Anda di halaman 1dari 4

Nama : Holy Angelia Pusung

NIM : 1.29.16.1008

Tugas Liturgi Kristen:

Resensi Buku

Buku : Pengantar Ibadah Kristen

Judul Asli : Introduction To Christian Worship

Penulis : James F. White

Penerbit : BPK Gunung Mulia

Tahun : 2011

Halaman : 340 hal.


Ibadah memiliki banyak definisi yang menunjuk pada kegiatan yang tidak
biasa/tanggapan khas terhadap penyataan yang khas (penyataan Allah). Salah satu cara
terbaik untuk membentuk pemikiran tentang apa yang dimaksud dengan ibadah Kristen
adalah dengan mendeskripsikan bentuk-bentuk lahiriah dan kelihatan yang dengannya
orang-orang Kristen beribadah (fenomologis). Cara mendeskripsikan ibadah Kristen
dengan segala keanekaragaman kultural dan historis adalah dengan mendaftar struktur-
struktur yang tersusun (seperti sebuah kalender untuk mengatur suatu ibadah tahunan)
yang mantap dan tetap, dan akhirnya menjadi sebuah liturgi. Liturgi adalah pekerjaan yang
dilakukan orang-orang demi manfaat orang lain atau contoh sejati dari imamat semua
orang percaya yang di dalamnya seluruh komunitas imamat Kristen mengambil bagian.
Ada dua jenis ibadah: ibadah umum dan ibadah (devosi) pribadi. Ibadah umum
merupakan ibadah yang dipersembahkan jemaat yang berkumpul bersama untuk menemui
Allah dan menjumpai sesama (persekutuan Kristen) dengan berlakunya suatu konsensus
atas struktur, kata-kata dan kegiatan-kegiatan supaya tidak terjadi kekacauan. Sementara,
devosi pribadi dapat menentukan laju dan isinya sendiri, tidak terikat aturan dasar apapun.
Kultural dan historis merupakan bagian penting ibadah, yang memungkinkan
jemaat mencari bentuk-bentuk ekspresi ibadah yang mereka anggap paling alamiah.
Sementara itu, pada saat yang sama, suatu ketetapsamaan dasar yang kuat tetap eksis
melampaui generasi-generasi dalam masing-masing tradisi.
Waktu dan ruang dalam ibadah Kristen sangat penting sebagai wahana komunikasi.
Waktu. Penanggalan atau kalender adalah dasar sebagian besar ibadah Kristen kecuali
bagi ritus-ritus perjalanan kehidupan atau peralihan yang tidak rutin. Sentralitas waktu
mengungkapkan bahwa kekristenan adalah agama yang memperhitungkan waktu secara
serius, sebagai sarana Allah menjadi dikenal melalui waktu histori. Sentralitas waktu
dalam kekristenan direfleksikan dalam ibadah Kristen, seperti bagian-bagian kehidupan
lain, distrukturkan dengan mengulang ritme minggu, hari dan tahun. Waktu juga
merupakan bahasa komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Gereja memperlihatkan
penggunaan waktu yang menyingkapkan prioritas-prioritas iman dan praktik iman, seperti
orang-orang Kristen abad kedua sampai ke empat. Tahun gereja adalah refleksi kehidupan
dan iman gereja perdana yang sangat memuaskan, menjadi proklamasi dan serentak
pengucapan syukur, serta tetap digunakan dengan sedikit perubahan pada abad-abad
selanjutnya. Setiap pelayanan ibadah Kristen dikomposisikan atas dua macam kegiatan
peribadahan: ordinary (bagian-bagian yang tetap; tata dasar ibadah seperti Doa Bapa
Kami, persembahan, pengkuan iman dan puji-pujian) dan propers (pelengkap, unsur-unsur
yang berubah secara harian atau mingguan. Kalau penanggalan itu adalah landasan ibadah
Kristen, lantai pertamanya adalah tentu saja leksionari atau daftar bacaan-bacaan (lections)
(bacaan-bacaan) Kitab Suci yang bertumpu pada tahun Kristen. Ruang. Arsitektur gereja
tidak hanya merefleksikan cara orang-orang Kristen beribadah namun arsitektur juga
membentuk ibadah atau bisa membentuknya secara salah, dengan memberikan tata ruang
dan pernaungan yang diperlukan oleh suatu komunitas untuk melaksanakan ibadahnya
bersama-sama. Ibadah Kristen adalah tindakan yang memerlukan ruang. Ibadah
melibatkan serangkaian suara dan ruang mempengaruhi suara. Fungsi utama musik
gerejawi (musik liturgi) adalah untuk menambah dimensi keterlibatan ke dalam ibadah,
yang lebih ekspresif ketimbang ucapan biasa. Keheningan juga adalah satu bagian penting
ibadah. Keheningan yang terarah dapat secara intens menjadi komunal (mengaku dosa,
merefleksikan pembacaan Alkitab, doa syafaat), sementara pengkhayal yang tidak
berdisiplin tidak akan mendapat makna apa pun. Adapun kesenian liturgis yaitu untuk
membawa kita ke kesadaran akan kehadiran yang kudus, membawa kehadiran Allah ke
kesadaran kita. Dalam kesemuanya itu, pengaruh ruang yang di dalamnya kita beribadah
yang sangat menentukan.
Komunitas yang berkumpul untuk ibadah Kristen lebih mendasar pada dua bentuk
komunikasi lain: firman yang diucapkan dan tanda yang diwujudnyatakan, yakni cara
primer yang ditempuh umat untuk saling berhubungan. Beberapa bentuk ibadah dari
firman yang diucapkan: Doa umum harian, lebih bersifat pribadi, yaitu tanggapan kita
dalam memuji Allah di tengah-tengah kehidupan sehari-hari, selain itu lebih diperhatikan
kualitas (kesederhanaan dan keakraban) daripada kuantititasnya. Pelayanan firman, atau
khotbah yang maknanya erat sekali terkait pada sentralitas Kitab Suci, dimana
kelangsungan hidup gereja bergantung pada pelayanan firman sama seperti umat Israel
pada ibadah sinagoge.
Medium lain yang sama pentingnya dalam ibadah Kristen, yaitu sakramen-
sakramen yang membuat kasih Alah dapat dilihat, melalui tindakan-Nya yang memberikan
diri menjadi dapat dilihat melalui hubungan-hubungan kasih dalam komunitas. Seorang
menjadi Kristen melalui tindakan menjadi komunitas dengan cara hidup khas yang
melibatkan komitmen-komitmen etis dan kredo yang pasti, ditandai dengan sakramen yang
memproklamasikan apa yang sedang dilakukan Allah untuk membawa kita kepada iman.
Kasih Allah dibuat kelihatan juga dalam inisiasi Kristen yang melibatkan berbagai tahapan
dan tindakan-tindakan berupa tanda yang membawa kepada pembentukan seorang Kristen
(katekumenat, baptisan, confirmation, reception into membership, komuni pertama).
Adapula ekaristi atau perjamuan kudus, merupakan bentuk ibadah Kristen paling khas
memuat autoritas hubungan langsung dengan Sang Juruselamat itu sendiri.
Ibadah Kristen memberikan cara-cara untuk menghadapi aspek kondisi kita,
khususnya ketika beban dosa menjadi tidak dapat ditolerir lagi. Suatu peralihan menjadi
satu-satunya kontak dengan komunitas iman Kristen, yaitu: berbagai ibadah untuk
perjalanan kehidupan – rekonsiliasi dan penyembuhan, yaitu kesembuhan jiwa dan
pelayanan kepada orang sakit yang melibatkan berbagai tindakan kultus selama berabad-
abad; kemudian berbagai peristiwa yang memiliki kualitas hanya sekali berlaku dan
untuk semua: pernikahan Kristen; penahbisan yang adalah ritus peralihan yang disediakan
bagi segelintir minoritas orang-orang Kristen yang memasuki pelayanan yang ditahbiskan
(biasanya penumpangan tangan); panggilan dan penugasan Keagamaan; pemakaman
Kristen untuk menghibur orang-orang berduka dan mempercayakan orang mati kepada
Allah, disertai nyanyian, khotbah, doa dan pengakuan iman.

Kekurangan:
- Beberapa pembahasan yang diberikan terlalu panjang, melebar dan bertele-tele
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk dimengerti dan menemukan inti poin
pembahasannya.
Kelebihan:
- Materi pembahasan yang diberikan, disertai dengan banyak referensi dengan sumber
yang jelas, serta selalu dilengkapi dengan pandangan teologis.
- Materi disajikan dengan bahasa Indonesia yang cukup mudah untuk dimengerti,
khususnya bagi orang-orang awam, mengingat buku ini adalah buku terjemahan.
- Cover buku ini cukup menarik memberi makna sesuai pembahasan isi bukunya.
Kualitas kertas isi buku ini juga baik.
Tanggapan dan Aplikasi dalam Pelayanan:
Buku ini menguraikan begitu rupa bagaimana Ibadah Kristen dengan mengacu
pada kesimpulan bahwa semua liturgi atau tatanan ibadah yang dilakukan dalam ibadah
Kristen, semuanya tertuju kepada karya-karya Yesus Kristus dalam dunia ini sebagai
ungkapan diri Allah kepada manusia serta ungkapan syukur manusia atas semua karya-
Nya bagi kehidupan manusia. Walaupun ibadah Kristen dari zaman ke zaman mengalami
perubahan dan perkembangan, namun esensi/hakikatnya harus sesuai kehendak Tuhan di
dalam Firman-Nya yang tidak bisa diubah. Dengan memiliki hakikat ibadah yang sejati
dan benar maka akan berdampak dalam perwujudannya melalui ibadah-ibadah raya yang
bersifat batiniah, sehingga terjadi keseimbangan dan kesatuan antara ibadah yang batiniah
dan spiritual. Terdapat poin-poin yang perlu diperhatikan dalam kelangsungan suatu
ibadah tentunya perlu kerjasama dengan para jemaat. Jadi, pertama-tama perlu
memberikan pembelajaran yang benar juga kepada jemaat tentang bagaimana konsep
ibadah yang benar itu. Beberapa hal yang dapat diaplikasikan dalam ibadah yang dapat
kita terima dari bacaan ini, yaitu seperti penataan bahasa waktu dan bahasa ruang yang
mendukung ibadah berjalan dengan baik; pelaksanaan doa umum harian yang berkualitas
dengan sistem kesederhanaan dan keakraban; kualitas pelayanan firman yang berperan
penting dalam suatu ibadah, juga faktor musik sebagai pendukung dalam masuk ke dalam
pelayanan firman; dan berbagai bentuk sakramen, simbol, sebagai ungkapan kasih Allah
yang terlihat dijalankan dengan sistem yang telah diatur sesuai dengan pandangan teologis
yang benar.

Anda mungkin juga menyukai