Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

Pemimpin Pujian dan Sikapnya

A. Pendahuluan
Seorang Pemimpin Pujian dan Penyembahan kepada Tuhan dalam suatu
Ibadah di Gereja, Persekutuan Ibadah Rumah Tangga dan Ibadah Lainnya
merupakan orang yang dipanggil Tuhan dalam tugas khusus sesuai dengan karunia
yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Oleh karena itu seorang pemimpin pujian
dan penyembahan harus mengetahui bahwa Pemimpin Pujian berbeda dengan
seorang penyanyi yang hanya fokus pada lirik dan lagunya. Sedangkan seorang
pemimpin pujian dan penyembahan harus bisa mengajak jemaat untuk memuji dan
menyembah Tuhan.
B. Kriteria Rohani
1. Lahir baru (II Kor. 5:17, Ef. 4:21-32) serta mengalami buah-buah pertobatan
dalam dirinya (Gal. 5:22-23).
2. Memiliki karakter Kristus (Fil. 2:1-5).
3. Selalu semangat untuk melayani Tuhan (Rom. 12:11) dan hidup dalam pimpinan
Roh Kudus (Ef. 5:18b).
4. Hidup dalam doa dan penyembahan yang benar setiap hari (Yoh. 4:23, Ef. 5:19-
20).
5. Mengerti dan melakukan kebenaran firman Tuhan setiap hari (Mzm. 119:105,
Mat. 13:23, II Tim. 3:14-17).
6. Berusaha untuk senantiasa hidup dalam kekudusan (Ibr. 12:14, Mzm. 15:1-3,
24:4-5, I Ptr. 1:16).
C. Kriteria Teknis
1. Memiliki talenta vokal yang cukup baik serta selalu membiasakan diri agar
tidak menyanyi dengan suara yang sumbang (fals voice).
2. Mengerti pengetahuan dasar tentang musik (nada dasar dan kode/simbol
instruksi lagu sebagai sarana komunikasi antara WL dengan pemain musik
pada saat performance).
3. Mampu memimpin pujian dan penyembahan dengan baik (tumbuhkan rasa
percaya diri/ berusaha untuk meminimalisasi rasa gugup/grogi pada saat akan
melayani; disinilah salah satu alasan pentingnya doa sebelum melayani, agar

1
Roh Kudus memampukan kita untuk memimpin dengan tegas dan penuh
percaya diri).
4. Mampu berkomunikasi dengan baik melalui penggunaan kata-kata yang positif
untuk menguatkan iman dan membangun kehidupan rohani jemaat yang
sedang dilayani.
5. Mencari dan mengembangkan perbendaharaan lagu pujian (belajar untuk
menghafal lirik atau kata-kata dalam syair lagu, baik lagu pujian dan
penyembahan versi lama maupun baru).
6. Suara harus jelas, (biasakan menggunakan suara ”khusus”) artinya jangan
menggunakan suara dengan volume yang biasa dipergunakan saat tidak
memimpin. Karena dalam memimpin cenderung ada penekanan penekanan
tertentu dari kalimat yang dianggap bisa menguatkan iman jemaat. Suara
khusus ini tidak harus keras, tetapi juga tidak harus pelan. Tergantung pesan
dan maksud yang akan disampaikan kepada jemaat atau yang dipimpin.

D. Hal-Hal Praktis Yang Harus Diperhatikan Saat Menjadi Worship Leader


Menjadi seorang Worship Leader sebenarnya tidak terlalu sulit, asalkan kita
mempelajari dan memahami dengan benar hal-hal penting yang berkaitan dengan
pelayanan ini, agar tugas pelayanan tersebut dapat berlangsung sesuai rencana.
Berikut ini adalah hal-hal praktis yang dapat dijadikan acuan untuk mengawali dan
menjalankan tugas sebagai seorang Worship Leader dalam sebuah ibadah:
1. Cobalah untuk membangun komunikasi yang erat dan hangat dengan jemaat yang
kita layani pada kesempatan pertama dengan penuh kasih dan tidak terkesan
“dibuat-buat”, baik melalui kata-kata pembuka yang mengakrabkan atau yang
menguatkan rohani jemaat, serta jangan lupa berikan pandangan mata dan
senyuman yang manis agar tidak terkesan bahwa pujian dan penyembahan sedang
dalam suasana yang tegang. Ciptakan suasana pujian dan penyembahan yang
nyaman serta menyenangkan, sehingga jemaat dapat menikmati hadirat Tuhan
dengan baik.
2. Hindari menggunakan kata-kata atau instruksi yang melemahkan dan menghakimi
jemaat, misalnya menghakimi atau menegur jemaat yang terlambat datang ibadah
pada saat sedang memimpin pujian dan penyembahan, atau menghakimi jemaat
mengenai cara mereka ketika memuji Tuhan. Jangan paksakan jemaat untuk
“menjadi sama” seperti kita, tugas kita hanyalah mengajak dan mengarahkan

2
jemaat untuk tetap fokus dan menikmati suasana pujian dan penyembahan.
Gunakan selalu kata-kata iman untuk memotivasi jemaat dan mendorong mereka
untuk semangat dalam memuji Tuhan. Berikut ini adalah beberapa contoh kata-
kata positif yang dapat digunakan untuk memotivasi jemaat:
“Shaloom.. Saya percaya Allah hadir di sini dan siap memberkati
Saudara..!” (dengan memberikan senyum seraya mengangkat salah satu tangan
sebagai ekspresi memberkati).
“Bapak, ibu, dan saudara sekalian percaya bahwa ada kuasa dalam pujian dan
penyembahan saat ini..?” (dengan memberikan senyum, sambil mengangkat
bahu, seraya mengangkat salah satu tangan menunjukkan ekspresi bertanya
kepada jemaat).
“Saudara yang datang dengan masalah pasti akan pulang dengan membawa
pemulihan dan pertolongan dari Tuhan..” (sambil tersenyum dan menunjukkan
ekspresi bahwa selalu ada pengharapan di dalam Tuhan kepada jemaat sembari
mengangkat tangan kanan setinggi kepala dengan posisi menengadah lalu
mengarahkan jari telunjuk ke arah atas).
3. Mempersiapkan penampilan yang terbaik untuk Tuhan dan jemaat dengan cara
berpakaian yang rapi dan sopan, rambut disisir dengan rapi dan menarik, serta
tunjukkan ekspresi wajah yang segar, cerah, dan bersih.
4. Hindari pertentangan atau kesalahpahaman (miss understanding) dengan singers
dan tim musik agar tidak menimbulkan suasana tegang dan perasaan seolah tidak
ada damai sejahtera selama ibadah berlangsung.
5. Berikan instruksi atau komentar lagu dengan jelas disertai senyuman manis, baik
instruksi kepada tim musik (berkaitan dengan kode lagu) maupun kepada jemaat.
6. Jika pada saat pujian dan penyembahan berlangsung terjadi kesalahan atau
gangguan secara teknis, maka usahakan pujian dan penyembahan tersebut tetap
berlangsung dengan tertib dan jangan panik. Berusahalah untuk tetap tenang serta
arahkan jemaat untuk tetap fokus memuji dan menyembah Tuhan. Ingatlah bahwa
kita sedang memuji dan menyembah Tuhan, maka jangan mudah terpengaruh oleh
situasi dan kondisi yang berusaha untuk mengganggu jalannya pujian dan
penyembahan. Percayalah bahwa Roh Kudus yang akan menolong kita untuk
mengatasi gangguan tersebut.

3
7. Hindarilah pengulangan lagu yang terlalu sering agar jemaat tidak bosan atau jenuh,
sehingga jemaat merasa enggan dan menjadi turun semangatnya untuk memuji
Tuhan.
8. Berusahalah peka terhadap kehendak Roh Kudus untuk suatu perubahan berkaitan
dengan sikap dan berbagai ekspresi atau bersikap fleksibel ketika sedang
memimpin pujian dan penyembahan agar tercipta suasana ibadah yang hidup,
penuh sukacita, semangat, dan harmonis serta jemaat dapat merasakan jamahan
kuasa Roh Kudus secara pribadi atas hidup mereka. Hal ini dapat terjadi ketika
Worship Leader memiliki kualitas doa dan hubungan pribadi yang intim dengan
Tuhan (have an intimacy relationship with God).
9. Hindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik seperti terlalu sering menutup mata,
gerakan tangan yang kurang baik (misalnya tangan diletakkan di saku, tangan
diletakkan di belakang punggung, atau tangan menggaruk-garuk kepala),
membelakangi jemaat, dan gerak refleks mata yang sering berkedip-kedip.
10. Berikan komentar terhadap lagu seperlunya saja, sesuaikan dengan lirik lagu serta
suasana pujian dan penyembahan pada saat itu.
11. Jangan biarkan suasana menjadi vakum (kosong tanpa ekspresi) karena WL seolah
kehabisan kata-kata atau sedang berusaha untuk meminimalisasi perasaan gugup
atau grogi yang terlalu lama.
12. Buatlah kesepakatan dengan tim musik dan singers mengenai instruksi atau kode
tangan (hand signal) berkaitan dengan pemilihan nada dasar, pengulangan lagu
(intro, middle, atau ending) menaikkan nada (overtone), memperlambat atau
mempercepat tempo lagu, tinggi rendahnya volume suara, memberikan coda atau
bridge (variasi tertentu dalam gaya bermusik), menunjuk hanya satu alat musik
saja yang bunyi (drum only, keyboard only, guitar only, saxsophone only).

Anda mungkin juga menyukai