Anda di halaman 1dari 29

TEKNOLOGI DAN MEDIA

PEMBELAJARAN PAK pL
Blog ini dirancang khusus untuk Bahan Ajar MK. Teknologi dan Media PAK atau Teknologi
dan Media Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Sebuah Bahan Ajar Online Mata Kuliah
MK. Teknologi dan Media Pendidikan Agama Kristen. Kiranya Bermanfaat. Blog dikelola
oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.

Beranda

Daftar Isi

Kompetensi Dasar 1

Lanjutan KD 1 Hakikat Teknologi

KD 2: Peran Teknologi Pembelajaran

KD 3 : Dimensi Teknologi Pembelajaran

KD 4: Sumber Belajar

KD 5: Media PAK

KD 6: Penggunaan Fasilitas Internet

lanjutan KD 6: contoh pemanfaatan www/blog

Filsafat Teknologi dan Media PAK

Teknologi dan Media PAK dengan Blogspot

Selamat Natal 2013

Teknologi Online

Memperindah Blog

Hasil Lomba Blog

Penayangan

Teknologi Media
Blogger

Wednesday, November 6, 2013


5. Media Pembelajaran PAK

Dasar-dasar Penggunaan Media dalam Pembelajaran


Dasar/landasan Alkitabiah (Dasar Teologis)

Perjanjian Lama

Tuhan adalah Roh adanya. Tidak dapat dilihat oleh manusia. Walaupun Tuhan itu Roh adanya
tetapi selalu berkomunikasi kepada manusia pilihan-Nya (umat Israel).
Agar supaya maksud Tuhan dapat dimengerti oleh manusia maka Tuhan sering memakai
media ketika menyampaikan maksudNya kepada manusia

Perjanjian Baru

Dalam PL Allah sering diceritakan berkomunikasi kepada oknum-oknum tertentu namun


dalam PB Allah itu menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus di dalam mengajar
sering juga menggunakan media.

Mat. 6:25-31 (burung, bunga, rumput=menggambarkan perhatian Allah kepada umat-Nya)

Mat. 18:1-6 = Siapa yang terbesar di dalam kerajaan Sorga = Anak kecil :kerendahan hati
Mahluk komunikasi yang rasional
Tuhan berkomunikasi dengan manusia melalui media
Manusia berkomunikasi dengan sesame memakai media

Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan akal untuk memanfaatkan segala yang ada
di dalam alam semesta ini dapat dipakai untuk menolong sesama memahami pesan melalui
berbagai media
Alkitab mengemukakan banyak bukti ttg penggunaan media.
Allah berfirman kepada manusia dengan memakai media.
Contoh: Kamu adalah garam (fungsi)dunia
Kamu adalah terang dunia
Yesus anak domba Allah
Singa dari suku Yehuda (Kekuatan/kekuasaan)
dll
Manusia memberi informasi kepada sesamanya dengan memakai media
Lihatlah anak domba Allah

Dasar/landasan Filosofis

Logi yang berbuah: ke-benar-an berpikir dari penggunaan media pembelajaran atau
pemikiran yang mendalam mengapa digunakan media dalam pembelajaran kita namakan
sebagai dasar filosofis. Dengan demikian lndasan Penggunaan Media Pembelajaran
Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media
hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang
manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media
pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang
lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat
kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar
sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti
dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana
pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa
sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki
kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil
teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan
pendekatan humanis.

Dasar Edukatif

Belajar adalah perubahan pengalaman si peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Tidak semua pengalaman belajar didapat peserta didik melalui pengalaman langsung. Ada
pengalaman belajar secara langsung tetapi ada pula secara tidak langsung. Dalam konteks
inilah media dibutuhkan dalam pembelajaran sehingga peserta didik mengalami pengalaman
belajar. Misalnya pengalaman belajar tentang suatu objek yang tidak dapat dilihat/dialami
secara langsung tetapi dapat dihadirkan di kelas melalui media sehingga peserta didik
mengalami pengalaman belajar tentang objek tersebut.
Kuda tidak dapat didatangkan di kelas tetapi cukup gambar, Ikan yang menelan Yunus tidak
dapat dihadirkan di kelas tetapi gambar tentang ikan besar dapat dihadirkan di kelas. Akan
tetapi ketika dibawa ke Ancol dan melihat Ikan Paus maka anak akan memiliki pengalaman
belajar yang bagus tentang ikan besar.

Dasar/landasan psikologis.

Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan
media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di
samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam
pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar,
memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi
hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara
efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga
dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan
pembelajaran
yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit
ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan
penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome Bruner,
mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari
belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar
dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal
ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F.
Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya
dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling
nyata ke yang paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang
berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian
nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media,
dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada
diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat
perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga
menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada proses operasi
mental siswa pada saat mengamati obyek

Secara psikologis, media mampu memberi rangsangan yang bervariasi kepada otak manusia,
sehingga otak dapat berfungsi secara optimal. Rangsangan ini disebabkan karena menurut
teori belahan otak1[1], manusia memiliki dua belahan otak, yaitu belahan otak kiri dan
belahan otak kanan.

Teori Belahan Otak

1. Belahan otak kanan dengan fungsi:

a. Menjadi tempat kedudukan pikiran visual, emosional, holistic, fisikal, spatial, dan kreatif.
b. Belahan otak kanan mengontrol tindakan.
c. Kemampuan intuisi
d. Kemampuan daya tanggap
e. Kemampuan daya imajinasi
f. Kemampuan kesadaran luas/mendalam
g. Kemampuan bawah sadar berpikir subjektif dengan suara batin

2. Belahan otak kiri dengan fungsi:

a. Menjadi tempat kedudukan pikiran yang bersifat verbal, rasional, analitikal, dan konseptual
b. Belahan otak kiri berfungsi mengontrol wicara
c. Kemampuan dalam proses logis deduktif
d. Kemampuan dalam intelektual

1
e. Kemampuan akan kesadaran yang berhubungan dengan pancaindera berpikir objektif dalam
pengelolaan situasi kondisi luar.

Kedua belahan otak (kiri dan kanan) tidak dapat dominan secara serentak pada saat yang
bersamaan. Ransangan pada salah satu belahan otak saja secara berkepanjangan akan
menyebabkan ketegangan. Karena itu, dalam proses pembelajaran kedua belahan otak perlu
dirangsang bergantian dengan rangsangan audio-visual2[2].
Jadi Dasar Psikologis menggunakan media yaitu manusia yang belajar melakukan kegiatan
sbb: membaca, mendengar, melihat, berbicara, menulis, melakukan dll. Bila potensi ini
diberdayakan secara baik maka akan terjadi pengalaman belajar yang tingkat prosentasinya
digambarkan sbb:

1. Membaca 10 %
2. Mendengar 20 %
3. Melihat 30 %
4. Melihat dan Mendengar 50 %
5. Berbicara dan menulis 70 %
6. Melakukan/Mempraktekkan 90 %

Landasan teknologis.

Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan,


pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran
merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan
belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan
masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang
telah disusun dalam fungsi
disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem
pembelajaran yang lengkap. Komponen-omponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media,
peralatan, teknik, dan latar.

Landasan empiris.

Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media


pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya,
siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media
yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar
visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual,
seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif,
akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.
Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika
menggunakan media
audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media
pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan

2[2] Yusufhadi Miarso, Ibid. hlm. 458


kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik
media itu sendiri.

Pengertian Media
Beberapa definisi:
1. Kata media berasal dari bahasa Latin. Istilah media yang merupakan bentuk jamak dari
medius/medium secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Pengertiannya sangat luas,
maka kita batasi saja pada media yang digunakan sebagai alat dan bahan bahan kegiatan
pembelajaran.

2. Media adalah alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi
3. Media adalah segala sesuatu yang dapat meyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan.
4. Media adalah segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi (pesan/pengajaran)
5. Media (medium) adalah tehnologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan
mendistribusikan symbol dengan melalui rangsangan indra tertentu, disertai penstrukturan
informasi.
6. Media (dalam lingkup pendidikan) adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan untuk kegiatan
tersebut.
7. Media pendidikan diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi
yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis.
8. Media pendidikan (Gagne 1970) adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
mahasiswa yang dapat merangsang/mempengaruhi mahasiswa untuk belajar.
9. Media adalah saluran atau kendaraan yang membawa isi pelajaran kepada murid. Alat bantu
tidak sepenuhnya menyalurkan pelajaran hanya bersifat pelengkap bagi media pengajaran,
misalnya papan tulis, gambar, audiovisual, model, dan sebagainya.
10. Media pembelajaran (Briggs 1970) adalah sarana untuk memberikan perangsangan bagi si
belajar supaya proses belajar terjadi.
11. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi
12. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
untuk belajar
13. Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar
14. Media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya
15. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi
16. Gagne dalam Sadiman et al (2008) menyatakan bahwa: Media pembelajaran adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya dalam belajar.
17. Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga
terjadi suatu proses pembelajaran.
Kesimpulan definisi media pembelajaran
1. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
(pelajaran) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta
didik/si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja,
bertujuan, dan terkendali.
2. Media pembelajaran adalah alat komunikasi pembelajaran yang digunakan untuk
meyampaikan pesan/materi pelajaran (definisi Tim AA: Applied Aproach)

Fungsi/kegunaan/pentingnya dan nilai Media Pembelajaran

Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul mempertanyakan
pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.
Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran,karena proses
belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian pesan dari pengantar ke
penerima.
Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal
(kata-kata& tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-
simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.
Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak.Kegagalan/ketidakberhasilan dalam
memahami apa yang didengar, dibaca,dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan atau
penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise (Kegagalan).
Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.
Lantas dimana fungsi media? Ada baiknya kita melihat diagram cone of learning dari Edgar
Dale yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan:
Secara umum media mempunyai kegunaan:

1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber
belajar.

4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
auditori & kinestetiknya.

5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan


persepsi yang sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar

2. Pembelajaran dapat lebih menarik

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan


7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan

8. Peran guru berubahan kearah yang positif

Menurut Yusufhadi Miarso

1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga otak
kita dapat berfungsi secara optimal (belahan otak: kiri dan kanan) lihat teori belahan otak.
2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik.
Pengalaman peserta didik itu berbeda-beda.
3. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara
langsung di dalam kelas oleh para peserta didik karena berbagai factor, misalnya: Objek
terlalu besar (Candi, Stasiun, dan lain-lain), objek terlalu kecil untuk diamati, gerakan-
gerakan yang terlalu cepat dan sulit ditangkap mata biasa (kepakan sayap burung dll)
4. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dan lingkungannya
5. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.
8. Media memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, pada tempat
dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
9. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkannya kesadaran
akan dunia sekitar.
10. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri pendidik dan peserta didik.

TEORI BELAHAN OTAK


Dari hasil penelitian-nya, Sperry menemukan bahwa kedua belahan otak
berkaitan dengan aktivitas yang berbeda pula. Pembagian kerja otak secara garis
besar adalah sebagai berikut:
Otak Kiri Otak kanan
Kata-kata Irama
Logika Kesadaran spasial
Angka Dimensi
Urutan Imajinasi
Linear Melamun
Analisis Warna
Daftar Kesadaran holistic
Sisi kiri dari otak manusia menangani masalah-masalah logika dan
matematika, serta memproses secara berurutan. Otak kiri menangani rincian,
mengatur data, dan mengendalikan pembicaraan serta kemampuan menulis.
Otak kiri bekerja dengan cara lebih acak, kurang teratur. Otak kanan
menangani kreativitas, interpretasi serta metafora dan sebagainya dan bekerja
dengan perasaan dan intuisi seseorang.
Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak. 3
[3] Misalnya dalam hal menulis, tulisan yang baik memanfaatkan kedua belahan
otak. Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan

3[3] Hernowo, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar secara Kreatif
(Bandung: MLC, 2006), h1m.53.
(emosional) dan belahan otak kiri (logika). 4[4]
Berdasarkan teori belahan otak, setiap manusia diperintah oleh cara kerja
belahan otak kiri dan kanan. Kecerdasan emosional berhubungan dengan belahan
otak kanan, itu berarti kepandaian bergaul, perilaku yang baik, mudah bergaul,
sopan santun, kesukaan pada music, seni, olahraga dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan emosional selalu berkait dengan cara kerja otak kanan,
sedangkan kemampuan IQ seperti kemampuan logika berhubungan dengan belahan
otak kiri. Hal ini berarti bahwa pengembangan kecerdasan anak harus juga
dihubungkan dengan pemahaman akan belahan otak kiri dan kanan.

Beberapa kegunaan dari media pembelajaran menurut Sadiman et al (2008) adalah :

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbasan ruang, waktu dan daya indera.

3. Mengatasi sifat pasif pada siswa

4. Memberikan persepsi dan pengalaman yang sama pada siswa, dengan latar belakang
lingkungan dan kecepatan penyerapan konsep yang beraneka ragam

Sedangkan Rahadi (2008) menuliskan beberapa keuntungan dari media pembelajaran berupa
lingkungan sekitar (ruang terbuka), yaitu :

1. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di ingkungan.

2. Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.

3. Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit,
tidak verbalistik.

4. Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda


tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai
dengan konsep pembelajaran kontekstual.

5. Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui
media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena
siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya
sehari-hari.

6. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media


lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau
peristiwa sesungguhnya secara alamiah.

7. Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya
mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).

4[4] Bobbi De Porter dan Mike Hemacki, Quantum Learning (Bandung: Kaifa,
2005), hlm.179.
Pola/pedoman Umum Penggunaan Media dalam Proses Pembelajaran
Pedoman umum penggunaan media menurut Miarso sbb:
1. Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Masing-
masing jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Disarankan menggunakan media
secara kombinasi dua atau lebih media akan mampu membantu tercapainya tujuan
pembelajaran.
2. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
3. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan cirri media dengan karakteristik
materi pelajaran yang disajikan.
4. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan seperti belajar secara klasikal, belajar dalam kelompok kecil, belajar secara
individual, atau belajar mandiri.
5. Penggunaan media harus disertai dengan persiapan yang cukup seperti mempreview media
yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas
sebelum pelajaran dimulai dan sebelum peserta masuk.
6. Peserta didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar mereka dapat
mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting selama penyajian berlangsung.
7. Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta.

Taksonomi Media Pembelajaran (Klasifikasi Media


Pembelajaran)
Menurut Prof. Dr. Yusufhadi Miarso (2004:462-465) sbb:

1. Media Penyaji
2. Media Objek
3. Media Interaktif

Penjelasan 3 media di atas

1. Media Penyaji terdiri dari:

1.1. Media Visual Diam:

1. Grafis : media grafis dibuat melalui proses gambar


2. Bahan cetak: media bahan cetak mempunyai symbol huruf dan angka
3. dan gambar diam: media gambar diam dibuat melalui proses fotografi

Ketiga media di atas dikelompokkan menjadi satu karena ketiga-tiganya memakai bentuk
penyajian yang sama, yaitu visual diam, dan kesemuanya memperagakan pesan yang
disampaikan secara langsung. Ketiga-tiganya sering digunakan bersama-sama dalam bentuk
cetakan maupun alat peraga seperti poster-poster sampai buku-buku teks.

Implikasi dalam proses pembelajaran PAK (penyampaian isi PAK) melalui media:

Grafis : cari gambar, buat gambar sesuain isi PAK


Bahan cetak : Buku-buku PAK, tulis buku-buku Pendidikan Kristen. Misalnya
Kurikulum Sekolah Minggu, dll
Gambar diam : pakai kamera yang tersedia, foto objek-objek yang relevan
dengan isi PAK. Miliki kamera, hp yg punya fasilitas camera utk
dipakai mengambil gambar yg cocok dengan materi PAK

1.2. Media Proyeksi Diam:

1. Film bingkai (slide)


2. Film rangkai (filmstrip)
3. Transparansi
4. Proyektor pantul (opaque projector)

Melalui media ini, informasi yang disampaikan dalam 3 dari lima bentuk informasi dasar,
yaitu: gambar, cetakan, dan grafik garis.

Implikasi dalam proses pembelajaran PAK. Media di atas dapat dipakai jika tersedia di
tempat pelaksanaan proses pembelajaran PAK dan atau dapat diusahakan sendiri bila sudah
melewati nyanyian umar Bakrie (alias ada uang yang cukup)

Film bingkai (slide)


Film rangkai
Transparansi
Proyektor pantul

1.3. Media Audio:

Media yang hanya menyalurkan pesan/informasi dalam bentuk bunyi.


Bahan audio yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah:
1. Rekaman dalam bentuk pita dan piringan hitam
2. Media audio yang disalurkan melalui telekomonikasi yang juga dipakai dalam pendidikan,
yaitu: radio dan telepon, serta hand phone.
Radio: memiliki sejarah yang panjang dalam siaran pendidikan
Telepon: baru saja digunakan dalam pendidikan melalui kuliah jarak jauh (telelecture) atau
tehnik jaringan penerimaan yang diperluas.
Hp. Pendidikan: pernah dipakai dalam proses pembelajaran (dari Belanda ke Indonesia).
Media Audio + media visual diam: merupakan kombinasi rekaman audio dan bahan-bahan
visual diam. Contoh film rangkai suara, yang biasa menggunakan rekaman yang
disinkronisasikan dengan gambar pada film rangkai.

1.4. Gambar Hidup (Film):

Media presentasi yang paling canggih adalah media yang dapat menyampaikan lima macam
bentuk informasi: gambar, garis, symbol, suara dan gerakan. Media itu ialah gambar hidup
(film) dan telivisi/video.
Televisi
Televisi memberikan penyajian yang serupa dengan film tetapi menggunakan proses
elektronis dalam merekam, menyalurkan, dan memperagakan gambar.
Macam-macam TV siaran:
1. TV untuk siaran
2. TV untuk siaran terbatas
3. papan tulis jarak jauh (telewriting) yang kurang dikenal

1.5. Multimedia
Multi Media adalah penggunaan lebih dari satu media/menggunakan berbagai media di dalam
menyampaikan pesan/isi pelajaran.
2. Media Objek
Media objek meliputi dua kelompok, yaitu:
Objek yang sebenarnya dan objek pengganti
2.1. Objek yang sebenarnya
Objek yang sebenarnya dapat dibagi menjadi
1. Objek alami dan
Objek alami terdiri atas objek yang hidup dan yang tidak hidup. Objek alami adalah segala
sesuatu yang terdapat di alam dan mengandung informasi bagi kehidupan, termasuk misalnya
batuan dari bulan yang berhasil dalam ekspedisi ke bulan.
Realita : Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar
2. Objek-objek bauatan.
Objek-objek buatan manusia, misalnya gedung-gedung dan bangunan-bangunan lain, mesin-
mesin, alat-alat, mainan, alat-alat komunikasi, jaringan transportasi, dan semua benda yang
dibuat manusia untuk keperluannya.
2.2. Media objek pengganti
Media objek pengganti adalah benda-benda yang dibuat untuk mewakili atau menggantikan
benda-benda sebenarnya. Karena itu jenis media ini juga disebut objek pengganti.
Objek pengganti banyak dikenal dengan nama:
Replica. Replika adalah suatu reproduksi statis suatu objek dengan ukuran yang sebenarnay.
Model. Model adalah sebuah reproduksi yang kelihatannya sama tetapi biasanya diperkecil
atau diperbesar dalam skala tertentu dan seringkali mempunyai bagian-bagian yang bergerak
menurut pola benda yang sesungguhnya. Atau model adalah benda tiga dimensi yang
merupakan representasi dari benda
sesungguhnya
3. Media Interaktif.
Media Interaktif adalah perpaduan media penyaji dan media objek yang berlangsung secara
interaktif. Dalam hal ini karakteristik terpenting kelompok adalah peserta kelompok tidak
hanya memperhatikan penyajian atau objek, tetapi dipaksa untuk berinteraksi selama
mengikuti pelajaran
Tim Appllied Aproach (AA) dari Universitas Negeri Solo merumuskan klasifikasi media
pembelajaran sbb:
1. Media yang tidak diproyeksikan
2. Media yang diproyeksikan
3. Media Audio

Media Video
Format media yang memanfaatkan tabung katoda/LCD untuk menayangkan pesan dalam
bentuk animasi dan film.
1. Media Multimedia berbasis computer
2. Multimedia kit.
Media tidak diproyeksikan:
1. Realia: benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar
2. Model: benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda sesungguhnya
3. Bahan grafis: gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan
4. Display: bahan pameran/display yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu
Media yang diproyeksikan:
OHP (Over Head Projector): alat untuk memproyeksikan gambar atau tulisan pada
transparansi film
Slide Projector: alat untuk memproyeksikan gambar atau tulisan pada film positif

Media Audio:

Berbagai cara untuk merekam dan menyampaikan suara untuk suatu kompetensi/tujuan
pembelajaran (media dengar)
Media Berbasis Komputer:
Media yang dioperasikan melalui computer, yang biasa dikenal sebagai perangkat lunak
(software)
Kelebihan:
1. Memungkinkan terjadinya interaksi mahasiswa dan materi pelajaran
2. Proses belajar secara individual sesuai kemampuan mahasiswa
3. Menampilkan unsure audio visual
4. Langsung memberikan umpan balik
5. Menciptakan proses belajar yang berkeisinambungan
Kekurangan:
1. Alatnya masih mahal
2. Perlu ketrampilan khusus untuk mengoperasikan
Multi Media Berbasis Komputer
Media yang mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti: teks, gambar, grafis, dan suara
yang dioperasikan dengan computer.
Bentuk:
Video Interaktif
CD Room
Digital video interaktif
Multi Media Kit
Paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media yang digunakan untuk menjelaskan
materi tertentu, yang biasanya dilengkapi dengan buku panduan (stud guide, lembar kerja
yang moduler atau koleksi materi-materi yang melibatkan lebih dari suatu jenis media.
Portofolio
Kumpulan karya pebelajar yang menggambarkan perkembangannya selama periode waktu
tertentu
Portofolio dapat berupa/berisi:
1. Dokumen tertulis
2. Makalah penelitian
3. Puisi
4. Penyajian Media
5. Slide
6. Potret
7. Rekaman audio tentang diskusi
8. Presentasi lisan
9. dll

Karakteristik dan Kemampuan Setiap Media Pembelajaran


Seorang Pendidik yang hendak menggunakan media dalam pembelajaran hendaknya
memperhatikan karakteristik dan kemampuan masing-masing media. Perlunya seorang guru
memperhatikan karakteristik dan kemampuan media yaitu supaya seorang guru dapat
memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Sebagai contoh media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik
pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk
pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan
tanpa media sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan
sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat
perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya
menggunakan alat yang sama pula.
Media Video
Kelebihan
Dapat menstimulir efek gerak
Dapat diberi suara maupun warna
Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya.
Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya
Kekurangan
Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya
Memerlukan tenaga listrik
Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam pembuatannya

Media Berbasiskan Komputer

Bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan


Praktek dan latihan (drill & practice)
Tutorial
Permainan (games)
Simulasi (simulation)
Penemuan (discovery)
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Media Cetak
Kelebihannya:
Murah

Dapat diakses oleh kalangan luas

Tidak memerlukan peralatan


Bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana

Dapat digunakan untuk menyampaikan semua materi pembelajaran

Bisa dibaca di mana saja dan kapan saja, tidak terikat tempat dan waktu

Kelemahannya

Membutuhkan reading habits

Membutuhkan pengetahuan awal (prior knowledge)

Kurang bisa membantu daya ingat

Apabila penyajiannya (font, warna, ilustrasi) tidak menarik, akan cepat membosankan

TRANSPARANSI

Kelebihan:

penggunaannya praktis

tidak memerlukan ruang gelap. Karena itu siswa atau peserta didik dapat melihatnya
sambil mencatat

mudah dioperasikan, sehingga tidak memerlukan operator khusus

guru dalam menyajikannya dapat bertatap muka dengan siswa/peserta didik.

Kelemahan:

memerlukan peralatan khusus untuk penampilan, yaitu Overhead Projector (OHP)

memerlukan penataan yang khusus

memerlukan kecakapan khusus dalam pembuatannya

menuntut cara kerja yang sistematis karena susunan urutannya mudah kacau.

Audio

Kelebihan:

Imajinatif

Individual
Relatif lebih murah

Mobile

Dapat merangsang partisipasi aktif pendengarnya

Sangat tepat untuk materi musik dan bahasa

Mengatasi batas waktu dan ruang

Radio: aktual, dapat menjangkau khalayak luas, siaran langsung, tidak dapat diulang

Kaset: dapat diputar ulang, dapat digunakan untuk merekam ulang

Kelemahannya:

Komunikasi satu arah


Abstrak, terutama berkaitan dengan angka, ukuran, penghitungan dll

Auditif, sehingga membutuhkan konsentrasi dalam mendengarkan

Radio: tidak bisa diulang, kontrol ada pada stasiun radio, rentan cuaca, kalau tidak
menarik pendengar beralih stasiun lain

Kaset: bisa terhapus, bisa kusut, tdk bisa disimpan lama

Slide Suara

Kelebihannya:

Dapat digunakan dalam kelompok besar (kelas)

Dapat memusatkan perhatian

Di bawah kontrol guru

Dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai materi pembelajaran

Tahan lama (awet)

Penyimpanannya mudah

Kelemahannya:

Gambar yang lepas menjadikannya mudah hilang

Hanya menyajikan gambar diam


Memerlukan ruangan yang gelap, sehingga tidak ada aktifitas lain

Biaya pembuatannya mahal

Memerlukan peralatan Proyektor Slide dan Kaset player

Harga peralatan mahal

Suku cadang semakin susah didapatkan

Multi Media
Kelebihannya:

Interaktif

Individual

Fleksibel

Cost effectiveness

Motivasi

Umpan balik

Record keeping

Kontrol ada pada pengguna

Kelemahannya:

Hanya akan berfungsi untuk hal-hal sebagaimana yang telah diprogramkan

Memerlukan peralatan (komputer) multimedia

Perlu persyaratan minimal prosesor, memori kartu grafis dan monitor

Perlu kemampuan pengoperasian, untuk itu perlu ditambahkan petunjuk pemanfaatan

Pengembangannya memerlukan adanya tim yang profesional

Pengembangannya memerlukan waktu yang cukup lama

Tidak punya sentuhan manusiawi


Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio
visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena
kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah
dengan teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan
pembelajaran.
Dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang
sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer:

1. Perangkat keras -dan lunak- yang mahal dan cepat ketinggalan jaman

2. Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat yang dibeli
saat ini beberapa tahun kemudian akan ketinggalan zaman.

3. Pembuatan program yang rumit serta dalam pengoperasian awal perlu pendamping
guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini bisa disiasati dengan pembuatan modul
pendamping yang menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program.

Pemakaian Komputer dalam Kegiatan Pembelajaran


Untuk Tujuan Kognitif
Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan
kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan
sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk
kegiatan pembelajaran mandiri.
Untuk Tujuan Psikomotor
Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus
digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain;
simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan
sebagainya.
Untuk Tujuan Afektif
Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang
isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan
media komputer.

Kriteria Memilih Media Pembelajaran

1. Kesesuaian, yaitu antara fungsi media dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang ingin dicapai.

2. Mewakili, yaitu media dapat mewakili konsep yang abstrak.

3. Ekonomis dan praktis, yaitu media tidak memerlukan biaya yang mahal serta mudah
dalam penggunaan.

4. Keamanan, yaitu tidak mengakibatkan kecelakaan, atau hal-hal yang dapat


mencederai siswa.

5. Keindahan, yaitu media berbentuk menarik dan bernilai estetika.


Dengan kata lain Pemilihan dan Pemanfaatan Media dapat memperhatikan syarat:

1. Kompetensi/Tujuan pembelajaran yang akan dicapai


2. Karakteristik peserta didik
3. Kondisi yang ada (ketersediaan perangkat lunak dan perangkat kerasnya)
4. Materi perkuliahan
5. Biaya: ekonomis dan praktis
6. Kemampuan pendidik dalam mengoperasikan

PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN dan Penggunaan MEDIA dalam PEMBELAJARAN

Beberapa prinsip pembuatan media pembelajaran yang perlu diperhatikan (Rahadi : 2008),
adalah yaitu :

1. Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.

2. Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama


konsep yang abstrak.

3. Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk


bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)

4. Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung


unsur yang membahayakan siswa.

5. Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal

6. Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan

7. Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa

8. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah


diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah

9. Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran
didik

Pengembangan Media Pembelajaran5

1. Prinsip pengembangan media Pembelajaran


Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai
dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Semakin

5[1] Yusufhadi Miarso dalam buku Menyemai Benih Teknologi Pendidikan ((Jakarta
: Pustekomdiknas,20040, hlm. 458. Mengemukakan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Roger W. Sperry, pemenang hadiah Nobel tahun 1984 yang
dimuat dalam buku yang ditulis oleh B.R. Hergenhahn, An Introduction to
Theories of Learning, Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall Inc, 1988
meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika
proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan
memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. Dalam konteks inilah maka
diperlukan pengembangan media pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran haruslah
didasarkan atas prinsip-prinsip pengembangan media yang menolong peserta didik untuk
terlaksananya belajar. Belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah
merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber
belajar yang disebut orang.
AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) membedakan enam
jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:

1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran.

2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.

3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan


pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over
head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut
software).

4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan
pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder,
dan sebagainya.

5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam
membeikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup
ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.

6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang,


pencahayaan, dan sebagainya.

2. Syarat-syarat pengembangan media pembelajaran

1. Mudah dilihat
2. Menarik
3. Sederhana
4. Isinya berguna/bermanfaat
5. Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
6. Masuk akal/sah
7. Terstruktur/tersusun dengan baik

[1] Yusufhadi Miarso dalam buku Menyemai Benih Teknologi Pendidikan ((Jakarta :
Pustekomdiknas,20040, hlm. 458. Mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Roger W. Sperry, pemenang hadiah Nobel tahun 1984 yang dimuat dalam buku yang ditulis
oleh B.R. Hergenhahn, An Introduction to Theories of Learning, Englewood Cliffs, NJ :
Prentice Hall Inc, 1988
[2] Yusufhadi Miarso, Ibid. hlm. 458
[3] Hernowo, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar secara Kreatif (Bandung:
MLC, 2006), h1m.53.
[4] Bobbi De Porter dan Mike Hemacki, Quantum Learning (Bandung: Kaifa, 2005),
hlm.179.

Posted by Yonas Muanley at 9:10 PM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: Media PAK
Media Pembelajaran dalam Alkitab

Di dalam Alkitab Allah sudah menggunakan media alat peraga dalam

mengajar umatNya sekalipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Allah

selalu menggunakan alat peraga berupa media visual untuk berkomunikasi

dengan umat-Nya. Dia berbicara dan pesan-Nya yang didokumentasikan di

dalam Alkitab. Namun dia sebenarnya melakukan lebih banyak lagi selain

berbicara. Dia juga menggunakan berbagai alat visual untuk menguatkan pesan-

Nya. Di dalam Alkitab ada beberapa media yang digunakan Allah sebagai alat

peraga untuk menyampaikan pesan-Nya.

Tuhan menggunakan media bejana (Yer. 18:1-7) untuk menyatakan isi

hatinya kepada bangsa Israel. Dalam Yeremia 18, kata bejana dalam bahasa

Ibrani memakai kata tx;v.nIw> (wniHat) yang memiliki bentuk verb


niphal waw consec perfect masculine singular. Penggunaan bejana dalam

masyarakat Timur Tengah bukanlah sesuatu yang baru, karena pembuatan

bejana dari tanah liat yang dikeraskan oleh api sudah dikenal sejak milenium ke

6 SM. Bahkan hasil survey para arkeolog menunjukkan bahwa pada zaman
Palestina kuno sudah terdapat produksi bejana yang sangat menjamur di

berbagai tempat di Palestina kala itu.6[1]

Sesungguhnya kata bejana - tx;v.nIw> (wniHat) dalam

Perjanjian Lama memiliki banyak varian sinonim yang menunjukkan keragaman

fungsi penggunaan. Misalnya dalam Ezra 1:9 memakai kata lj'r>g:a]


(garl) yang diterjemahkan sebagai bokor; dalam Zakharia 4:2 memakai

kata HL'Ku (gulh) yang diterjemahkan sebagai kandil (sejenis mangkuk


bulat sebagai tempat minyak dalam lampu); dan dalam Kel 16:33 memakai kata

tn<c<n>ci (cincenet) yang diterjemahkan sebagai buli-buli (sebuah


tabung untuk menyimpan sebuah cairan).7[2]

Dalam keragaman fungsi penggunaan sebuah bejana di atas pada

dasarnya menunjukkan bahwa sebuah bejana merupakan sebuah benda yang

sangat digemari oleh masyarakat Israel untuk dipakai sebagai sebuah wadah /

tempat. Hal ini dapat dimengerti karena sebuah bejana pada umumnya memiliki

daya tahan (durabilitas) yang sangat tinggi, dimana setelah objek tanah liat

dipanaskan pada suhu tingkat tinggi dan mengeras serta membentuk sebuah

bejana padat, maka meskipun bejana itu akan pecah, namun pecahannya tidak

akan pernah membusuk atau menghilang. Oleh sebab itu tidak heran, dalam

6[1]D.N. Freedman, The Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday,


1996), 428.

7[2]D.R.W. Wood, New Bible Dictionary (Downers Grove: Inter Varsity


Press, 1996), 1224.
penggalian arkeologi di wilayah Palestina seringkali ditemukan pecahan-pecahan

bejana zaman Israel kuno yang kualitasnya masih bagus. 8[3]

Allah menggunakan media pembelajaran kepada Nabi Yeremia melalui

bejana yang dibuat oleh tukang periuk hal ini untuk menjelaskan perbuatan Allah

kepada bangsa Israel, agar Yeremia memberi tahukan kejahatan dan dosa

bangsa Yehuda, Allah berharap melalui Nabi Yeremia mereka mau bertobat. 9[4]

Tuhan sedang mengajar atau mendidik bangsa Israel dengan memberi gambaran

tentang bejana di tangan tukang periuk. Dalam Yeremia 18:6 Tuhan berkata

"Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai

kaum Israel, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan

tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!.

Dalam perjanjian baru Tuhan banyak menggunakan media dalam

pengajarannya, salah satunya adalah Tuhan memakai benih. Dalam Matius 13:1-

23, kata menabur benih dalam bahasa Yunani memakai kata

spei,rein(speirein) yang memiliki bentuk verb infinitive present active dan

berasal dari kata benda spei,rw(speiro).Kata ini muncul sebanyak 52 kali dalam
seluruh Perjanjian baru, dimana paling sering muncul dalam Matius (17 kali) dan

Mark (12 kali), dan 14 kali dalam tulisan-tulisan Paulus.

Di dalam Injil biasanya menggunakan kata benih - spei,rw(speiro) secara


harafiah , seperti dalam perumpamaan tentang penabur (Mat 13:3, 4, 18, 19, 20,

22, 23; Mrk 4:3, 4, 14, 15, 16, 18, 20; Luk 8:5), lalang di antara gandum ( Mat

8[3]D.N. Freedman, The Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday,


1996), 433.

9[4]Chris Marantika, Kepercayaan dan Kehidupan (Yogyakarta: Sekolah Tinggi


Theologi Injili Indonesia, 1996) 218.
13:24, 27, 37, 39 ), biji sesawi (Mat 13:31; Mrk 4:31, 32), dan gambaran burung-

burung di udara yang tidak menabur benih (Mat 6:26; Luk 12:24). Sedangkan

dalam penafsiran tentang kata benih dari perumpamaan tentang penabur (Mat

13:1-23), Yesus mengandaikan benih sebagai bentuk pemberitaan firman Allah

tentang Kerajaan Surga dan, dimana menuntut respon dan perilaku orang

percaya dalam menyambut benih Firman yang telah ditabur oleh Allah. 10[5]

Sebuah benih pada dasarnya adalah sebuah investasi kecil dengan potensi

nilai yang besar, dan merupakan langkah yang penting dalam sebuah

reproduksi. Meskipun jumlah benih hanya satu, namun itu dapat menjadi berlipat

banyaknya melalui sebuah kematian dari benih itu sendiri. Konsep inilah yang

dibawa Yesus kepada pendengar-Nya untuk menjelaskan maksud dari kematian-

Nya (bdk. Yoh 12:24), dan juga Paulus ketika memberikan penjelasan kepada

orang-orang di Korintus tentang kebangkitan tubuh (bdk. 1 Kor 15:35-37). 11[6]

Konsep tentang benih pada dasarnya juga merupakan sebuah investasi

yang sangat tergantung pada lingkungannya. Jika lingkungannya baik, maka

sebuah benih dapat berkembang dan menghasilkan banyak, namun jika

lingkungannya tidak baik, maka benih tersebut akan mati dan tidak

menghasilkan apa-apa.12[7] Konsep ini tentu sangatlah sesuai dengan

perumpamaan Yesus tentang benih (Mat 13:1-23), dimana permasalahan

10[5]H.R. Balz &G. Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament


(Grand Rapids: Eerdmans, 1990), 263.

11[6]D.R.W. Wood, New Bible Dictionary (Downers Grove: Inter Varsity


Press, 1996), 1073.

12[7] L. Ryken, J. Wilhoit, T. Longman, Dictionary of Biblical Imagery (Downers


Grove: Inter Varsity Press, 2000), 770.
lingkungan (tanah) yang membuat sebuah benih tidak dapat berkembang

dengan baik.

Perumpamaan yang digunakan Tuhan Yesus dalam mengajar kebanyakan

mengambil gambaran kehidupan sehari-hari, yang digunakan untuk

menyampaikan kebenaran yang abstrak. Seorang penabur keluar untuk

menabur, Ia memulai dengan memberikan ilustrasi yang memungkinkan untuk

di responi. Penabur dan biji adalah hal yang umum, sesuatu yang dimengerti

oleh semua yang mendengarkan-Nya.

Yesus saat Dia mengajar para murid-Nya telah mengunakan seluruh media

yang ada. Nilai nilai dari media pembelajaran yang Yesus lakukan adalah :

Pertama, meletakan dasar-dasar yang konkrit, dan mengurangi

verbalisme.

Yesus menggunakan media pembelajaran sehingga menghasilkan suatu dasar

dimana sesuatu yang verbal dapat menjadi lebih konkrit dan nyata, sehingga

tidak menghasilkan kebingungan kepada siswa.

Kedua, memperbesar perhatian para peserta didik. Yesus menggunakan

media pembelajaran ini sendiri akan menumbuhkan perhatian yang lebih dari

orang-orang atau dari para muridnya, sehingga para murid lebih dapat

memperhatikan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Ketiga, meletakan dasar dasar yang penting untuk perkembangan belajar

dan membuat pelajaran lebih mantap. Yesus dalam mengajar tidak dengan

sembarangan memberikan media sebagai alat bantu dalam memberikan

pembelajaran, tetapi Yesus memberikan suatu dasar yang penting agar murid

dapat belajar lebih lagi dan diajak untuk berpikir lagi ketika diberikan

pembelelajaran.
Keempat, memberikan pengalaman yang nyata yang dapat

menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. Yesus juga

membrikan suatu pengalaman yang nyata dalam pembelajarannya, seperti pada

saat Dia memberikan contoh pohon ara yang dikutuk, sebagai suatu

kepercayaan yang penuh kepada Allah dan tidak goyah dalam doa.

Kelima, menumbuhkan pemikiran yang pemikiran yang teratur dan terus

menerus. Yesus memberikan media pembelajaran agar para murir dapat

menumbuhkan pemikiran yang teratur dan terus menerus, tidak hanya

menerima pada saat itu dan hilang kemudian, tetapi terus menerus diingat dan

di aplikasikan.

Keenam, membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian

membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Yesus juga dalam

memberikan pengajaran menggunakan media pembelajaran untuk membantu

para murid menumbuhkan pengertian dan mengembangkan kemampuan

berbahasa.

Puncak dari pengunaan Media Pembelajaran, Dia mengunakan Diri-NYA

sendiri sebagai contoh yang sulit dilupakan dengan menjalani jalan salib yang

penuh penderitaan yang mencengkam kehidupan para murid-Nya yang masuk

kedalam kematian dan kebangkitan dan kenaikan kesorga dan memberikan Roh

Kudus sehingga sangat efektif mengajar para murid sehingga para murid mampu

bukan hanya menyerap pelajaran dari Yesus Guru Agung melainkan

memampukan mereka untuk mengajar generasi-generasi berikutnya.

Yesus yang penuh hikmat dan kuasa memberikan model pembelajaran

yang secara kreatif mengunakan segala hal yang ada di dalam kehidupanNya

dan disekitarNya sebagai media pendidikan efektif. Proses pembelajaran agar

kita kreatif dan mampu mengunakan media yang ada di sekitar kita agar
amanatNya terlaksana maka kehadiran Roh Kudus dan proses belajar terus

menerus yang dirancang olehNya akan membuat kita semakin efektif

mendapatkan nilai-nilai dari media pembelajaran dan Tuhan dipermuliakan. Dari

sini dapat dilihat bagaimana Yesus sebenarnya ingin mengajarkan kepada murid-

muridNya melalui perbuatan simbolis, pertama-tama Ia mengajarkan bahwa

pelayanan-Nya berarti perlu pengorbanan diri sebagai suatu tujuan utama

kehidupan-Nya. Hubungan antara pengorbanan dan baptisan dinyatakan melalui

jawaban-nya pada Yakobus dan Yohanes, yang memohon agar mereka boleh

menerima hak istimewa nantinya, kata-Nya Dapatkan kamu . . . dibaptis dengan

baptisan yang harus kuterima (Mrk 10:38). Jadi, baptisan-Nya merupakan

lambang kesengsaraan-Nya nanti.

Demikian pula pengajaran yang disampaikan melalui perjamuan yang

dirayakan pada malam sebelum Yesus disalibkan, dimana Dia diserahkan kepada

kekuasan Yahudi-Romawi dan jamuan yang dinikmati-Nya bersama dengan para

muridnya tersebut merupakan gambaran dimana penderitaan-Nya yang pertama

akan terjadi, dan yang kedua adalah ketika perjalanan bersama kedua muridnya

yang berjalan ke Emaus, digunakannya untuk mengajarkan tentang bahwa Yesus

tealh disiapkan untuk menggenapi apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada

manusia.

Media pembelajaran yang Yesus gunakan merupakan suatu warisan yang

dapat kita tiru, bukan saja harus kita memberikan materi tanpa media

pembelajaran, Yesus pun menggunakan media pembelajaran agar para muridnya

mengertia apa yang Dia sampaikan kepada mereka semua, maka dari itu dalam

menggunakan media pembelajaran ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan

dimana media pembelajarn itu sangat penting dalam dunai pendidikan pada saat

ini, dan tidak dapat dilepaskan dari pengajaran.

Anda mungkin juga menyukai