Anda di halaman 1dari 4

BAB I

Pengantar

Ilmu liturgi adalah ilmu yang membahas peribadahan, baik kegiatan ibadah yang
berbentuk seremonial (upacara/resmi), maupun praksis (praktik kehidupan). Seringkali
praktik kehidupan inilah yang disebut sebagai ibadah yang sejati (Roma 12:1-2). Karena
ibadah sejati tidak terbatas pada selebrasi (perayaan) di gereja maupun seremonial. Tetapi
terwujud pula di dalam sikap hidup sehari-hari dari setiap orang percaya, yang meliputi:
pelayanan, perilaku, penghargaan terhadap nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas, cara
berpikir, cara menanggapi dan sikap hidup lainnya.

Rasul Paulus menegaskan tentang pengertian kata ibadah sejati (logike latreia) ialah
mempersembahkan tubuh (soma) sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan
kepada Allah (Roma 12:1). Menurut Paulus inti ibadah Kristen adalah mempersembahkan
hidup kepada Tuhan. Sehingga tanpa dasar ini maka ibadah dalam bentuk apapun tidak
memiliki makna atau nilai di hadapan Tuhan.

Sedangkan persembahan (pemberian materi) dan pelayanan dalam ibadah yang


dilakukan oleh jemaat Tuhan itu merupakan cermin penyerahan diri, pengadian, kesetiaan
dan ucapan syukur jemaat kepada Tuhan. Tujuan persembahan ialah pengadian atau
penyerahan diri secara sukarela dan keikhlasan kepada Tuhan yang didasarkan pada kasih
Tuhan yang sudah menyelamatkan.

Istilah-Istilah dan Pemahaman Etimologi Liturgi

Kalimat “Persembahan hidup yang berkenan kepada Allah” dalam Roma 12:1
seringkali disejajarkan dengan kata-kata dalam beberapa bahasa yang dipergunakan untuk
kata ibadah.

1. Worship, berasal dari kata weorthscipe (worthyship) yang berarti layak dilakukan atau
diperbuat. Kata ini sering dipakai dengan istilah umumnya Sunday Worship (ibadah
Minggu).
2. Service, berasal dari kata Servitium. Kata ini sering digunakan pada istilah Morning
Service (ibadah harian pagi), yang berarti melayani sesama.
3. Office, berasal dari kata officium. Kata ini sering digunakan pada istilah daily office
atau divine office, yang berarti ibadah harian.
4. Cult (Kultus) atau penghormatan yang sangat tinggi.

1
Dari beberapa kata “ibadah” tersebut, ada satu kata yang paling umum digunakan
yaitu liturgi. Kata ini berasal dari Bahasa Yunani, Leitourgia, yang berasal dari dua
kata, yaitu ergon (melayani, bekerja) dan laos (bangsa. masyarakat, persekutuan
umat). Kata laos dan ergon diambil dari kehidupan masyarakat Yunani kuno sebagai
kerja nyata rakyat kepada bangsa dan negara. Secara praktisnya, mereka tunjukkan
dengan membayar pajak, membela negara dan wajib militer. Namun demikian kata
leitourgia juga digunakan untuk menunjuk pelayan rumah tangga (asisten rumah
tangga) dan pegawai pemerintah.
Dalam surat Roma 15:16, Rasul Paulus menyebut dirinya sebagai pelayan
(leitourgon) Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Demikian juga ketika
menyebut para penarik pajak, rasul Paulus juga menggunakan kata leitourgoi (Roma
13:6). Sehingga liturgi dapat dipahami sebagai sikap sehari-hari orang beriman.
Dalam perkembangannya, akhirnya kata liturgi menjadi sebutan yang khas dan yang
diterima secara umum untuk untuk perayaan dan ibadah Kristen.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata yang sejajar dengan kata
liturgi adalah kebaktian. Kata ini berasal dari Bahasa Sansekerta “bhakti” yang berarti
perbuatan yang menyatakan perbuatan baik, setia dan hormat serta memperhambakan
diri. Sikap ini dapat ditujukan kepada seseorang, bangsa dan negara serta Tuhan.
Dalam Bahasa Arab, kata ibadah ditulis dengan kata ebdu atau abdu yang
berarti abdi atau hamba. Kalimat ini sejajar juga dengan kata Abodah atau avodah

‫ ֲעבֹדָ ה‬- dalam Bahasa Ibrani, Berasal dari kata ebed, yang berarti hamba, yaitu
perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Tuhan. Bahkan sikap ini sangat dikaitkan
serat-eratnya dengan kegiatan manusia kepada Tuhan.
Bahasa Yunani mempunyai ragam kosa kata yang berkaitan erat dengan kata
ibadah.
1. Latreia, kata ini digunakan untuk menyatakan kewajiban melakukan syarat hidup
beribadah. “karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh
Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-
hal lahiriah” (Filipi 3:3). Orang yang bersunat, dipahami bukan sebagai sunat
lahiriah, melainkan sunat hati, yaitu mereka yang menjalankan hidup benar
sebagai orang yang beribadah melalui sikap hidupnya yang mengejar kebenaran
Kristus dan panggilan sorgawi.

2
2. Proskunein, kata ini memiliki arti menundukkan diri. “ Maka berkatalah Yesus
kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
(proskunseis) Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti
(latreuseis)!" (Matius 4:10).
3. Thusia, kata ini digunakan untuk persembahan korban dalam bentuk perayaan
yang ditunjukkan melalui perbuatan yang dilakukan baik oleh pemeluk agama
kafir. “Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah
persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau,
bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat”. (1 Korintus 10:20), maupun oleh
pengikut Kristus, “ Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).
Christoph Barth, anak dari Karl Barth, yang lahir pada tahun 1917, merupakan
seorang pendeta jemaat dan juga seorang doktor teologi, mengemukakan pendapat
bahwa kata kebaktian, ibadah dan pengabdian merupakan kata yang memiliki
kesamaan makna, yaitu menyatakan sikap hidup hamba Tuhan.
4. Phospora, memiliki makna korban persembahan khusus. Sesuai dengan surat
Ibrani 10:10, “Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali
untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus”. Kata ini sangat
dikaitkan dengan persembahan tubuh Kristus di atas kayu salib yang tidak sama
dengan sekedar korban bakaran. Karena persembahan tubuh Kristus di kayu salib
merupakan bentuk teladan ketaatan-Nya kepada Bapa (Allah).
5. Threskeia, kata ini digunakan untuk menunjukkan sikap dedikasi kepada agama.
Lukas telah menuliskan hal ini untuk melukiskan mengenai sikap hidup orang
Farisi dalam menjalankan agamanya. Sesuai yang tertulis dalam Kisah Para Rasul
26:5, “Sudah lama mereka mengenal aku dan sekiranya mereka mau, mereka
dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah hidup sebagai seorang Farisi menurut
mazhab yang paling keras dalam agama kita”. Rasul Paulus, menggunakan kata
ini untuk menyatakan sikap seseorang dalam beribadah kepada malaikat (Kolose
2:18). Sedangkan rasul Yakobus menggunakan kata ini untuk menunjukkan
kesalehan diri sendiri (Yakobus 1:26).

3
6. Sebein, kata ini menunjuk pada ibadah. Seperti yang ditulis dalam Injil Matius
15:9, “ Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia.". Menekankan tentang pentingnya sikap hidup
yang benar dihadapan Tuhan.

7. Homologein, kata ini berkaitan dengan ikrar atau kredo (pengakuan). Paling
tidak ada tiga surat yang menulis tentang ikrar atau kredo.

Pertama, 1 Yohanes 1: 9, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia
dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita
dari segala kejahatan”.
Kedua, Roma 10:9, “ Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia
dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.
Ketiga, Ibrani 13:15, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa
mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang
memuliakan nama-Nya.

Pengertian Liturgi dalam ilmu teologi berdasarkan penelitian yang dilakukan G. Riemer,
ternyata hasilnya tidak ada data Alkitab yang cukup beralasan untuk menerima arti kata
leiturgi dalam pengertian Ibadah Gereja atau Tata Ibadah Gereja. Menurut Riemer, hanya
satu ayat Alkitab dalam Perjanjian Baru yang menggunakan kata Leiturgi dalam konteks
Jemaat Perdana sedang beribadah, yaitu dalam Kisah Para Rasul 13:2. Jadi kata Riemer,
“tidak ada dasar Alkitabiah untuk menggunakan liturgy dalam arti Tata Ibadah atau tata
Kebaktian. Karena Leiturgi berarti bekerja untuk kepentingan rakyat. Jadi bagaimana kita
harus memahami kata Leiturgi dalam pengertian Tata Ibadah atau Tata Kebaktian?.

Pada zaman setelah Reformasi, khususnya zaman sekarang kata Liturgi dipakai
sebagai istilah teknis dalam ilmu teologi yang hanya mengacu kepada Tata Ibadah atau Tata
Kebaktian. Kata Liturgi yang dipakai sekarang ini, setelah mengikuti proses yang terjadi
dalam perkembangan dunia kekristenan, kata liturgi adalah istilah teologis yang mengacu
pada tata ibadah gereja. Dengan kata lain dalam Ilmu Teologi, kata liturgi adalah istilah
teknis-teologis yang hanya mengacu kepada tata ibadah.

Anda mungkin juga menyukai