama dan itu berarti pula tidak semua kita harus sama-sama
berbahasa roh, karena Roh Kudus memberikannya kepada orang percaya yang menurut Roh
Kudus mereka memang memerlukannya untuk melengkapi tugas dan panggilan mereka di
dalam tubuh Kristus.
D. Karunia Mengajar
Mengajar adalah kemampuan dari Tuhan untuk menyampaikan dan menjelaskan
kebenaran atau Firman Tuhan. Charles C. Ryrie menjelaskan bahwa: Karunia mengajar
terkadang diberikan secara tersendiri (Rm.12:7) dan kadang diberikan secara bersamaan
dengan karunia penggembalaan atau pastoral (Ef.4:11). Hal ini jelas terlihat dalam hal
karunia mengajar dimana ini adalah suatu karunia. Karunia yang dapat dikembangkan dan
harus dilatih. Jika kita menyimpulkan bahwa Petrus memperoleh karunia ini maka jelaslah
bahwa Petrus telah belajar dan ia Seorang pemimpin gereja juga adalah seorang pengajar,
tetapi mengajarkannya pada yang lain (2 Ptr. 3:16), memperlihatkan bahwa seseorang
memiliki karunia mengajar, seorang pengajar tidak harus seorang pendeta. Sejumlah faktor
tentulah ia akan memiliki kerinduan yang besar dalam mempelajari akan Firman Tuhan dan
menyerahkan dirinya kepada Tuhan.
Dalam Efesus 4:11 Rasul Paulus menyatakan bahwa hal pastoral dan pengajaran
adalah merupakan satu karunia, bukan dua karunia. Kedua hal ini tidak terpisahkan dimana
bertujuan untuk mempersiapkan diri dalam mempelajari firman Tuhan yang akan
dikomunikasikan kepada jemaat atau umat. Pekerjaan dari seorang gembala (ποιμήν) secara
harafiah adalah gembala dan digunakan sebagai karunia. 189 Tugas sebagai seorang gembala
adalah menggembalakan domba-dombanya dimana didalamnya terdapat tugas mulia yakni
memperhatikan, membimbing, menjaga, melindungi dan memelihara umat yang
dipercayakan Tuhan.Mengajarkan kebenaran firman Tuhan secara benar adalah merupakan
tugas dan tanggung jawab seorang gembala atau pemimpin umat. Paulus menyebut bahwa
jabatan guru atau pengajar (didaskalos) yang bertugas mengajar orang lain tentang iman
Kristen serta implikasinya bagi kehidupan sehari- hari (Gal. 6:6). Mereka berfungsi
memelihara, menafsirkan dan meneruskan tradisi Kristen. 191 Paulus dalam hal ini
menekankan bahwa karunia itu adalah untuk kepentingan pertumbuhan iman umat atau
jemaat.
Dalam Efesus 4:11 pengertian "karunia mengajar" berarti "instruktur". Ketika berita
Injil telah disampaikan dan mereka menerima kebenaran akan firman Tuhan, orang-orang
Kristen baru kemudian membutuhkan pengajaran. Dalam Amanat Agung (Mat. 28:18-20),
perintah untuk menjadi murid segera diikuti oleh perintah itu, dan "ajarlah" mereka
melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu." Salah satu kebutuhan yang
besar di gereja pada saat ini adalah agar supaya dapat mengajarkan Alkitab. Namun ini
adalah merupakan sarana di tangan kedaulatan Tuhan. Pengajaran hanyalah sebuah
kemampuan roh diberikan untuk membangun kehidupan orang-orang Kristen dalam
pengetahuan akan Firman Tuhan dan dapat mengaplikasikannya dalam pikiran dan perilaku
mereka.
Tanggung jawab besar dari seorang pengajar akan dapat terlihat jelas setelah
sebelumnya kita melihat atau mempelajari arti secara alkitabiah tentang "pengajar". Seorang
pengajar akan dapat memenuhi tanggung jawab tersebut hanya jika dia mengerti dasar dari
pengajaran yang benar, suatu dasar yang mana hanya bersumber dari Firman Tuhan.
Lebih jauh lagi, seorang pengajar kristen haruslah menyadari tujuan dari mengajar,
yaitu membentuk seorang manusia kepada suatu personal yang independen yang melayani
Tuhan Allah sesuai dengan firmanNya. Tujuan ini hanya dapat dicapai hanya jika ada
ketaatan dalam firman Tuhan baik oleh pengajar dan yang diajar. Mengajar, sesuai alkitab
adalah suatu hal yang mempertemukan antara suatu kebutuhan ilahi, dengan suatu cara yang
ilahi. Artinya menggunakan metode secara konsisten Firman Tuhan sebagai otoritas yang
tertinggi.
E. Karunia Iman
Karunia iman dalam bagian ini adalah bukanlah iman yang diberikan kepada setiap
orang percaya sebagaimana yang terdapat dalam Injil Yohanes 3:16 dan Roma 5:1 yakni
iman yang menyelamatkan. Iman yang dimaksud dalam bagian ini adalah iman yang berasal
dari Tuhan yang maha kuasa yang dapat memberikan hasil seperti kesembuhan ataupun yang
lainnya. Tidak memiliki iman maka tidak dapat memiliki hidup sebagaimana yang dijanjikan
Tuhan Yesus. Iman yang dimaksudkan dalam hal ini adalah karunia iman yang diberikan oleh
Roh Kudus sebagaimana yang terdapat dalam I Korintus 12:1-12. Karunia iman ini tidak
diberikan kepada semua orang percaya akan tetapi diberikan kepada beberapa orang saja.
Karunia ini dapat diartikan sebagai iman yang mempercayai dan menaati Tuhan, walaupun
menghadapi perlawanan dan penderitaan yang luar biasa.
F. Karunia Menasehati
Menasihati adalah suatu Tindakan untuk mendorong dan memberi kekuatan serta
jalan keluar sehingga mendapatkan kekuatan dan pengharapan kepada Tuhan. Karunia
menasehati diberikan Tuhan kepada orang percaya melalui karya Roh Kudus. kemampuan,
dan kuasa yang diberi Allah untuk memberitakan Firman Allah sedemikian rupa sehingga
menyentuh hati, dan kehendak para pendengar, membangkitkan iman, dan menghasilkan
penyerahan hidup kepada Kristus. Menasehati adalah salah satu karunia di mana Paulus
mencatat apa yang dapat disebutkan karunia dari kasih karunia. Setiap orang percaya
mempunyai setidaknya satu karunia ini (IKor. 12:11; 1 Ptr. 4:10).
Dalam 1 Korintus 14: 3 Rasul Paulus mengatakan ""tetapi siapa yang bernubuat, ia
berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasehati dan menghibur". Arti "menasehati"
dalam teks aslinya "παράκλησιν" yang berarti pembela atau sebagai penasehat. Dalam
Perjanjian Baru kata "parakalein" dan "paraklesis" berkaitan dengan suatu tuntutan yang
dilakukan yang kaitannya dalam pelayanan. Arti menasehati dipakai dalam penggunaan
untuk proklamasi pelayanan dan penggembalaan. Pengertian "menghibur" dipakai dalam
hubungannya dengan sejarah keselamatan. Dalam pengertian ini terminologi ini dipakai
untuk mengekspresikan pertolongan Tuhan untuk gerejaNya untuk melepaskan gereja dari
penderitaan.
G. Karunia bahasa Lidah
Ada dua kata Yunani yang secara umum digunakan untuk menjabarkan karunia-
karunia rohani. Pertama adalah "pneumatikos", artinya "hal-hal rohani" atau "sesuatu yang
dikaitkan dengan Roh Kudus".
Kata ini menekankan natur rohani dan asal usul dari karunia rohani, mereka bukan
bakar alamiah tetapi berasal dari Roh Kudus. Mereka secara supranatural diberikan kepada
orang percaya oleh Roh Kuda Kor. 12:11). Kata lain yang sering digunakan untuk
mengidentifikasi karunia rohani adalah "charisma" artinya "memberikan berdasarkan
anugerah". Kata "charisma" menekankan bahwa suatu karunia rohani adalah pemberian
berdasarkan anugerah Allah; hal itu bukan perkembangan kemampuan secara alamiah
melainkan suatu pemberian yang dilimpahkan kepada orang percaya (1 Kor. 12:4).
Penekanan itu terlihat di Roma 12 di mana Paulus mendiskusikan tentang karunia-karunia
rohani la menekankan bahwa karunia-karunia rohani diterima melalui "anugerah yang
dikaruniakan kepada orang percaya (Rm. 12:3, 6). Suatu definisi singkat dari karunia rohani
adalah suatu "pemberian anugerah".
Kemampuan untuk berbicara di dalam berbagai bahasa lidah telah diartikan berbicara
dalam ekstatik, ucapan yg tidak dimengerti secara manusiawi, kemungkinan mirip dengan
ucapan ekstatik yang dipertunjukan dalam ungkapan-ungkapan pemujaan Dionysiac Yunani.
Mengingat Kis. 2:4 bagaimanapun juga, dimana dikatakan bahwa Roh Kudus memberikan
orang-orang Kristen pada saat Pentakosta kemampuan untuk berbicara dengan berbagai
macam bahasa,kita dapat mengatakan bahwa "kemampuan" disini adalah kemampuan
berbicara bahasa-bahasa yang tidak pernah dipelajari. Banyak orang telah mencoba untuk
membedakan antara berbahasa lidah pada saat Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 dan
dalam 1 Korintus 12-14.
Paulus menyimpulkan bahwa karunia bahasa Roh yang dimiliki oleh seseorang, Roh
Kudus berdaulat untuk memberikan kepada orang percaya dengan tujuan untuk menghasilkan
yang sifatnya spiritual. Oleh karenanya, tidak seorangpun boleh menghina karunia seseorang,
sebuah karunia yang diberikan oleh Roh untuk kebaikan semua umat (ayat.7). Rasul ini
mengembangkan tema ini di dalam ayat 12-26. Roh disini ditetapkan sebagai satu oknum
yang berdaulat (la menghendaki untuk memberikan karunia-karunia) dan aktif secara pribadi.
Karunia bahasa lidah dalam 1 Korintus 12:10 adalah merupakan karunia rohani yang berasal
dari Roh Kudus untuk kepentingan bersama dalam kesatuan tubuh Kristus.
Berbahasa Roh adalah berbicara kepada Allah dalam bahasa yang tidak orang lain
pahami (1Kor. 12:2, 28) Percakapan ini bisa memiliki berbagai bentuk berdoa, menyanyi,
memuji, bersyukur (bdk, ay. 14). Seseorang yang oleh Roh menyatakan hal-hal tersembunyi
tidak menjadi lupa diri, dalam arti is tidak lag] menyadari perkataan dan tindakannya.
Sebaliknya, la berbicara kepada Allah dan kepada dirinya sendiri (ayat. 28) dan la
membangun dirinya (ay. 4); jika perlu, la juga harus bisa mendiamkan diri (ay. 28). Tetapi,
Paulus berkata bahwa mereka yang berdoa, bernyanyi dalam glossolalia, melakukan hal ini
dengan roh tetapi tidak dengan akal budinya (ay. 14). Hal ini jelas mengindikasikan bahwa
kesadarannya berbeda dari biasanya. Karena itu, dikatakan bahwa dalam hal akal budi,
glossolalia tidak berguna (ay. 14). yaitu tidak meliputi akal budi sehingga tidak dapat menjadi
sarana memampukan orang lain.
Dalam hal suara yang dihasilkan glossolalia, Paulus memberikan sebuah gambaran
mengenai alat musik yang mengeluarkan suara yang sama untuk menunjukkan tidak dapat
dipahaminya bahasa lidah. Dalam hal ini, tidak ada yang bisa membedakan apakah yang
dimainkan itu seruling atau kecapi, atau suara nafiri. Demikianlah glossolalia tidak memakai
kata-kata yang jelas (ayat 9).
BAB IV
KARUNIA ROHANI DALAM KESATUAN TUBUH KRISTUS
A. Definisi Karunia Roh
Ada dua kata Yunani yang secara umum digunakan untuk menjabarkan karunia-
karunia rohani. Pertama adalah "pneumatikos" yang artinya hal-hal rohani atau sesuatu yang
dikaitkan dengan Roh Kudus. Peter Wagner menjelaskan bahwa sebuah karunia Roh adalah
perlengkapan yang diberikan oleh Roh Kudus kepada tiap-tiap anggota dalam tubuh Kristus
menurut kasih karunia Allah untuk dipakai dalam konteks tubuh yang diberikan kepada
seseorang yang telah percaya oleh Roh Kudus untuk memungkinkan dia dapat melaksanakan
fungsi sebagai anggota dari tubuh Kristus. Dengan karunia rohani ini dapat memberdayakan
orang-orang Kristen untuk memuliakan Tuhan dan untuk kebaikan bersama (1Kor.12:3).
Dengan karunia rohani ini dapat memberdayakan orang-orang Kristen untuk
memuliakan Tuhan dan untuk kebaikan bersama (1Kor.12:3). Charles C. Ryrie menjelaskan
bahwa kata Yunani untuk karunia rohani sangat berhubungan dengan berkat/rahmat. Dimana
charis dapat berarti berkat sehingga karunia rohani adalah berkat. Dengan demikian kata ini
menekankan natur rohani dan asal usul dari karunia rohani; mereka bukan bakat alamiah
tetapi berasal dari Roh Kudus. Mereka secara supranatural diberikan kepada orang percaya
oleh Roh Kudus. Kata lain yang digunakan untuk mengidentifikasi karunia-karunia rohani
adalah “charisma" yang artinya "pemberian berdasarkan anugerah” Sehubungan dengan
penjelasan "charisma" Peter Wagner menjelaskan sebagai berikut: "Menurut kasih karunia
Allah" adalah frase yang terdapat dalam kata-kata di alkitab.
Kata Yunani yang biasa untuk karunia Roh adalah "charisma", dengan bentuk
jamaknya charismata. Dengan segera jelaslah bahwa istilah-istilah zaman sekarang “gerakan
karismatik” atau “orang-orang karismatik” telah diperoleh dari kata Yunani ini. Akan tetapi
bukan itu saja karena kata "charisma” berasal dari kata "charis” yang dalam bahasa Yunani
adalah kasih karunia. Jadi ada hubungan yang sangat erat antara karunia Roh dan kasih
karunia Allah.
Dengan penjelasan diatas istilah yang dipakai oleh Paulus dalam hal ini adalah bahwa
karunia-karunia rohani diterima melalui anugerah yang dikaruniakan kepada orang percaya
(Rm.12:3). Karunia-karunia ini bukanlah suatu perkembangan akan suatu pengetahuan yang
didapat melalui usaha dan pemikiran atau merupakan kemampuan secara alamiah, melainkan
suatu pemberian yang dilimpahkan kepada orang percaya (1Kor. 12:4). Definisi singkat
mengenai karunia rohani adalah "pemberian anugerah."Yakni pelimpahan ilahi akan suatu
kemampuan khusus untuk sebuah tujuan pelayanan kepada anggota atau tubuh Kristus.
Dengan melihat 1 Korintus pasal 12. Paulus memberikan penjelasan bahwa karunia rohani
pada seseorang adalah perlengkapan dari Allah bagi pelayanan Rohani.
Paulus berkata bahwa tujuan dari karunia rohani itu adalah untuk memperlengkapi
orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus (Ef.4:12).
Allah telah memberikan tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan muliaNya. Allah
telah mempersiapkan berbagai sarana dan strategi dimana tiap-tiap orang percaya diberikan
karunia rohani dengan tujuan untuk kepentingan bersama.
B. Kasih adalah Dasar Pelayanan Gereja
1 Korintus pasal 13 isinya sangat indah dan memiliki keterkaitan antara penggunaan
karunia-karunia rohani dengan dasar motivasi digerakkan kasih. Dalam bagian ini Paulus
berbicara tentang keunggulan dan kebutuhan kasih dalam semua aspek pelayanan gereja.
Kemudian pasal ini mendeskripsikan pentingnya karakter dari kasih kristiani (ay.4-7) dan
hakikat kasih yang abadi (ay 9-12). Kemudian Paulus mengakhiri pasal ini dengan
menyatakan kasih lebih besar bahkan dari pada iman dan harapan.
1 Korintus 13 Rasul Paulus menyatakan bahwa kasih adalah cara yang paling baik
untuk orang-orang Kristen dalam menggunakan karunia-karunia roh. Kata "kasih" dalam teks
Yunani adalah àγáπη (agape) digunakan dalam Perjanjian Baru dari cinta kasih yang
mendalam dan ketaatan kepada Tuhan. kasih ini tentu akan berimplikasi terhadap satu sama
lain (Yoh 15:10; 17:26). Paulus memberikan landasan bahwa orang Kristen dalam hubungan
satu sama yang lainnya didasari oleh kasih agape . setiap orang Kristen harus mengasihi,
karena mereka adalah milik Tuhan, dan "Tuhan adalah kasih“(1Yoh. 4:8).
Kaitannya dengan karunia bahasa lidah dan nubuat (1 Kor. 13:1-3), Paulus rupanya
melawan penekanan yang berlebihan pada orang Korintus yang menekankan kepada karunia
bahasa lidah. 1 Korintus 13: 4-8 Paulus menegaskan bahwa kasih orang Kristen sekarang
digambarkan secara positif sebagai. Karakteristik positif tersebut adalah sabar; kasih itu
murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak
melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan
tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi
karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala
sesuatu,sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan;nubuat akan berakhir;
bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Sedangkan karakteristik yang negatif Rasul Paulus menyatakannya dalam 1 Korintus
11:2-16 yaitu mengacu kepada perilaku tidak tertib dalam ibadah (1Kor.11:2-16;14). Paulus
menegaskan kembali kepada jemaat yang ada di Korintus bahwa kasih tidak menyimpan
kesalahan, kasih tidak bersukacita dalam kejahatan tetapi kasih bersukacita dalam kebenaran,
kasih menutupi kesalahan orang lain.
Paulus menjelaskan bahwa kasih itu adalah permanen, berbeda dengan karunia
nubuatan, bahasa lidah, dan pengetahuan yang semuanya akan lenyap. Mengenai waktunya,
Paulus tidak mengatakan kapan akan berhenti. Namun yang menjadi tujuan Paulus adalah
bahwa kebutuhan akan kasih itu adalah yang dipakai untuk terus menerus.
Sedangkan karunia bahasa lidah, nubuatan dan pengetahuan akan mengalami
penghentian sebagaimana dijelaskan Paulus dalam ayat 7-9. Dengan mempertimbangkan
banyak faktor,seseorang dapat berdebat tentang penghentian karunia nubuatan,bahasa roh,
dan pengetahuan atas dasar konteks di luar tulisan-tulisan Paulus. Menurut Paulus, nubuat,
lidah, dan pengetahuan akan berlalu segera. Tapi "sekarang" iman, pengharapan,dan kasih
terus tetap. Setelah meletakan dasar di dalam pasal 13 bahwa nubuatan, bahasa lidah, dan
semua karunia-karunia Roh harus digunakan dalam kasih. Bahkan Paulus mengatakan bahwa
bernubuat lebih baik dari berbahasa lidah karena bernubuat, dapat dimengerti, membangun
gereja; sementara karunia bahasa lidah tanpa seorang penerjemah maka berbahasa lidah tidak
membangun gereja. Karena penekanan Paulus pada adanya karunia penterjemah ini
sebagaimana yang terdapat dalam 1 Korintus 14. Tentu hal ini dilatarbelakangi oleh jemaat
yang ada di Korintus yang lebih mengutamakan karunia bahasa lidah ini daripada yang
lainnya termasuk di dalamnya karunia bernubuat.
C. Hidup dalam Pimpinan Roh Kudus
Dalam Perjanjian Baru khususnya surat-surat Paulus, memberikan penegasan bahwa
kehidupan orang percaya memiliki karakter atau kehidupan yang dipimpin Roh Kudus.
Dalam Efesus 5:18 Rasul Paulus mengatakan “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita
juga dipimpin oleh Roh."Paul Enss mengatakan bahwa: Karya Roh Kudus adalah
membimbing kepada semua kebenaran dengan gambarannya adalah seperti seorang pemandu
atau pemimpin perjalanan menuju pada wilayah asing bagi mereka yang sedang melakukan
perjalanan, tetapi dikenal oleh pemandu tersebut.
Kehadiran Roh Kudus dalam diri orang percaya tentu memiliki tujuan dan dampak
yang sangat penting. Roh Kudus diberikan kepada seseorang adalah pada waktu keselamatan
(Ef. 1:13). Penyertaan atau pemeteraian dengan Roh Kudus bagi orang percaya menegaskan
bahwa Roh Kudus tinggal dalam setiap diri orang percaya. Dengan demikian orang yang
tidak memiliki Roh Kudus adalah orang yang tidak percaya Kristus.
Sehubungan dengan dipimpin oleh Roh Kudus Paul Enns menjelaskan sebagai
berikut: Dasar dari pemenuhan oleh Roh Kudus di Efesus 5:18 Dan janganlah kamu mabuk
oleh anggur,karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan
Roh. Perintah untuk dipenuhi oleh Roh Kudus diberikan dalam kontras dengan peringatan
“jangan mabuk oleh anggur". Kemabukan memperlihatkan ketidakmampuan orang itu untuk
menguasai dirinya.Natur dari kehidupan orang Kristen adalah kontras dengan natur dari
pemabuk yang tidak terkontrol.
Dipimpin oleh Roh Kudus dapat berarti dipenuhi oleh Roh. Kehidupan orang percaya
yang dipenuhi oleh Roh Kudus menyerahkan hidupnya dikendalikan oleh Roh Kudus. Arti
kata “dipenuhi" dalam bahasa Yunani “λnpoσθε" (plerousthe) adalah penguasaan. Dari arti
ini dapat memberikan suatu gambaran bahwa kehidupan yang dipenuhi oleh Roh berarti
dikuasai, dikontrol, disertai oleh Roh Kudus. Thomas R. Schreiner Menjelaskan bahwa:
hidup dalam roh adalah merujuk kepada orang-orang yang menjalani hidup sesuai dengan
Roh. Seseorang yang ditandai dengan kehidupan dalam Roh. Apa yang memenuhi mereka
tentu akan menandai hidup mereka. Ada pandangan bahwa dengan bahasa lidah atau bahasa
roh sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang telah mengalami baptisan Roh Kudus.
Seseorang yang dibaptis dengan Roh Kudus akan menyebabkan Roh Kudus
memenuhi orang itu, sehingga dia akan memiliki karunia-karunia Roh, kepenuhan Roh.
Peristiwa baptisan Roh Kudus ini dikenal dengan istilah berkat kedua (second blessing) yang
ditandai dengan berbahasa roh.Charles Parham adalah tokoh yang mencetuskan doktrin
Pentakosta yang menyatakan bahwa “baptisan roh harus terbukti secara fisik dengan berkata-
kata dalam bahasa lindah (bahasa roh dan bahasa asing).
R.C. Sproul mengatakan bahwa pola yang terdapat di dalam pengalaman orang-orang
yang tercatat di dalam kedua peristiwa tersebut, yang menjelaskan adanya senjang waktu
antara pertobatan dan baptisan Roh Kudus, pada akhirnya oleh kelompok penganut second
blessing hal ini dilihat sebagai pola yang berlaku secara normatif di segala zaman. Dengan
adanya berbagai macam pandangan tersebut tidak menutup celah terjadinya perpecahan dan
karakter yang berlawanan dengan kehidupan yang dikendalikan oleh Roh Kudus.
Dalam Perjanjian Baru khususnya dalam Kisah Para Rasul 6:5 Lukas menyatakan
bahwa Stefanus adalah adalah pribadi yang penuh dengan Roh. selain Stefanus, Barnabas
juga disebut sebagai pribadi yang penuh dengan Roh. Seseorang yang dipimpin oleh Roh
Kudus adalah seseorang yang hidupnya berkenan kepada Allah dimana kehidupan dan
hatinya dikuasai oleh Roh Kudus. Sehubungan dengan bagaimana esensi atau sikap hidup
yang dari dikendalikan ata dipenuhi oleh Roh Kudus adalah merupakan hasil sebuah karakter
Kristen yang di dalamnya ditemukan kehidupan Kristen yang sejati.
Sehubungan dengan kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus, dijelaskan lebih lanjut:
Pemenuhan oleh Roh Kudus harus terjadi karena dua alasan yaitu:
1. Esensial untuk kedewasaan orang percaya (1 Kor.3:1-3). Paulus menghardik orang
percaya di Korintus sebagai orang yang hidup dalam kedagingan (Yunani sakikos). Di
control oleh daging. Solusi dari keduniawian dan berjalan berdasar natur lama adalah
dengan dikontrol dan dipenuhi oleh Roh Kudus.
2. Dan esensial untuk pelayanan orang percaya (Kis.4:31;9:17, 20). Kisah Para rasul
4:31,menggambarkan relasi antara dipenuhi dan pelayanan adalah pemenuhan oleh
Roh Kudus yang memampukan orang percaya untuk berbicara Firman Tuhan dengan
berani.
Adapun akibat dari hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus adalah adanya kehidupan
yang orientasi dan tujuan hidup bukan lagi untuk diri sendiri melainkan untuk kebaikan
bersama dalam tubuh Kristus.
Dalam Galatia 5:22-24 Rasul Paulus menjelaskan bahwa kehidupan yang dipenuhi
oleh Roh Kudus akan menghasilkan buah-buah Roh. adapun buah-buah Roh itu adalah
sebagaimana tertulis dalam Galatia 5:22-24 yakni tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita,
damai sejahtera,kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus,
ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Berdiamnya Roh
Kudus pada orang percaya memberikan bukti bahwa orang tersebut milik Kristus.
Sehubungan dengan orang yang tidak memiliki Roh Kudus, Charles C. Ryrie dalam
bukunya yang berjudul The Holy Spirit menjelaskan sebagai berikut: Paulus dengan tegas
menyatakan: "Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”(Roma.
8:9b). Yudas dalam kitabnya menyatakan kekuatirannya atas keadaan roh .dari orang-orang
yang ingkar terhadap Kristus. (Yud.1:19). Sama seperti yang tertulis di 1 Kor.2: 14, manusia
tidak akan selamat jika pemahaman mereka sangat terbatas atas pelayanan-pelayanan Roh.
Ketiga ayat diatas kembali membuktikan keadaan yang tidak membawa kepada keselamatan,
kehadiran Roh Kudus merupakan anugerah untuk setiap orang percaya.
Dengan demikian seseorang yang tidak memiliki Roh Kudus adalah orang yang
berada di luar Kristus. Teguran-teguran yang diberikan Rasul Paulus kepada jemaat yang ada
di Korintus menunjukkan bahwa mereka tidak dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam Efesus 5:18
Paulus menegaskan dengan menyatakan “janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur
menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.
Rasul Paulus dalam hal penggunaan dari karunia-karunia roh yang diterimanya adalah
dengan pimpinan Roh Kudus. Dia bersedia dituntun dengan Roh Kudus dalam melakukan
tugas-Nya sebagai seorang Hamba yang memberitakan kabar keselamatan di dalam Yesus.
Hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan menghasilkan pelayanan yang efektif. Rasul
Paulus dalam tulisannya memberikan teladan bahwa akan ada pertolongan Tuhan, jika
seseorang memberikan diri untuk melaksanakan Amanat Agung yang diberikan Tuhan Yesus
di bawah pimpinan Roh Kudus. Setiap orang percaya memiliki peranan penting dalam
melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus,yakni dimana sebelum naik ke sorga, Ia
berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus (Mat. 28:18-20).
D. Karunia Rohani dalam Pertumbuhan Gereja
Pertumbuhan gereja selalu dihubungkan dengan karya Roh Kudus. Setiap orang yang
diselamatkan Tuhan memberikan karunia rohani sebagai sarana untuk memperlengkapi
gereja dalam memenuhi tujuannya. Sebagaimana dalam 1 Korintus 12:4,7 Paulus
memberikan sebuah gambaran akan tubuh memiliki fungsi masing masing dan merupakan
satu kesatuan yang semuanya saling keterkaitan satu sama lain.dan semuanya Berdasarkan
Efesus 2:2 orang percaya adalah merupakan gereja. Artinya ada gereja secara universal dan
juga local. Penggunaan yang paling umum dari kata gereja di Perjanjian Baru ditujukan pada
sekelompok orang percaya yang diidentifikasi sebagai jemaat lokal. Jadi, ada gereja di
Yerusalem (Kis. 8:1; 11:22).
Orang percaya yang mula-mula ini tidak memiliki gedung khusus untuk bertemu; oleh
karena itu mereka berkumpul di rumah- rumah (Rm.16:5; Fil. 2). Orang percaya mula-mula.
berkumpul untuk beribadah (1 Kor. 11:18), persekutuan (Kis. 2:45-46; 4:31), instruksi atau
pengajaran (Kis. 2:42; 11:26; 1 Kor. 4:17), dan untuk pelayanan seperti mengutus misionaris
(Kis. 13:2; 15:3). Akibatnya, banyak orang terus-menerus diselamatkan (Kis. 2:47).
Sedangkan yang dimaksud dengan gereja universal adalah bahwa gereja lokal melihat
gereja sebagai orang percaya yang berkumpul di lokasi tertentu, sedangkan gereja universal
dipandang sebagai "keduanya, pada zaman ini, dilahirkan, dari Roh Allah dan oleh Roh yang
sama telah dibaptis ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25. Kumpulan orang
percaya inilah yang dijanjikan oleh Kristus untuk dibangun (Mat. 16:18); untuk Tubuh inilah
Kristus telah mati(Ef.5:25), dan Dia adalah Kepala atasnya, dan memberikan arah kepadanya
(Ef. 1:22-23;Kol.1:18). Di Efesus 1:23, gereja disebut sebagai "Tubuh-Nya." Hal itu tidak
dapat disebut sebagai jemaat lokal, tapi harus merupakan gereja universal dari orang percaya
(Kol. 1:18). Penekanan khusus dari gereja universal adalah kesatuannya, baik Yahudi atau
non-Yahudi, semuanya membentuk suatu tubuh, dalam kesatuan yang dihasilkan oleh Roh
Kudus (Gal. 3:28; Ef.4:4).
Keberadaan gereja sejak hari pentakosta sampai pada masa kini peranan Roh Kudus
tetap sama dalam pengertian bagaimana orang percaya dalam melaksanakan misinya sebagai
utusan Allah. Gereja berdiri pada hari pentakosta sebagaimana terdapat dalam Kisah Para
Rasul 2:1-41). Meskipun sebagian akan mengusulkan bahwa gereja ada di Perjanjian Lama,
suatu penyelidikan dari Perjanjian Baru mengindikasikan gereja adalah suatu lembaga
tertentu.
Di Matius 16:18, Yesus mendeklarasikan, "Aku akan mendirikan jemaat- Ku."
Mengindikasikan pembangunan gereja itu adalah di Di Kisah Para Rasul 1:5, Yesus
menyatakan, "tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus". Ini
mengindikasikan pekerjaan Roh Kudus dalam menempatkan orang percaya ke dalam
kesatuan dengan Kristus belum terjadi, tetapi diantisipasi secepatnya. Konteks menjelaskan
peristiwa dan mengindikasikan hal itu dimulai pada saat pentakosta dengan turunnya Roh
Kudus (Kis. 2:1-4). Pada waktu Petrus melaporkan apa yang telah terjadi di rumah Kornelius
di Kaisarea, ia mengindikasikan kepada orang Yahudi di Yerusalem bahwa Roh Kudus turun
atas orang non-Yahudi sebagaimana juga turun pada orang Yahudi "pada mulanya"
(Kis.11:15). Frasa “yang kemudian” ini menyebutkan titik awal dari karya pembaptisan oleh
Roh Kudus dan kemudian mengidentifikasikan awal dari formasi gereja PB. Gereja di mulai
pada saat pentakosta (Kis. 2).
Matius 16:18, Yesus mendeklarasikan, "Aku akan mendirikan jemaat-Ku."
Mengindikasikan pembangunan gereja itu adalah di waktu yang akan datang. Bukan hanya
melahirkan gereja akan tetapi Roh Kudus juga mendiami gereja, memberikan kemampuan
dan kuasa dalam melaksanakan tugasnya. George Piter Wagner dalam bukunya A Theology
of Church Growith mengatakan bahwa Ia yang memampukan gereja sebagai gerejanya Allah
dan menghasilkan buah Roh Kudus (Rm.5:2;Gal.5:22-23).
Kisah Para Rasul menjelaskan karya Roh Kudus dalam pertumbuhan gereja, semua
daerah yang didalamnya ada gereja yang berdiri tidak lepas dari tuntunan Roh Kudus kepada
para Rasul. Perkembangan gereja yang begitu cepat terjadi justru pada masa yang sulit. Para
pemimpin gereja memiliki peranan yang sangat penting dalam mendirikan dan melaksanakan
tugas dalam hal regenerasi.
Dalam 1 Korintus 12-13 Paulus sekarang mengilustrasikan perbedaan dan kesatuan
dari karunia-karunia Roh dengan menggunakan contoh dari tubuh manusia. Tubuh ada
berbagai karunia-karunia dan jawatan-jawatan. Ayat 18-20 Paulus membawa orang-orang
percaya kembali kepada kedaulatan Tuhan. Tuhan yang telah mengatur gereja dengan
caraNya sendiri, dan ini adalah sama dengan gereja; seturut kehendakNya,bagian-bagiannya
yang banyak seharusnya berfungsi sebagai satu tubuh Tubuh Kristus.
Yang dimaksud Paulus dengan kalimat "tubuh Kristus," adalah seluruh orang percaya.
Bentuk jamak "rasul-rasul" menegaskan bahwa di sini ada referensi yang lebih luas dari pada
Korintus. Ayat 28, Allah yang berdaulat saja yang memberikan jawatan-jawatan dan karunia-
karunia dalam gereja.Tiga jawatan yang pertama adalah rasul, nabi, dan pengajar (guru)
adalah sama dengan urutan di Efesus 4:11 (band.Rm.12:6-7). Karunia bahasa lidah yang
mana disebut terakhir tampaknya memiliki makna tersendiri. Jawatan kerasulan telah
mencakup semuanya, termasuk karunia bernubuat, pengajaran,mukjizat, dan lainnya.
1 Korintus 12:29-30 adalah merupakan suatu pertanyaan-pertanyaan rhetorical yang
semuanya menyiratkan "tidak" untuk sebuah jawaban, Rasul Paulus menekankan prinsip
selektivitas ilahi. Tidak semua orang percaya memiliki kemampuan atau karunia yang sama
dalam sebuah jemaat. Allah memilih pribadi-pribadi tertentu dan memberinya karunia-
karunia khusus (I Kor. 12:28). Paulus mengakhiri ayat 30 dengan karunia menafsirkan bahasa
lidah. Adapun alasannya adalah, karena dia akan memberikan alasan dan penjelasan lebih
lanjut sebagaimana yang terdapat dalam I Korintus 14.
Setelah menyebut karunia bahasa lidah dan interpretasi nya, Paulus mendesak orang
Kristen untuk mencari karunia yang lebih baik yaitu tidak berbicara dalam kontek karunia
lidah, seperti yang orang Korintus lakukan. Karunia bahasa lidah dan karunia menafsirkannya
dalam kontek berjemaat bagi Rasul Paulus adalah merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Alasan yang diberikan oleh Rasul Paulus adalah dasar dari kegunaannya bagi
jemaat.