BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1. Jabatan
Jabatan menurut Mustadin Taggala adalah identitas yang dirancang untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dia mengatakan bahwa dalam jabatan terdapat tugas
dan juga tanggungjawab yang melekat sehingga tugas yang dilaksanakan ditentukan oleh minat
Pengertian lain dari jabatan yaitu kelompok posisi yang sama dalam tingkatan pekerjaan
dan juga jenis pekerjaan. Jumlah orang atau pun kelompok dalam suatu organisasi bergantung
pada ukuran organisasi yang bersangkutan. Sehingga banyaknya jabatan dipengaruhi oleh besar
kecilnya suatu organisasi.2 Sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa jabatan
merupakan posisi dalam suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas dan juga
tanggungjawab yang harus dikerjakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan suatu
Minat secara etimologi dapat diartikan sebagai usaha dan juga kemauan untuk
mempelajari sesuatu. Sedangkan minat secara terminologi dapat diartikan sebagai keinginan,
kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu. Yayat Suhayat dalam tulisannya mengutip beberapa
pandangan untuk mengkaji mengenai minat. Dia mengutip pandangan dari Hilgar yang
1
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, (Depok: Kurnia Global Publishing, 2015) 12
2
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, 14
2
menyatakan bahwa minat merupakan suatu proses yang konsisten untuk memfokuskan diri
kepada sesuatu yang ingin ditekuni dengan adanya perasaan senang saat melakukannya.
Sehingga menurut Hilgar, minat secara psikologis akan membangkitkan rasa senang dalam diri
seseorang.3 Yayat Suhayat juga mengutip pandangan dari Andi Marpare yang menyatakan
bahwa minat merupakan suatu “Perangkat” mental yang di dalamnya tercampur perasaan yang
mengarahkan dan juga mengindikasikan individu kepada suatu pikiran tertentu. 4 Sehingga dapat
diartikan bahwa minat merupakan keinginan yang besar yang berkaitan dengan perasaan.
H.C. Witherington mengatakan bahwa minat adalah kesadaran individu bahwa terdapat
sangkut pau antara dirinya terhadap objek lain yang ada di sekitarnya baik itu individu yang lain,
benda, atau pun suatu kegiatan dan situasi.5 Crow and Crow berpendapat bahwa minat
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan daya gerak yan mengakibatkan seorang individu
Sedangkan kata jemaat, dalam konteks perjanjian baru lebih sering digambarkan dengan
gereja. Apabila dikaji melalui teks-teks bahasa Yunani, jemaat selalu disebut sebagai ekklesian
atau pun ekklesia yang mana lebih merujuk kepada jemaat yang merupakan perkumpulan orang
percaya tergabung dalam gereja tersebut. Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kelima, Gereja diartikan sebagai Tempat ibadah umat Kristen, yang mana dalam
pengertian ini gereja dilihat sebagai gedung ibadah untuk umat Kristen. Menurut KBBI juga di
3
Hilgar, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, (Artikel Unisma Bekasi,
2009) 8
4
Andi Marpare, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 8
5
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Aksara Baru, 1982) 122
6
Crow and Crow, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 9
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
3
Secara etimologi gereja dalam Perjanjian Baru diterangkan dengan memakai kata
ekklhsia. Ekklhsia berasal dari kata ek-kaleo yang dapat diartikan sebagai pemanggilan
“kawanan” untuk bersatu, hal tersebut dilihat dari kata kaleo yang merupakan kata kerja yang
berarti memanggil. Sehingga dari kata Yunani nya yaitu ekklhsia dapat diartikan sebagai
penyatuan. Kemudian apabila dilihat dari bahasa Ibrani, kata gereja berasal dari kata qahal yang
diartikan sebagai perkumpulan dari banyak orang yang digambarkan sebagai kawanan domba
Theology Vol.1 dikatakan bahwa gereja pada masa munculnya translasi terhadap Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, gereja merupakan tempat dimana orang-orang berpolitik. Dalam
gereja lah masyarakat menyampaikan aspirasi mereka terhadap pemerintah dan juga kebijakan-
kebijakan pemerintah. Menurut kamus ini juga bahwa di dalam gereja setiap orang dapat
mengutarakan apapun yang menjadi keluhan dari jemaat tersebut. Sehingga dalam gereja sendiri
sering dilakukan proses pengambilan atau pengumpulan suara dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan. Hal tersebut terjadi ketika pengaruh besar dari Yunani dan budaya Helenis terjadi.9
Menurut The Oxford Encyclipedia Ancient Egypt dikatakan bahwa kata lain untuk
menggambarkan atau menyatakan gereja sering digunakan kata synagoge. Dimana dalam
persembahan, berdoa dalam ruang lingkup ceremony keagamaan. Sehingga dalam synagoge
terjadi proses ritus tertentu dengan konsep keagamaan yang dianut oleh masyarakat pada masa
sebelum munculnya translasi untuk kitab Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru.10
8
Jeff A.Banner, New Testament Greek to Hebrew Dictionary, (USA: ) 46
9
Colin Brown (ed.), Dictionary of New Testament Theology Vol.1, (Michigan: Grand Rapids, ) 291-292
10
Donald B.Redford (ed.) The Oxford Encyclopedia Ancient Egypt Vol.1 (New York: Oxford University Press,
2001) 262
4
Jean Yves Lacoste mengartikan gereja dengan melihat bagaimana pemanggilan terhadap
bangsa Israel dan juga bagaimana pemanggilan Yesus terhadap umat manusia. Dalam perspektif
PL dia mengartikan Gereja dengan melihat bangsa Israel yang terpanggil dan terpilih oleh Allah
sendiri sehingga mereka menjadi umat Allah. Sehingga dalam perspektif PL, bangsa yang
terpanggil dan berkumpul tersebutlah yang kemudian menurut Lacoste menjadi esensi dari
gereja. Kemudian dari perspektif PB dia meliaht bagaimana Yesus yang menjadi kunci utama
yaitu dalam pemanggilan para murid sampai kepada amanat agung yang bertujuan untuk
memanggil dan mengumpulkan orang-orang percaya. Sehingga menurut dia Gereja dapat
diartikan sebagai perkumpulan yang didasarkan dengan pemanggilan yang bertujuan untuk
peribadahan dan secara religius dikatakan bahwa perkumpulan tersebut bertujuan untuk
keutuhan gereja, dia memakai metafora yaitu tubuh Kristus. Dia menggambarkan gereja dengan
metafora tersebut untuk menyatakan bahwa gereja bukan hanya perkumpulan namun juga
perkumpulan dari orang-orang yang majemuk. Sehingga makna atau pengertian terhadap
kesatuan menjadi jelas, bahwa kesatuan yang dimaksud tidak hanya kesatuan yang satu suku atau
pun latarbelakang namun kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam Kristus. Sehingga
apabila dikaji menurut pandangan Paulus, latarbelakang tidak menjadi kendala dalam
pemanggilan dan persekutuan dalam gereja sebagai tubuh Kristus, namun menurut Paulus
disitulah keindahan dari tubuh Kristus sebagai gereja dimana semua disatukan dengan
11
Jean Yves Lacoste, Encyclopedia of Christian Theology, (New York: Routledge,2004) 299-300
12
Bittlinger dalam Gift and Graces, (London: Hodder and Stoughton, 1967) hal 54-55
5
Gereja akan selalu berproses dan akan selalu berkembang dan menata dirinya untuk
dunia, dengan penataan ini akan membuahkan tri-tugas panggilan gereja yaitu bersekutu
(koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia). Hal ini ada agar gereja dapat bertumbuh
secara kuantitas dan kualitas (kedewasaan dalam iman anggota jemaat) yang terus bersaksi dan
melayani dunia. Gereja lahir atas pilihan dan panggilan Yesus Kristus, sehingga dalam
persekutuannya juga tidak akan lepas dari peranan dari Roh Kudus yang mempersatukan dan
menguduskan.13
2.1.3. HKBP
Maka dengan mengaitkan kedua hal tersebut, minat jemaat secara khusus HKBP
diperhadapkan dengan penatua haruslah memiliki ketertarikan dan juga hubungan secara
psikologis. Secara garis sejarah Terbentuknya suatu gereja ditentukan dalam 3 hal yaitu: Ibadah
pertama gereja tersebut, Baptisan pertama, dan hasil dari Rapat atau pun Sinode. Apabila HKBP
dilahirkan berdasarkan Ibadah pertama maka hari jadi atau hari lahir HKBP adalah pada tahun
1824 dihitung ketika dua misionaris dari gereha Baptist, London, Inggris yaitu Richard Burton
dan Nathanael Ward yang berkhotbah pertama kali di tanah Batak yaitu di Tarutung. Apabila
hari jadi HKBP dilihat dari Baptisan Pertama maka hari jadi HKBP harusnya adalah 31 Maret
1861. Namun tanggal lahir HKBP yang sebenarnya berasal dari rapat atau sinode yang dilakukan
pada 7 Oktober 1861. Sebenarnya rapat atau sinode selalu dilakukan pada tanggal 7 Oktober
berarti ada kemungkinan bahwa sebelum 7 Oktober 1861 rapat atau sinode juga sudah pernah
dilakukan, maka bisa dikatakan bahwa ada alasan tertentu sehingga penetapan tanggal lahir
13
Lumbantobing, Darwin, Pdt. Dr & Pdt Colan Pakpahan, M.Th, Gerakan Persekutuan Eskatologis, Ekklesiologi,
Jabatan dan Struktur Gereja,…39-40
14
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018) 333-335
6
Penetapan tanggal lahir HKBP pada 7 Oktober 1861 ditetapkan dengan dasar pemikiran
yang sangat teologis. Rapat atau sinode tersebut sebenarnya bukanlah acara besar-besaran dan
istilah sinode godang bukan berarti jumlah peserta yang datang ke rapat tersebut sangat banyak.
Dan rapat sebelum 7 Oktober 1861 juga sebenarnya pernah dilakukan, maka bisa dikatakan
bukanlah pelaksanaan rapat yang penting disini namun keputusan yang diambil dari rapat
tersebut. Keputusan yang diambil dari sinode pada 7 Oktober 1861 merupakan tonggal penentu
sejarah kelahiran HKBP. Pada 7 Oktober 1861 lah ditetapkan mengenai pembagian wilayah
penginjilan dimana keputusan tersebut dipahami sebagai re-orientasi strategi pelayanan dan tugas
para misionaris sekaligus sebagai perluasan wilayah penginjilan. Keputusan tersebut disemangati
dan didasarkan pada firman Tuhan yang juga diterima oleh para rasul. Berdasarkan Kisah Para
Rasul 15:28 “ Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami”. Sehingga keputusan
dalam rapat dapat dikatakan sebagai hasil dari keputusan Roh Kudus bersama-sama dengan
keputusan para pekerja gereja. Atas keyakinan ini lah keputusan yang diambil dari rapat 7
Oktober 1861 dilihat sebagai keputusan yang benar. Atas keputusan ini juga penginjilan di tanah
Batak mulai mengalami perkembangan. Maka bisa dikatakan bahwa kelahiran HKBP 7 Oktober
1861 dilihat dari gerakan HKBP itu sendiri dalam PI dengan mulai membagi wilayah-wilayah
penginjilan.15
2.1.4. Penatua
Menurut kamus The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 kata
penatua berasal dari bahasa Yunani yaitu presbuteros atau presbuterion yang digunakan untuk
menyebut penatua terkhusus dalam teks-teks perjanjian baru. Istilah ini diartikan sebagai
orangtua, penatua dan juga orang yang lebih tua dibandingkan yang lain. Kata ini sendiri berasal
15
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, 333-335
7
dari kata presbutes yang berarti “orangtua”. Dalam status sosial presbuteros dianggap sebagai
orang-orang yang memiliki kebijaksanaan dan juga dianggap sebagai orang yang disegani.
Meskipun memang pada awalnya kata presbuteros hanya digunakan untuk menyatakan usia
seseorang yang lebih tua, pemaknaan akan kata tersebut kemudian bergesar menjadi suatu status
sosial dalam masyarakat, sehingga presbuteros diberikan kepada para penatua yang dianggap
sebagai orang yang bijak dan berwibawa.16 Orang-orang yang dianggap sebagai penatua dalam
strata sosial dianggap sebagai orang yang pantas untuk memiliki rasa hormat tertinggi dari
masyarakat. Sehingga setiap orang yang diberikan gelar presbuteros merupakan orang-orang
yang menginjak usia 50 tahun ke atas dan dianggap sebagai orang yang pantas untuk dihormati.17
Jabatan ataupun posisi sebagai seorang elders dianggap sebagai komunitas orang-orang
yang mengatur suatu daerah. Para elders dalam komunitasnya dianggap sebagai orang yang
memiliki hak dan juga dianggap sebagai pemimpin dari komunitas mereka tersebut. Sehingga
kepemimpinan dipegang oleh elder tersebut. Pengertian lain dari presbuteros yaitu presbuteros
Dalam bahasa Ibrani kata penatua diartikan sebagai zaqen, Menurut Theological
Dictionary of The Old Testament kata ini berasal dari kata benda zaqan yang berarti janggut
(beard). Dengan demikian kata ini sering digunakan merujuk kepada seorang pria yang memiliki
janggut, dengan kata lain usia yang sudah cukup tua. Dalam perjanjian lama kata zaqen selalu
merujuk kepada orangtua dan juga penatua sebagai orang yang bertanggungjawab dalam suatu
16
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 , (USA: Grand
Rapids,1971), 192
17
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
18
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
8
daerah. Sehingga jelas bahwa kata zaqen selalu diberikan dan dirujuk untuk menyatakan
penatua.19
sebagai pemimpin. Dalam konteks Alkitab elders atau pun penatua-penatua dianggap sebagai
seorang pemimpin. Sehingga kata ini digunakan dalam tulisan-tulisan perjanjian Baru dengan
merujuk kepada para pemerintah pada masa itu. Dengan kata lain kata penatua digunakan kepada
para pemimpin. Paulus beberapa kali menyebutkan peranan dan juga ketaatan kepada
pemerintah. Dalam Ibrani juga dijelaskan mengenai ketaatan kepada pemerintah (Ibrani 13:17).
Oleh sebab itulah secara terminologi kata penatua digunakan untuk menunjukkan kedudukan
Dalam dunia Israel kuno, istilah penatua disebut dengan zegenim=yang berjanggut, ini
mengacu pada orang tua dalam penjajaran untuk anak laki-laki. Istilah penatua yang disebutkan
pertama kali dalam teks Alkitab adalah “para penatua Israel” Istilah lain untuk sebutan penatua
ini adalah sekelompok orang yang bekerja sebagai penasihat administrasi di istana kerajaan yang
disebut “penatua istana raja” atau singkatnya “penatua” (bnd 2 Samuel 12:17; Kejadian 24:2;
50:7; 1 Raja 12:6-15; Mazmur 105:22).21 Selain itu terdapat juga istilah lain dari penatua yaitu
19
G. Johannes Botterweck & Helmer Ringgren, Dictionary Of The Old Testmaent Vol.4, (Germany: William B.
Eerdmans Publishing Co, 1980) 123
20
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical And Practical Guide For Church Members, (Michigan: Grand
Rapids, 2009) 17
21
Nili Sacher Fox, In The Service of the King: Officialdom in Ancient Israel and Judah, (Cincinnati: Hebrew Union
Colege Press, 2000), 63-64
9
sebutan untuk tetua kota. Konsep penatua mirip dengan senator dalam bahasa Latin dan syekh
Posisi penatua di bawah hukum Musa berbeda dengan posisi penatua dalam Perjanjian
Baru. Tampaknya “penatua” memiliki fungsi organik. Masyarakat mereka menghormati mereka
dan mereka sangat berpengaruh bagi masyarakat. Penatua dalam Perjanjian Lama adalah pelayan
dan tetap berada dalam batas-batas mereka. Mreka bekerja bersama dengan para hakim, raja dan
pemimpin bangsa. Memang tanggung jawab mereka terbatas namun sangat penting sebab
mereka diharapkan untuk dapat melakukan pekerjaan Tuhan untuk menggembalakan kawanan.23
Untuk melihat peranan dan juga tugas dari penatua yang terdapat dalam Perjanjian Lama,
penulis mengkaji melalui teks Keluaran 18:19-22. Penatua dalam Perjanjian Lama memiliki
peranan penting terutama dalam bidang agama dan juga dalam bidang etika. Penatua juga
penting ketika terjadi pertengkaran dan juga perseteruan dalam bangsa Israel. Hal tersebut dapat
dilihat dari Allah yang memilih Musa untuk menjadi orang dan juga penatua di tengah-tengah
bangsa tersebut. Bimbingan yang diberikan oleh Musa berasal dari Allah sepenuhnya sehingga
nilai-nilai yang terlihat dari Musa dan juga nasihatnya kepada bangsa Israel mengandung seluruh
nilai dalam berbagai bidang kehidupan seperti keagamaan, etika dan juga politik. Dapat
dikatakan bahwa orang-orang yang dipilih oleh Allah termasuk dalam hal ini adalah Musa
memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda dari pada orang-orang yang lainnya, sehingga
orang-orang yang demikian termasuk Musa melayani Allah dan juga umat-Nya.24
Dalam ayat 19 dan ayat 21, Yitro memberikan nasihat kepada Musa dan kemudian Musa
memberikan nasihat kepada bangsa Israel sehingga dapat dikatakan bahwa nasihat yang
22
J. Conrad, “Elder”, dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny., G. Johannes Botterwick and
Helmer Ringgren, terj., David E. Green, (Grand Rapids” Eerdmans Publishing, 2003), 123
23
Conrad, “Elder”, Theological Dictionary of the Old Testament, 120
24
Robert M. Paterson, Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242
10
diberikan oleh Yitro dan nasihat yang diberikan oleh Musa kepada bangsa Israel merupakan
nasihat yang berasal dari Allah, sehingga baik Yitro dan Musa merupakan rekan kerja Allah
untuk bangsa-Nya. Penerimaan bangsa Israel terhadap nasihat dan bimbingan yang diberikan
oleh Musa, dapat dikatakan juga bahwa bangsa Israel telah menerima Allah. Begitu juga ketika
para pembantu Musa memberikan nasihat kepada bangsa tersebut, nasihat itu berasal dari sumber
yang sama sehingga memiliki tujuan yang sama pula. Pemilihan akan pembantu Musa dalam
melaksanakan tugasnya, harus dilakukan dengan sangat hati-hati yang dipilih dari seluruh bangsa
Israel dan mencakup orang-orang yang mampu, tegas dan juga jujur. Sehingga orang-orang
ditetapkan dengan tujuan agar orang-orang yang telah dipilih mampu untuk menjalankan tugas
pelayanan bagi bangsa Israel. Seperti halnya Musa yang telah dipilih oleh Allah sebagai
perantara Allah atas bangsa Israel untuk mencari dan menyelesaikan masalah termasuk
Penatua dalam ayat 21 dianggap sebagai pemimpin bangsa Israel yang mana pemimpin
yang dimaksud tersebut merupakan orang-orang yang takut akan Allah. Sehingga dari
pernyataan tersebut dapat dipaham bahwa penatua haruslah orang-orang yang takut terhadap
Allah. Dengan pemahaman bahwa setiap yang takut kepada Allah tidak akan melanggar perintah
dan perkataan Allah. Dalam Keluaran 18 ini juga dapat dilihat bahwa penatua memiliki sifat
yang membenci pengajaran suap atau pun perilaku suap yaitu perilaku yang gemar mencari
keuntungan atas dirinya sendiri dengan mengorbankan orang lain. 26 Sikap demikian dianggap
sebagai sikap yang tidak jujur dan tidak layak diangkat sebagai penatua atau pun sebagai
25
John I. Durham, World Biblical Commentary Vol.3, (Colombia: Nelson Reference & Electronic, 1987), 250-252
26
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242-244
11
pemimpin. Para penatua ditugaskan untuk menciptakan keamanan dan juga menangani perkara-
perkara yang terjadi dalam bangsa Israel sehingga terwujud situasi yang aman dan juga damai
dalam bangsa Israel. Usulan Yitro tersebut tidak hanya membantu Musa tetapi seluruh orang
Disebutkan secara umum mengenai fungsi penatua yaitu untuk melayani kapasitas
yudisial. Juga terdapat hukum yang secara khusus menyebutkan peran para tetua yang hanya
berlaku hanya untuk kasus pembunuhan (Ulangan 19:1-13; 21:1-9; Yosua 20:1-9), anak-anak
yang memberontak (Ulangan 21:18-21), perkawinan levirate (Ulangan 25:5-10; Rut 4:1-12), dan
perzinahan (Ulangan 22:!3-21). Juga ada beberapa keterlibatan para penatua dalam transaksi
tanah (mis Rut 4:1-12). Selain itu juga terdapat bagian yang menyebutkan bagaimana sesepuh
dapat berfungsi menjadi wakil komunitas untuk berhubungan dengan orang luar (1 Samuel
16:15).28
Ada bukti bahwa struktur dan fungsi dari tua-tua kota Israel banyak berubah selama
berabad-abad. Perubahan yang paling signifikan yaitu ketika orang-orang Israel diasingkan KKE
Asyur dan ke Babel. Banyak orang-orang yahudi dipendahkan ke kota-kota dan orang-orang non
Yahudi. Dikota itu kemudian mereka membentuk semacam kota dalam sebuah kota, sebuah
“distrik” atau “kawasan” Yahudi. Orang-orang terkemuka dalam komunita Yahudilah kemudian
yang akan melayani sebagai penatua dengan gaya kehidupan yang religious dan berada dalam
sinagoga.29 Perjanjian Lama juga mencatat bahwa ada beberapa kualifikasi bagi seseorang yang
disebut penatua yaitu 1) penatua adalah anggota senior dari keluarga besar, 2) kaya, namun juga
dermawan dan ramah, 3) karakternya mencontohkan standar etika dan moralitas yang paling
27
Robinson Butarbutar, Citra Pemberita Firman dalam Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017) 59
28
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, (Eugene: Wipf&Stock,
2003), 4
29
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, 5
12
dijunjung tinggi oleh masyarakat, 4) ahli dalam “pengetahuan rahasia” rakyatnya (baik dalam hal
keagamaan, adat istiadat maupun sejarah), dan 5) dikenal masyarakat karena keahliannya dalam
berpidato, khususnya keahlian persuasif. Juga terdapat beberapa karakteristik, yaitu pertama,
memiliki sifat kekeluargaan, kedua, memiliki moral kebenaran etis dan murah hati yang
ditunjukkan dalam keluarganya dan masyarakat bahwa dia adlah pelayan untuk masyarakat
bukan untuk kepentingan pribadinya sendiri. Ketiga, memiliki pengetahuan dan keterampilan
Kata “penatua” (presbuteros) bukanlah kata untuk babtis, melainkan sebutan untuk
pengajar, pelayan, penilik dan diaken.30 Tiga bagian dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa
setiap kota (Tit 1:5). Sama dengan Kisah Para Rasul 14:23, dia memahami bahwa
gereja muda membutuhkan pemimpin yang saleh yang dapat mengajarkan doktrin
sehat dan menyangkal kesalahan (Tit 1:9). Dalam Titus 1:5 disebut tua-tua namun
diayat berikutnya disebut sebagai “penilik” (ay.7). Dalam hal ini Paulus menyebutkan
2. Ketika Paulus mendarat di Miletus, dia memanggil para penatua dari Efesus untuk
(ay 20). Ia mencurahkan isi hatinya kepada mereka dan mendorong mereka untuk
30
Paul. A. F. Castellano, As it is in Heaven: a Biblical, Historical, and Theological, Introduction, to The Traditional
Church and Her Worship, (USA: Wheatmark, 2021) 103
31
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical and Practical Guidee for Church Members, (Grand Rapids, 2009),
21
13
kawanan domba Allah, “yang oleh Roh Kudus telah mnejadikan kamu penilik” (ayat
28). Seperti dalam suratnya kepada Titus, penggunaan kata “penatua” dan “penilik”
kawanan domba Allah yang ada diantara kamu” (1 Pet 5:2). Dalam konteksnya, dia
kawanan. Sama seperti dia, sebagai seorang penatua, maka berusaha untuk memberi
dalam perikop ini, Petrus juga berbicara tentang para oenatua gembala adalah sebagai
“pengawas”.33
jika penatua, penilik merupakan istilah yang berbeda untuk jabatan yang sama. Baru setelah
Perjanjian baru ditutup, para penatua dan uskup (penilik) mulai berpisah sebagai jabatan yang
berbeda.
Ketika membahas penatua dalam Perjanjian Baru maka tidak jauh beda dengan penatua
di dunia Israel kuno yaitu terdapat persamaan yaitu berbasis kekerabatan. Dimana penatua, harus
mengurus rumah tangganya terlebih dahulu dengan baik (bnd. 1 Tim 3:4-5), dan anak-anaknya
juga menjadi bagian dari persekutuan orang percaya (Titus 1:6). Selain itu, penatua harus
32
Merkle, Why Elders?, 30
33
Merkle, Why Elders?, 32
14
memiliki standar hidup yang ramah dan tidak mencintai uang dan tidak rakut akan keuntungan (1
Tim 3:2-3; Tit 1:7). Penatua harus memiliki standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika
dan moralitas.34 Mereka harus hidup tanpa cela, suami dari satu istrim sederhana, bijaksana dan
bermartabat (bnd 1 Tim 3:2) dan ia harus menjadi pecinta kebaikan dan tuan atas dirinya sendiri,
jujur, suci dan dapat menguasai diri (Titus 1:8). Penatua haruslah dapat meneruskan tradisi yaitu
kepercayaan masyarakatnya maka penatua bukanlah orang yang baru bertobat (bnd 1 Tim 3:6)
dan ia harus berpegang teguh pada perkataan yang pasi seperti yang diajarkan agar ia dapat
memberi petunjuk dalam ajaran yang sehat… (Tit 1:9). Terakhir, penatua harus menjadi
pembicara yang baik, mampu meuakinkan anggotanya dan mampu menjadi guru yang tepat (1
Tim 3:2).35
Dalam kitab Perjanjian Baru tidak dijelaskan bagaimana proses pemilihan seorang
penatua. Namun dapat dilihat bahwa jemaatlah yang memilih penatua mereka (Kis. 6: 3-4).
Tugas penatua dalam konteks Perjanjian Baru yaitu untuk mendampingi para rasul dalam
memberitakan firman dan juga mengembangkan jemaat. 1 Korintus 16: 15-16, dapat dilihat
dimana para Rasul meminta agar orang-orang Kristen lebih tunduk kepada mereka yang sudah
terlebih dahulu percaya kepada Yesus, karena dapat dikatakan orang-orang yang demikianlah
1. Watchman Nee
34
Gene A. Getz, Elders and Leaders: God’s Plan for Leading the Church, (Chicagi: Moody Publishers, 2003),139-
141
35
Miller, Elders Lead, 10
36
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa jabatan dalam Gereja Batak, 342
15
Menurut Watchman Nee dalam bukunya yang berjudul Kehidupan Gereja yang Normal
berpendapat bahwa sebutan kata penatua pada mulanya berasal dari dunia Perjanjian Lama.
Dimana orang-orang Israel disetiap kotanya memiliki penatua. Tidak hanya dalam Perjanjian
Lama, Perjanjian baru juga menyebutkan mengenai penatua yaitu dalam keempat Injil. Kisah
Para Rasul juga memuat mengenai penatua. Terkait dengan hal kapankan mulainya penatua
diberlakukan dalam sebuah gereja yaitu dengan melihat Alkitab yang mencatat bahwa para
penatua di gereja muncul di Yerusalem namun tidak diketahui bagaimana mereka dilantik.
Alkitab juga mencatat bahwa bahwa Allah tidak berbicara mengenai gereja di Yerusalem yang
diatur, karena Allah tidak bermaksud menjadikan gereja di Yerusalem menjadi contoh kemudian
bagi gereja-gereja lokal. Demikianlah murid-murid Yesus kemudian disebut Kristen ketika di
Yerusalem terdapat penatua namun tetap Alkitab tidak membicarakan mengenai pelantikannya
namun mencatat eksistensinya yang dicatat dalam Kis 11:30 yaitu bagaimana Barnabas dan
Paulus mengantarkan sejumlah uang untuk bantuan gereja dan membantu para penatua yang
melayani disana. Inilah yang menjadi catatan pertama mengenai penatua dalam Alkitab.37
Setelah para rasul memberitakan Injil bagi gereja setempat demikianlah gereja berdiri.
Kemudian setelah berdirinya gereja maka diperlukan para penilik bagi gereja yang berguna
untuk kepengurusan, pembinaan dan penggembalaan. Maka jika muncul pertanyaan tentang
siapa yang akan bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan gereja jawabannya adalah para
penatua yang dilantik menjadi penilik jemaat. Alkitab mencatat ini. Urusan mengenai gereja
berada di tangan para penatua bukan para rasul sebab Allah tidka pernah memanggil dan
mengutus seorang rasul yang bertugas mengurus gerjea dan membina mereka. Pada akhirnya,
Allah berkehendak adalah tanpa “gembala” bukan tanpa orang yang akan bertugas mengurus,
37
Watchman Nee, Kehidupan Gereja yang Normal, (Yayasan Pendidikan Injil, 2020), 56
16
bertanggung jawab dan membina gereja yaitu para penatua yang kemudian di bantu oleh para.
Dalam melakukan pelayanannya rasul tidak hanya hidup dalam satu gereja melainkan harus
Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik berarti pengawas.
Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam melakukan pekerjaannya
bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang penatua adalah sebagai pengawas dan
diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang menganggur melainkan semuanya harus
bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka yang disebut sebagai penatua adalah
sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas mutlaknya adalah sebagai komandan.
Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya
dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis, pesimis untuk melakukan pekerjaannya
maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan dan mengingatkan mereka serta
menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua bukanlah pengganti pekerja yang
lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi mereka. Pada akhirnya, penatua
bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak dikerjakan oleh para saudara pekerja
Alkitab mencatat bahwa para penatua memiliki dua aspek khusus dalam kewajiabnnya
1. Bersfitaf urusan. Tugas untuk mengurus, menggembalakan dan mengajar adalah tugas
utama para penatua. Mereka memiliki tugas utama untuk mengurus gereja Allah di dunia
ini (bnd 1 Tim 3:5), bertanggung jawab atas semua rencana dan sega urusan dalam suatu
38
Nee, Kehidupan, 58
39
Nee, Kehidupan, 58
17
gereja lokal. Berdasarkan hal ini, gereja bukanllah terdiri dari sekelompok orang yang
pekerja Allah dengan “timbal-balik” sebab gereja adalah satu terhadap yang lain (Rom
12:3) dan tidak ada yang menjadi kepala karena satu-satunya Kepada gereja adalah
Kristus demikianlah tanggung jawab penatua sebagai penilik bukan untuk memerintah
melainkan menjadi teladan (bnd 1 Pet 5:3). Mengenai memerintah dan menjadi teladan
sangat berbeda sekali. Jika memerintah berarti terdapat perintah yang dikeluarkan dan si
pemberi perintah tidak melakukan pekerjaan sama sekali sedangkan menjadi teladan
berarti harus melakukan hal baik sebagai teladan dengan kemudian mengajak orang lain
untuk bersama-sama bekerja. Maka tugas para penatua adalah menjadi teladan dengan
berkerja melakukan yang terbaik dan melalui itu kemudian para penatua menjadi teladan.
2. Bersifat rohani. Para penatua haruslah berkarunia dan dengan karunia itu kemudian dia
dapat melakukan tugasnya dalam aspek rohani. Dalam 1 Timotius 5:17 “penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama merkea yang dengan jerih
payah berkhotbah dan mengajar”. Jika pada umumnya tugas mereka adalah mengurus
gereja maka mereka juga harus berkarunia sebab mereka adalah sama seperti seorang
nabi maupun pengajar yang dapat mengajar orang banyak melalui khotbahnya. Melalui
ini adalah tugas khusus para penatua karena Allah telah memilih orang-orang tertentu
yang dianggap mampu untuk melakukan tugas penggembalaan. Mereka kemudian juga
40
Nee, Kehidupan, 60
41
Nee, Kehidupan, 64
18
Pada akhirnya, dapat dilihat bahwa Alkitab pada mulanya mengadakan tugas penatua
atau penilik adalah sebagai pekerja yang mengawasu satu gerjea lokal. Dalam hal ini tidak
pernah ada penilik yang terdiri dari satu orang melainkan terdiri dari beberapa orang. Allah tidak
menginginkan seseorang untuk mengurus gerejanya hanya berdiri pada satu posisi istimewa lalu
membiarkan orang lain utnuk bekerja sendirian dan memaksakan mereka untuk tunduk
kepadanya. Melainkan, Allah menyukai jika dalam sebuah gereja terdapat beberapa ornag untuk
mengurus gerejanya. Cara ini dilakukan oleh Allah pada mulanya adalah untuk melindungi
gereja-Nya agar tidak menjadikan gereja itu milik pribadinya dan mengenakan warna tertentu
sesuai selera pribadinya terhadap gereja. Demikianlah harus tersedia beberapa orang dalam hal
para penatua unutk dapat bersama-sama bertanggung jawab mengurus satu gereja agar tidak ada
yang dapat melakukan tugasnya dengan semena-mena melainkan bekerja bersama dan melihat
2. Alexander Strauch
Strauch berpendapat bahwa penatua sangat diperlukan perannya bagi gereja mula-mula dan hal
ini ditekankan oleh ayat-ayat Alkitab karena kepenatuaan sudah seharusnya menjadi prioritas
utama yang perlu dibicakan dalam hal pastoral dalam jemaat. Dikarenakan banyak sekali muncul
tradisi-tradisi yang sesat para penatua kemudian menjadi benar-benar disalahgunakan dalam
gereja. Sudah banyak cara dilakukan untuk mencengah hal ini semakin marak termasuk dengna
memunculkan banyak buku yang berusaha membahas mengenai pembaruan dan reformasi
gereja. Walau demikian hal ini masih tetap diabaikan. Terdapat persyaratan bagi kepenatuaan,
yaitu dimana harus terdapat sifat tegas sehingga dapat berkualifikasi secara rohani maupun
42
Nee, Kehidupan, 61-63
19
moral. Dalam Perjanjian Baru, dua kali disebutkan bahwa seorang penilik jemaat harus
bersungguh-sungguh dapat memenuhi syarat yaitu tak bercacat, suami dari satu istri, dapat
menahan diri, memiliki anak-anak yang beriman, bijaksana, tidak angkuh, sopan, bukan
pemberang, bukan peminum, bukan pemarah tidak serakah, suka memberi tumpangan, cakap
mengajar orang, sopan, bukan pemimpin, suka akan yang baik, adil, saleh, pendamai, peramah,
bukan hamba uang, mejadi kepada keluarga yang baik dan bukan pemarah, bukan orang yang
baru bertobat, mempunyai nama baik diluar jemaat, dapat menguasai diri dan berpegang kepada
perkataan yang benar supaya dapat menasihati dan meyakinkan(bnd. 1 Tim 3:7; Tit 1:5-9). Itulah
kualifiikasi yang sebenarnya yang dinginkan oleh Allah dan tersurat dalam Alktab. Demikian
banyak sekali terjadi banyak kelemahan yang dikarenakan lalainya para anggota jemaat
memimpin para anggotanya dalam melihat kualifikasi pemimpin yang baik dan benar
berdasarkan Alkitab.43
Beberapa nilai dan sifat yang harus dimiliki oleh penatua adalah sebagai berikut:
1) Menjalin persaudaraan. Alkitab memuat bahwa Allah menetapkan adanya para penatua
untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu melakukan
penggembalaan dalam gerjea. Dengan adanya para penatua maka diharapkan dapat
mendorong sesama warga gereja untuk meningkatkan tali persaudaraan, keimanan dan
menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun dikarenakan situasi budaya setiap warga
kekeluargaan bagi jemaat. Ini diharapkan untuk meningkatkan tali persaudaraan Kristen
43
Alexander Strauch, Manakah yang Alkitabiah: Kepenatuaan atau Kependetaan?, (Yogyakarta, 2021), 102
44
Strauch, Manakah, 2
20
dan ini adalah rencana Allah. Ini menjadi sangat utama karena dalam gereja, aspek
kekeluargaan adalah penting karena akan memuat mengenai jalinan antar manusia hingga
hubungan intim sekalipun. Dengan hubungan ini kemudian sikap mengasihi akan
terdapat, hubungan indah yang baru yang terjalin antar manusia dengan Allah menjadi
sangat dekat. Namun demikian kembali lagi bahwa hal yang paling penting dalam
kepenatuaan adlah mengenai persaudaaran sesama warga gereja yaitu agar terjadi
persaudaraan yang kemudian menjadi pedoman bimbingan dalam tingkah laku diantara
orang-orang Kristen (bnd Rom 14:15, 21; 1 Kor 6:8; 8:11-13). Dengan adanya para
penatua dalam pemerintahan gereja maka diharapkan menjalin persaudaraan satu sama
2) Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga menjadi
sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat bahwa
perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang mengajar
murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan kerendahan hati.
Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati karena karakter
3) Karakter moral yang baik.. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat
diharapkan memiliki karakter moral yang bik dan tidak bercacat dalam semua segi
kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas
dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya. Para
45
Strauch, Manakah, 11
46
Strauch, Manakah, 12
47
Strauch, Manakah, 102
21
4) Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena merupakan
kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga yang disegani dan
dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan adalah bersikap baik dan
ramah. Mengenai hal berumah tangga menjadi ditekankan dalam hal ini adalah sikap
konsekuen dan aktifnya dalam berjemaat. Maka dengan demikian, jika seseorang ingin
mengetahui seperti apa apakah penatua maka harus diamati juga cara dia mengurus anak-
anaknya dan bagaimana hubungannya dengan istrinya. Akhirnya, penatua dalam rumah
5) Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas menyatakan
bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat mengajarkannya kepada
orang lain. Mereka harus sungguh-sungguh berpegang pada firman Tuhan dan siap
3. F.H. Sianipar
Dalam tulisannya dia berpendapat bahwa penatua merupakan seorang yang memiliki
pengetahuan, memiliki pengalaman dan juga berhikmat kepada semua anggota gereja. 50
Alkitab mengenai gembala adalah seorang yang mampu merawat kawanan dombanya,
sengar dan air jernih, membawa yang lemah, mencari yang hilang, menghangatkan yang
terluka, merawat yang sakit.51. Rasul Petrus mengingatkan para penatua untuk tidak pernah
“memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi
48
Strauch, Manakah, 108
49
Strauch, Manakah, 110
50
F. H. Sianipar, Tohonan Sintua, (Pematang Siantar: Yayasan STT HKBP Pematang Siantar, 1996), 48
51
Sianipar, Tohonan Sintua, 33
22
teladan bagi kawanan domba itu” (1 Pet 5:3). Domba harus digiring. Seorang gembala yang
baik mengetahui hal ini; mereka tidak akan ‘menguasai’ kawanan ‘dengan kekuatan dan
kekerasan’ (Yeh 34:4). Sebaliknya, kata Tuhan “Aku sendiri akan menggembalakan domba-
domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring…” (Yeh 34:15). Gembala
memimpin dengan teladan hidup mereka 52. Sehingga Sianipar memandang jabatan penatua
4. Alexander Straught
Dalam tulisannya Alexander Straugh mengatakan bahwa penatua harus dapat menjadi
penasihat yang cakap bagi jemaat untuk dapat menjalankan tanggung jawab serta
membimbing jemaat ke jalan yang seharusnya mereka tempuh. Kadang, mereka perlu
memberi penilaian dalam beberapa situasi tertentu, tetapi mereka melakukannya dengan
Allah. Jadi ketika Paulus dan Petrus secara langsung menasihati para penatua untuk
menggambarkan bahwa Penatua sebagai gembala adalah yang ditempatkan Allah di tengah-
52
Sianipar, Tohonan Sintua, 48
53
Alexander Straught, Biblical Eldership: an Urgent Call to Restore Biblical Church Leadership, Peny., Stephen &
Amanda Sorenson, (Littleton: Lewis & Roth Publishers, 1995), 25
54
Straught, Biblical Eldership, 16
23
Penatua harus memberi makan kawanan. Salah satu tuduhan terhadap para gembala yang
jahat atas Israel adalah “…oleh sebab gambala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-
tidak digembalakannya” (Yeh 34:8). Oleh karena itu, Allah berfirman “… celakalah
harus terampil untuk mengajar Firman yang cakap (1 Tim 3:2; 5:17; Ibr 13:7). Orang-orang
ini harus berpegang teguh pada perkataan yang benar yang sesuai dengan ajaran sehingga ia
dapat menasihati ajaran yang sehat dna menyangkal mereka yang bertentangan (Tit 1:9).
Orang yang tidak ‘cenderung mengajar’ tidak layak melayani sebagai gembala kawanan. Apa
gunanya seorang gembala yang tidak bisa memberi makan domba? Sebagai pemelihara
domba, penatua harus melindungi, memberi makan, memimpin dan merawat banyak
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:11-12). Sehingga
sangat jelas bahwa pekerjaan mereka adalah mengembangkan para jemaat dalam hal iman
dan mendewasakan pemahaman mereka tentang hubungan mereka dengan Kristus (Ef 4:13).
Jadi, penatua yang baik adalah memperlengkapi dan memungkinkan para murid yang mereka
cari untuk memotivasi tindakan pelayanan. Mereka bukanlah menejer mikro, melainkan
mempercayakan berbagai tugas pelayanan kepada laki-laki dan perempuan yang bertanggung
5. JL C.H. Abineno
55
Straught, Biblical Eldership, 17
56
Straught, Biblical Eldership, 29-30
24
Abineno dalam tulisannya berpendapat bahwa Penatua merupakan salah satu jabatan
pelayan yang berada ditengah-tengah gereja yang terpanggil dari kalangan jemaat atau biasa
disebut juga dengan istilah penatua. Penatua inilah yang bersama-sama dengan pendeta dan para
pelayan gereja lainnya bersama-sama memikirkan dan melakukan pelayanan bagi jemaat
setempat. Namun hal yang perlu diingat bahwa ketika penatua diangkat dari tengah-tengah
jemaat, bahwa pada dasarnya jabatan seorang penatua bukanlah seperti jabatan pada umumnya
yang bisa kita lihat ditempat lain. Mereka inilah yang nantinya sesuai dengan panggilannya akan
melayani jemaat dengan pelayanan yang sungguh. Karena jabatan gerejawi berasal dari Allah:
Allah lah yang – oleh RohNya yang Kudus memperlengkapi manusia untuk pelayanan-
Anggota jemaat yang sudah dipilih dan diangkat menjadi pelayan gerejawi, ketika dengan
serius menghidupi panggilannya, dan meyakini bahwa mereka dipilih oleh Allah, maka tidak ada
alasan untuk meninggikan diri atau merasa memiliki kekuasaan yang besar ditengah-tengah
gereja. Para penatua tadi harus mau melakukan suatu terobosan dengan membina jemaat atau
membangun jemaat secara rohani dan dengan bersungguh-sungguh melayani jemaat (bnd Efesus
4: 11-12). Dalam bahasa yunani sendiri ada 2 kata yang merujuk kepada kata “Penatua”, yang
pertama presbyteros dimana kemudia kata ini berkembang menjadi imam. Kata kedua ialah
episkopos, kata ini kemudian berkembang menjadi “uskup”, dimana kata episkopos memiliki arti
menilik dan lebih cocok kepada penatua.58 Penilik sendiri bisa diartikan sebagai mangawasi,
penatua memiliki tugas mengawasi ditengah-tengah jemaat. Tentu ketika kita memiliki tugas
untuk mengawasi hal tersebut tidak bisa dilakukan hanya sekali dua kali, harus dilakukan secara
57
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 6
58
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,15
25
Sebagai seorang yang terpanggil, penatua harus datang ketengah-tengah jemaat sebagai
pribadi yang melayani yang mengarahkan jemaatnya kepada hidup yang lebih baik dan
membangun jemaat yang dilayani secara rohani sesuai dengan Tri Tugas Panggilan Gereja
(Marturia, Diakonia, Koinonia). Tentu dalam pelayanannya penatua tidak bisa berdiri sendiri,
penatua juga harus membangun relasi dengan para pelayan gereja lainnya, sehingga ada suatu
kerjasama yang dilakukan, dan pelayanan yang dibangaun bisa lebih efektif. Karena penatua
bukanlah satu-satunya pejabat dalam jemaat. Penatua juga melayani bersama-sama dengan
berlandaskan Alkitab yang harus secara benar disampaikan kepada jemaat sesuai dengan
setia, dan ajaran keselamatan tidak boleh mereka palsukan, tetapi harus mereka ajarkan kepada
umat Allah secara murni dan utuh.60 Maka dari sini kita melihat bahwasanya para penatua harus
dengan serius melakukan pengajaran yang dapat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman
yang sejati.
Dalam ruang lingkup desa Batak yang tradisional, Nommensen dalam usaha untuk
pengabaran Injil memerlukan bantuan dari penduduk setempat guna mendalami adat Batak,
situasi dan kondisi tiap-tiap desa dan juga menjaga desa tersebut. Sehingga dalam sejarah gereja
Batak Nommensen kemudian menunjuk empat orang sebagai penatua yang merupakan penatua
yang “pertama” dalam gereja Batak dengan tujuan untuk membantu dalam penggembalaan,
perawatan orang sakit dan terutama dalam pengabaran Injil. Lothar Schreiner mengatakan dalam
59
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
60
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
26
bukunya bahwa pengabdian para penatua jemaat di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas
masih memeluk agama suku dilihat sebagai faktor dasar untuk gereja suku. Dia mengatakan
bahwa pengangkatan penatua-penatua itu berkaitan dengan tata desa. Yang mana dalam
masyarakat Batak sendiri yang masih sangat tradisional. Sehingga peranan para penatua penting
dalam membantu pekabaran Injil secara perlahan dalam masyarakat Batak. Menurut keterangan
dari tulisan Schreiner, dia mengatakan bahwa para penatua yang menerima tugas tersebut
menjalankan tugasnya secara sukarela, tanpa adanya imbalan yang bersifat materil. Dan ternyata
mengabarkan Injil semakin teratur. Sehingga dengan keteraturan tersebut, Schreiner mengatakan
bahwa para pendeta utusan pada masa itu kemudian menunjuk dan mengangkat dua orang
penatua dalam setiap desa. Para penatua tersebut ditugaskan untuk mencurahkan perhatian dan
tenaga kepada keadaan dan juga kemajuan agama Kristen dalam setiap desa. Para pentua yang
telah diangkat juga diwajibkan untuk mengadakan kunjungan yang teratur kepada kampung-
kampung tetangga yang masih erat dengan agama suku. Setiap penatua diutus berpasang-
pasangan ke setiap desa. Schreiner menegaskan bahwa ketika diutus maka mereka (para penatua)
akan melakukan tugas mereka dengan sukarela. Peranan dari para penatua tersebut menurut
bertambahnya jumlah yang telah masuk dalam jemaat, maka jumlah penatua juga ditingkatkan.
Menurut Schreiner bahwa jabatan penatua dapat dikatakan sebagai jabatan yang diidamkan pada
61
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 49-50
27
kepengaturan dan kepemimpinan yang menurutnya berdikari dalam jemaat yang ada di desa.
Kepada orang-orang yang menurut Pendeta utusan dapat melakukan tugas tersebut akan
diberikan kesempatan dan tugas dalam mengambil prakarsa dan juga untuk memimpin dalam
desa tersebut. Schreiner mengatakan bahwa jabatan sebagai penatua dalam gereja Batak pada
masa Nommensen merupakan faktor kemasyarakatan yang baru, Para penatua yang diutus
memiliki amanat yang diberikan dan juga merupakan suatu yang baru bagi masyarakat Batak
pada masa itu.62 Dengan kata lain Schreiner berpendapat bahwa kehadiran penatua dalam desa-
desa Batak yang menganut agama suku memiliki dampak dan pembaharuan serta perkembangan
yang belum pernah dialami oleh masyarakat Batak sebelum hadirnya Nommensen. Dengan kata
lain bahwa para penatua memberikan pembangunan jemaat yang berdampak pistif, memberikan
pengaruh yang positif dan juga memberikan perhatian yang baik bagi jemaat-jemaat. Para
penatua yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin suatu desa, mengawasi dan merawat
serta menyebarkan Injil ternyata menunjukkan hasil yang positif. Para jemaat pada masa itu
menerima edukasi dan pengajaran yang baik dalam bidang keagamaan, kesehatan, managemen
dan lain sebagainya. Sehingga kehadiran penatua memberikan dampak yang besar. Yang paling
menarik bahwa Schreiner sangat menekankan bahwa peranan atau pun jabatan penatua
merupakan jabatan yang dilaksanakan dengan sukarela. Terbukti dengan hasil menurut
perspektif sejara yang menunjukkan kemajuan. Dapat dikatakan bahwa para penatua pada masa
itu menjalankan tugasnya dengan baik dan juga yang terutama dengan sukarela. Tugas dan
tanggungjawab yang mereka terima justru membuat jemaat semakin berkembang. Dapat
dikatakan bahwa peranan penatua pada masa Nommensen masih tergolong berat karena
62
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 50
28
berhadapan secara langsung dengan agama-agama suku namun ternyata memberikan dampak
Andar Lumbantobing dalam tulisannya juga mengatakan bahwa Nommensen yang telah
tiba di Barus yang merupakan perjalanan pertamanya di Indonesia, yang pertama dilakukan
adalah mencari orang yang bersedia membantu Nommensen dalam melakukan tugas-tugasnya.
Dia mencari orang-orang tersebut untuk mengajari dia dalam hal bahasa, aturan dan hukum adat
istiadat dan juga soal-soal kebiasaan atau pun tradisi yang ada di tempat barunya tersebut.
Orang-orang yang dipercayanya itu lah yang kemudian menjadi penatua dengan tujuan
membantunya untuk mengerjakan pekabaran Injil di tanah Batak. 63 Dalam tulisannya Andar
baru didirikannya menugaskan para penatua untuk mengamati tingkah laku setiap anggota
jemaat dengan tujuan agar mereka benar-benar melaksanakan kehidupan Kristen sesuai dengan
ketentuan yang diaturkan. Penatua juga ditugaskan untuk membimbing orang-orang yang ingin
menjadi Kristen pada masa itu supaya mereka benar-benar memahami bahwa mereka harus
tunduk dan taat kepada peraturan gereja. Penatua juga diwajibkan membimbing setiap orang
yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus mengetahui bahwa kehidupan
63
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2022) 145
64
Pandangan Warneck yang dikutip oleh Andar Lumbantobing dalam Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan
Jabatan dalam Gereja Batak, 145
29
mereka harus taat kepada hukum dan peraturan gereja. Tugas lain sebagai penatua yang
2. Penatua harus mengusahakan supaya jemaat yang sakit, tidak pergi kepada datu untuk
3. Penatua harus mengamati para wanita agar tidak menjunjung keranjang atau beban di atas
kepala, melakukan pekerjaan pada hari Minggu seperti bekerja di sawah dan lading.
4. Penatua juga diberikan tugas untuk memberik pertolongan dan juga penghiburan kepada
orang-orang yang tidak berhasil atau mengganggap dirinya sendiri sebagai orang Kristen
yang gagal.65
Menurut keterangan yang juga dituliskan oleh Andar Lumbantobing dikatakan bahwa
para penatua akan berada di depan ketika ibadah untuk melihat jemaat-jemaat yang hadir dan
yang tidak hadir dalam ibadah. Ketika terganggu gangguan dalam ibadah, para penatua juga
dapat melihatnya dengan jelas. Termasuk menjaga anak-anak yang menangis ketika ibadah
berlangsung, dan tanpa mengganggu orang lain akan dibawa keluar dari rumah ibadah. Dalam
gereja-gereja tertentu para penatua justru duduk diantara jemaat secara berpencar, dengan tujuan
Dari perspektif sejarah tersebut dapat dilihat bagaimana peranan dari para penatua yang
begitu berat pada masa itu. Tanggungjawab yang mereka emban demi mendukung pertumbuhan
jemaat di desanya masing-masing sangat berat. Para penatua yang langsung dipercayai dapat
65
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
66
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
30
menjadi perantara dari para missionaris pada masa itu diharapkan dapat memunculkan perubahan
dalam cara hidup, dan juga dalam pemahaman mereka terhadap kekristenan. Dapat dikatakan
bahwa peranan penatua pada masa itu memberikan hasil yang baik. Para jemaat tidak lagi
bergantung kepada datu dalam hal pengobatan namun para penatua yang sudah paham dan
cerdas dalam hal tersebut dapat membantu dan menolong para jemaat. Pertumbuhan jemaat yang
terjadi didukung dengan adanya edukasi yang diberikan kepada penatua dan kemudian didukung
dengan baik dalam implikasinya oleh penatua itu sendiri. Tentu masalah yang dihadapi para
penatua merupakan masalah yang berat karena langsung berhadapan dengan agama suku dan
pola pemikiran yang sangat tradisional. Namun dengan tanggungjawab yang diamplikasikan
dengan baik, dengan pernyataan dan penjelasan sejarah tersebut dapat dikatakan bahwa para
penatua menjadi salah satu faktor bertumbuh dan berkembangnya ajaran Kekristenan pada masa
Dalam konfessi HKBP tidak dicantumkan pasal khusus mengenai penatua namun pada
pasal 9 konfessi HKBP 1951 mengenai pelayan pelayan gereja dan pasal 9 konfessi HKBP 1996
mengenai majelis jemaat diterangkan bagaimana para pelayan dalam gereja seharusnya berperan.
Dalam konfessi 1951 pasal 9 dikatakan bahwa berdasarkan 1 Korintus 12:28 setiap orang
dipanggil oleh Allah untuk melayani sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Kristus. Dijelaskan
2. Untuk melayani sakramen baik sakramen Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan
Kudus.
4. Untuk menjaga kemurnian ajaran, melakukan tuntunan jiwa, melawan ajaran-ajaran yang
sesat.
Memang dalam konfessi HKBP terkhusus konfessi HKBP 1951 tidak menjelaskan secara
rinci mengenai penatua, namun dalam pasal 9 ini dapat dipahami bagaimana peranan dan tugas
dari para penyandang jabatan pelayanan tidak terkecuali kepada penatua. Dengan kata lain
penatua juga memiliki peranan dalam menggembalakan, melakukan pekerjaan diakonia, menjaga
kemurnian ajaran, melakukan tuntunan, melawan ajaran-ajaran yang sesat. Sehingga dalam
Dalam konfessi 1996 pada pasal 9 mengenai majelis jemaat dituliskan terdapat 9 poin
1. Mengkhotbahkan kabar baik di tengah gereja, di dunia ini dan kepada segala makhluk.
2. Memelihara dan melayankan dua sakramen yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus.
6. Menjalankan hukum siasat gereja dan penggembalaan dan menentang ajaran sesat.
67
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 63-64
68
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
32
Dapat dilihat dalam konfessi 1996 dituliskan lebih rinci mengenai jabatan dalam HKBP
itu sendiri melalui poin-poin yang terdapat dalam pasal 9 ini. Dalam konfessi ini juga dinyatakan
para pejabat dalam gereja yang berperan penting dalam gereja mula-mula yaitu rasul, nabi,
pemberita Injil, gembala, pengajar, diaken, diakones, penetua, episkopos untuk melayani tubuh
Kristus.69 Penulis juga berpendapat bahwa peranan penatua juga terlibat dalam poin-poin tersebut
Untuk menjadi penatua di HKBP tentu tidak diangkat begitu saja, ada kriteria dan syarat
yang harus dipenuhi seorang jemaat ketika akan diangkat menjadi seorang penatua. Adapun
syarat dan ketentuan untuk menjadi seorang penatua, telah diatur dan tertuang dalam tata dasar
dan tata laksana HKBP 2002 setelah Amandemen ketiga bab VII pasal 27, tentang pelayan
tahbisan di HKBP, atau sering disebut dengan aturan peraturan HKBP, diantaranya70:
7. Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh rapat pelayan tahbisan.
69
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
70
Huria Kristen Batak Protestan, Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 Setelah Amandemen Ketiga, (Kantor
Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2019), 169
33
Dalam struktur gereja HKBP kita mengenal pelayan jemaat yang sifatnya tidak penuh waktu,
namun dengan niat untuk melayani ditengah-tengah gereja, mereka bersedia diangkat dari
tengah-tengah jemaat itulah yang kita sebut dengan nama penatua. Mereka inilah para pelayan
tidak penuh waktu, dimana mereka dengan sukarela mempersembahkan dirinnya tanpa adanya
menerima belanja dari gereja yang bersangkutan (bnd, AP HKBP 2002 Amandemen ke 3,
halaman 61). Tentu jika dilihat dari hal tersebut, ini menjadi menarik karena mereka bersedia
melayani ditengah-tengah gereja. Tidak seperi pelayan penuh waktu lainnya yang menerima
belanja dari jemaat, penatua adalah pelayan tidak penuh waktu yang bersedia melayani tanpa
menerima belanja dari jemaat. Lalu bagaimana dengan tugas pokok penatua HKBP? Tugas
pokok penatua HKBP sudah diatur secara terstruktur didalam agenda HKBP, dan inilah yang
menjadi dasar penatua untuk melakukan pelayanan ditengah-tengah gereja HKBP yang di
1. Mereka adalah pelayan jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat dan meneliti
perilakunya. Apabila mereka mengetahui seseorang tidak berperangai yang baik, dia
harus ditegor dan diberitahukan kepada guru jemaat dan kepada pendeta untuk dinasihati.
2. Mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-alasan orang-orang
4. Mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya, namun
yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan firman Allah dan mendoakannya.
5. Menghibur orang yang berdukacita, merawat orang yang susah dan orang yang miskin.
71
Huria Kristen Batak Protestan, Agenda, (Percetakan HKBP: Pematang Siantar, 2002), 44
34
6. Membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup
Dari tugas pokok yang diberikan kepada para penatua, kita bisa melihat ini merupakan
suatu tanggung jawab yang harus dijalani dalam pelayanan yang ada didalam gereja. Penatua
harus benar-benar mengawasi dan melihat bagaimana keadaan jemaat yang dilayani, meskipun
mereka bukanlah pelayan penuh waktu, namun mereka harus secara rutin memantau keadaan
jemaat, sehingga persoalan-persoalan yang ada ditengah-tengah jemaat bisa ditangani secara
serius. Mereka juga bersama-sama menghidupi Tri Tugas panggilan gereja yang dimana
biasanya ditingkat huria, para penatualah yang membidangi ketiga bagian panggilan gereja
tersebut. maka ketika proses pelayanan yang terjadi ditengah-tengah gereha, jemaat dan penatua
harus aktif melakukan interaksi, sehingga ketika ada sumbangsih pemikiran yang diberikan
jemaat untuk kemajuan pelayanan, bisa terealisasi dan disampaikan kepada Pendeta gereja.
pedomannya untuk mengamati tingkah laku setiap anggota supaya para penatua untuk
mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka benar-benar melaksanakan tata kehidupan
Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Dalam hal ini dapat dikatakan, para penatua
bertugas sebagai kepala puak dikampungnya. Mereka bertugas untuk membimbing orang-orang
yang mau menjadi Kristen supaya mereka benar-benar sadar, bahwa dia harus tunduk kepada
peraturan gereja selama hidupnya dan bahwa hukum kekristenan itu jauh berbeda dari hukum-
hukum agama suku. Mereka juga harus menjelaskan bahwa sekalipun seorang sudah dibaptiskan
dalam nama Allah Tritunggal dan dia percaya bahwa Tuhan Yesus adalah juruselamatnya, dia
belum dengan sendirinya terbebas dari tuntutan hukum. Malah sebaliknya, dia harus lebih patuh
35
terhadap hukum, karena dengan demikianlah dia menyatakan kasihnya kepada Allah.
Sehubungan dengan soal hukum itu, banyak orang datang kepada Nommensen, untuk
menanyakan bagaimanakah sebenarnya mereka harus merayakan hari Minggu itu. Diantara tugas
para penatua terdapat kewajiban untuk mengamati, agar cara kehidupan para anggota senantiasa
sesuai dengan peraturan baru itu. Tugas-tugas lain yang dipercayakan kepada para penatua itu
b. Mereka juga harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit dan tidak
c. Mereka harus mengamati supaya para wanita tidak menjunjung keranjang atau beban
Mereka juga bertugas untuk memberi pertolongan dan penghiburan kepada orang-orang
yang tidak berhasil atau menganggap dirinya gagal menjadi orang Kristen.72
72
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 114-
123