PENDAHULUAN
1
Berdirinya GKPS tidak dapat dilepaskan dari sejarah Injil masuk Tapanuli (1861), kemudian masuk ke
Simalungun (1903) dan sejarah HKBP serta HKBP Distrik Simalungun. Lebih lanjut catatan sejarah ini dapat dilihat
dalam lampiran 5. Hasil Studi Dokumentasi GKPS.
Pendahuluan
orang Simalungun yang masuk Kristen cukup siginifikan khususnya tahun 1960-1973 (grafik 1,
halaman 25).
Bagaimanapun juga, penginjilan tentu tidak akan efektif kalau dilakukan secara verbal
saja. Hidup keseharian warga gereja juga menjadi perhatian GKPS. Untuk itu GKPS mendirikan
Rumah Sakit GKPS Betesda di Saribudolok pada 15 September 1953. Setelah menjadi satu
Gereja yang mandiri (1963), GKPS juga mengembangkan Pusat Pendidikan di Sondi Raya
(1964). Dan tahun berikutnya (1965), mengingat mayoritas warga GKPS adalah petani, GKPS
mengembangkan Pusat Latihan Pertanian (PLP) di Pematang Siantar. Melalui kedua wadah ini
GKPS berharap dapat meningkatkan taraf kecerdasan dan taraf hidup warganya. Kemudian pada
tahun 1984 didirikan Panti Karya Remaja (sekarang “Pusat Pelatihan Kerja PKR”) – untuk
membekali anak-anak warga yang tidak mampu dengan keterampilan, seperti pertukangan,
bengkel, menjahit dan kecantikan. Juga pada tahun 2004 didirikan Panti Asuhan Bumi
Keselamatan Margaretha (BKM) untuk mengasuh anak-anak yatim-piatu.
Dalam hal publikasi, GKPS terus mengupayakan terjemahan Alkitab (Simalungun:
Bibel) dalam Bahasa Simalungun (terbit tahun 1976). Hingga saat ini (2009) Bibel tadi telah
mengalami 4 (empat) penerbitan (edisi). Juga diterbitkan buku nyanyian – sekarang sudah ada
506 nyanyian pujian. Untuk sarana informasi dan komunikasi, GKPS menerbitkan majalah yang
bernama Sinalsal, Pangarah, kemudian Ambilan pakon Barita (AB). Di samping memuat
penjelasan kotbah dan bacaan tiap hari minggu, Ambilan Barita juga memuat berita-berita yang
diselenggarakan oleh Jemaat, Resort, Distrik dan Pusat. Melalui AB ini warga dapat mengetahui
kegiatan yang dilakukan oleh jemaat-jemaat lainnya.
2. Dasar Teologis GKPS dalam Membangun Jemaat dan Menatap Masa Depan
2.1.Arti dan Dasar Penggilan Gereja
2.1.1. Apa dan siapa gereja itu?
Kata gereja, berasal dan kata igreja (bahasa Portugis), untuk menterjemahkan
kata ecclesia (Yunani) yang ada dalam Alkitab. Kata ecclesia diawali dengan
preposisi ec yang berarti “keluar dari” dan kata caleo yang menjelaskan mengenai
“dipanggil keluar dari komunitas tertentu”. Dalam Perjanjian Baru yang dipakai
dalam surat-surat Paulus, kitab Kisah Para Rasul dan kitab Wahyu adalah untuk
menunjukkan suatu perkumpulan orang-orang beriman, seperti perkumpulan manusia
pada umumnya. Dalam Alkitab terjemahan Yunani (Septuaginta), kata ecclesia
dipakai untuk menterjemahkan kata kahal (Ibrani) yang menunjuk persekutuan umat
Israel di hadapan Allah (UI. 4:10, 9:10, 10:4; Yosua 18:1). Justru pemakaiannya di
dalam Septuaginta inilah yang kemudian melatar-belakangi kata ecclesia untuk
Pendahuluan
menyebut gereja atau jemaat dalam PB. Istilah ecclesia dalam Perjanjian Baru ini
menjelaskan beberapa pengertian dan semuanya bertali-temali, seperti :
2.1.1.1 Gereja yang dipanggil ke luar (called out) dari kebiasaan atau dari hidup lama,
cara hidup dan berpikir lama kepada hidup baru dalam Kristus.
2.1.1.2 Gereja dipanggil untuk Allah (called for), dipanggil keluar untuk kepentingan
Allah.
2.1.1.3 Dipanggil untuk bersama-sama bersekutu (called together), mengabdi,
beribadah kepada Allah.
2.1.1.4 Dipanggil kepada (called to) tanggung jawab untuk taat dalam tugas marturia
atau penginjilan dan diakonia atau pelayanan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan ecclesia adalah
kehidupan bersama orang-orang yang menanggapi karya penyelamatan Allah di
dalam Tuhan Yesus Kristus, yang dinyatakan dalam pengakuan bahwa Yesus Kristus
adalah juruselamat dan mereka secara bersama-sama mengakui pengakuan itu, terikat
satu sama lain sebagai suatu kehidupan bersama. Karya penyelamatan Allah itu
merupakan tindakan Allah dan atas prakarsa Allah sendiri yang diungkapkan melalui
kata-kata: Allah memanggil, Allah menyelamatkan, Allah membawa keluar dari
kegelapan (bdk. I Pet. 2:9-10). Dengan adanya panggilan Allah inilah maka
kehidupan bersama orang percaya yang disebut gereja itu memiliki aspek illahi.
Artinya, keberadaan mereka merupakan akibat dan adanya karya Allah, atau
kehendak Allah.
Di samping aspek illahi, gereja juga memiliki aspek manusiawi. Aspek
manusiawi gereja tampak dalam tanggapan atau jawaban manusia terhadap panggilan
atau penyelamatan Allah. Orang-orang yang menanggapi karya Allah itu kemudian
bersekutu, membentuk kehidupan bersama sebagai orang-orang yang sama-sama
mengalami karya penyelamatan Allah.
GKPS sebagai gereja Allah di dunia dalam menjalani hidup dan karyanya tidak
secara otomatis menjadi gereja yang benar-benar sesuai dengan kehendak Allah.
Karena gereja sebagai komunitas hidup orang percaya tidak dapat melepaskan diri
dari cacat manusiawi yang dimilikinya. Cacat manusiawi gereja itu dapat kita
temukan dalam berbagai kekurangan dan keterbatasan gereja. Di samping itu, sebagai
persekutuan orang beriman yang hidup di dunia ini, gereja tidak hanya berusaha
untuk “menggarami dan menerangi dunia”, tetapi sebaliknya sering dipengaruhi oleh
apa yang sedang terjadi di dunia. Pengaruh itu tidak seluruhnya positif bagi
kehidupan orang beriman (Efesus 5: 15-21). Itulah sebabnya Paulus mendorong
gereja untuk terus menerus memperbarui dirinya dengan berbagai upaya agar dalam
Pendahuluan
situasi apapun, gereja berupaya menjadi gereja yang dikehendaki Allah (Efesus 4:1-
16).
Gereja, termasuk GKPS tetap membutuhkan transformasi Allah. Kita berpegang
kepada motto Ecclesia reformata semper reformanda (bahasa latin = gereja reformasi
harus terus menerus direformasi). Motto ini mendorong kita, dalam pembangunan
jemaat, untuk melepaskan diri dari kekakuan dan stagnasi, sekaligus mendorong kita
untuk semakin berperan dalam aktualisasi missio dei di dunia secara menyeluruh.
Untuk mewujudkan perbaruan diri ini dapat diwujudkan melalui peningkatan
penggembalaan, pembinaan warga gereja, kaderisasi dan peningkatan kualitas SDM.
Melalui kegiatan ini diharapkan segenap warga gereja diperlengkapi dan dipersiapkan
menjalani hidup kesehariannya sebagai orang beriman yang setia. Disamping itu
perbaikan-perbaikan juga dilakukan dengan merumuskan ulang identitas gereja dalam
hubungannya dengan masyarakat di sekitarnya dan penataan organisasi gereja,
dengan harapan agar menjadi gereja yang kehadirannya memberi pengaruh positif
bagi dunia di mana gereja ditempatkan Allah. Tuntutan pembaruan gereja seperti
itulah yang kemudian akan melahirkan apa yang disebut pembangunan jemaat.
Harapannya Jemaat semakin dimampukan membawa missi Allah di dunia ini.
Pendahuluan
untuk menjadikan Bangsa Israel sebagai sebuah komunitas khusus atau yang
dikuduskan ( bdk Ul.6:5-6 ), sehingga bangsa Israel sebagai “buah sulung” yang
diberi tanggungjawab sebagai pelopor bagi bangsa-bangsa untuk mengenal Allah
Sang Pencipta alam semesta.
Melalui bangsa Israel, Allah mau menyatakan misi-Nya (Missio Dei) untuk
menyelamatkan umat manusia dan seluruh alam semesta yang telah rusak sebagai
akibat dosa (bdk Kej 3:15). Misi Allah (Missio Dei) tetap harus dilanjutkan atau
dilakukan. Tugas ini tidak akan berakhir sampai langit dan bumi yang baru telah
diturunkan Allah di dunia ini. Pada zaman nabi-nabi Missio Dei dihubungkan dengan
pekerjaan Mesias dari keturunan Daud sebagai seorang Hamba (Yes 52 dan 53).
Demikian bangsa Israel diharapkan sebagai penerus misi Allah dipanggil menjadi
hamba Yahweh. Untuk melanjutkan pelaksanaan misi Allah, bangsa Israel bertemu
dengan bangsa–bangsa lain yang sudah hidup dalam pemahaman filsafat-filsafat
mereka. Bangsa Israel sudah memulai misi keluar dan melibatkan bangsa asing dalam
menjalankan rencana Allah untuk membebaskan umat manusia. Demikian
perkembangan kredo bangsa Israel pada zaman atau tradisi Ketubim.
Tradisi Nabi sudah mati, zaman kekosongan terjadi dalam kehidupan bangsa
Israel. Pada zaman ini konsep kerajaan Mesias muncul lagi tetapi substansinya
mengalami perubahan yaitu menjadi kerajaan Allah. Kerajaan Allah memerintah
dengan damai sejahtera dan kasih. Konsep seperti ini berlanjut terus hingga
penggenapanya dalam diri Kristus yang tersalib sebagai Hamba Allah.
Dalam perjanjian Baru, misi Allah dimulai dalam diri Yesus. Dengan demikian
teologia kepercayaan Israel mengalami peralihan ke dalam dunia non- Yahudi. Dalam
Injil Markus (Markus 1:1 “Permulaan Injil Yesus Kristus Anak Allah”) dipandang
sebagai dokumen awal dalam tradisi synoptik. Dalam Markus 1:10, Visi awal dilihat
oleh Yesus adalah “Roh seperti burung merpati turun keatasNya”. Visi ini diikuti
suara yang menyatakan tentang identitas diri Yesus sebagai Anak Allah ( Lukas 4:
18-19 “Roh Tuhan ada pada-Ku,… dan Ia mengutus Aku untuk…”. Kunci dari misi
Yesus adalah Roh Tuhan yang memimpin dan memenangkan Yesus untuk
memberitakan Injil. Pemberitaan Injil inilah yang menjadi maksud kedatangan Yesus,
Markus 1:38 “ … Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang…”.
Injil Allah berisi tentang penggenapan kedatangan Kerajaan Allah yang diikuti oleh
respons pertobatan dan iman oleh manusia yang mendengar dan menerima Injil
tersebut.
Berita “pertobatan” diteruskan oleh para murid dengan disertai kuasa pelayanan.
Setelah Yesus bangkit dari kubur, kesebelas murid (tanpa Yudas) pergi ke Galilea,
Pendahuluan
sesuai dengan yang dikatakan Yesus, yang sudah bangkit kepada Maria Magdalena
dan Maria yang lain yang datang ke kubur (baca Matius 28:9-10, 16). Yesus
menggenapi janjiNya, Yesus muncul dihadapan kesebelas murid yang sedang
berkumpul dalam satu rumah, sebagian dari mereka meragukanNya (Matius 28:17).
Ketakutan dan harapan pengikut Yesus di jalan menuju Emmaus, mengatakan kepada
Yesus yang sudah bangkit yang menemui mereka, “bahwa Dialah yang akan datang
untuk membebaskan bangsa Israel” (Lukas 24:21). Beberapa lama setelah peristiwa
ini, para murid dan pengikut Yesus ketika mereka dipenuhi Roh Kudus pada hari
Pentakosta, mereka teringat akan perintah Kristus untuk pergi dan menjadikan segala
bangsa muridNya dan melaksanakan perintahNya (Kisah Para Rasul 2:4)
Kesaksian para murid pada zaman Rasul Petrus, Paulus dan murid-murid Yesus
yang lain melalui kotbah-kotbah maupun pembelaan umat di depan umum,
terbentuklah alasan untuk menjadi rasul, yakni orang – orang yang diutus untuk
melakukan misi.
Seluruh Gereja di dunia tempat dia berada, memiliki tanggungjawab yang sama
dan terus berupaya untuk memfungsikan kehidupan keber”agama”annya sebagai
“pembebas” masyarakat dalam konteks masing-masing, sehingga kehadiran gereja
dapat menjadi berkat dan menjadi gereja yang hidup serta mampu memberi jawaban
terhadap segala persoalan yang dihadapi oleh masyarakat tempat dia bertumbuh.
Gereja tidak boleh tutup mata dan tutup telinga terhadap segala persoalan kehidupan
yang dihadapi oleh warga jemaat. Hal ini sesuai dengan Amanat Agung yang
diperintahkan Tuhan Yesus seperti yang tertulis dalam; Matius 28:19-20, Markus
16:15-20, Kisah Para Rasul 1:8.
Dengan kata lain secara teologis, kehadiran gereja untuk menjalankan tugas dan
panggilan sebagai umat Allah dan Tubuh Kristus adalah menghadirkan tanda-tanda
kerajaan Allah bagi kehidupan segala makhluk diatas muka bumi. Menjalankan tugas
dan panggilan kudus ini tidak pernah selesai dan berkesudahan sebelum waktunya
tiba, sampai hari kedatangan Allah yang kedua kali. Penentuan atas waktu tersebut
tidak diketahui oleh siapapun, bahkan Yesus sendiri tidak mengetahuinya selain oleh
Bapa di Sorga yang menentukan dan mengetahuinya (bdk Matius 24: 14,36; Matius
24:42; Markus 13:32-33). Oleh karena itu tetaplah berjaga-jaga dan tekun
mengerjakan tugas. Sebagai sebuah paradigma, orang Kristen yang terhimpun dalam
sebuah komunitas iman yang khas (gereja), di setiap waktu dan tempat perlu
menjelaskan siapa mereka dan akan jadi apa mereka, dalam hubungan dengan Allah
dan rencana Allah atas hidup mereka serta orang-orang di luar iman tersebut. Dengan
demikian orang-orang yang terhimpun dalam komintas iman yang khas tersebut dapat
Pendahuluan
menemukan makna kehidupan mereka. Hal inilah yang menjadi dasar teologis missi
gereja sepanjang zaman, termasuk GKPS.
Salah satu misi Gereja adalah misi penebusan. Tugas ini merupakan tugas utama
gereja. Tugas ini hanya diamanatkan oleh Kristus kepada Gereja, oleh karena itu tidak
bisa dikerjakan oleh pihak lain yang bukan gereja.
Untuk menjalankan misi penebusan ini dilakukan dengan cara pemberitaan Injil,
kabar penebusan kepada semua orang. GKPS dalam pengakuan imannya mengaku
sebagai gereja yang apostolis. Itu berarti pengakuan bahwa GKPS adalah utusan
Kristus di dalam dunia. Dengan demikian, sebagai utusan Kristus, GKPS tidak bisa
berperan lain, selain berperan sebagai instrumen Kristus, menyaksikan Kristus,
menyampakan Kabar Baik kepada semua orang. GKPS terpanggil untuk berperan
aktif sebagai utusan Kristus menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. GKPS
menjadi mitra Allah mewujudkan damai sejahtra Allah di dunia ini. Dengan
demikian GKPS menjadi berkat dan peduli terhadap ciptaan lainnya, sejalan dengan
Visi dan Misi GKPS
Pendahuluan
jemaat yang berkembang dengan baik, selalu menimbulkan daya tarik untuk orang
luar (bdk. Kisah 2:41-47). Dari sudut pandang lain, perhatian ke luar juga penting
bagi pembangunan ke dalam. Gereja yang hanya sibuk dengan kelangsungan dan
keselamatan dirinya sendiri, niscaya akan kehilangan daya tariknya. Secara singkat
dapat dikatakan: dalam rangka memperbaiki kehidupan gereja, perlu usaha serempak
membenahi pertumbuhan ke dalam demi pertumbuhan ke luar, sekaligus membenahi
pertumbuhan ke luar sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ke dalam.
Namun tujuan Pembangunan Jemaat itu pertama-tama dan terutama bukan demi
pertumbuhan ke luar dan ke dalam itu semata. Tujuan pembangunan jemaat agar
gereja dalam hidup dan karyanya di dunia ini sungguh-sungguh menjadi alat Allah
untuk turut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah atas seluruh umat manusia
(Kisah 13:2, 17:18; Matius 4:18-22; 2 Timotius 1:7-9,2:3).
Pendahuluan
• Informasi yang benar dan jujur yang diperlukan bagi hidup berkeluarga,
ber-gereja, dan bermasyarakat disebarluaskan kepada setiap anggota
jemaat.
• Hal-hal yang berkenaan dengan hidup dan karya ereja diputuskan oleh
pemimpin gereja dengan melibatkan sebanyak mungkin anggota jemaat.
2.2.3.2.Gaya dan sifat kepemimpinan gereja. Yang dimaksud dengan kepemimpinan
adalah gaya dan sifat kepemimpinan yang dipraktikkan baik oleh pejabat
gereja maupun para pelayan gereja lainnya dalam menjalankan tugas mereka.
Gaya dan sifat kepemimpinan akan memampukan para pemimpin sendiri
maupun anggota jemaat yang dipimpinnya apabila:
• Gaya kepemimpinan kolektif-kolegial, partisipatif, dan kemampuan
anggota jemaat dikembangkan.
• Pengembangan diri para pemimpin gereja dan para pelayan gereja lainnya
diperhatikan secara memadai.
• Sifat kepemimpinan yang saling melayani/menggembalakan diberlakukan.
2.2.3.3 Keterlibatan anggota jemaat dalam merumuskan tujuan dan tugas gereja.
Yang dimaksud dengan tujuan gereja adalah segala sesuatu yang ingin diraih
oleh gereja, sedangkan tugas gereja adalah keseluruhan kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan gereja. Tujuan dan tugasgereja akan
jelas, relevan, terjangkau, dan menarik apabila:
• Dirumuskan secara jelas oleh pemimpin gereja dengan melibatkan sebanyak
mungkin anggota jemaat.
• Karya gereja dituangkan dalam perencanaan yang mengacu pada visi - misi
gereja.
• Karya gereja memberi peluang bagi anggota jemaat untuk dapat belajar
lebih banyak tentang hidup dan karya orang beriman.
2.2.3.4 Struktur gereja. Struktur gereja adalah keseluruhan relasi timbal balik antara
anggota jemaat secara individual maupun bersama-sama dengan para pejabat
gereja dan pelayan gereja lainnya. Relasi itu bisa formal maupun informal.
Struktur gereja akan relevan dengan tuntutan hidup dan karya gereja apabila:
• Keanekaragaman dan keberadaan anggota jemaat (usia, pekerjaan, minat,
aspirasi politik, tradisi ber-bereja dsb.) diakui dan ditata dalam struktur.
• Karya kelompok-kelompok anggota jemaat diintegrasikan dengan visi dan
misi gereja.
• Komunikasi dan kerjasama timbal balik saling memampukan antar
kelompok anggota jemaat dan antara kelompok anggota jemaat dengan
Pendahuluan
lembaga gerejawi maupun non-gerejawi dijalankan dengan baik.
2.2.3.5 Identitas diri anggota jemaat. Yang dimaksud dengan jatidiri atau identitas
diri adalah pemahaman yang dihayati oleh setiap anggota jemaat tentang
siapa dan apa tugas mereka sebagai orang beriman maupun sebagai gereja.
Penghayatan jatidiri/identitas yang baik akan menjadi sumber inspirasi bagi
setiap anggota jemaat dalam menjalani hidup dan karya gereja.
Penghayatan tatidiri atau identitas diri akan inspiratif apabila:
• Latar belakang keberadaan dan tradisi (gereja dihayati oleh segenap
anggota jemaat.
• Pemahaman tentang inti gereja dihayati oleh segenap anggota jemaat.
• Konteks di mana anggota jemaat dan gereja menjalani hidup dan
karyanya disadari dan dikenal dengan baik oleh segenap anggota jemaat.
• Panggilan, peran, fungsi setiap anggota jemaat sebagai orang beriman
dipahami oleh segenap anggota jemaat
Pendahuluan
GKPS berada di dalamnya, dipanggil untuk mengabdikan dirinya kepada Sang
Pemilik dengan cara beribadah (latrea), bersekutu dengan sesama orang percaya
(koinonia), dibina menjadi jemaat yang berkualitas dan yang siap diutus, peduli
dengan masalah dan kebutuhan sosial (diakonia) dan dipanggil keluar untuk
bersaksi sebagai duta Kristus di dunia.
GKPS adalah milik Kristus. Kristuslah kepala Gereja yang telah
mempersekutukan kita menjadi satu tubuh. Seperti anggota tubuh yang berbeda-
beda namun tetap satu kesatuan. Demikian juga kita dalam Kristus, oleh Roh
Kudus kita menjadi satu dalam iman, kasih, karunia-karunia dan anugerah-
anugerah (Ef. 4 : 15-16, 1 Kor.12:7, Kol. 2 : 19). Sebagai satu persekutuan, kita
sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya, baik secara pribadi maupun
bersama, yang memimpin kepada kebaikan, baik dalam hati maupun tindakan (1
Tes.5 : 11, 14, Rom 1 : 11-12, 1 Yoh.3:16-18). Untuk itu semua warga Jemaat
GKPS mempunyai tanggung jawab untuk memelihara persaudaraan dan
persekutuan dalam beribadah kepada Allah, dan melakukan pelayanan-
pelayanan rohani yang dapat saling membangun ( Ibr.10:24, Kis.2:42,46, 1
Kor.11:20), saling membantu, saling menopang dan saling menolong dalam
kehidupannya.
2.3.1.2.Ibadah
Gereja-gereja Lutheran memahami ibadah sebagai ekspresi iman atau
respon dari ciptaan terhadap Penciptanya, yakni Allah yang menyatakan dirinya
di dalam Yesus Kristus dan membuat diri-Nya dikenal melalui Roh Kudus.
Dalam hal ini ibadah meliputi ekspresi segala fikiran, suara atau tubuh yang
dimotivasi oleh Allah Tri Tunggal serta diarahkan menuju pemujian kepada-
Nya.
Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa ibadah dalam pengertian gereja-
gereja Lutheran bukan hanya berlangsung setiap hari minggu di gereja atau di
rumah ibadah, tetapi seantero tindakan kehidupan orang beriman merupakan
ibadah yang benar dan merupakan puji-pujian bagi Allah. Dan juga harus
diketahui bahwa dimensi ibadah orang kristen tidak mengenal dimensi waktu
dan tempat, karena ibadah ini meliputi seantero kehidupannya.
Ibadah dapat diartikan sebagai suatu karya manusia yang tujuannya
memuliakan Allah dan menghargai sesama ciptaan. Hal itu berarti bahwa
panggilan memuliakan Allah mesti dipantulkan dalam panggilan ke dimensi
Pendahuluan
horisontal (Lukas 10:25, Matius 5:234, Yakobus 1 :27). Tanpa pijakan fikir
seperti ini, ibadah-ibadah yang terjadi hanyalah sebuah peziarahan tanpa tujuan
pasti.
Dalam bahasa Ibrani untuk menyebut ibadah dipakai kata hishtahawah
yang berasal dari kata shaha (meniarapkan diri dan menundukan kepala),
sedangkan dalam Perjanjian Baru dipakai kata Yunani froskuneo yang berarti
meniarapkan diri sendiri, membungkukkan diri, berlutut, jatuh menyembah dan
memuja.
Ibadah dalam bentuk persekutuan bersama (dalam GKPS) memakai liturgi
yang diharapkan sebagai pedoman atau tuntunan sehingga ibadah berjalan
dengan khusuk (bhs.simalungun: homi). Kekhusukan ibadah juga ditentukan
oleh bagaimana ibadah itu dimulai dengan pembukaan : umat datang
menghadap Allah yang Maha Kudus, sehingga manusia hadir dengan puji-pijian,
diisi dengan pengakuan serta janji pengampunan akan dosa, pengakuan iman,
penyampaian firman serta diakhiri pengutusan dan komitmen sesuai dengan
prinsip-prinsip ibadah.
Bahasa pengantar dalam ibadah di GKPS adalah bahasa Simalungun dan
bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Simalungun diharapkan dapat menjadi
sarana pelestarian sekaligus tindakan antisipatif terhadap kemungkinan
punahnya bahasa Simalungun. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai sikap
bijaksana agar Injil dapat disampaikan dengan baik dalam bahasa yang dipahami
jemaat. Di masa mendatang tata ibadah GKPS bukan hanya ada dalam bahasa
lokal dan nasional, tetapi perlu juga dipertimbangkan agar mengacu kepada
kebutuhan yang ada, misalnya bahasa Inggris atau Mandarin.
2.3.1.3.Sakramen
Sakramen merupakan tugas suruhan langsung dari Allah. Sakramen
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah orang percaya. Melalui
sakramen kita mengerti dan merasakan anugerah Allah dalam Yesus Kristus
(Matius 28:19; 1 Kor 11:23-28 ).
Sakramen adalah suatu ritus atau upacara keagamaan yang dilembagakan
dan diakui oleh Yesus Kristus. Ada dua sakramen, yaitu baptisan dan perjamuan
kudus. Sakramen (baptisan dan perjamuan kudus) mendapat kedudukan yang
utama didalam peribadahan gereja mula-mula (Kis 2:41-42; 10 :47-; 20:7,11).
Melalui sakramen dapat dimaknai bahwa Yesus Kristus membawa umatNya ke
dalam persekutuan atau ajaranNya (Markus 10:38-39) dan di dalam pikiran
Pendahuluan
gereja sakramen adalah sebagai sesuatu yang bermakna signifikan (1 Kor 10:1-
5).
Baptisan dan perjamuan kudus merupakan anugerah yang kelihatan akan
firman yang diberitakan didalam kerygma. Dengan dan melalui baptisan, warga
disadarkan bahwa seseorang yang telah dibaptis akan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari tubuh Kristus.
Menurut Perjanjian Baru, berita keselamatan yang disampaikan kepada
orang percaya pada dasarnya melalui pemberitaan firman, baptisan dan
perjamuan kudus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa firman dan
sakramen mmiliki hubungan yang sangat erat.
Baptisan merupakan sakramen model Perjanjian Baru yang diperintahkan
oleh Tuhan Yesus Kristus. Dengan baptisan seseorang bukan hanya diterima
sebagai anggota gereja (pengesahan resmi menjadi pengikut Kristus) melainkan
dia juga menjadi satu dengan Kristus (Gal 3:27, Roma 6:5), dan pelepasan dari
dosa (Mrk 1:4, Kisah 22 :16).
Baptisan yang dilaksanakan GKPS adalah baptisan anak dan baptisan
dewasa yang dilakukan dengan cara percik (pencurahan).2
Yang berhak ambil bagian dalam Sakramen Perjamuan Kudus adalah anggota
sidi (tidak termasuk anggota siasat).
2.3.1.4.Kategorial
2.3.1.4.1 Anak (< 11 Tahun)
Yesus Kristus mengasihi anak-anak. Ia menyambut dengan penuh
suka cita. Orang percaya juga disuruh untuk melayani dan menyambut
anak-anak ( Mark. 10:13-16, Mat.18:1-5). Oleh karena itu GKPS juga
memerhatikan dan meningkatkan pelayanan kepada anak-anak.
Pelayanan terhadap anak tidak boleh diabaikan, sebab mereka juga
bagian dari anggota tubuh Kristus. Apalagi 20 tahun ke depan, anak-anak
sekarang akan menjadi pemuda atau pemudi.
Pada masa ini anak-anak mengalami pembentukan dan
perkembangan karakter yang paling menentukan. Karena itu
pembentukan karakter anak-anak harus sungguh-sungguh dipersiapkan
agar nantinya mereka menjadi pelaku-pelaku Firman dalam waktu dan
ruang kesibukan mereka. Ada enam pihak yang memainkan peran
2
Lebih lanjut lihat lampiran 5. Hasil Studi Dokumentasi GKPS bagian II. Baptisan.
Pendahuluan
penting dan sangat berpengaruh dalam menumbuh kembangkan karakter
serta spiritualitas anak-anak, yakni:
• Orang Tua Anak
• Gereja (pejabat dan jemaatnya)
• Pendeta
• Guru Sekolah Minggu
• Komisi Anak
• Pengasuh Anak
Pendahuluan
pembekalan spiritualitas berbasis Alkitab, mereka akan semakin dewasa
di dalam iman, pengharapan dan kasih dalam Tuhan (1 Kor 13:13).
Pendahuluan
juga satu pribadi – dengan segala harapan-harapan, keceriaan
dan juga persoalan-persoalannya. Ia adalah seorang bapa dan
satu pribadi yang selalu berinteraksi dengan orang lain dalam
masyarakat dimana ia berada.
2.3.1.5.Oikoumene
GKPS adalah bagian dari gereja yang Esa, Kudus dan Am serta yang
Rasuli. Oleh sebab itu GKPS tidak dapat terpisahkan keberadaan dan arti
kehadirannya dengan gereja lainnya di dunia ini. Untuk itu GKPS harus
memberi waktu dan pikiran serta partisipasinya dalam kegiatan oikoumenis.
Pendahuluan
2.3.2.Bersaksi
Panggilan dan tanggung jawab untuk bersaksi dan mengabarkan Injil adalah
penugasan dari Kristus yang diembankan kepada jemaat. Melalui kesaksian jemaat secara
pribadi dan secara bersama-sama diharapkan menghadirkan kesukaan yang
membebaskan, yaitu:
• memberitakan Kristus yang disalib (1 Kor 1 :17, 23),
• berita kesukaan mengenai pertobatan dan pembaharuan yang disediakan bagi manusia
(Mrk 1:15),
• pengampunan dosa dan keselamatan (Luk 24:27),
• kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan kepada segala bangsa (Luk 4:18-
21), kepada segala mahluk (Mrk 16:15), diseluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua
bangsa (Mat 24:14), sampai ke ujung bumi (Kis 1:8), di seluruh alam di bawah langit
(kol 1 :23), dan sampai akhir zaman (Mat 28:20), sebagai bagian dari karya
menyeluruh Yesus Kristus ((Ef 1:10, Yoh 21:24, 2 Tim 4:2).
GKPS dalam kesaksiannya terpanggil untuk senantiasa berpartisipasi secara
positif, kreatif, kritis dan realistis dalam mendukung pembangunan dan kesatuan bangsa.
Pendahuluan
Penginjilan adalah memberitakan kabar sukacita kepada orang lain. Gereja
sebagai pengikut Kristus mendapat mandat untuk menyampaikan berita suka cita
ini ( Mark 16 : 15-20 ). Oleh karena itu GKPS tidak boleh mengabaikan tugas
pokok ini, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Penginjilan ini adalah
keharusan bagi Gereja ( bd. 2 Tim. 4 : 2, 1 Kor. 9 : 16 ). Penginjilan ini
disampaikan sesuai dengan konteks dimana Injil itu diberitakan.
GKPS dalam pemberitaan Injil tidak boleh puas dengan pendekatan yang
dilakukan selama ini. Tanda kesetiaan kepada Raja Gereja, yaitu Yesus Kristus,
tugas ini kita jalankan bukan hanya melalui kegiatan yang sifatnya rutinitas saja,
tapi perlu program yang jelas dan terukur untuk menjalankan penginjilan ke
dalam dan ke luar. Dengan demikian kehadiran GKPS di tengah-tengah dunia ini
diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi lingkungannya, baik melalui
perkataan maupun perbuatan.
Tanggung jawab menjalankan misi ini adalah tanggung jawab seluruh
anggota Jemaat GKPS, bukan hanya tanggung jawab Pendeta, Penginjil, Sintua
dan Syamas. Penginjilan berbasiskan Jemaat yang artinya Jemaatlah sebagai
ujung tombak pelaksana program penginjilan itu, bukan hanya tanggung jawab
Pimpinan Pusat GKPS. Pimpinan Pusat GKPS berperan sebagai penggerak,
motor, perumus kebijakan, pemikiran dan pembinaan. Dengan dukungan penuh
Jemaat GKPS akan sangat menentukan keberhasilan tugas penginjilan. Untuk ini
dibutuhkan kesadaran setiap warga GKPS baik secara pribadi maupun
bersama-sama dalam tugas panggilan ini. Mereka diharapkan mampu menjadi
insan-insan misioner untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah.
GKPS juga bertanggung jawab dalam melaksanakan penginjlan ke luar,
tidak hanya berpusat ke dalam (Mat. 28 : 19 – 20). GKPS dipanggil untuk
membuka diri terhadap tanggung jawabnya pergi keluar, ke tempat dimana Injil
itu belum pernah diperdengarkan. Oleh karena itu GKPS yang telah memasuki
abad penginjilan kedua sekarang ini sudah saatnya menjadi gereja dewasa, bukan
hanya memikirkan tetapi juga berbuat dalam penginjilan keluar.
Untuk merealisasikan hal ini GKPS perlu memikirkan sarana yaitu
membentuk Tim, Komisi atau Seksi Pekabaran Injil di lingkungan GKPS. Mereka
bertugas memikirkan dan merencanakan langkah-langkah kongkrit kegiatan
Pekabaran Injil di lingkup GKPS maupun di luar GKPS.
Pendahuluan
Pengertian Gembala, Gembala dalam arti harfiah adalah seseorang yang
ditugasi menggembalakan ternak (kambing, domba). Pekerjaan ini mengemban
panggilan yang banyak tuntutannya, misalnya mencari rumput dan air di daerah
yang kering dan berbatu-batu (Mazmur 23:2), melindungi kawanan domba
gembalaanya terhadap cuaca buruk dan binatang buas (Am 3:12), mencari dan
membawa kembali setiap domba yang sesaat (Yeh 34:8; Mat 18:12)
Gembala upahan bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas domba
yang hilang (Kej 31:39), kecuali ia berhasil mengajukan pembelaan yang
membuktikan, bahwa suatu peristiwa benar-benar telah terjadi di luar
pengetahuannya atau kemampuannya (Kej 22:10 – 13)
Dalam kitab Perjanjian Lama Allah seringkali digambarkan sebagai
gembala Israel (Kej 49:24). Dalam Perjanjian Baru tugas Mesias disebut sebagai
Gembala, bahkan Gembala Agung, (Ibr 13:20; 1 Petrus 5:4;2:5). Mengacu kepada
Yohannes 10 yang rinciannya sepadan dengan Yeheskiel 34, disebutkan
bagaimana gembala yang sesungguhnya, gembala yang baik, dan tugas inilah
yang diamanatkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya termasuk kepada
Rasul Petrus (Yoh 21: 15 – 18), yang diterjemahkan sebagai bentuk pelayanan
pastoral atau penggembalaan, pelayanan pribadi, pendampingan, dan topangan
lewat doa bagi setiap warga jemaat ketika mereka mengalami suka cita maupun
dalam menghadapi berbagai persoalan.
2.3.3.Pelayanan
Gereja sebagai perwujudan tubuh Kristus dipanggil untuk melayani, bukan untuk
dilayani (Mrk 10:45). Pelayanan gereja bukan hanya dialamatkan kepada manusia, tapi
juga terhadap ciptaan yang lain (Kej 1:26-28; Kej 2:15; Mzm 8), sehingga keadilan dan
kesejahteraan sebagai wujud Kasih Allah bagi dunia menjadi milik bersama seluruh
ciptaan, tanpa membedakan suku, ras, agama dan budaya. (Jer 22:3; Amos 5:15-24).
Pelayanan gereja menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yang sedang berada dan
berkarya, sekaligus menantikan kesempurnaan kehadiran-Nya kedua kali yang penuh
dengan kebenaran dan kemuliaan (Luk 4:18-21, 2 Petrus 3:13).
Pendahuluan
dasar teologisnya. Dengan dasar itulah kita dapat membedakan bentuk-bentuk
pelayanan dengan yang dilakukan lembaga-lembaga lainnya di dunia ini.
Diakonia dalam jemaat adalah melayani sesama manusia berdasarkan
kehidupan Yesus Kristus. Kehidupan Yesus Kristus menjadi model dalam
pelayanan kita, dengan Jemaat sebagai perpanjangan tangan Yesus Kristus.
Singkatnya, diakonia adalah Injil yang dioperasionalkan.
Diakonia tidak hanya ditujukan ke dalam, tapi ke dunia, kepada sesama
manusia yang menderita dan membutuhkan. Tujuan pekerjaan diakonal adalah
membantu orang lain dan menempatkannya pada posisi yang benar di hadapan
Allah dan sesama manusia serta memedulikan keberadaan umat manusia secara
utuh, yaitu memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan kebutuhan sosial serta
ekonomi. Pelayanan ini menjadi bagian yang integral dalam kehidupan GKPS.
Hidup diakonal inilah salah satu bukti bahwa jemaat GKPS adalah gereja
yang peduli dan menjadi berkat di tengah-tengah dunia. Untuk merealisasikan
bidang ini hendaknya jemaat-jemaat GKPS membentuk komisi diakonia atau
seksi dengan program-program yang tidak hanya sekedar Serikat Tolong
Menolong (STM), tetapi lebih jauh dari itu, yaitu menjawab pergumulan warga
Jemaat dan masyarakat sebagaimana Yesus Kristus kehendaki.
Pendahuluan
Dipanggil oleh Allah untuk berperan dalam pembaruan ciptaan. Dengan
dikuatkan oleh Roh Kudus, orang-orang Kristen dipanggil untuk bertobat dari
penyalahgunaan dan perlakukan kejam terhadap alam. Perlu juga merefleksikan
secara kritis pemahaman Alkitab dan sistem teologi yang telah digunakan untuk
membenarkan penyalahgunaan dan perlakukan buruk terhadap alam tersebut.
Suatu apresiasi terhadap teologi tentang ciptaan dan kesadaran yang segar akan
tanggung jawab orang Kristen terhadap seluruh ciptaan, termasuk melestarikan
lingkungannya, dapat memperdalam iman dan memperkaya kehidupan serta kerja
gereja.
Gereja perlu terus menerus berpihak kepada keadilan, perdamaian, dan
keutuhan ciptaan (KPKC). Roh Kudus membuka mata gereja untuk melihat
ketidakadilan dunia, memperkokoh gereja untuk menentang dan berjuang
melawan penindasan serta pengrusakan ciptaan Allah. Roh Kudus memanggil
gereja untuk bekerja bersama ke arah sistim sosial yang adil dan ke arah
lingkungan yang berkelanjutan. Bekerja ke arah keadilan, perdamaian dan
keutuhan ciptaan akan menolong gereja memahami tugasnya di dunia.
Pembaruan dapat dilakukan melalui hubungan yang benar dengan seluruh
ciptaan. Kehadiran Ilahi dari Roh Kudus dalam ciptaan mengikat gereja dengan
seluruh umat manusia dan seluruh kehidupannya. Ada salah kaprah yang
menuntut adanya pengembangan teologi baru tentang ciptaan. Semua ini telah
tersurat dalam Firman Allah. Bagaimana gereja berperan secara aktif di dalam
memperbaharui ciptaan sebagai bagian dari misinya dan sebagai suatu
pemahaman oikoumenis baru tentang hubungan ekologi dan ekonomi.
Pendahuluan
Hal seperti ini dalam sejarah misi gereja disebut dengan kontekstualisasi teologi.
Gereja hadir sesuai konteksnya.
Dalam sejarah gereja dan misi penginjilan di dunia, salah satu tantangan
terbesar adalah melihat budaya sebagai kekafiran yang harus diberantas.
Penolakan terhadap Kristus diakibatkan karena sifat dan sikap para penginjil
tersebut yang terlalu antipati kepada budaya masyarakat setempat dimana
penginjilan itu dilaksanakan.
Kontekstualisasi itu menjadi hal yang sangat penting dalam rangka misi
Injili Gereja dengan tujuan mampu mendaratkan teks dengan konteks.
Kontekstualiasasi teologi adalah bagaimana teologia bersikap terhadap
kebudayaan dan adat istiadat sehingga memberikan sumbangan pemikiran bagi
masalah-masalah yang dihadapi warga, ditengah-tengah kehidupan yang serba
majemuk. Tetapi gereja boleh tidak mengarah kepada sinkretisme teologi.
Memuji Tuhan dengan cara setempat dan alat yang dimiliki masyarakat
sesuai dengan budaya yang ada di setiap daerah. Hal ini tidak bertentangan
dengan Alkitab. Ada baiknya jika kita dapat menggali semua unsur budaya
“Simalungun” untuk kepentingan misi gereja. Sosial budaya dapat dipakai secara
positif di dalam mengemban tugas misi gereja sepanjang masa. Ini merupakan
peluang bagi gereja . Biarlah semua cara dan alat yang kita pakai dikuduskan oleh
firman Tuhan, sebagaimana Timotius menjadi perabot rumah yang mulia, yang
telah dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai oleh tuannya (Bdk. 2 Timotius
2:21).
Pendahuluan
sebagai gereja harus mampu dan berani menyarakan suara kenabiannya di tengah-
tengah kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Warga jemaat selaku orang
percaya dapat menunjukkan bahwa kehadirannya di tengah-tengah masyarakat
adalah sebagai tangan Tuhan untuk menyatakan kasih serta menyuarakan
kebenaran dan keadilan.
Faktor sumber daya manusia adalah faktor yang sangat penting dan
strategis (Amsal 1:7, 9:10). Para pelayan di GKPS dan juga warga Jemaat tanpa
terkecuali sebagai bagian dari tubuh Kristus di dunia ini terpanggil dalam
merealisasikan visi misi GKPS (bdk 1 Petrus 2:9). Agar hal ini tercapai
diperlukan manajemen Sumber Daya Manusia yang handal dengan menjalankan
fungsi tujuh P (perencanaan, penerimaan, pengembangan, pembudayaan,
pendayagunaan, pemeliharaan dan purna bakti).
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlu perhatian
yang serius, begitu juga dalam memberdayakan potensi jemaat. Diperlukan
perencanaan SDM, analisis rancang bangun pelayanan GKPS, rekrutmen dan
seleksi pelayan serta pegawai, masalah penempatan atau mutasi, pengembangan,
penilaian prestasi kerja, dan perhatian pada kesejahteraan pelayan atau pegawai (1
Pendahuluan
Koristus 9: 13). Dalam peningkatan SDM ini harus tetap bersifat teologis
Alkitabiah di dalam takut akan Tuhan sebagai pemilik dan kepala Gereja.
Pendahuluan
Dalam rangka mencapai visi GKPS perlu ada aktivitas pengorganisasian.
Pengorganisasian ini merupakan proses menciptakan hubungan-hubungan
antara fungsi-fungsi, personalia atau daya, dana, sarana dan faktor-faktor fisik
lainnya agar kegiatan dapat dilaksanakan, disatukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan bersama GKPS. Pengorganisasian yang ada selama ini perlu
terus menerus ditingkatkan dan dibenahi, supaya seluruh petugas dan warga
jemaat menjadi satu kekuatan yang kompak serta harmonis dalam mengemban
tugas tanggung jawabnya kepada Yesus Kristus Raja Gereja.
Pengorganisasian pada dasarnya telah diatur dalam Tata Gereja dan
Peraturan Rumah Tangga GKPS, demikian juga dengan peraturan lainnya
seperti Seksi, Badan, dll. Oleh karena itu, untuk menjalankan missi Allah di
dunia ini, setiap warga, para pelayan dan petugas di GKPS wajib berpedoman
pada Tata Gereja dan Peraturan Rumah Tangga serta peraturan lainnya. Jika
Tata Gereja, Peraturan Rumah Tangga dan peraturan Badan Seksi dan peraturan
lainnya ternyata membutuhkan peninjauan, hal itu dapat dilakukan sesuai
dengan mekanisme yang ada. Visi dan Misi GKPS yang telah ditetapkan juga
membutuhkan evaluasi agar tetap relevan dengan semangat ecclesia reformata
samper reformanda.
Pendahuluan
• pemulihan seluruh ciptaan,
• aspek pembebasan manusia dari segala belenggu ketidak adilan, kemiskinan,
penindasan, penderitaan dan kebodohan,
• aspek perdamaian serta rekonsiliasi dengan Allah dan sesama manusia,
• dan aspek solidaritas dalam pergumulan kehidupan manusia.
Penginjilan adalah bagian integral dari misi Allah. Gerejalah yang
mendapat mandat untuk pemberitaan firman Allah ini. GKPS adalah bagian dari
perwujudan gereja Kristus untuk terlibat menjalankan misi Allah di dunia ini,
yaitu ditengah-tengah realitas dan konteks tertentu. Untuk tujuan inilah GKPS
perlu memperlengkapi warga jemaat dalam menjalankan panggilan dan suruhan-
Nya.
3. Gambaran Jemaat GKPS Saat Ini - Secara Umum
Dari data yang ada, dapat dilihat pertumbuhan jumlah jemaat Kristen di wilayah
Simalungun sejak pertama kali Injil masuk Simalungun (1903) sampai dengan berdirinya
GKPS (1963) dan selanjutnya sampai tahun 2009 (April).
3
1903-1940 adalah periode mula-mula Injil masuk ke Simalungun, 1953 adalah periode HKBP distrik otonom
Simalungun, 1963 – 2009 adalah periode GKPS. Lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil Studi
Dokumentasi GKPS.
Pendahuluan
250000
200000
150000
100000
50000
0
1903 1909 1928 1940 1953 1963 1970 1977 2002 2009
Pendahuluan
berprofesi guru membentuk sebuah kelompok yang disebut Kas Saksi ni Kristus. Setiap guru
menyisihkan sebagian dari gaji mereka untuk dana yang dipakai dalam pelaksanaan
penginjilan. Lembaga-lembaga penginjilan ini memberikan sumbangan yang sangat besar
terhadap pergerakan penginjilan di Simalungun.
Selanjutnya di semua periode tidak terlihat adanya metode dan semangat penginjilan
yang lebih baru lagi (up to date) sedangkan lingkungan terus berubah. Pada periode 14 (empat
belas) tahun pertumbuhan yang sangat pesat (1963-1977) bisa dikatakan akibat dari kondisi
eksternal yang mendorong masyarakat untuk memeluk agama Kristen. Pada periode itu ada
pergantian kekuasaan di Indonesia yang didahului oleh peristiwa berdarah 30 September 1965,
yang kemudian disambung dengan tindakan represif penguasa terhadap masyarakat. Bila
dilihat sejarah kekristenan di seluruh Indonesia, hampir semua gereja saat itu mengalami
pertambahan anggota yang sangat signifikan.
Meski pertumbuhan jumlah jemaat pada 22 (dua puluh dua) tahun terakhir (1977-2009)
tidak setajam pada periode sebelumnya, namun data menunjukkan ada pertumbuhan signifikan
dari aset dan kelembagaan GKPS. Tampaknya semangat “penginjilan ke dalam
(mendewasakan iman jemaat)” lebih kuat ketimbang “penginjilan keluar (mencari anggota
jemaat baru)”.
Pada tahun 2002 dapat dicatat GKPS secara kelembagaan dilayani 156 orang Pendeta, 83
orang Penginjil, 5057 orang Sintua dan 4587 orang Syamas. Pada tahun 2009 GKPS secara
kelembagaan memiliki 113 Resort, 7 Distrik dan dilayani 175 orang Pendeta, 80 orang
Penginjil, 6379 orang Sintua serta 5667 orang Syamas.
Di bidang pendidikan GKPS memiliki 21 buah tingkat SD, 10 SMP, 2 Sekolah
Menengah Umum (SMU), dan 5 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). GKPS juga mendirikan
dan mengelola Asrama Pendidikan di Sondiraya, Pelayanan Pembangunan (PELPEM GKPS)
dan Pusat Pelatihan Kerja PKR GKPS. Pembenahan Rumah Sakit Bethesda di Saribudolok
terus dilakukan. Di Pematangraya didirikan juga Rumah Sakit GKPS yang diresmikan pada
tanggal 31 agustus 2003. Dalam pengembangan Masyarakat yang dilaksanakan GKPS lewat
Pelpem GKPS pernah menerima penghargaan dari Pemerintah antara lain :
• Penghargaan “Kalpataru” tentang lingkungan hidup pada tahun 1981,
• Penghargaan “Kalpataru” tentang ketahanan Pangan pada tahun 2005.
GKPS memiliki keunikan yang tidak dimiliki gereja lain, yang dapat menjadi faktor
kekuatan dan penguat kelembagaan GKPS. Dari studi yang ada, dapat dicatat hal-hal sebagai
berikut.
Pertama, pemakaian bahasa Simalungun sebagai bahasa pengantar dalam ibadah dan kegiatan
GKPS. Secara umum, gereja-gereja suku memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan
budayanya. Begitu juga dengan GKPS yang mayoritas jemaatnya suku Simalungun masih
Pendahuluan
tetap mengharapkan agar bahasa Simalungun jangan pernah dilupakan dalam ibadah.
Misalnya agenda ibadah, kidung pujian, Alkitab dan lain-lain sudah menggunakan bahasa
Simalungun. Kecintaan akan bahasa Simalungun ini juga tercermin di peta pelayanan yang
bukan wilayah administrastif Simalungun, misalnya di daerah distrik VI dan distrik VII yang
pada umumnya daerah industri dan warganya sangat majemuk dalam hal suku, budaya, latar
belakang pendidikan dan ekonomi.
Kedua, sikap gotong royong dalam pendirian dan pembangunan gereja. Inilah yang
membedakan GKPS dari gereja lainnya. Sikap gotong royong dalam bahasa simalungun
sapangambei manoktok hitei. Kebiasaan saling kerjasama tanpa mengharapkan imbalan yang
dilakukan para leluhur dalam mengerjakan pekerjaan di kebun dan sawah sampai saat ini
masih dilaksanakan. Sikap gotong royong ini juga tercermin dalam kehidupan bergereja,
misalnya dalam pembangunan fisik dan pendanaan pembangunan gereja. Setiap warga jemaat
membuat suatu janji yang juga disebut ”janji iman” atas kesanggupan pendanaan
pembangunan gereja yang disesuaikan dengan kemampuannya baik dalam bentuk material
ataupun uang. Begitu juga keterlibatan warga jemaat lainnya khususnya para perantau atau
yang memiliki kepedulian dalam membantu pembangunan gereja.
Ketiga, perayaan olob-olob setiap tahun di GKPS. Perayaan ini dimulai dari olob-olob Jemaat
(bulan Agustus), olob-olob keluarga (2 September), perayaan olob-olob Sa GKPS bulan
September dan perayaan olob-olob sekali dalam lima tahun (Jubeleum). Kegiatan ini
dilakukan di semua resort se-GKPS bahkan ada beberapa resort melakukan 2 (dua) kali,
karena jarak geografis peta pelayanan dalam satu resort yang berjauhan.
Pendahuluan
4.1.Tata nilai ideal (yang berfungsi sebagai dasar ideologis suatu lembaga guna
mempersatukan semua unsur di dalamnya),
4.2.Tata nilai inkremental (yang berfungsi sebagai pedoman etika dan perilaku warga
lembaga dalam keseharian kerja) dan
4.3. Tata nilai operasional (yang berfungsi sebagai petunjuk praktis untuk menyatakan
kualitas pekerjaan).
Dari studi yang ada GKPS memiliki tata nilai yang sudah dipakai selama perjalanan
hidupnya dan dikembangkan sebagai pedoman hidup ke depan adalah:
4.1 Tata nilai ideal :
4.1.1 GKPS mengaku bahwa Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah Allah
Tritunggal.
4.1.2 GKPS mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, Juruselamat dunia dan Kepala
Gereja sesuai dengan Firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab yakni Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru.
4.1.3 GKPS mengaku bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang hidup, yang menjadi
dasar dan sumber kehidupan dan ajaran Gereja.
4.1.4 GKPS mengaku dan menerima Pengakuan Iman Apostolicum (Rasuli), Pengakuan
Iman Niceanum dan Pengakuan Iman Athanasianum.
4.2 Tata nilai inkremental dan operasional:
4.2.1 Keunggulan (excellency): berorientasi pada prestasi (achievement), dedikasi
(dedication), kejujuran (honesty), analitis (analytical) dan kreativitas (creativity)
4.2.2 Integritas (integrity): berorientasi pada komitmen (commitment), menunjung tinggi
nilai-nilai etik dan moral (ethic values and morality).
4.2.3 Tranparansi (transparency): berorientasi pada keterbukaan (openess), kepercayaan
(trust), menghargai keragaman dan perbedaan (diversity) serta tidak diskriminatif.
4.2.4 Keberlanjutan (sustainability): berorientasi pada perbaikan secara terus menerus
menuju masa depan yang lebih baik.
Pendahuluan
Tabel 1. Uraian Faktor dan Variabel 4
No. Faktor Variabel
1. Fokus Kepada Anggota 1.1. Penampung aspirasi jemaat
(mencakup kapasitas 1.2. Penanganan keluhan jemaat
GKPS dalam pelayanan 1.3. Komunikasi Pimpinan GKPS dengan
kepada anggotanya, jemaatnya
perumusan kebijakan dan 1.4. Pusat data keberadaan jemaat
visi ke depan) 1.5. Upaya pengembangan & pembelajaran
jemaat
1.7. Pembenahan organisasi dan hubungan
kerjasama
2. Kepemimpinan 2.1. Memotivasi jemaat
(mencakup kapasitas 2.2. Mensosialisasi ide-ide antisipasi ke depan
GKPS dalam 2.3. Menganalisis masalah
menggerakkan anggota 2.4. Membuat keputusan yang relevan
untuk mencapai tujuan
pendidikan Kristen)
3. Manajemen 3.1. Pengelolaan aset (harta milik)
Sumberdaya (mencakup 3.2. Pengelolaan keuangan
kapasitas GKPS dalam 3.3. Pengelolaan Sumberdaya Manusia
mendayagunakan 3.4. Pengelolaan citra positif lembaga
sumber-daya yang
tangible maupun
intangible)
4. Good Governance 4.1 Tranparency
(mencakup kapasitas 4.2. Independency
GKPS dalam mengelola 4.3. Acountability
semua proses 4.4. Responsibility
manajemennya) 4.5. Fairness
5. Mengelola Perubahan 5.1. Adaptasi
(mencakup kapasitas 5.2. Daya Inovasi
GKPS dalam 5.3. Daya antisipasi terhadap perubahan masa
mengantisipasi depan
4
Uraian secara rinci pertanyaan-pertanyaan indikator dari ketigapuluh enam variabel yang dinilai, tercantum dalam
lampiran 3. Kuesioner Penyusunan Visi Misi GKPS.
Pendahuluan
perubahan dan membuat 5.4. Membangun Jejaring Kerja
perubahan ke arah yang 5.5. Menyiapkan perubahan-perubahan positif
postif) dalam tubuh GKPS
Dari studi yang ada, delapan faktor di atas mengandung unsur: (1) syarat mendapatkan
sertifikasi kualitas manajemen standard internasional, (2) prinsip-prinsip pengelolaan dan
kepengurusan organisasi yang baik (good governance), (3) kemampuan organisasi
mengantisipasi masa depan, serta (4) penyelenggaraan panggilan utama lembaga gereja.
Selanjutnya berdasarkan instrumen yang sudah berbentuk kuesioner, diberikan
kesempatan bagi masing-masing pihak yang mewakili stakeholders (pihak-pihak yang
berkepentingan) GKPS untuk memberikan penilaian. Dari kuesioner yang masuk didapat
suatu data seperti tercantum dalam tabel berikut ini:
Pendahuluan
Tabel 2. Kompilasi Hasil Penilaian Kinerja GKPS5
No Faktor yang dinilai Nilai (skala 0-
5)
1 Fokus Kepada Jemaat 2,55
2 Kepemimpinan 2,36
3 Pengelolaan Lembaga Yang Baik 2,65
(Good Governance)
4 Manajemen Sumberdaya 2,85
5 Mengelola Perubahan 2,66
6 Penyelanggaraan Persekutuan 3,02
7 Penyelenggaraan Kesaksian 2,40
8 Penyelenggaraan Pelayanan 2,45
Rata-rata 2,62
Dari data di atas, jika dilihat dengan bentuk grafik seperti tercantum di bawah ini, akan
menunjukkan bahwa penyelengaraan persekutuan menempati posisi tertinggi (3,02).
Grafik 2. Kompilasi Hasil Penilaian Kinerja GKPS
5.00
4.50
4.00
3.50
3.02
3.00 2.82
2.55 2.65 2.66
2.36 2.40 2.45
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
SUMBER DAYA
GOVERNANCE
MENGELOLA
FOKUS KEPADA
KEPEMIMPINAN
PENYELENGGARAAN
PENYELENGGARAAN
PENYELENGGARAAN
PERUBAHAN
MANAJEMEN
PERSEKUTUAN
JEMAAT
GOOD
PELAYANAN
KESAKSIAN
Fakta yang ada menunjukkan bahwa GKPS masih membutuhkan pembenahan dalam
ke delapan faktor yang dinilai di atas. Mengacu nilai minimal (cukup) adalah 3 (tiga) dari
5
Secara lebih rinci hasil kompilasi beserta berbagai masukan dari pengisi dapat dilihat pada lampiran 4. Kompilasi
Hasil Kuesioner.
Pendahuluan
maksimal 5 (lima), maka hanya aspek persekutuan yang dinilai cukup, sedangkan faktor lain
dinilai kurang.
Urutan faktor yang dinilai kurang mulai dari skor yang terendah adalah: kepemimpinan
(2,36), penyelenggaraan kesaksian (2,40), penyelenggaraan pelayanan (2,45), fokus pada
jemaat (2,55), manajemen sumberdaya (2,65), mengelola perubahan (2,66), good governance
(2,82) dan penyelenggaraan persekutuan (3,02). Meski demikian bukan berarti GKPS selama
ini tidak memiliki prestasi dalam menjalankan tugas-tugasnya, hanya stakeholders
menganggap setidaknya dalam tahun-tahun terakhir masih belum memenuhi harapan
menyangkut delapan faktor di atas.
Dari data di atas, hal yang paling mendesak dalam jangka pendek dan menengah
adalah mengupayakan agar kinerja delapan faktor tersebut meningkat secara signifikan agar
sehingga memenuhi bahkan melampaui harapan stakeholdersnya. Untuk itu disamping
menganalisis data tersebut, kita juga perlu mengidentifikasi secara cermat harapan-harapan
stakeholders GKPS selama ini.
Pendahuluan
6.2.4 Memperkuat diakonia sosial
6.2.5 Menangani pelayanan kepada anak-anak yang putus sekolah
6.2.6 Peningkatan pelayanan di tingkat Jemaat dan Pusat
6.2.7 Peranan Pendeta/Penginjil Wanita di masyarakat
6.2.8 Pelayanan kepada Sekolah Minggu, remaja, jompo
6.2.9 Pelayan menjadi hamba bukan seorang tuan
6.2.10 Menjauhkan sikap nepotisme dalam setiap pelayanan dan kepengurusan
6.2.11 Penyempurnaan organisasi dan pola pelayanan GKPS
6.2.12 Para pelayan GKPS harus proaktif dan sanggup melihat kejadian sekitar
6.2.13 Peningkatan pelayanan bidang sosial
6.2.14 Membentuk badan usaha Resort
6.2.15 GKPS memiliki STT dan Sekolah Penginjil sendiri
6.2.16 Peningkatan kesejahteraan guru dan pegawai yayasan pendidikan GKPS
6.2.17 Pengembangan ekonomi Jemaat
6.2.18 Meningkatkan kualitas badan pendidikan GKPS
6.2.19 Menghimbau tentang bahaya narkoba bagi generasi muda
6.2.20 Sosialisasi kesetaraan jender
6.2.21 Pembentukan dan pemberdayaan Credit Union di tingkat jemaat-jemaat
6.2.22 Membangun ruang pertemuan dan atau wisma/ruang pertemuan di daerah-daerah
tujuan wisata (Parapat, Haranggaol)
6.2.23 Murid Pusat Pelatihan Kerja PKR GKPS harus dari warga GKPS
6.2.24 Perlu Biro Hukum di GKPS
6.2.25 Menjelaskan apa arti GKPS kepada warga Simalungun di perantauan
6.3 .Kesaksian :
6.3.1 Berbenah diri dalam hal pelayanan Firman Tuhan kepada jemaat
6.3.2 Mengadakan KPI secara rutin
6.3.3 Penanganan tentang ajaran sesat
6.3.4 Susukara, Kalender, Agenda dan Haleluya dioptimalkan
6.3.5 Pelaksanaan KPI (Kebaktian Pekabaran Injil), PA (Pemahaman Alkitab), PKM
(Pelayanan Kesehatan Masyarakat)
6.3.6 Perkunjungan keluarga (yang malas datang ke gereja, yang dirawat, yang miskin)
6.3.7 Perkunjungan Pendeta atau Penginjil Wanita ke Pedesaan
6.3.8 Menumbuhkan minat generasi muda untuk meneliti sejarah berdirinya GKPS
6.3.9 Jangan ada perselisihan antar warga dan majelis jemaat
6.3.10 Jangan KKN, mata duitan
Pendahuluan
6.3.11 Bina hubungan yang lebih baik lagi dengan gereja tetangga dan negara lain yang
mayoritas Kristen
6.4 Kepemimpinan :
6.4.1 Tanggap terhadap masalah yang dihadapi jemaat
6.4.2 Memberikan honor atau insentif bagi pimpinan majelis jemaat
6.4.3 Menetapkan dogma GKPS
6.4.4 Sistem pemilihan, manjomput na sinurat
6.4.5 Pendeta tidak boleh berpolitik praktis
6.4.6 Usul jemaat harus ditanggapi Pimpinan Pusat lewat surat
6.4.7 Transparansi Pusat ke jemaat
6.4.8 Pengangkatan anggota majelis jemaat ditetapkan oleh Pimpinan Pusat GKPS
6.4.9 Tanggungjawab Pimpinan Pusat terhadap majelis jemaat
6.4.10 Pimpinan Majelis Jemaat adalah ujung tombak pelayanan, oleh karena itu dilibatkan
dalam synode bolon dan dibekali dalam hal kepemimpinan
6.4.11 Pemilihan Ephorus, Sekjen dan Praeses perlu melibatkan Penginjil
6.4.12 Pendeta mengikuti studi lanjut dan pelatihan-pelatihan
6.4.13 Pengawasan yang ketat di setiap kepengurusan
6.4.14 Pimpinan Pusat yang berpengaruh, berani dan berwawasan luas
6.4.15 Kinerja Pimpinan Pusat (Ephorus & Sekjen) perlu di tingkatkan.
6.4.16 Fungsi Praeses di optimalkan
6.5 .Mengelola Perubahan :
6.5.1 Memperbaiki kinerja GKPS terutama bidang administrasi
6.5.2 Membuka kebaktian berbahasa Indonesia di samping berbahasa Simalungun
6.5.3 Mengakses setiap perubahan yang terjadi
6.5.4 Menghilangkan pos penerimaan yang tidak up to date (misalnya: galangan galuh)
6.5.5 GKPS harus mampu memberi warna terhadap budaya Simalungun
6.6 .Optimalisasi potensi jemaat :
6.6.1 Pemberdayaan SDM atau pelayan, pembinaan yang berkesinambungan
6.6.2 Keputusan dan program berpihak kepada jemaat
6.6.3 Pembinaan kepada pengurus tingkat Jemaat
6.6.4 Pemberian beasiswa kepada warga jemaat yang tidak mampu
6.6.5 Keputusan sinode bolon dapat diemplementasikan dalam jemaat
6.6.6 Memperbanyak diklat buat pemuda GKPS
6.6.7 Peningkatan, pengembangan kecerdasan warga, khususnya pemuda
6.6.8 Penempatan full timer sesuai dengan kemapuan dan bakat
6.6.9 Pemberian penghargaan kepada pelayan yang sudah melayani berpuluh-puluh tahun
Pendahuluan
6.6.10 Jangan melihat darah biru
6.6.11 Meningkatkan kemampuan para pelayan di bidang teknologi
6.7 .Pengelolaan lembaga :
6.7.1 Menaikkan gaji pegawai dan perhatian jemaat kepada petugas pelayannya
6.7.2 Meyelenggarakan usaha produktif sebagai sumber pemasukan GKPS
6.7.3 Menciptakan usaha yang lain
6.7.4 Memiliki percetakan
6.7.5 Badan usaha dikelola oleh ahlinya
6.7.6 Pengelolaan aset secara produktif dan warga GKPS yang punya modal supaya
menanam modal dan mengembangkan kemungkinan membangun usaha-usaha
khususnya di lingkungan kantor pusat GKPS
6.7.7 Melengkapi fasilitas, sarana dan prasarana untuk mendukung visi-misi GKPS
6.7.8 Jangan membebani jemaat dengan pos-pos pemasukan keuangan yang banyak
6.7.9 Melaporkan keuangan GKPS (laba/rugi) 1x1 tahun
6.7.10 Adanya kantor Resort
6.7.11 Pengurus seksi tingkat pusat perlu jelas peranannya
6.7.12 Membentuk lembaga pengembangan GKPS
6.7.13 Selektif dan independen dalam rekrutmen Pendeta
6.7.14 Pengumpulan dana diminimalisasi
6.7.15 Revisi Tata Gereja atau Peraturan Rumah Tangga jangan dikaitkan dengan
kepentingan pribadi
6.7.16 Akses Informasi yang baik
6.7.17 Membuat kotak saran GKPS
6.7.18 Terbuka
6.7.19 Membuat anggaran pembinaan untuk Sekolah Minggu, Remaja dan Pemuda
6.7.20 Pesta dan pengumpulan dana yang terlalu banyak
6.7.21 Insentif khusus dan kendaraan bagi Pendeta yang melayani di daerah pedalaman
6.7.22 Pembangunan rumah Pegawai GKPS di areal Kantor Pusat GKPS
6.8 Disamping hal-hal di atas, masih ada harapan-harapan dan cita-cita yang
mengkristal di kalangan jemaat GKPS yang dapat dicatat, antara lain:
6.8.1 GKPS adalah salah satu gereja suku, oleh sebab itu jemaat sungguh berharap agar
GKPS turut serta mempertahankan dan melestarikan bahasa daerahnya yaitu
bahasa Simalungun dengan cara menggunakan bahasa Simalungun sebagai bahasa
pengantar di dalam ibadahnya dan juga di dalam kegiatan-kegiatan GKPS lainnya
di samping bahasa Indonesia. Jemaat melihat bahwa bahasa Simalungun-lah yang
dapat membedakan GKPS dengan gereja-gereja lainnya.
Pendahuluan
6.8.2 GKPS diharapkan dapat mempertahankan eksistensi budaya termasuk bahasa
Simalungun. Hal ini disebabkan adanya kecintaan warga GKPS terhadap budaya
Simalungun termasuk bahasa Simalungun. Karena ada suatu kekhawatiran bahwa
tanpa GKPS, budaya Simalungun termasuk bahasa Simalungun akan semakin
terkikis oleh perkembangan jaman.
6.8.3 Kepedulian para pelayan kepada warga baik dalam bidang pastoral maupun
kunjungan rumah tangga. Harapan ini muncul disebakan adanya berbagai
pergumulan kehidupan yang dialami oleh warga jemaat. Warga jemaat berharap
didalam menghadapi berbagai pergumulan hidup, mereka membutuhkan
pendampingan sekaligus mereka dikuatkan oleh firman Allah melalui
perkunjungan rumah tangga atau pelayanan pastoral dari para hamba Tuhan.
6.8.4 GKPS perlu memerhatikan kesejahteraan warga jemaat. Ada suatu pemahaman
dari warga jemaat bahwa gereja tidak cukup hanya memperhatikan kebutuhan
rohani jemaat melalui pemberitaan Firman Tuhan dari mimbar, tetapi gereja harus
mampu memerhatikan kebutuhan lahiriah warga jemaat melalui aksi nyata
sehingga warga jemaat itu benar-benar sejahtera baik secara rohaniah maupun
lahiriah.
6.8.5 Pelayanan ibadah (liturgi, pelayanan Firman Tuhan) perlu ditingkatkan. Harapan
ini muncul dari warga jemaat karena ada kesan bahwa liturgi di GKPS
membosankan dan pelayanan firman/kotbah di GKPS monoton sehingga kurang
menggugah hati para warga jemaat untuk datang mengikuti ibadah di gereja.
Dengan kata lain, pelayanan ibadah di GKPS agaknya kurang mendorong
pertumbuhan iman warga jemaat.
6.8.6 Warga ingin mendapat pelayanan secara pribadi.
Sebagaimana telah disebut di atas, warga jemaat membutuhkan kepedulian para
pelayan melalui kunjungan rumah tangga atau pelayanan pastoral. Tetapi lebih
dari itu warga jemaat juga menginginkan adanya pelayanan secara pribadi dari
para pelayan atau hamba-hamba Tuhan karena berbagai pergumulan kehidupan
yang dialami. Dengan demikian mereka merasa mendapat perhatian yang lebih
nyata dari para pelayan dalam menghadapi segala pergumulan mereka.
6.8.7 Peningkatan kehadiran beribadah.
Jemaat mendambakan adanya peningkatan jumlah kehadiran jemaah dalah ibadah
di GKPS, khususnya bagi kaum bapak dan pemuda. Untuk menjawab hal itu
diharapkan ada upaya-upaya kongkrit yang dibuat gereja (GKPS) untuk
meningkatkan kehadiran jemaat dalam beribadah sehingga GKPS tidak terkesan
Pendahuluan
sebagai gereja kaum perempuan tetapi GKPS menjadi gereja bagi semua orang
percaya kepada Tuhan Yesus baik laki-laki maupun perempuan.
6.8.8 GKPS terbuka dan hadir secara eksternal.
GKPS adalah gereja yang hadir di dunia dan diutus ke dalam dunia oleh Sang
Raja Gereja yaitu Yesus Kristus. Meskipun GKPS merupakan gereja suku tetapi
bukan hanya untuk warga Simalungun tetapi untuk semua orang percaya dari suku
manapun. Tuhan Yesus hadir ke dunia ini bukan saja untuk satu bangsa tertentu
(Yahudi) tetapi untuk semua bangsa. Tuhan Yesus mengamanatkan kepada para
muridnya: ”...jadikanlah semua bangsa menjadi muridKu...” (Matius 28:16-20).
Pendahuluan