Anda di halaman 1dari 2

Nama : Swanso Simanjuntak

Semester/tingkat : IV/II
Mata kuliah : Liturgika
Dosen Pengampu : Bvr.Tiarma Siahaan,M.Th

Laporan baca Liturgi secara Etimologi, Teologi, dan Sebagai Ilmu


 Liturgika secara Etimologi
Kata "liturgi" secara etimologis berasal dari kata Yunani laos (bangsa, masyarakat atau
negara, persekutuan umat) dan ergon (bekerja atau melayani). Jadi arti langsung dari kata
majemuk leitourgia adalah pekerjaan umum atau proyek negara. Secara tidak langsung juga
mengacu pada pekerjaan umum. Seiring berjalannya waktu, selama periode Helenistik, kata
tersebut memperoleh arti yang lebih luas untuk mencakup pekerjaan yang dilakukan oleh budak
untuk tuannya dan bahkan tindakan pelayanan kecil yang dilakukan seseorang untuk teman
temannya. Paulus menggunakan istilah liturgi dengan cara ini dalam 2 Korintus 9.12 untuk
menunjukkan usahanya secara sukarela dalam mengumpulkan persembahan dari jemaatnya di
Makedonia dan Yunani untuk orang miskin di Yerusalem Ini adalah proyek pekerjaan umum
miliknya. Karena liturgi adalah pelayanan yang diberikan, kata dalam bahasa Inggris
menggunakan kata “liturgy”. 1
Kata Laos dan ergon diambil dari kehidupan masyarakat Yunani kuno sebagai kerja
nyata rakyat kepada bangsa dan Negara. Secara praktis hal itu berupa bayar pajak, membela
Negara dari ancaman musuh atau wajib militer. Namun leitourgia juga digunakan untuk
menunjuk pelayan rumah tangga dan pegawai pemerintah, misalnya penarik pajak. Rasul Paulus
menyebut dirinya sebagai pelayan (leitourgoi) Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi
(Rm. 15:16). Paulus juga menyebut para penarik pajak sebagai para pelayan (leitourgoi) Allah
(Rm 13:6). Sebagaimana pemahaman Paulus, liturgi tidak terbatas pada perayaan gereja. Kata
liturgy sendiri baru dimasukan sebagai perayaan ibadah gereja pada sekitar abad ke-12. Istilah
liturgi malah telah diterima secara umum untuk menyebut ibadah Kristen, misalnya untuk
pemberitaan firman2
 Liturgika secara Teologi

Liturgi adalah kreasi teologis yang sekaligus teoritis dan praksis. Yang pertama
tak dapat berjalann tanpa yang kedua. Jika liturgy hanya berupa teori pada teolog, ia
hanyalah sebuah dogma. Padahal, teologi adalah juga praksis gereja. Gereja sebagai tubuh
Kristus menjadi nyata melalui sikap para anggotanya yang telah diperbaharui. Teologi
sebagai ilmu, misi, dan pembaruan spritualitas adalah tritunggal dalam liturgy kesatuan
tersebut terangkum di dalamnya secara pastoral3. Dalam buku Drawes dikatakan juga bahwa
1
Stimson Hutagalung,Musik dan Ibadah (Yayasan Kita Menulis, 2021), 74.
2
James White,Pengantar Ibadah Kristen,(Jakarta, 2012), 14.

3
Duncan B Foresster, Teologi Praktika dalam Paul Avis, Ambang Pintu Teologi,(Jakarta, 1991), 131.
studi liturgika digunakan untuk mempelajari dan meneliti struktur dan makna tata ibadah
yang berlaku dalam gereja, termasuk pelayanan sakramen. Aspek yang harus diperhatikan di
sini ialah urutan dan isi unsur-unsur ibadah seperti:
- Isi dan peranan doa-doa (misalnya doa syafaat)
- Music dan lagu dalam ibadah
- Peranan paduan suara dalam ibadah
- Fungsi dan makna symbol-simbol seperti jubbah pendeta (apakah toga dan stola perlu
dipakai)
- Bagaimana penataan ruang ibadah, dan lain-lain.
Dalam liturgika juga diperhatikan susunan tahun gerejawi dengan urutan hari raya
gerejawinya. Semua ini mendapat perhatian dengan maksud agar setiap unsur ibadah
dapat dipakai untuk memuliakan Allah, serta menumbbuhkan spiritualitas jemaat.4
 Liturgika sebagai Ilmu
Dalam disiplin ilmu, liturgy terbatas pada perayaan atau selebrasi,
walaupun makna liturgy sejati tetap dipahami bukan hanya pada selebrasi. Liturgy
sebagai perayaan gereja dilangsungkan setiap hari, setiap hari minggu dan setiap
hari raya. Sifat liturgy adalah respons umat akan karya Allah di dalam sejarah
dunia. Respon umat atau respons gereja mengandung nilai kebersamaan. Dalam
buku Rasid menurut Calvin, demikian pula Luther, pendidikan untuk seluruh
umat berlangsung juga di sekolah dan di kelas katekisasi. Oleh karena itu,
menurut Calvin, liturgy adalah sarana pendidikan bagi umat dan khotbah adalah
wadah untuk mendidik orang-orang dewasa. Tiada ibadah dan sakramen tanpa
pemberitaan firman Allah. Walaupun firman Allah tidak terbatas hanya pada
Alkitab, firman yang tertulis itu adalah akar dari firman yang diberitakan. Di
dalam Alkitab terdapat sumber pengetahuan. 5Dengan demikian “Alkitab menjadi
isi pokok pendidikan agama Kristen dan tolak ukur yang dipakai untuk
pembinaan warga Kristen.

4
B.F. Drawes. Julianus Mojau, Apa itu Teologi? Pengantar kedalam ilmu Teologi, (BPK Gunung Mulia, 2007), 141.
5
Rasid Rachman, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi ,(Jakarta, 2012), 166-167.

Anda mungkin juga menyukai