Anda di halaman 1dari 6

2.2.

Kajian Teori
Pengertian Ibadah
Bahasa indonesia mengenal kata ibadah dan ibadat, keduanya sama artinya. kata
ibadah dan ibadat juga berasal dari bahasa Ibrani abodah dan bahasa Yunani literia, yang
aslinya adalah dipakai untuk menunjuk pada sikap pelayanan seorang budak kepada tuanya,
yang dilakukan dengan membungkukan badan atau berlutut sebagai tanda hormat. Jadi
ibadah dimengerti sebagai sikap tun duk dan hormat kepada Dia yang diakui sebagai Tuhan. 1
Kata jemaat berarti kumpulan atau himpunan, pada dasarnya sifat gereja dan jemaat
merupakan suatu persekutuan yang dilakukan pada suatu tempat tertentu yang berkumpul
untuk beribadah.2
Ibadah menurut Bruner dalam White F James bahwa ibadah bersifat dualistis yakni
ibadah sebagai pelayanan Allah kepada jemaat dan ibadah sebagai pelayan jemaat dihadapan
Allah. Selanjutnya dikatakan pula bahwa tak ada satupun yang terjadi didalamnya, kecuali
hanya Tuhan yang mengasihi diri sendiri berbicara kepada manusia melalui firmannya yang
kudus dan bahwa pada giliranya berbicara melalui doa, nyanyian dan perbuatan keseharian
kita.3 Dualisme pemikiran Bruner tersebut nerupakan suatu realitas kesatuan yang terjadi
dalam kesatuan jemaat dimana terjadi hubungan vertikal antara Allah dan jemaat maupun
hubungan horisontal antara jemaat dan jemaat adalah keikutsertaan Tuhan.
Abineno menyatakan bahwa ibadah merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh setiap
orang pada umumnya dan setiap orang kristen pada khususnya, karena dengan melakukan
1Phil HM. Nurkholis Setiawan, soetapa Djaka , Meniti Kelam Kerukunan, Yogyakarta BPK Gunung Mulia 2010 hal 473
2F.Reimer, cermin injil Liturgi , Jakarta . Yayasan Komunkasi Bina Kasih 1995 hal 50
3White F.James, Pengantar ibadah kristus (trj) Liem Sie Kei, Jakarta BPK Gunung Mulia 2002 hal 8-9

ibadah Allah bertemu dengan jemaat dan jemaat. Dalam pertemuan ini Allah berfirman dan
jemaat mendengar, Allah memberi dan jemaat mengucap syukur, Allah mengampuni dan
jemaat memuji namanya.4 Berdasarkan defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa ibadah
Kristen merupakan suatu yang penting dalam kehidupan berjemaat, sebab memulalui ibadah
Allah dan manusia bertemu dan berkomunikasi sehingga yang tersembunyi dari Allah dan
jemaat dapat diketahui dan diimplementasikan dalam kehidupan berjemaat. Ibadah juga
memberikan ringkasan yang mengarah tentang apa yang telah dilakukan Allah dan tentang
apa yang harus manusia perbaharui. Jadi ibadah mengarah kepada suatu pengulangan karya
penyelamatan Allah dari zaman dulu sampai sampai kini, dan terus berlangsung sampai akhir
zaman. Selanjutnya Ellemen juga berpendapat bahwa gereja harus selalu berada dalam karya
penyelamatan Allah, sebab gereja harus selalu kudus walaupun berada didunia. Gereja
dimampukan menjadi diri sendiri dan sadar akan dirinya dan berani mengakui apa sebenarnya
esensial dalam karya penyelamatan, Gereja dipersiapkan dan dimampukan untuk menanti
kedatangannya.5
Dengan demikian ibadah Kristen tidak hanya terbatas pada gedung gereja dalam arti
berdoa, bernyanyi dan mendengarkan firman tetapi ibadah juga harus dilihat dalam berbagai
segi kehidupan manusia. Ibadah kristen yang baik dan benar harus di wujudkan dalam
kehidupan melalui perbuatan yang nyata bagi sesama manusia.
2.3.
Ibadah dalam Perspektif Biblis
2.3.1. Ibadah Dalam Perjanjian Lama (PL)
Dalam perjanjian Lama, Ibadah pada zaman bapa-bapa leluhur merupakan hal yang
penting. Ibadah ini biasanya dilakukan di tempat-tempat pengorbanan, mesbah-mesbah

4F.L Abineno, Iabadah jemaat , Jakarta BPK Gunung Mulia 1987 hal 4
5Ibid hal 10

bakaran dan bait suci lazimnya bersifat perorangan. 6 Dalam konteks ini kehidupan Israel
kuno masih bersifat individual dan memunculkan paham individualitas, sehingga yang
dipentingkan dalam kehidupan pribadi mereka adalah kepentingan pribadi. Ibadah yang
dilakukan pada masa ini maknanya untuk penyembah dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari menjadi perhatian penting sebab ibadah bagi Israel merupakan wujud dari
kesetiaan mereka kepada Allah (UL 20: 12-27).
Pada zaman Ezra (zaman setelah pembuangan) ibadah Israel mengalami perkembangan
unsur utamanya adalah pembacaan Taurat serta penjelelasanya. Bacaan-bacaan yang dipakai
dalam ibadah itu merupakan hukum-hukum adat dan agama, cerita-cerita mengenai para
leluhur dan peraturan mengenai hidup bersama, yang semuanya dibacakan oleh imam
sinagoge.7 Implementasi dari pada torat sangat dibutuhkan dalam perilaku sosial sehingga di
angkat cerita mengenai para leluhur diketahui dan dipelajari dan hukum hukum adat, hukum
agama serta peraturan-peraturan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.2. Ibadah Dalam Perjanjian Baru (PB)


Pada gereja purba (perdana) para murid mengakui bahwa yesus di salibkan itu bangkit
dan hidup dan kini hadir di tengah gereja maka terjadi perubahan hidup dalam diri para
murid. Ibadah dan kehidupan bersama tidaknya dilakukan di sinagoge dan bait Allah pada
hari sabat (Luk 4:6, Mat 13:54, Kis 2: 43: 3 :1, Yoh 18:20 dst), 8 tetapi dilakukan di mana saja.
6H.H.Rowley, ibadah israel kuno (trj) I.J.Jakarta BPK Gunung Mulia 2002 hal 28
7Ibid hal 33
8E. Martasudja , Pengantar Liturgi, Yogyakarta Kanisius 1999, hal 44

Pemahaman demikian menunjukan adanya kemajuan pemikiran dari para murid tentang
makna dan misinya kedepan (Mat 28:19-20) yang tidak terikat oleh tempat dan waktu tetapi
kapan dan di mana saja maka mulailah gereja menyebar kemana-mana. Itu merupakan awal
dari misi yang penuh tantangan. Sejak awak kekristenan ibadah sering dilakukan pada hari
minggu, sebab saat itu adalah hari yang lebih menonjol dari hari hari lain.
Hari minggu sebagai hari peringatan penderitaan, kematian dan kebangkitan Tuhan
bahkan memancarkan sinar dari kegelapan mulailah pencipta baru. 9 Itu berarti dalam gereja
perdana hari minggu menjadi perhatian penting tanpa mengesampingkan hari-hari lainya.
Sebab dengan melakukan ibadah minggu menurut White jemaat merasa menjadi ciptaan dan
hidup penuh ingatan akan pengorbanan Tuhan. Bahkan sampai sekarang hari minggu adalah
lebih utama dari pada sebagian besar peribadatan sehingga pada hari minggu menjadi hari
perjamuan dan perkumpulan jemaat kristen, jemaat perdana berkumpul dan memecahmecahkan roti dalam perjamuan Tuhan (Kis 20:7 1 Kor 11:20)10 itu berarti bahwa gereja
perdana setiap hari minggu melakukan perjamuan untuk mengenang tindakan penyelamatan
Allah dengan tujuan untuk digunakan dan dipersatukan oleh Allah dan terus bertumbuh
dalam kualitas hidup yang terbaik.
Ibadah dalam tradisi reformasi selalu mengalami perubahan dan tidak ada bentuk
ibadah yang tidak ideal yang harus diikuti dalam segala zaman dan disemua tempat. Menurut
Ario Duba, masyarakat selalu berubah maka bentuk idealpun tidak ada, menurutnya ibadah
juga harus senantiasa berada dalam proses reformasi pembaharuan sebab bentuk-bentuk yang

9James F.White op. cit hal 42


10 E. Martasudjita op. Cit hal 42

mengungkapkan iman pada suatu generasi membutuhkan penilaian theologi yang segar dan
pada generasi yang berikutnya.11
Gereja menurut Duba selalu mengalami perubahan maka gereja aman reformasi ke zaman ini
telah telah mengalami perubahan yang sangat drastis. Ibadah di masa kini tidak dapat
ditentukan bentuk yang pasti,sebab ibadah telah memasuki budaya kontemporer dan benuk
itupun benar secara theology sebab ibadah haruslah relevan terhadap zaman,karena ibadah
buka milik orang lain tetapi haruslah milik kita.12
2.3.3. Ibadah Syukur Sakramen
Menjadi kesukacitaan bersama dalam mengungkapkan syukur bagi Tuhan atas
penyertaan dan penyelamatan Allah yang dianugerahkan kepada umatnya dalam berbagai
bentuk ibadah, khususnya dalam ibadah syukur perjamuan kudus (sakramen) yang dilakukan
setelah selesai mengikuti ibadah perjamuan kudus. Cara ini dilakuakn bagi setiap umat
kristen protestan dalam GPM. Namun, pelaksanaannya berbeda-beda tetapi tidak mengurangi
mankna ibadah syukur itu sendiri. Ada diantaranya GPM yang melakukan syukur setelah
selesai ibadah syukur, tetapi ada yang melakukan pada waktu petang (sore) hari. Tetapi, bagi
penulis sendiri maknanya sama.
Rasul Paulus dalam (I Kor 14:26) menasihatkan anggota-anggota jemaat di korentus,
supaya apabila mereka datang berkumpul dalam ibadah, hendaklah tiap-tiap orang
mempersembahkan sesuatu. Semua yang terjadi dalam ibadah haruslah berlngsung dengan
sopan dan teratur harus bermuara pada upaya membangun jemaat. Berdasarkan nasihat rasul
Paulus itulah oleh beberapa Gereja telah menetapkan beberpa tata ibadah bagi kegiatan
peribadahan terkait dengan hal ini Abineno mengatakan, kita harus mengusahakan tata ibadah
11Ario D, Duba, asas-asas alikitabiah dan protestan,Jakarta BPK Gunung Mulia 1980 hal 13
12Ibid, hal 18-19

sendiri yang dapat melayani jemaat-jemaat kita sebagai wahana yang baik bagi jawaban atau
respons dalam ibadah-ibadah.13
Dengan demikian makna ibadah tidak hanya terbatas pada perayaan di gereja melalui
acara ritual saja, tetapi harus terwujud di dalam sikap hidup jemaat dalam dunia melalui aksi
sosial yang dilakukan didasari pada pelayanan sikap serta cara berpikir jemaat. 14 Sejalan
dengan itu Liafbal mengungkapkan bahwa ibadah adalah suci dan kudus serta merupakan
suatu aktifitas kegiatan umat, dimana umat mendeklarasi kepada Allah bahwa dialah Allah
yang sangat mengasihi jemaatnya. Allah adalah kasih, penuh cinta kasih makna kehidupan
jemaat harus menjawab kasih melalui perkataan perbuatan dan seluruh aktifitas hidup sebagai
wujud dari ibadah.15
Ibadah juga mempunyai arti ungkapan sadar yang sukarela kepada Allah, karena ia
patut di sembah, Agung dan baik kepada jemaat. 16 Oleh karena itu ibadah akan bermakna bila
terjadi hubungan timbal-balik didalamnya, artinya ibadah adalahh satu pertemuan antara
Allah dengan jemaatnya atau sebaliknya jemaat dengan Allah. Dalam pertemuan itu terjadi
dialog antara Allah dengan jemaat dimana Allah berfiman jemaat menjawab,Allah memberi
jemaat menerima dan mengucap syukur, Allah mengampuni dan jemaat memuji namanya.

13Abineno. Buku ajar katekesasi, 2008, hal 56


14Rachman Rasid , Pengantar Pejarah Liturgi, (Tangerang: Bintang Fajar,1999) hlm 2
15Bruc Liafbal,Music Worship and The Indonesian Ministry Of Chunrh (California: International School of theology
Asean, 1978) hal 20

16Leigh W.Ronald , Melayani Dengan Efektif (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF) hal 10-11

Anda mungkin juga menyukai