NIM : 540/XXVII-18
Semester : 1 (Satu)
M. Kuliah : Hermeneutik
STTIN
(Sekolah Tinggi Teologi Immanuel Nusantara)
Jakarta,2019
Sejarah Hermeneutik
Para penafsir Alkitab harus mempelajari hermeneutik, karena pada dasarnya seorang
penafsir tidak terlepas dari para pendahulunya. Survei sejarah penafsiran Alkitab memiliki
beberapa manfaat yaitu :
Dengan demikian, kita berusaha untuk menghindari kesalahan penafsiran yang terjadi dalam
sejarah.
Penafsiran Yahudi
Penafsir Alkitab yang pertama adalah mereka yang pertama-tama memiliki kitab-kitab
tersebut, yakni orang-orang Israel Kuno. Mereka mempelajari dan meredaksinya dan
kemudian disebut kitab suci orang Ibrani. Menurut tradisi rabinik, inilah permulaan lembaga
Yahudi baru, yakni Targum, yang merupakan terjemahan dan tafsiran kitab-kitab tersebut.
Pada zaman intertesmental, orang-orang Yahudi mengakui tradisi Targum. Pada masa itu,
para nabi dan ahli taurat mengembangkan penafsiran hukum untuk menyelesaikan berbagai
persoalan hidup yang mengemuka. Pada zaman perjanjian baru, pekerjaan penafsiran yang
lebih luas itu bersatu dalam tiga pendekatan yang berbeda terhadap Alkitab. Setiap penafsiran
dikaitkan dengan pusat geografis kehidupan agama Yahudi dan sekolah tentang pemikiran
yang berbeda.
Yudaisme Rabinik
Pendekatan interpretatif Yudaisme rabinik ini terdiri dari dua bagian yaitu, halakah dan
haggadah. Yudaisme rabinik menghasilkan tiga karya sastra penting.misnah menjelaskan
pengajaran lisan para nabi tersohor, khususnya Hillel dan Shammai. Tahun 200 AD, Misnah
menghadirkan beberapa hukum individu yang disusun dalam enam pokok. Sekitar 50 tahun
kemudian, dokumen yang lain disebut Abot.
Abot ini mengajarkan hukum lisan yang diterima oleh Musa di gunung sinai. Kebanyakan
isinya adalah halakah. Berikutnya, Talmud Palestina dan Babilonia berisi penjabaran para
nabi yang kemudian. Bagian-bagian talmud ini penafsiran dari Misnah. Penafsiran Alkitab
pada masa tradisi penafsiran rabinik. Misnah mengandung dua hal dalam pengajaran hukum
PL. misalnya, taurat mengharuskan orang-orang Israel supaya tidak bekerja pada hari sabat,
Misnah memecahkan konflik dengan mengacu pada tradisi rabinik.
Yudaisme Helenistik
Pada tahun 333, Aleksander Agung menaklukan kekairan Persia, termasuk Palestina. Ia dan
para suksesornya menyebarluarkan kebudayaan Yunani atas semua jajahannya. Kebudayaan
Yunani sangat mempengaruhi kehidupan komunis Yahudi, sehingga menciptakan nuansa
Yudaisme Hellenistik. Filsafat-filsafat Yunani mempengaruhi perkembangan iman Yahudi.
Pada tahun 200 SM, para ahli kitab Yahudi menghasilkan terjemahan Alkitab dalam bahasa
Yunani, yang disebut Septuaginta. Intelektualitas Yunani mempengaruhi penerjemahan dan
penafsiran Alkitab. Salah satu yang menonjol adalah pemikiran Plato. Para ahli kitab Yahudi
mengggunakan filsafat Plato untuk menjelaskan penafsiran Alkitab. Salah seorang yang
paling tersohor adalah Filo. Filo meyakini bahwa ada makna lain dibelakang tanda-tanda,
angka-angka, dan lambang-lambang yang ada di Alkitab. Ia menguatkan arti rohani atau
sesuatu yang dirohanikan maknanya. Dengan demikian, Alkitab ditafsirkan dengan
pendekatan alegoris.
Para ahli kitab Kristen PB menafsiran Alkitab dalam prespektif yang baru secara radikal
yakni dalam terang kemesiasan Yesus dan zaman baru akan kedatangannya kembali. Mereka
menafsirkan PL dalam pengaharapan mesianis yang telah digenapi dalam Yesus Kristus.
Penggenapan pengharapan Mesias dalam PB menjadi kunci penafsiran Alkitab, dimana
Yesus dipandang sebagai pemberi hukum baru. Pada periode para bapak Gereja, penafsiran
Alkitab berpusat pada Kristus.
Sejarah hermeneutik dimulai oleh orang-orang Israel Kuno. Bahkan sejak awal
perkembangan penafsiran Biblikal sudah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, politik, budaya,
masyarakat dan semangat mengabarkan injil. Hermeneutik berkembang dari zaman ke zaman
sampai kepada hermeneutik abad Modren yaitu setelah perang dunia II.
Pengertian Hermeneutik
Pentingnya Hermeneutik
Setelah melihat pentingnya peranan Hermeneutik bagi kebutuhan kita untuk mengerti Firman
Tuhan maka dapat dijelaskan tujuan mempelajari hermeneutik adalah :
Tempat Hermeneutik
Hermeneutik berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain yang tergabung dalam teologi
Biblika. Teologi Biblika berkaitan dengan penelaahan isi naskah Alkitab dan alat-alat bantu.
Mengaplikasikan prinsip-prinsip hermeneutik adalah bagaimana menyampaikan kebenaran
yang kita dapatkan dari hasil penafsiran itu kepada orang lain dengan cara yang benar dan
menarik. Oleh karena itu Homolitik(ilmu berkhotbah) adalah ilmu yang juga tidak dapat
dilepaskan dari hermeneutik. Selain dengan teologi Biblika, hermeneutik juga berkaitan
dengan teologi Sistematika, yaitu pengajaran Alkitab yang sudah di formulasikan secara
sistematis dalam doktrin-dotrin. Hermeneutik akan menjadi dasar yang kuat bagi doktrin-
dotrin yang dipelajari.
Keterbatasan Hermeneutik
Hermeneutik juga berkaitan erat dengan Eksegese dan Eksposisi, namun banyak pula
perbedaannya. Hermeneutik adalah ilmu yang mempelajari tentang prinsip-prinsip atau
metode-metode penafsiran Alkitab. Eksegese adalah penerapan prinsip-prinsip atau metode-
metode tersebut terhadap teks dalam Alkitab. Sedangkan Eksposisi adalah penguraian hasil
eksegesis yang telah dilakukan, pada umumnya berupa khotbah.
Tujuan utama dari Alkitab adalah untuk mengubah dan memperbarui kehidupan kita,
bukan untuk tambah pengetahuan saja. Orang-orang oleh dorongan Roh Kudus, menulis
Kitab-kitab Suci untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan untuk
mendidik dalam kebenaran, supaya anak-anak Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan
baik Yakobus memberi tantangan kepada kita untuk "menjadi pelaku firman dan bukan hanya
pendengar saja". Untuk menjadi pelaku firman dan menerapkanNya, kita harus ingat dua hal
yang penting :
tidak semua bagian Alkitab dapat diterapkan dengan cara yang sama seperti
diterapkan ketika bagian itu ditulis.
ketika menerapkan suatu ayat atau bagian Alkitab, harus selaras dengan penafsiran
yang benar.
Hermeneutik menjadi jembatan antara dari Alkitab sebagai sumber kebenaran tentang
Allah dengan tindakan mengaktualisasikan kebenaran. Manfaat hermeneutik dalam
menafsirakan Alkitab adalah untuk mengetahui dan menganalisa setiap arti dalam Alitab serta
mengetahui sejarah, latar belakang dari setiap kitab yang akan ditafsirkan. Dalam
menafsirkan Alkitab, ada banyak metode-metode yang dapat digunakan untuk menafsirkan
dari teks Alkitab atau isi Alkitab dan salah satunya metode yang digunakan yaitu metode
Historis Kritis. Inilah salah satu metode penafsiran yang dipakai seorang penafsir untuk dapat
menafsirkan Alkitab, terutama dalam penafsiran Perjanjian Baru.
Hermeneutik mempunyai dua fungsi yang penting sekali dalam penafsiran Alkitabiah, Yaitu :
Teks-teks Alkitab perlu ditafsirkan, karena pesan sebenarnya dari teks tersebut tidak
selalu jelas bagi para pendengar atau pembaca yang baik lagi hidup sezaman dengan teks-teks
tersebut. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang secara
langsung dan harafiah didiktekan kepada manusia. Para penulis kitab-kitab dalam Alkitab
(yang adalah manusia) menulis karangan-karangannya berdasarkan alam pikiran, kebudayaan
dan konteks historis tertentu, yang bukan alam pikiran, kebudayaan dan konteks para
pembaca atau pendengar pada zaman kemudian dan pada zaman sekarang. Maksudnya, teks-
teks Alkitab harus digali, lalu diterjemahkan kedalam alam pikiran kita disini dan saat ini,
jadi, Alkitab membutuhkan penafsiran. Untuk itu perlu adanya sejumlah prinsip dan metode
atau patokan untuk menafsirkan pesan Alkitab yang sebenarnya. Dengan langkah itu,
diharapkan kekeliruan dan kesalahpahaman dapat dicegah dan diminimalisasi. Teks Alkitab
ditulis sekian ratus tahun yang lalu dan ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani. Oleh
karena itu, Alkitab perlu diterjemahkan ke dalam bahasa yang masih hidup. Setiap
terjemahan mengandung unsur tafsiran dan setiap bahasa pasti ada rasa bahasa yang tidak
dapat diterjemahkan, karena itu, setiap terjemahan tentu mengandung kelemahan.
Penerjemah hanya dapat menerjemahkan apa yang dimengerti dan sejauh yang dapat
dimengerti.
Dalam penafsiran Alkitab, ada dua metode dan prinsip dalam menafsirkan Alkitab yaitu :
Para penafsir Alkitab harus mempelajari hermeneutik, karena pada dasarnya seorang
penafsir tidak terlepas dari para pendahulunya. Sejarah hermeneutik dimulai oleh orang-
orang Israel Kuno. Bahkan sejak awal perkembangan penafsiran Biblikal sudah dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, politik, budaya, masyarakat dan semangat mengabarkan injil.
Hermeneutik berkembang dari zaman ke zaman sampai kepada hermeneutik abad Modren
yaitu setelah perang dunia II.
Hermeneutik menjadi jembatan antara dari Alkitab sebagai sumber kebenaran tentang
Allah dengan tindakan mengaktualisasikan kebenaran. Manfaat hermeneutik dalam
menafsirakan Alkitab adalah untuk mengetahui dan menganalisa setiap arti dalam Alitab serta
mengetahui sejarah, latar belakang dari setiap kitab yang akan ditafsirkan. Alkitab
membutuhkan penafsiran. Untuk itu perlu adanya sejumlah prinsip dan metode atau patokan
untuk menafsirkan pesan Alkitab yang sebenarnya.