Anda di halaman 1dari 35

1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Etimologi dan Terminologi

2.1.1. Jabatan

Jabatan menurut Mustadin Taggala adalah identitas yang dirancang untuk memudahkan

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dia mengatakan bahwa dalam jabatan terdapat tugas

dan juga tanggungjawab yang melekat sehingga tugas yang dilaksanakan ditentukan oleh minat

dan juga kemampuan.1

Pengertian lain dari jabatan yaitu kelompok posisi yang sama dalam tingkatan pekerjaan

dan juga jenis pekerjaan. Jumlah orang atau pun kelompok dalam suatu organisasi bergantung

pada ukuran organisasi yang bersangkutan. Sehingga banyaknya jabatan dipengaruhi oleh besar

kecilnya suatu organisasi.2 Sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa jabatan

merupakan posisi dalam suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas dan juga

tanggungjawab yang harus dikerjakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan suatu

kelompok orang atau pun organisasi.

2.1.2. Minat Jemaat

Minat secara etimologi dapat diartikan sebagai usaha dan juga kemauan untuk

mempelajari sesuatu. Sedangkan minat secara terminologi dapat diartikan sebagai keinginan,

kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu. Yayat Suhayat dalam tulisannya mengutip beberapa

pandangan untuk mengkaji mengenai minat. Dia mengutip pandangan dari Hilgar yang

1
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, (Depok: Kurnia Global Publishing, 2015) 12
2
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, 14
2

menyatakan bahwa minat merupakan suatu proses yang konsisten untuk memfokuskan diri

kepada sesuatu yang ingin ditekuni dengan adanya perasaan senang saat melakukannya.

Sehingga menurut Hilgar, minat secara psikologis akan membangkitkan rasa senang dalam diri

seseorang.3 Yayat Suhayat juga mengutip pandangan dari Andi Marpare yang menyatakan

bahwa minat merupakan suatu “Perangkat” mental yang di dalamnya tercampur perasaan yang

mengarahkan dan juga mengindikasikan individu kepada suatu pikiran tertentu. 4 Sehingga dapat

diartikan bahwa minat merupakan keinginan yang besar yang berkaitan dengan perasaan.

H.C. Witherington mengatakan bahwa minat adalah kesadaran individu bahwa terdapat

sangkut pau antara dirinya terhadap objek lain yang ada di sekitarnya baik itu individu yang lain,

benda, atau pun suatu kegiatan dan situasi.5 Crow and Crow berpendapat bahwa minat

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan daya gerak yan mengakibatkan seorang individu

tertarik terhadap suatu hal.6

Sedangkan kata jemaat, dalam konteks perjanjian baru lebih sering digambarkan dengan

gereja. Apabila dikaji melalui teks-teks bahasa Yunani, jemaat selalu disebut sebagai ekklesian

atau pun ekklesia yang mana lebih merujuk kepada jemaat yang merupakan perkumpulan orang

percaya tergabung dalam gereja tersebut. Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Kelima, Gereja diartikan sebagai Tempat ibadah umat Kristen, yang mana dalam

pengertian ini gereja dilihat sebagai gedung ibadah untuk umat Kristen. Menurut KBBI juga di

gereja merupakan tempat orang Kristen melakukan upacara agama.7

3
Hilgar, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, (Artikel Unisma Bekasi,
2009) 8
4
Andi Marpare, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 8
5
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Aksara Baru, 1982) 122
6
Crow and Crow, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 9
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
3

Secara etimologi gereja dalam Perjanjian Baru diterangkan dengan memakai kata

ekklhsia. Ekklhsia berasal dari kata ek-kaleo yang dapat diartikan sebagai pemanggilan

“kawanan” untuk bersatu, hal tersebut dilihat dari kata kaleo yang merupakan kata kerja yang

berarti memanggil. Sehingga dari kata Yunani nya yaitu ekklhsia dapat diartikan sebagai

penyatuan. Kemudian apabila dilihat dari bahasa Ibrani, kata gereja berasal dari kata qahal yang

diartikan sebagai perkumpulan dari banyak orang yang digambarkan sebagai kawanan domba

kemudian dikumpulkan dihadapan pengembalanya.8 Menurut Dictionary of New Testament

Theology Vol.1 dikatakan bahwa gereja pada masa munculnya translasi terhadap Perjanjian

Lama dan Perjanjian Baru, gereja merupakan tempat dimana orang-orang berpolitik. Dalam

gereja lah masyarakat menyampaikan aspirasi mereka terhadap pemerintah dan juga kebijakan-

kebijakan pemerintah. Menurut kamus ini juga bahwa di dalam gereja setiap orang dapat

mengutarakan apapun yang menjadi keluhan dari jemaat tersebut. Sehingga dalam gereja sendiri

sering dilakukan proses pengambilan atau pengumpulan suara dengan tujuan untuk memperoleh

kesepakatan. Hal tersebut terjadi ketika pengaruh besar dari Yunani dan budaya Helenis terjadi.9

Menurut The Oxford Encyclipedia Ancient Egypt dikatakan bahwa kata lain untuk

menggambarkan atau menyatakan gereja sering digunakan kata synagoge. Dimana dalam

synagogue ini dilakukan ritual-ritual keagamaan , seperti pembakaran kurban, pemberian

persembahan, berdoa dalam ruang lingkup ceremony keagamaan. Sehingga dalam synagoge

terjadi proses ritus tertentu dengan konsep keagamaan yang dianut oleh masyarakat pada masa

sebelum munculnya translasi untuk kitab Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru.10

8
Jeff A.Banner, New Testament Greek to Hebrew Dictionary, (USA: ) 46
9
Colin Brown (ed.), Dictionary of New Testament Theology Vol.1, (Michigan: Grand Rapids, ) 291-292
10
Donald B.Redford (ed.) The Oxford Encyclopedia Ancient Egypt Vol.1 (New York: Oxford University Press,
2001) 262
4

Jean Yves Lacoste mengartikan gereja dengan melihat bagaimana pemanggilan terhadap

bangsa Israel dan juga bagaimana pemanggilan Yesus terhadap umat manusia. Dalam perspektif

PL dia mengartikan Gereja dengan melihat bangsa Israel yang terpanggil dan terpilih oleh Allah

sendiri sehingga mereka menjadi umat Allah. Sehingga dalam perspektif PL, bangsa yang

terpanggil dan berkumpul tersebutlah yang kemudian menurut Lacoste menjadi esensi dari

gereja. Kemudian dari perspektif PB dia meliaht bagaimana Yesus yang menjadi kunci utama

yaitu dalam pemanggilan para murid sampai kepada amanat agung yang bertujuan untuk

memanggil dan mengumpulkan orang-orang percaya. Sehingga menurut dia Gereja dapat

diartikan sebagai perkumpulan yang didasarkan dengan pemanggilan yang bertujuan untuk

peribadahan dan secara religius dikatakan bahwa perkumpulan tersebut bertujuan untuk

menerima berkat dari Allah.11

Perspektif Paulus sendiri dalam menggambarkan gereja atau pun menggambarkan

keutuhan gereja, dia memakai metafora yaitu tubuh Kristus. Dia menggambarkan gereja dengan

metafora tersebut untuk menyatakan bahwa gereja bukan hanya perkumpulan namun juga

perkumpulan dari orang-orang yang majemuk. Sehingga makna atau pengertian terhadap

kesatuan menjadi jelas, bahwa kesatuan yang dimaksud tidak hanya kesatuan yang satu suku atau

pun latarbelakang namun kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam Kristus. Sehingga

apabila dikaji menurut pandangan Paulus, latarbelakang tidak menjadi kendala dalam

pemanggilan dan persekutuan dalam gereja sebagai tubuh Kristus, namun menurut Paulus

disitulah keindahan dari tubuh Kristus sebagai gereja dimana semua disatukan dengan

peranannya masing-masing dengan satu tujuan yaitu perkumpulan dan peribadahan.12

11
Jean Yves Lacoste, Encyclopedia of Christian Theology, (New York: Routledge,2004) 299-300
12
Bittlinger dalam Gift and Graces, (London: Hodder and Stoughton, 1967) hal 54-55
5

Gereja akan selalu berproses dan akan selalu berkembang dan menata dirinya untuk

dunia, dengan penataan ini akan membuahkan tri-tugas panggilan gereja yaitu bersekutu

(koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia). Hal ini ada agar gereja dapat bertumbuh

secara kuantitas dan kualitas (kedewasaan dalam iman anggota jemaat) yang terus bersaksi dan

melayani dunia. Gereja lahir atas pilihan dan panggilan Yesus Kristus, sehingga dalam

persekutuannya juga tidak akan lepas dari peranan dari Roh Kudus yang mempersatukan dan

menguduskan.13

2.1.3. HKBP

Maka dengan mengaitkan kedua hal tersebut, minat jemaat secara khusus HKBP

diperhadapkan dengan penatua haruslah memiliki ketertarikan dan juga hubungan secara

psikologis. Secara garis sejarah Terbentuknya suatu gereja ditentukan dalam 3 hal yaitu: Ibadah

pertama gereja tersebut, Baptisan pertama, dan hasil dari Rapat atau pun Sinode. Apabila HKBP

dilahirkan berdasarkan Ibadah pertama maka hari jadi atau hari lahir HKBP adalah pada tahun

1824 dihitung ketika dua misionaris dari gereha Baptist, London, Inggris yaitu Richard Burton

dan Nathanael Ward yang berkhotbah pertama kali di tanah Batak yaitu di Tarutung. Apabila

hari jadi HKBP dilihat dari Baptisan Pertama maka hari jadi HKBP harusnya adalah 31 Maret

1861. Namun tanggal lahir HKBP yang sebenarnya berasal dari rapat atau sinode yang dilakukan

pada 7 Oktober 1861. Sebenarnya rapat atau sinode selalu dilakukan pada tanggal 7 Oktober

berarti ada kemungkinan bahwa sebelum 7 Oktober 1861 rapat atau sinode juga sudah pernah

dilakukan, maka bisa dikatakan bahwa ada alasan tertentu sehingga penetapan tanggal lahir

HKBP melalui sinode yang ditentukan pada 7 Oktober 1861 tersebut.14

13
Lumbantobing, Darwin, Pdt. Dr & Pdt Colan Pakpahan, M.Th, Gerakan Persekutuan Eskatologis, Ekklesiologi,
Jabatan dan Struktur Gereja,…39-40
14
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018) 333-335
6

Penetapan tanggal lahir HKBP pada 7 Oktober 1861 ditetapkan dengan dasar pemikiran

yang sangat teologis. Rapat atau sinode tersebut sebenarnya bukanlah acara besar-besaran dan

istilah sinode godang bukan berarti jumlah peserta yang datang ke rapat tersebut sangat banyak.

Dan rapat sebelum 7 Oktober 1861 juga sebenarnya pernah dilakukan, maka bisa dikatakan

bukanlah pelaksanaan rapat yang penting disini namun keputusan yang diambil dari rapat

tersebut. Keputusan yang diambil dari sinode pada 7 Oktober 1861 merupakan tonggal penentu

sejarah kelahiran HKBP. Pada 7 Oktober 1861 lah ditetapkan mengenai pembagian wilayah

penginjilan dimana keputusan tersebut dipahami sebagai re-orientasi strategi pelayanan dan tugas

para misionaris sekaligus sebagai perluasan wilayah penginjilan. Keputusan tersebut disemangati

dan didasarkan pada firman Tuhan yang juga diterima oleh para rasul. Berdasarkan Kisah Para

Rasul 15:28 “ Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami”. Sehingga keputusan

dalam rapat dapat dikatakan sebagai hasil dari keputusan Roh Kudus bersama-sama dengan

keputusan para pekerja gereja. Atas keyakinan ini lah keputusan yang diambil dari rapat 7

Oktober 1861 dilihat sebagai keputusan yang benar. Atas keputusan ini juga penginjilan di tanah

Batak mulai mengalami perkembangan. Maka bisa dikatakan bahwa kelahiran HKBP 7 Oktober

1861 dilihat dari gerakan HKBP itu sendiri dalam PI dengan mulai membagi wilayah-wilayah

penginjilan.15

2.1.4. Penatua

Menurut kamus The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 kata

penatua berasal dari bahasa Yunani yaitu presbuteros atau presbuterion yang digunakan untuk

menyebut penatua terkhusus dalam teks-teks perjanjian baru. Istilah ini diartikan sebagai

orangtua, penatua dan juga orang yang lebih tua dibandingkan yang lain. Kata ini sendiri berasal

15
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, 333-335
7

dari kata presbutes yang berarti “orangtua”. Dalam status sosial presbuteros dianggap sebagai

orang-orang yang memiliki kebijaksanaan dan juga dianggap sebagai orang yang disegani.

Meskipun memang pada awalnya kata presbuteros hanya digunakan untuk menyatakan usia

seseorang yang lebih tua, pemaknaan akan kata tersebut kemudian bergesar menjadi suatu status

sosial dalam masyarakat, sehingga presbuteros diberikan kepada para penatua yang dianggap

sebagai orang yang bijak dan berwibawa.16 Orang-orang yang dianggap sebagai penatua dalam

strata sosial dianggap sebagai orang yang pantas untuk memiliki rasa hormat tertinggi dari

masyarakat. Sehingga setiap orang yang diberikan gelar presbuteros merupakan orang-orang

yang menginjak usia 50 tahun ke atas dan dianggap sebagai orang yang pantas untuk dihormati.17

Jabatan ataupun posisi sebagai seorang elders dianggap sebagai komunitas orang-orang

yang mengatur suatu daerah. Para elders dalam komunitasnya dianggap sebagai orang yang

memiliki hak dan juga dianggap sebagai pemimpin dari komunitas mereka tersebut. Sehingga

kepemimpinan dipegang oleh elder tersebut. Pengertian lain dari presbuteros yaitu presbuteros

dianggap sebagai juru bicara (spokesman).18

Dalam bahasa Ibrani kata penatua diartikan sebagai zaqen, Menurut Theological

Dictionary of The Old Testament kata ini berasal dari kata benda zaqan yang berarti janggut

(beard). Dengan demikian kata ini sering digunakan merujuk kepada seorang pria yang memiliki

janggut, dengan kata lain usia yang sudah cukup tua. Dalam perjanjian lama kata zaqen selalu

merujuk kepada orangtua dan juga penatua sebagai orang yang bertanggungjawab dalam suatu

16
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 , (USA: Grand
Rapids,1971), 192
17
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
18
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
8

daerah. Sehingga jelas bahwa kata zaqen selalu diberikan dan dirujuk untuk menyatakan

penatua.19

Secara terminologi penatua berfungsi untuk mengatakan seseorang yang dianggap

sebagai pemimpin. Dalam konteks Alkitab elders atau pun penatua-penatua dianggap sebagai

seorang pemimpin. Sehingga kata ini digunakan dalam tulisan-tulisan perjanjian Baru dengan

merujuk kepada para pemerintah pada masa itu. Dengan kata lain kata penatua digunakan kepada

para pemimpin. Paulus beberapa kali menyebutkan peranan dan juga ketaatan kepada

pemerintah. Dalam Ibrani juga dijelaskan mengenai ketaatan kepada pemerintah (Ibrani 13:17).

Oleh sebab itulah secara terminologi kata penatua digunakan untuk menunjukkan kedudukan

seseorang sebagai pemimpin.20

2.2. Landasan Biblis

2.2.1. Perjanjian Lama

Dalam dunia Israel kuno, istilah penatua disebut dengan zegenim=yang berjanggut, ini

mengacu pada orang tua dalam penjajaran untuk anak laki-laki. Istilah penatua yang disebutkan

pertama kali dalam teks Alkitab adalah “para penatua Israel” Istilah lain untuk sebutan penatua

ini adalah sekelompok orang yang bekerja sebagai penasihat administrasi di istana kerajaan yang

disebut “penatua istana raja” atau singkatnya “penatua” (bnd 2 Samuel 12:17; Kejadian 24:2;

50:7; 1 Raja 12:6-15; Mazmur 105:22).21 Selain itu terdapat juga istilah lain dari penatua yaitu

19
G. Johannes Botterweck & Helmer Ringgren, Dictionary Of The Old Testmaent Vol.4, (Germany: William B.
Eerdmans Publishing Co, 1980) 123
20
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical And Practical Guide For Church Members, (Michigan: Grand
Rapids, 2009) 17
21
Nili Sacher Fox, In The Service of the King: Officialdom in Ancient Israel and Judah, (Cincinnati: Hebrew Union
Colege Press, 2000), 63-64
9

sebutan untuk tetua kota. Konsep penatua mirip dengan senator dalam bahasa Latin dan syekh

dalam bahasa Arab.22

Posisi penatua di bawah hukum Musa berbeda dengan posisi penatua dalam Perjanjian

Baru. Tampaknya “penatua” memiliki fungsi organik. Masyarakat mereka menghormati mereka

dan mereka sangat berpengaruh bagi masyarakat. Penatua dalam Perjanjian Lama adalah pelayan

dan tetap berada dalam batas-batas mereka. Mreka bekerja bersama dengan para hakim, raja dan

pemimpin bangsa. Memang tanggung jawab mereka terbatas namun sangat penting sebab

mereka diharapkan untuk dapat melakukan pekerjaan Tuhan untuk menggembalakan kawanan.23

Untuk melihat peranan dan juga tugas dari penatua yang terdapat dalam Perjanjian Lama,

penulis mengkaji melalui teks Keluaran 18:19-22. Penatua dalam Perjanjian Lama memiliki

peranan penting terutama dalam bidang agama dan juga dalam bidang etika. Penatua juga

penting ketika terjadi pertengkaran dan juga perseteruan dalam bangsa Israel. Hal tersebut dapat

dilihat dari Allah yang memilih Musa untuk menjadi orang dan juga penatua di tengah-tengah

bangsa tersebut. Bimbingan yang diberikan oleh Musa berasal dari Allah sepenuhnya sehingga

nilai-nilai yang terlihat dari Musa dan juga nasihatnya kepada bangsa Israel mengandung seluruh

nilai dalam berbagai bidang kehidupan seperti keagamaan, etika dan juga politik. Dapat

dikatakan bahwa orang-orang yang dipilih oleh Allah termasuk dalam hal ini adalah Musa

memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda dari pada orang-orang yang lainnya, sehingga

orang-orang yang demikian termasuk Musa melayani Allah dan juga umat-Nya.24

Dalam ayat 19 dan ayat 21, Yitro memberikan nasihat kepada Musa dan kemudian Musa

memberikan nasihat kepada bangsa Israel sehingga dapat dikatakan bahwa nasihat yang
22
J. Conrad, “Elder”, dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny., G. Johannes Botterwick and
Helmer Ringgren, terj., David E. Green, (Grand Rapids” Eerdmans Publishing, 2003), 123
23
Conrad, “Elder”, Theological Dictionary of the Old Testament, 120
24
Robert M. Paterson, Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242
10

diberikan oleh Yitro dan nasihat yang diberikan oleh Musa kepada bangsa Israel merupakan

nasihat yang berasal dari Allah, sehingga baik Yitro dan Musa merupakan rekan kerja Allah

untuk bangsa-Nya. Penerimaan bangsa Israel terhadap nasihat dan bimbingan yang diberikan

oleh Musa, dapat dikatakan juga bahwa bangsa Israel telah menerima Allah. Begitu juga ketika

para pembantu Musa memberikan nasihat kepada bangsa tersebut, nasihat itu berasal dari sumber

yang sama sehingga memiliki tujuan yang sama pula. Pemilihan akan pembantu Musa dalam

melaksanakan tugasnya, harus dilakukan dengan sangat hati-hati yang dipilih dari seluruh bangsa

Israel dan mencakup orang-orang yang mampu, tegas dan juga jujur. Sehingga orang-orang

dengan karakter demikianlah dapat memimpin bangsa tersebut.25 Syarat-syarat tersebut

ditetapkan dengan tujuan agar orang-orang yang telah dipilih mampu untuk menjalankan tugas

pelayanan bagi bangsa Israel. Seperti halnya Musa yang telah dipilih oleh Allah sebagai

perantara Allah atas bangsa Israel untuk mencari dan menyelesaikan masalah termasuk

menyelamatkan bangsa Israel. Sehingga bentuk tanggungjawab, ketegasan, dan kejujuran

menjadi faktor penting untuk menjadi perantara Allah.

Penatua dalam ayat 21 dianggap sebagai pemimpin bangsa Israel yang mana pemimpin

yang dimaksud tersebut merupakan orang-orang yang takut akan Allah. Sehingga dari

pernyataan tersebut dapat dipaham bahwa penatua haruslah orang-orang yang takut terhadap

Allah. Dengan pemahaman bahwa setiap yang takut kepada Allah tidak akan melanggar perintah

dan perkataan Allah. Dalam Keluaran 18 ini juga dapat dilihat bahwa penatua memiliki sifat

yang membenci pengajaran suap atau pun perilaku suap yaitu perilaku yang gemar mencari

keuntungan atas dirinya sendiri dengan mengorbankan orang lain. 26 Sikap demikian dianggap

sebagai sikap yang tidak jujur dan tidak layak diangkat sebagai penatua atau pun sebagai

25
John I. Durham, World Biblical Commentary Vol.3, (Colombia: Nelson Reference & Electronic, 1987), 250-252
26
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242-244
11

pemimpin. Para penatua ditugaskan untuk menciptakan keamanan dan juga menangani perkara-

perkara yang terjadi dalam bangsa Israel sehingga terwujud situasi yang aman dan juga damai

dalam bangsa Israel. Usulan Yitro tersebut tidak hanya membantu Musa tetapi seluruh orang

yang bersamanya yakni untuk bersama-sama menanggung tanggungjawab dan pekerjaan.27

Disebutkan secara umum mengenai fungsi penatua yaitu untuk melayani kapasitas

yudisial. Juga terdapat hukum yang secara khusus menyebutkan peran para tetua yang hanya

berlaku hanya untuk kasus pembunuhan (Ulangan 19:1-13; 21:1-9; Yosua 20:1-9), anak-anak

yang memberontak (Ulangan 21:18-21), perkawinan levirate (Ulangan 25:5-10; Rut 4:1-12), dan

perzinahan (Ulangan 22:!3-21). Juga ada beberapa keterlibatan para penatua dalam transaksi

tanah (mis Rut 4:1-12). Selain itu juga terdapat bagian yang menyebutkan bagaimana sesepuh

dapat berfungsi menjadi wakil komunitas untuk berhubungan dengan orang luar (1 Samuel

16:15).28

Ada bukti bahwa struktur dan fungsi dari tua-tua kota Israel banyak berubah selama

berabad-abad. Perubahan yang paling signifikan yaitu ketika orang-orang Israel diasingkan KKE

Asyur dan ke Babel. Banyak orang-orang yahudi dipendahkan ke kota-kota dan orang-orang non

Yahudi. Dikota itu kemudian mereka membentuk semacam kota dalam sebuah kota, sebuah

“distrik” atau “kawasan” Yahudi. Orang-orang terkemuka dalam komunita Yahudilah kemudian

yang akan melayani sebagai penatua dengan gaya kehidupan yang religious dan berada dalam

sinagoga.29 Perjanjian Lama juga mencatat bahwa ada beberapa kualifikasi bagi seseorang yang

disebut penatua yaitu 1) penatua adalah anggota senior dari keluarga besar, 2) kaya, namun juga

dermawan dan ramah, 3) karakternya mencontohkan standar etika dan moralitas yang paling

27
Robinson Butarbutar, Citra Pemberita Firman dalam Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017) 59
28
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, (Eugene: Wipf&Stock,
2003), 4
29
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, 5
12

dijunjung tinggi oleh masyarakat, 4) ahli dalam “pengetahuan rahasia” rakyatnya (baik dalam hal

keagamaan, adat istiadat maupun sejarah), dan 5) dikenal masyarakat karena keahliannya dalam

berpidato, khususnya keahlian persuasif. Juga terdapat beberapa karakteristik, yaitu pertama,

memiliki sifat kekeluargaan, kedua, memiliki moral kebenaran etis dan murah hati yang

ditunjukkan dalam keluarganya dan masyarakat bahwa dia adlah pelayan untuk masyarakat

bukan untuk kepentingan pribadinya sendiri. Ketiga, memiliki pengetahuan dan keterampilan

dalam berkhotbah yang persuasif sebagai alatnya untuk pengambilan keputusan.

2.2.2. Perjanjian Baru

Kata “penatua” (presbuteros) bukanlah kata untuk babtis, melainkan sebutan untuk

pengajar, pelayan, penilik dan diaken.30 Tiga bagian dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa

pengertian apostolik dari jabatan ini yaitu :

1. Paulus berkata bahwa ia meninggalkan Titus di Kreta untuk mengangkat peatua di

setiap kota (Tit 1:5). Sama dengan Kisah Para Rasul 14:23, dia memahami bahwa

gereja muda membutuhkan pemimpin yang saleh yang dapat mengajarkan doktrin

sehat dan menyangkal kesalahan (Tit 1:9). Dalam Titus 1:5 disebut tua-tua namun

diayat berikutnya disebut sebagai “penilik” (ay.7). Dalam hal ini Paulus menyebutkan

jenis orang yang sama.31

2. Ketika Paulus mendarat di Miletus, dia memanggil para penatua dari Efesus untuk

datang dan bergabung dengannya (Kis 20:17). Ia mengingatkan mereka tentang

pelayanannya, terutama dalam pengajarannya didepan umum dari rumah ke rumah

(ay 20). Ia mencurahkan isi hatinya kepada mereka dan mendorong mereka untuk
30
Paul. A. F. Castellano, As it is in Heaven: a Biblical, Historical, and Theological, Introduction, to The Traditional
Church and Her Worship, (USA: Wheatmark, 2021) 103
31
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical and Practical Guidee for Church Members, (Grand Rapids, 2009),
21
13

waspada terhadap guru-guru palsu, dia memerintahkan mereka untuk memelihara

kawanan domba Allah, “yang oleh Roh Kudus telah mnejadikan kamu penilik” (ayat

28). Seperti dalam suratnya kepada Titus, penggunaan kata “penatua” dan “penilik”

dapat saling diartikan. 32

3. Istilah “penatua” dalam 1 Petrus 5, Petrus ditugaskan oleh Yesus untuk

menggembalakan domba-dombanya (Yohanes 21:15-17) dengan menyebut dirinya

sebagai seorang penatua dan menugaskan sesama penatua untuk “menggembalakan

kawanan domba Allah yang ada diantara kamu” (1 Pet 5:2). Dalam konteksnya, dia

menjelaskan bahwa peran penatua adalah menggembalakan atau menggembalakan

kawanan. Sama seperti dia, sebagai seorang penatua, maka berusaha untuk memberi

makan kawanannya, demikian pula para penatua harus menggembalakan kawanan

Tuhan dengan memberi makan domba-domba dengan firman Tuhan. Menariknya,

dalam perikop ini, Petrus juga berbicara tentang para oenatua gembala adalah sebagai

“pengawas”.33

Demikianlah secara keseluruhan Perjanjian Baru dengan semua istilah-istilahnya, jelaslah

jika penatua, penilik merupakan istilah yang berbeda untuk jabatan yang sama. Baru setelah

Perjanjian baru ditutup, para penatua dan uskup (penilik) mulai berpisah sebagai jabatan yang

berbeda.

Ketika membahas penatua dalam Perjanjian Baru maka tidak jauh beda dengan penatua

di dunia Israel kuno yaitu terdapat persamaan yaitu berbasis kekerabatan. Dimana penatua, harus

mengurus rumah tangganya terlebih dahulu dengan baik (bnd. 1 Tim 3:4-5), dan anak-anaknya

juga menjadi bagian dari persekutuan orang percaya (Titus 1:6). Selain itu, penatua harus
32
Merkle, Why Elders?, 30
33
Merkle, Why Elders?, 32
14

memiliki standar hidup yang ramah dan tidak mencintai uang dan tidak rakut akan keuntungan (1

Tim 3:2-3; Tit 1:7). Penatua harus memiliki standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika

dan moralitas.34 Mereka harus hidup tanpa cela, suami dari satu istrim sederhana, bijaksana dan

bermartabat (bnd 1 Tim 3:2) dan ia harus menjadi pecinta kebaikan dan tuan atas dirinya sendiri,

jujur, suci dan dapat menguasai diri (Titus 1:8). Penatua haruslah dapat meneruskan tradisi yaitu

kepercayaan masyarakatnya maka penatua bukanlah orang yang baru bertobat (bnd 1 Tim 3:6)

dan ia harus berpegang teguh pada perkataan yang pasi seperti yang diajarkan agar ia dapat

memberi petunjuk dalam ajaran yang sehat… (Tit 1:9). Terakhir, penatua harus menjadi

pembicara yang baik, mampu meuakinkan anggotanya dan mampu menjadi guru yang tepat (1

Tim 3:2).35

Dalam kitab Perjanjian Baru tidak dijelaskan bagaimana proses pemilihan seorang

penatua. Namun dapat dilihat bahwa jemaatlah yang memilih penatua mereka (Kis. 6: 3-4).

Tugas penatua dalam konteks Perjanjian Baru yaitu untuk mendampingi para rasul dalam

memberitakan firman dan juga mengembangkan jemaat. 1 Korintus 16: 15-16, dapat dilihat

dimana para Rasul meminta agar orang-orang Kristen lebih tunduk kepada mereka yang sudah

terlebih dahulu percaya kepada Yesus, karena dapat dikatakan orang-orang yang demikianlah

yang memberikan tempat tinggal mereka untuk menjadi tempat persekutuan.36

2.3. Pandangan Para Ahli

1. Watchman Nee

34
Gene A. Getz, Elders and Leaders: God’s Plan for Leading the Church, (Chicagi: Moody Publishers, 2003),139-
141
35
Miller, Elders Lead, 10
36
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa jabatan dalam Gereja Batak, 342
15

Menurut Watchman Nee dalam bukunya yang berjudul Kehidupan Gereja yang Normal

berpendapat bahwa sebutan kata penatua pada mulanya berasal dari dunia Perjanjian Lama.

Dimana orang-orang Israel disetiap kotanya memiliki penatua. Tidak hanya dalam Perjanjian

Lama, Perjanjian baru juga menyebutkan mengenai penatua yaitu dalam keempat Injil. Kisah

Para Rasul juga memuat mengenai penatua. Terkait dengan hal kapankan mulainya penatua

diberlakukan dalam sebuah gereja yaitu dengan melihat Alkitab yang mencatat bahwa para

penatua di gereja muncul di Yerusalem namun tidak diketahui bagaimana mereka dilantik.

Alkitab juga mencatat bahwa bahwa Allah tidak berbicara mengenai gereja di Yerusalem yang

diatur, karena Allah tidak bermaksud menjadikan gereja di Yerusalem menjadi contoh kemudian

bagi gereja-gereja lokal. Demikianlah murid-murid Yesus kemudian disebut Kristen ketika di

Antiokhia gereja berdiri sehingga dari Antiokhialah kektistenan bermula. Walaupun di

Yerusalem terdapat penatua namun tetap Alkitab tidak membicarakan mengenai pelantikannya

namun mencatat eksistensinya yang dicatat dalam Kis 11:30 yaitu bagaimana Barnabas dan

Paulus mengantarkan sejumlah uang untuk bantuan gereja dan membantu para penatua yang

melayani disana. Inilah yang menjadi catatan pertama mengenai penatua dalam Alkitab.37

Setelah para rasul memberitakan Injil bagi gereja setempat demikianlah gereja berdiri.

Kemudian setelah berdirinya gereja maka diperlukan para penilik bagi gereja yang berguna

untuk kepengurusan, pembinaan dan penggembalaan. Maka jika muncul pertanyaan tentang

siapa yang akan bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan gereja jawabannya adalah para

penatua yang dilantik menjadi penilik jemaat. Alkitab mencatat ini. Urusan mengenai gereja

berada di tangan para penatua bukan para rasul sebab Allah tidka pernah memanggil dan

mengutus seorang rasul yang bertugas mengurus gerjea dan membina mereka. Pada akhirnya,

Allah berkehendak adalah tanpa “gembala” bukan tanpa orang yang akan bertugas mengurus,
37
Watchman Nee, Kehidupan Gereja yang Normal, (Yayasan Pendidikan Injil, 2020), 56
16

bertanggung jawab dan membina gereja yaitu para penatua yang kemudian di bantu oleh para.

Dalam melakukan pelayanannya rasul tidak hanya hidup dalam satu gereja melainkan harus

berpindah-pindah sedangkan penatua akan menetap.38

Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik berarti pengawas.

Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam melakukan pekerjaannya

melainkan mengawasi para pekerja-pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Alkitab memuat

bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang penatua adalah sebagai pengawas dan

diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang menganggur melainkan semuanya harus

bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka yang disebut sebagai penatua adalah

sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas mutlaknya adalah sebagai komandan.

Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya

dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis, pesimis untuk melakukan pekerjaannya

maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan dan mengingatkan mereka serta

menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua bukanlah pengganti pekerja yang

lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi mereka. Pada akhirnya, penatua

bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak dikerjakan oleh para saudara pekerja

melainkan sebagai penilik.39

Alkitab mencatat bahwa para penatua memiliki dua aspek khusus dalam kewajiabnnya

sebagai penilik. Pertama yang bersifat urusan, kedua bersifat rohani:

1. Bersfitaf urusan. Tugas untuk mengurus, menggembalakan dan mengajar adalah tugas

utama para penatua. Mereka memiliki tugas utama untuk mengurus gereja Allah di dunia

ini (bnd 1 Tim 3:5), bertanggung jawab atas semua rencana dan sega urusan dalam suatu
38
Nee, Kehidupan, 58
39
Nee, Kehidupan, 58
17

gereja lokal. Berdasarkan hal ini, gereja bukanllah terdiri dari sekelompok orang yang

dikomando melainkan sekelompok orang yang saling melakukan pekerjaannya sebagai

pekerja Allah dengan “timbal-balik” sebab gereja adalah satu terhadap yang lain (Rom

12:3) dan tidak ada yang menjadi kepala karena satu-satunya Kepada gereja adalah

Kristus demikianlah tanggung jawab penatua sebagai penilik bukan untuk memerintah

melainkan menjadi teladan (bnd 1 Pet 5:3). Mengenai memerintah dan menjadi teladan

sangat berbeda sekali. Jika memerintah berarti terdapat perintah yang dikeluarkan dan si

pemberi perintah tidak melakukan pekerjaan sama sekali sedangkan menjadi teladan

berarti harus melakukan hal baik sebagai teladan dengan kemudian mengajak orang lain

untuk bersama-sama bekerja. Maka tugas para penatua adalah menjadi teladan dengan

berkerja melakukan yang terbaik dan melalui itu kemudian para penatua menjadi teladan.

Demikianlah kepengurusan gereja yang benar yang dimuat dalam Alkitab.40

2. Bersifat rohani. Para penatua haruslah berkarunia dan dengan karunia itu kemudian dia

dapat melakukan tugasnya dalam aspek rohani. Dalam 1 Timotius 5:17 “penatua-penatua

yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama merkea yang dengan jerih

payah berkhotbah dan mengajar”. Jika pada umumnya tugas mereka adalah mengurus

gereja maka mereka juga harus berkarunia sebab mereka adalah sama seperti seorang

nabi maupun pengajar yang dapat mengajar orang banyak melalui khotbahnya. Melalui

pengajarannya maka para penatua diharapkan dapat melakukan penggembalaan karena

ini adalah tugas khusus para penatua karena Allah telah memilih orang-orang tertentu

yang dianggap mampu untuk melakukan tugas penggembalaan. Mereka kemudian juga

menjadi seorang gembala harus melakukan tugas penggembalaan.41

40
Nee, Kehidupan, 60
41
Nee, Kehidupan, 64
18

Pada akhirnya, dapat dilihat bahwa Alkitab pada mulanya mengadakan tugas penatua

atau penilik adalah sebagai pekerja yang mengawasu satu gerjea lokal. Dalam hal ini tidak

pernah ada penilik yang terdiri dari satu orang melainkan terdiri dari beberapa orang. Allah tidak

menginginkan seseorang untuk mengurus gerejanya hanya berdiri pada satu posisi istimewa lalu

membiarkan orang lain utnuk bekerja sendirian dan memaksakan mereka untuk tunduk

kepadanya. Melainkan, Allah menyukai jika dalam sebuah gereja terdapat beberapa ornag untuk

mengurus gerejanya. Cara ini dilakukan oleh Allah pada mulanya adalah untuk melindungi

gereja-Nya agar tidak menjadikan gereja itu milik pribadinya dan mengenakan warna tertentu

sesuai selera pribadinya terhadap gereja. Demikianlah harus tersedia beberapa orang dalam hal

para penatua unutk dapat bersama-sama bertanggung jawab mengurus satu gereja agar tidak ada

yang dapat melakukan tugasnya dengan semena-mena melainkan bekerja bersama dan melihat

Allah sebagai kepalanya dalam melakukan pekerjaan-pekerjaannya dalam mengurus gereja.42

2. Alexander Strauch

Dalam bukunya Manakah yang Alkitabiah: Kepenatuaan atau Kependetaan?, Alexander

Strauch berpendapat bahwa penatua sangat diperlukan perannya bagi gereja mula-mula dan hal

ini ditekankan oleh ayat-ayat Alkitab karena kepenatuaan sudah seharusnya menjadi prioritas

utama yang perlu dibicakan dalam hal pastoral dalam jemaat. Dikarenakan banyak sekali muncul

tradisi-tradisi yang sesat para penatua kemudian menjadi benar-benar disalahgunakan dalam

gereja. Sudah banyak cara dilakukan untuk mencengah hal ini semakin marak termasuk dengna

memunculkan banyak buku yang berusaha membahas mengenai pembaruan dan reformasi

gereja. Walau demikian hal ini masih tetap diabaikan. Terdapat persyaratan bagi kepenatuaan,

yaitu dimana harus terdapat sifat tegas sehingga dapat berkualifikasi secara rohani maupun

42
Nee, Kehidupan, 61-63
19

moral. Dalam Perjanjian Baru, dua kali disebutkan bahwa seorang penilik jemaat harus

bersungguh-sungguh dapat memenuhi syarat yaitu tak bercacat, suami dari satu istri, dapat

menahan diri, memiliki anak-anak yang beriman, bijaksana, tidak angkuh, sopan, bukan

pemberang, bukan peminum, bukan pemarah tidak serakah, suka memberi tumpangan, cakap

mengajar orang, sopan, bukan pemimpin, suka akan yang baik, adil, saleh, pendamai, peramah,

bukan hamba uang, mejadi kepada keluarga yang baik dan bukan pemarah, bukan orang yang

baru bertobat, mempunyai nama baik diluar jemaat, dapat menguasai diri dan berpegang kepada

perkataan yang benar supaya dapat menasihati dan meyakinkan(bnd. 1 Tim 3:7; Tit 1:5-9). Itulah

kualifiikasi yang sebenarnya yang dinginkan oleh Allah dan tersurat dalam Alktab. Demikian

banyak sekali terjadi banyak kelemahan yang dikarenakan lalainya para anggota jemaat

memimpin para anggotanya dalam melihat kualifikasi pemimpin yang baik dan benar

berdasarkan Alkitab.43

Beberapa nilai dan sifat yang harus dimiliki oleh penatua adalah sebagai berikut:

1) Menjalin persaudaraan. Alkitab memuat bahwa Allah menetapkan adanya para penatua

untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu melakukan

penggembalaan dalam gerjea. Dengan adanya para penatua maka diharapkan dapat

melakukan tugas penggembalaan yang berfungsi kemudian untuk menyelaraskan dan

mendorong sesama warga gereja untuk meningkatkan tali persaudaraan, keimanan dan

menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun dikarenakan situasi budaya setiap warga

sangat beraneka ragam maka ini mungkin akan fleksibel dalam

penyesuaiannya.44Perjanjian Baru memandang bahwa sifat kepenatuaan haruslah bersifat

kekeluargaan bagi jemaat. Ini diharapkan untuk meningkatkan tali persaudaraan Kristen
43
Alexander Strauch, Manakah yang Alkitabiah: Kepenatuaan atau Kependetaan?, (Yogyakarta, 2021), 102
44
Strauch, Manakah, 2
20

dan ini adalah rencana Allah. Ini menjadi sangat utama karena dalam gereja, aspek

kekeluargaan adalah penting karena akan memuat mengenai jalinan antar manusia hingga

hubungan intim sekalipun. Dengan hubungan ini kemudian sikap mengasihi akan

terdapat, hubungan indah yang baru yang terjalin antar manusia dengan Allah menjadi

sangat dekat. Namun demikian kembali lagi bahwa hal yang paling penting dalam

kepenatuaan adlah mengenai persaudaaran sesama warga gereja yaitu agar terjadi

persaudaraan yang kemudian menjadi pedoman bimbingan dalam tingkah laku diantara

orang-orang Kristen (bnd Rom 14:15, 21; 1 Kor 6:8; 8:11-13). Dengan adanya para

penatua dalam pemerintahan gereja maka diharapkan menjalin persaudaraan satu sama

lain dalam kasih.45

2) Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga menjadi

sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat bahwa

perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang mengajar

murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan kerendahan hati.

Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati karena karakter

demikianlah yang dinyatakan Allah kepada hamba-Nya.46

3) Karakter moral yang baik.. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat

diharapkan memiliki karakter moral yang bik dan tidak bercacat dalam semua segi

kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas

dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya. Para

penatua harus benar-benar dapat memiliki karakter moral yang baik.47

45
Strauch, Manakah, 11
46
Strauch, Manakah, 12
47
Strauch, Manakah, 102
21

4) Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena merupakan

kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga yang disegani dan

dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan adalah bersikap baik dan

ramah. Mengenai hal berumah tangga menjadi ditekankan dalam hal ini adalah sikap

konsekuen dan aktifnya dalam berjemaat. Maka dengan demikian, jika seseorang ingin

mengetahui seperti apa apakah penatua maka harus diamati juga cara dia mengurus anak-

anaknya dan bagaimana hubungannya dengan istrinya. Akhirnya, penatua dalam rumah

tangganya harus menjadi teladan kepada orang lain.48

5) Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas menyatakan

bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat mengajarkannya kepada

orang lain. Mereka harus sungguh-sungguh berpegang pada firman Tuhan dan siap

mengajarkan kebenaran firman kepada orang lain.49

3. F.H. Sianipar

Dalam tulisannya dia berpendapat bahwa penatua merupakan seorang yang memiliki

pengetahuan, memiliki pengalaman dan juga berhikmat kepada semua anggota gereja. 50

Sehingga sianipar menggambarkan penatua sebagai seorang gembala. Menurutnya Gambaran

Alkitab mengenai gembala adalah seorang yang mampu merawat kawanan dombanya,

berdiri berjam-jam untuk memastikan keamanannya, membawanya ke padang rumput yang

sengar dan air jernih, membawa yang lemah, mencari yang hilang, menghangatkan yang

terluka, merawat yang sakit.51. Rasul Petrus mengingatkan para penatua untuk tidak pernah

“memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi

48
Strauch, Manakah, 108
49
Strauch, Manakah, 110
50
F. H. Sianipar, Tohonan Sintua, (Pematang Siantar: Yayasan STT HKBP Pematang Siantar, 1996), 48
51
Sianipar, Tohonan Sintua, 33
22

teladan bagi kawanan domba itu” (1 Pet 5:3). Domba harus digiring. Seorang gembala yang

baik mengetahui hal ini; mereka tidak akan ‘menguasai’ kawanan ‘dengan kekuatan dan

kekerasan’ (Yeh 34:4). Sebaliknya, kata Tuhan “Aku sendiri akan menggembalakan domba-

domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring…” (Yeh 34:15). Gembala

memimpin dengan teladan hidup mereka 52. Sehingga Sianipar memandang jabatan penatua

merupakan jabatan yang dibutuhkan oleh gereja sebagai “Penggembala”

4. Alexander Straught

Dalam tulisannya Alexander Straugh mengatakan bahwa penatua harus dapat menjadi

penasihat yang cakap bagi jemaat untuk dapat menjalankan tanggung jawab serta

membimbing jemaat ke jalan yang seharusnya mereka tempuh. Kadang, mereka perlu

memberi penilaian dalam beberapa situasi tertentu, tetapi mereka melakukannya dengan

memikirkan kepentingan terbaik dari orang-orang yang mereka layani dengan

mempertimbangkan dampak penilaian mereka terhadap kawanan.53. Straught juga dalam

tulisannya menggunakan penggambaran domba yang perlu diarahkan sebagai tanggungjawab

dari penatua. Dia mengatakan bahwa Alkitab mengungkapkannya berulang untuk

menggambarkan kasih saying Tuhan kepada umat-Nya. Alkitab juga menggunakan

perumpamaan gembala untuk menggambarkan pekerjaan orang-orang yang memimpin umat

Allah. Jadi ketika Paulus dan Petrus secara langsung menasihati para penatua untuk

melakukan tugas mereka, mereka berdua mengunakan gambaran penggembalaan. Paulus

menggambarkan bahwa Penatua sebagai gembala adalah yang ditempatkan Allah di tengah-

tengah kawanan domba.54

52
Sianipar, Tohonan Sintua, 48
53
Alexander Straught, Biblical Eldership: an Urgent Call to Restore Biblical Church Leadership, Peny., Stephen &
Amanda Sorenson, (Littleton: Lewis & Roth Publishers, 1995), 25
54
Straught, Biblical Eldership, 16
23

Penatua harus memberi makan kawanan. Salah satu tuduhan terhadap para gembala yang

jahat atas Israel adalah “…oleh sebab gambala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-

domba-Ku, melainkan mereka menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-domba-Ku

tidak digembalakannya” (Yeh 34:8). Oleh karena itu, Allah berfirman “… celakalah

gembala-gembala Israel yang menggembalakan dirinya sendiri!..” (Yeh 34:2). Gembala

harus terampil untuk mengajar Firman yang cakap (1 Tim 3:2; 5:17; Ibr 13:7). Orang-orang

ini harus berpegang teguh pada perkataan yang benar yang sesuai dengan ajaran sehingga ia

dapat menasihati ajaran yang sehat dna menyangkal mereka yang bertentangan (Tit 1:9).

Orang yang tidak ‘cenderung mengajar’ tidak layak melayani sebagai gembala kawanan. Apa

gunanya seorang gembala yang tidak bisa memberi makan domba? Sebagai pemelihara

domba, penatua harus melindungi, memberi makan, memimpin dan merawat banyak

kebutuhan praktis kawanan.55

Tuhan telah memberikan kepada penatua tugas “… untuk memperlengkapi orang-orang

kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:11-12). Sehingga

sangat jelas bahwa pekerjaan mereka adalah mengembangkan para jemaat dalam hal iman

dan mendewasakan pemahaman mereka tentang hubungan mereka dengan Kristus (Ef 4:13).

Jadi, penatua yang baik adalah memperlengkapi dan memungkinkan para murid yang mereka

cari untuk memotivasi tindakan pelayanan. Mereka bukanlah menejer mikro, melainkan

mempercayakan berbagai tugas pelayanan kepada laki-laki dan perempuan yang bertanggung

jawab di gereja. Mereka memperlengkapi dan mengaktifkan, lalu menyingkir dan

membiarkan anggota mengambil tanggung jawab.56

5. JL C.H. Abineno
55
Straught, Biblical Eldership, 17
56
Straught, Biblical Eldership, 29-30
24

Abineno dalam tulisannya berpendapat bahwa Penatua merupakan salah satu jabatan

pelayan yang berada ditengah-tengah gereja yang terpanggil dari kalangan jemaat atau biasa

disebut juga dengan istilah penatua. Penatua inilah yang bersama-sama dengan pendeta dan para

pelayan gereja lainnya bersama-sama memikirkan dan melakukan pelayanan bagi jemaat

setempat. Namun hal yang perlu diingat bahwa ketika penatua diangkat dari tengah-tengah

jemaat, bahwa pada dasarnya jabatan seorang penatua bukanlah seperti jabatan pada umumnya

yang bisa kita lihat ditempat lain. Mereka inilah yang nantinya sesuai dengan panggilannya akan

melayani jemaat dengan pelayanan yang sungguh. Karena jabatan gerejawi berasal dari Allah:

Allah lah yang – oleh RohNya yang Kudus memperlengkapi manusia untuk pelayanan-

pelayanan tertentu dalam jemaat.57

Anggota jemaat yang sudah dipilih dan diangkat menjadi pelayan gerejawi, ketika dengan

serius menghidupi panggilannya, dan meyakini bahwa mereka dipilih oleh Allah, maka tidak ada

alasan untuk meninggikan diri atau merasa memiliki kekuasaan yang besar ditengah-tengah

gereja. Para penatua tadi harus mau melakukan suatu terobosan dengan membina jemaat atau

membangun jemaat secara rohani dan dengan bersungguh-sungguh melayani jemaat (bnd Efesus

4: 11-12). Dalam bahasa yunani sendiri ada 2 kata yang merujuk kepada kata “Penatua”, yang

pertama presbyteros dimana kemudia kata ini berkembang menjadi imam. Kata kedua ialah

episkopos, kata ini kemudian berkembang menjadi “uskup”, dimana kata episkopos memiliki arti

menilik dan lebih cocok kepada penatua.58 Penilik sendiri bisa diartikan sebagai mangawasi,

penatua memiliki tugas mengawasi ditengah-tengah jemaat. Tentu ketika kita memiliki tugas

untuk mengawasi hal tersebut tidak bisa dilakukan hanya sekali dua kali, harus dilakukan secara

intensif, dalam arti dilakukan secara serius.

57
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 6
58
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,15
25

Sebagai seorang yang terpanggil, penatua harus datang ketengah-tengah jemaat sebagai

pribadi yang melayani yang mengarahkan jemaatnya kepada hidup yang lebih baik dan

membangun jemaat yang dilayani secara rohani sesuai dengan Tri Tugas Panggilan Gereja

(Marturia, Diakonia, Koinonia). Tentu dalam pelayanannya penatua tidak bisa berdiri sendiri,

penatua juga harus membangun relasi dengan para pelayan gereja lainnya, sehingga ada suatu

kerjasama yang dilakukan, dan pelayanan yang dibangaun bisa lebih efektif. Karena penatua

bukanlah satu-satunya pejabat dalam jemaat. Penatua juga melayani bersama-sama dengan

pejabat-pejabat yang lain.59 Tugas mereka ialah memberikan pengajaran-pengajaran yang

berlandaskan Alkitab yang harus secara benar disampaikan kepada jemaat sesuai dengan

kehendak Allah. Pelayan-pelayan Gereja harus menyelenggarakan pelayanan Firman dengan

setia, dan ajaran keselamatan tidak boleh mereka palsukan, tetapi harus mereka ajarkan kepada

umat Allah secara murni dan utuh.60 Maka dari sini kita melihat bahwasanya para penatua harus

dengan serius melakukan pengajaran yang dapat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman

yang sejati.

2.4. Penatua dalam Dokumen Gereja HKBP

2.4.1. Berdasarkan Sejarah HKBP

Dalam ruang lingkup desa Batak yang tradisional, Nommensen dalam usaha untuk

pengabaran Injil memerlukan bantuan dari penduduk setempat guna mendalami adat Batak,

situasi dan kondisi tiap-tiap desa dan juga menjaga desa tersebut. Sehingga dalam sejarah gereja

Batak Nommensen kemudian menunjuk empat orang sebagai penatua yang merupakan penatua

yang “pertama” dalam gereja Batak dengan tujuan untuk membantu dalam penggembalaan,

perawatan orang sakit dan terutama dalam pengabaran Injil. Lothar Schreiner mengatakan dalam
59
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
60
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
26

bukunya bahwa pengabdian para penatua jemaat di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas

masih memeluk agama suku dilihat sebagai faktor dasar untuk gereja suku. Dia mengatakan

bahwa pengangkatan penatua-penatua itu berkaitan dengan tata desa. Yang mana dalam

masyarakat Batak sendiri yang masih sangat tradisional. Sehingga peranan para penatua penting

dalam membantu pekabaran Injil secara perlahan dalam masyarakat Batak. Menurut keterangan

dari tulisan Schreiner, dia mengatakan bahwa para penatua yang menerima tugas tersebut

menjalankan tugasnya secara sukarela, tanpa adanya imbalan yang bersifat materil. Dan ternyata

terdapat hasil yang menunjukkan bahwa kehidupan di Silindung tempat Nommensen

mengabarkan Injil semakin teratur. Sehingga dengan keteraturan tersebut, Schreiner mengatakan

bahwa para pendeta utusan pada masa itu kemudian menunjuk dan mengangkat dua orang

penatua dalam setiap desa. Para penatua tersebut ditugaskan untuk mencurahkan perhatian dan

tenaga kepada keadaan dan juga kemajuan agama Kristen dalam setiap desa. Para pentua yang

telah diangkat juga diwajibkan untuk mengadakan kunjungan yang teratur kepada kampung-

kampung tetangga yang masih erat dengan agama suku. Setiap penatua diutus berpasang-

pasangan ke setiap desa. Schreiner menegaskan bahwa ketika diutus maka mereka (para penatua)

akan melakukan tugas mereka dengan sukarela. Peranan dari para penatua tersebut menurut

keterangan yang dituliskan oleh Schreiner menunjukkan adanya perkembangan dengan

didirikannya jemaat-jemaat dari tiap-tiap desa. Dengan semakin meningkatnya dan

bertambahnya jumlah yang telah masuk dalam jemaat, maka jumlah penatua juga ditingkatkan.

Menurut Schreiner bahwa jabatan penatua dapat dikatakan sebagai jabatan yang diidamkan pada

masa itu karena diakui oleh kolonial.61

61
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 49-50
27

Secara ringkas Schreiner mengatakan bahwa jabatan penatua merupakan faktor

kepengaturan dan kepemimpinan yang menurutnya berdikari dalam jemaat yang ada di desa.

Kepada orang-orang yang menurut Pendeta utusan dapat melakukan tugas tersebut akan

diberikan kesempatan dan tugas dalam mengambil prakarsa dan juga untuk memimpin dalam

desa tersebut. Schreiner mengatakan bahwa jabatan sebagai penatua dalam gereja Batak pada

masa Nommensen merupakan faktor kemasyarakatan yang baru, Para penatua yang diutus

memiliki amanat yang diberikan dan juga merupakan suatu yang baru bagi masyarakat Batak

pada masa itu.62 Dengan kata lain Schreiner berpendapat bahwa kehadiran penatua dalam desa-

desa Batak yang menganut agama suku memiliki dampak dan pembaharuan serta perkembangan

yang belum pernah dialami oleh masyarakat Batak sebelum hadirnya Nommensen. Dengan kata

lain bahwa para penatua memberikan pembangunan jemaat yang berdampak pistif, memberikan

pengaruh yang positif dan juga memberikan perhatian yang baik bagi jemaat-jemaat. Para

penatua yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin suatu desa, mengawasi dan merawat

serta menyebarkan Injil ternyata menunjukkan hasil yang positif. Para jemaat pada masa itu

menerima edukasi dan pengajaran yang baik dalam bidang keagamaan, kesehatan, managemen

dan lain sebagainya. Sehingga kehadiran penatua memberikan dampak yang besar. Yang paling

menarik bahwa Schreiner sangat menekankan bahwa peranan atau pun jabatan penatua

merupakan jabatan yang dilaksanakan dengan sukarela. Terbukti dengan hasil menurut

perspektif sejara yang menunjukkan kemajuan. Dapat dikatakan bahwa para penatua pada masa

itu menjalankan tugasnya dengan baik dan juga yang terutama dengan sukarela. Tugas dan

tanggungjawab yang mereka terima justru membuat jemaat semakin berkembang. Dapat

dikatakan bahwa peranan penatua pada masa Nommensen masih tergolong berat karena

62
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 50
28

berhadapan secara langsung dengan agama-agama suku namun ternyata memberikan dampak

dan perkembangan bagi masyarakat Batak.

Andar Lumbantobing dalam tulisannya juga mengatakan bahwa Nommensen yang telah

tiba di Barus yang merupakan perjalanan pertamanya di Indonesia, yang pertama dilakukan

adalah mencari orang yang bersedia membantu Nommensen dalam melakukan tugas-tugasnya.

Dia mencari orang-orang tersebut untuk mengajari dia dalam hal bahasa, aturan dan hukum adat

istiadat dan juga soal-soal kebiasaan atau pun tradisi yang ada di tempat barunya tersebut.

Orang-orang yang dipercayanya itu lah yang kemudian menjadi penatua dengan tujuan

membantunya untuk mengerjakan pekabaran Injil di tanah Batak. 63 Dalam tulisannya Andar

Lumbantobing mengutip pandangan dari Warneck mengenai peranan penatua selama

Nommensen berada di tanah Batak:

“Tenaga-tenaga penatua yang oleh Nommensen dengan tekun dibimbing dalam

pekerjaan di jemaat-jemaat baru itu, telah memperlihatkan keberhasilan.”64

Nommensen yang telah selesai menyusun pedoman-pedoman untuk jemaat-jemaat yang

baru didirikannya menugaskan para penatua untuk mengamati tingkah laku setiap anggota

jemaat dengan tujuan agar mereka benar-benar melaksanakan kehidupan Kristen sesuai dengan

ketentuan yang diaturkan. Penatua juga ditugaskan untuk membimbing orang-orang yang ingin

menjadi Kristen pada masa itu supaya mereka benar-benar memahami bahwa mereka harus

tunduk dan taat kepada peraturan gereja. Penatua juga diwajibkan membimbing setiap orang

yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus mengetahui bahwa kehidupan

63
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2022) 145
64
Pandangan Warneck yang dikutip oleh Andar Lumbantobing dalam Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan
Jabatan dalam Gereja Batak, 145
29

mereka harus taat kepada hukum dan peraturan gereja. Tugas lain sebagai penatua yang

dituliskan dalam buku Andar Lumbantobing pada masa Nommensen yaitu:

1. Penatua harus mengawasi setiap kebaktian-kebaktian yang dilakukan di rumah (rumah

tangga) sesuai dengan yang ditetapkan dan berjalan dengan baik.

2. Penatua harus mengusahakan supaya jemaat yang sakit, tidak pergi kepada datu untuk

meminta perawatan dan kesembuhan dan juga obat-obatan.

3. Penatua harus mengamati para wanita agar tidak menjunjung keranjang atau beban di atas

kepala, melakukan pekerjaan pada hari Minggu seperti bekerja di sawah dan lading.

4. Penatua juga diberikan tugas untuk memberik pertolongan dan juga penghiburan kepada

orang-orang yang tidak berhasil atau mengganggap dirinya sendiri sebagai orang Kristen

yang gagal.65

Menurut keterangan yang juga dituliskan oleh Andar Lumbantobing dikatakan bahwa

para penatua akan berada di depan ketika ibadah untuk melihat jemaat-jemaat yang hadir dan

yang tidak hadir dalam ibadah. Ketika terganggu gangguan dalam ibadah, para penatua juga

dapat melihatnya dengan jelas. Termasuk menjaga anak-anak yang menangis ketika ibadah

berlangsung, dan tanpa mengganggu orang lain akan dibawa keluar dari rumah ibadah. Dalam

gereja-gereja tertentu para penatua justru duduk diantara jemaat secara berpencar, dengan tujuan

untuk mengamati para jemaat agar peribadahan berjalan dengan baik.66

Dari perspektif sejarah tersebut dapat dilihat bagaimana peranan dari para penatua yang

begitu berat pada masa itu. Tanggungjawab yang mereka emban demi mendukung pertumbuhan

jemaat di desanya masing-masing sangat berat. Para penatua yang langsung dipercayai dapat

65
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
66
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
30

menjadi perantara dari para missionaris pada masa itu diharapkan dapat memunculkan perubahan

dalam cara hidup, dan juga dalam pemahaman mereka terhadap kekristenan. Dapat dikatakan

bahwa peranan penatua pada masa itu memberikan hasil yang baik. Para jemaat tidak lagi

bergantung kepada datu dalam hal pengobatan namun para penatua yang sudah paham dan

cerdas dalam hal tersebut dapat membantu dan menolong para jemaat. Pertumbuhan jemaat yang

terjadi didukung dengan adanya edukasi yang diberikan kepada penatua dan kemudian didukung

dengan baik dalam implikasinya oleh penatua itu sendiri. Tentu masalah yang dihadapi para

penatua merupakan masalah yang berat karena langsung berhadapan dengan agama suku dan

pola pemikiran yang sangat tradisional. Namun dengan tanggungjawab yang diamplikasikan

dengan baik, dengan pernyataan dan penjelasan sejarah tersebut dapat dikatakan bahwa para

penatua menjadi salah satu faktor bertumbuh dan berkembangnya ajaran Kekristenan pada masa

itu sehingga dapat menjadikan gereja Batak seperti sekarang.

2.4.2. Penatua menurut Konfessi HKBP

Dalam konfessi HKBP tidak dicantumkan pasal khusus mengenai penatua namun pada

pasal 9 konfessi HKBP 1951 mengenai pelayan pelayan gereja dan pasal 9 konfessi HKBP 1996

mengenai majelis jemaat diterangkan bagaimana para pelayan dalam gereja seharusnya berperan.

Dalam konfessi 1951 pasal 9 dikatakan bahwa berdasarkan 1 Korintus 12:28 setiap orang

dipanggil oleh Allah untuk melayani sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Kristus. Dijelaskan

mengenai jabatan-jabatan pelayanan terdapat 5 poin yaitu:

1. Untuk memberitakan Injil kepada anggota-anggota gereja dan di luar Gereja

2. Untuk melayani sakramen baik sakramen Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan

Kudus.

3. Untuk menggembalakan anggota-anggota jemaat.


31

4. Untuk menjaga kemurnian ajaran, melakukan tuntunan jiwa, melawan ajaran-ajaran yang

sesat.

5. Untuk melakukan pekerjaan diakonia.67

Memang dalam konfessi HKBP terkhusus konfessi HKBP 1951 tidak menjelaskan secara

rinci mengenai penatua, namun dalam pasal 9 ini dapat dipahami bagaimana peranan dan tugas

dari para penyandang jabatan pelayanan tidak terkecuali kepada penatua. Dengan kata lain

penatua juga memiliki peranan dalam menggembalakan, melakukan pekerjaan diakonia, menjaga

kemurnian ajaran, melakukan tuntunan, melawan ajaran-ajaran yang sesat. Sehingga dalam

peranan tersebut tentu penatua juga mengambil peranan yang penting.

Dalam konfessi 1996 pada pasal 9 mengenai majelis jemaat dituliskan terdapat 9 poin

yang menerangkan mengenai jabatan dalam gereja yaitu:

1. Mengkhotbahkan kabar baik di tengah gereja, di dunia ini dan kepada segala makhluk.

2. Memelihara dan melayankan dua sakramen yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus.

3. Menggembalakan warga gereja.

4. Mengawasi seluruh kegiatan gereja.

5. Mengajarkan dan memelihara ajaran yang murni.

6. Menjalankan hukum siasat gereja dan penggembalaan dan menentang ajaran sesat.

7. Menjalankan pelayanan kasih.

8. Membebaskan orang dari berbagai kemiskinan dan kebodohan.

9. Ikut serta melaksanakan pembangunan yang berdasarkan kebenaran dan keadilan.68

67
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 63-64
68
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
32

Dapat dilihat dalam konfessi 1996 dituliskan lebih rinci mengenai jabatan dalam HKBP

itu sendiri melalui poin-poin yang terdapat dalam pasal 9 ini. Dalam konfessi ini juga dinyatakan

para pejabat dalam gereja yang berperan penting dalam gereja mula-mula yaitu rasul, nabi,

pemberita Injil, gembala, pengajar, diaken, diakones, penetua, episkopos untuk melayani tubuh

Kristus.69 Penulis juga berpendapat bahwa peranan penatua juga terlibat dalam poin-poin tersebut

dengan tujuan untuk pembangunan tubuh Kristus itu sendiri.

2.4.3. Syarat dan Tanggungjawab Penatua berdasarkan Dokumen HKBP

Untuk menjadi penatua di HKBP tentu tidak diangkat begitu saja, ada kriteria dan syarat

yang harus dipenuhi seorang jemaat ketika akan diangkat menjadi seorang penatua. Adapun

syarat dan ketentuan untuk menjadi seorang penatua, telah diatur dan tertuang dalam tata dasar

dan tata laksana HKBP 2002 setelah Amandemen ketiga bab VII pasal 27, tentang pelayan

tahbisan di HKBP, atau sering disebut dengan aturan peraturan HKBP, diantaranya70:

1. Warga jemaat yang mempersembahkan dirinya menjadi penatua di jemaat.

2. Rajin mengikuti kebaktian minggu dan perjamuan kudus.

3. Berperilaku tidak bercela.

4. Paling sedikit umurnya 25 tahun.

5. Sehat rohani dan jasmani.

6. Sekurang-kurangnya berpendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama.

7. Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh rapat pelayan tahbisan.

69
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
70
Huria Kristen Batak Protestan, Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 Setelah Amandemen Ketiga, (Kantor
Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2019), 169
33

Dalam struktur gereja HKBP kita mengenal pelayan jemaat yang sifatnya tidak penuh waktu,

namun dengan niat untuk melayani ditengah-tengah gereja, mereka bersedia diangkat dari

tengah-tengah jemaat itulah yang kita sebut dengan nama penatua. Mereka inilah para pelayan

tidak penuh waktu, dimana mereka dengan sukarela mempersembahkan dirinnya tanpa adanya

menerima belanja dari gereja yang bersangkutan (bnd, AP HKBP 2002 Amandemen ke 3,

halaman 61). Tentu jika dilihat dari hal tersebut, ini menjadi menarik karena mereka bersedia

mempersembahkan dirinya, meskipun memiliki pekerjaan utama, namun mereka bersedia

melayani ditengah-tengah gereja. Tidak seperi pelayan penuh waktu lainnya yang menerima

belanja dari jemaat, penatua adalah pelayan tidak penuh waktu yang bersedia melayani tanpa

menerima belanja dari jemaat. Lalu bagaimana dengan tugas pokok penatua HKBP? Tugas

pokok penatua HKBP sudah diatur secara terstruktur didalam agenda HKBP, dan inilah yang

menjadi dasar penatua untuk melakukan pelayanan ditengah-tengah gereja HKBP yang di

tempati. Adapun tugas pokok tersebut ialah71:

1. Mereka adalah pelayan jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat dan meneliti

perilakunya. Apabila mereka mengetahui seseorang tidak berperangai yang baik, dia

harus ditegor dan diberitahukan kepada guru jemaat dan kepada pendeta untuk dinasihati.

2. Mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-alasan orang-orang

yang tidak mengikutinya.

3. Mengajak para anak untuk rajin bersekolah.

4. Mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya, namun

yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan firman Allah dan mendoakannya.

5. Menghibur orang yang berdukacita, merawat orang yang susah dan orang yang miskin.

71
Huria Kristen Batak Protestan, Agenda, (Percetakan HKBP: Pematang Siantar, 2002), 44
34

6. Membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup

dalam Yesus Kristus.

7. Membantu pengumpulan dana dan tugas pelayanan Kerajaan Allah.

Dari tugas pokok yang diberikan kepada para penatua, kita bisa melihat ini merupakan

suatu tanggung jawab yang harus dijalani dalam pelayanan yang ada didalam gereja. Penatua

harus benar-benar mengawasi dan melihat bagaimana keadaan jemaat yang dilayani, meskipun

mereka bukanlah pelayan penuh waktu, namun mereka harus secara rutin memantau keadaan

jemaat, sehingga persoalan-persoalan yang ada ditengah-tengah jemaat bisa ditangani secara

serius. Mereka juga bersama-sama menghidupi Tri Tugas panggilan gereja yang dimana

biasanya ditingkat huria, para penatualah yang membidangi ketiga bagian panggilan gereja

tersebut. maka ketika proses pelayanan yang terjadi ditengah-tengah gereha, jemaat dan penatua

harus aktif melakukan interaksi, sehingga ketika ada sumbangsih pemikiran yang diberikan

jemaat untuk kemajuan pelayanan, bisa terealisasi dan disampaikan kepada Pendeta gereja.

Setelah Nommensen selesai menyusun sebuah buku peraturan dengan pedoman-

pedomannya untuk mengamati tingkah laku setiap anggota supaya para penatua untuk

mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka benar-benar melaksanakan tata kehidupan

Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Dalam hal ini dapat dikatakan, para penatua

bertugas sebagai kepala puak dikampungnya. Mereka bertugas untuk membimbing orang-orang

yang mau menjadi Kristen supaya mereka benar-benar sadar, bahwa dia harus tunduk kepada

peraturan gereja selama hidupnya dan bahwa hukum kekristenan itu jauh berbeda dari hukum-

hukum agama suku. Mereka juga harus menjelaskan bahwa sekalipun seorang sudah dibaptiskan

dalam nama Allah Tritunggal dan dia percaya bahwa Tuhan Yesus adalah juruselamatnya, dia

belum dengan sendirinya terbebas dari tuntutan hukum. Malah sebaliknya, dia harus lebih patuh
35

terhadap hukum, karena dengan demikianlah dia menyatakan kasihnya kepada Allah.

Sehubungan dengan soal hukum itu, banyak orang datang kepada Nommensen, untuk

menanyakan bagaimanakah sebenarnya mereka harus merayakan hari Minggu itu. Diantara tugas

para penatua terdapat kewajiban untuk mengamati, agar cara kehidupan para anggota senantiasa

sesuai dengan peraturan baru itu. Tugas-tugas lain yang dipercayakan kepada para penatua itu

adalah sebagai berikut:

a. Mereka harus mengawasi supaya kebaktian-kebaktian rumah tangga yang sudah

ditetapkan berlangsung dengan baik

b. Mereka juga harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit dan tidak

mencari pertolongan pada datu mendapat perawatan dan obat-obatan

c. Mereka harus mengamati supaya para wanita tidak menjunjung keranjang atau beban

diatas kepala, pergi ke ladang atau sawah pada hari-hari Minggu

Mereka juga bertugas untuk memberi pertolongan dan penghiburan kepada orang-orang

yang tidak berhasil atau menganggap dirinya gagal menjadi orang Kristen.72

72
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 114-
123

Anda mungkin juga menyukai