Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam tata ibadah umat Kristen pujian dan penyembahan mengambil

bagian yang sangat besar dan memiliki peran yang sangat penting selain Firman

Tuhan, doa dan persembahan. Pujian dan penyembahan. Pujian dan

penyembahan merupakan ekspresi hati yang meluap dengan syukur untuk

mengagungkan nama Tuhan yang dinyatakan melalui musik yang

dilantunkan.oleh karena itu untuk dapat melakukan pujian dan penyembahan

yang benar secara bersama-sama dalam ibadah dibutuhkan pemandu ibadah

atau yang lebih dikenal sebagai pemimpin pujian dan penyembahan. Pemimpin

pujian dan penyembahan merupakan orang yang bertanggungjawab penuh

terhadap kelancaran jalannya ibadah dari awal sampai akhir.

Peran pemimpin pujian bukan hanya sekedar sebagai pemimpin pujian

dalam sebuah ibadah, namun lebih daripada itu. Pemimpin pujian yang

berkualitas harus senantiasa hidup di dalam doa dan berperan sebagai

penyembah yang benar, serta berpegang teguh kepada kebenaran Firman Tuhan,

sehingga dapat mengaplikasikan pujian dan penyembahan dalam sebuah ibadah

dan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang terpanggil untuk mengambil

bagian dalam peran sebagai pemimpin pujian harus menyembah dalam roh dan

kebenaran (Yohanes 4:23-24). Serta menyerahkan diri sepenuhnya dan setia

untuk melayani Tuhan dalam pujian dan penyembahan, dengan cara membangun

hubungan pribadi yang erat bersama Tuhan melalui kehidupan doa yang benar

untuk memohon pengampunan dosa, penyertaan dan hikmat dari Tuhan (Amsal

1
24:3; Kolose 3:23). Kehidupan rohani yang baik menjadi modal awal bagi

pemimpin pujian untuk bisa membawa jemaat ke dalam suasana ibadah yang

berkenan dihadapan Tuhan.

Pemimpin pujian yang baik, harus mampu mengolah satu liturgi yang ada

menjadi satu kesatuan yang utuh dan membuat suasana ibadah menjadi hidup.

Tujuan ibadah adalah untuk memuji dan menyembah Allah. Dan ibadah yang baik

akan berdampak bagi pertumbuhan iman jemaat menuju kedewasaan rohani. Ini

merupakan hal penting yang harus diperhatikan para pemimpin pujian.

Pemimpin pujian harus menyadari bahwa jemaat yang datang dalam

ibadah memiliki latar belakang permasalahan yang berbeda-beda. Di dalam

ibadah jemaat membutuhkan kekuatan, penghiburan, nasihat dan dorongan untuk

tetap kuat dalam iman. Di samping itu juga melalui ibadah, jemaat dapat

mempererat persekutuan dengan umat Tuhan yang lain. Oleh karena itu sebagai

pemimpin pujian yang baik harus memiliki kematangan secara rohani agar

mampu melihat kebutuhan jemaat dan berusaha untuk melayani mereka dengan

baik.

Tak dapat dipungkiri juga bahwa kualitas musik pemimpin pujian ikut

berpengaruh dalam kelancaran beribadah. Pemimpin pujian harus memahami

teknik vokal yang baik untuk menghasilkan cara bernyanyi yang baik agar dapat

menyatu dengan iringan musik dan lagu yang dinyanyikan sehingga menjadi

harmonisasi yang indah. Dengan demikian maka setiap makna yang terkandung

dalam syair-syair lagu dapat benar-benar tersampaikan dan dihayati. Pemimpin

pujian apabila saat melayani musik dalam ibadah tidak bisa benar-benar menyatu

dengan iringan musik maka akan membuat suasana ibadah menjadi terganggu

2
dan jemaat menjadi tidak nyaman untuk beribadah, terlebih khusus jemaat

menjadi tidak bisa untuk ikut bersama-sama melakukan pujian dan penyembahan

kepada Tuhan karena jemaat menjadi sibuk membahas musik dan pemimpin

pujian yang tidak harmonis.

Permasalahannya yang terjadi saat ini adalah banyak gereja kekurangan

pemimpin pujian dan penyembahan yang baik dan sungguh-sungguh mengerti

tugasnya sebagai pemimpin ibadah. Karena beberapa diantara pemimpin pujian

dan penyembahan sering melakukan kesalahan pada saat memimpin ibadah,

baik dalam bertutur kata untuk mengajak jemaat sama-sama memuji Tuhan

ataupun dalam bernyanyi karena belum memiliki kualitas musik yang cukup

terutama dalam bernyanyi, sehingga membuat para pemimpin pujian sering tidak

harmonis dengan musik yang dimainkan oleh pengiring. Akibatnya ibadah

bukannya membawa berkat, tetapi hanya menjadi suatu rutinitas.

Ini terjadi karena gereja akhir-akhir ini mulai mengabaikan dua unsur

penting dalam melakukan tugas dan tanggungjawab pelayanan sebagai pemimpin

pujian dan penyembahan. Dua unsur penting tersebut, yaitu kematangan secara

rohani baik dalam pelayanan maupun dalam kehidupan sehari-hari dan

kematangan secara bermusik. Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan dari

pemimpin pujian dan penyembahan. Hal ini yang membuat jemaat gereja akhir-

akhir ini tidak bisa meluapkan ucapan syukurnya melalui pujian karena adanya

ketimpangan yang dialami pemimpin pujian dan penyembahan. Ada yang hanya

bermodalkan kehidupan rohani saja tanpa memiliki kemampuan bermusik yang

baik dan ada juga yang hanya mengandalkan cara bernyanyi saja tanpa memiliki

hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan.

3
Karena dengan adanya masalah inilah gereja dewasa ini membutuhkan

para pemimpin pujian dan penyembahan yang berkualitas. Yakni matang secara

rohani dan matang secara bermusik. Sehingga pemimpin pujian dapat dengan

sungguh-sungguh mengantarkan jemaat untuk memuji dan menyembah Tuhan

bersama-sama dalam ibadah. Hal inilah yang membuat penulis menjadi tertarik

untuk membahas tentang pribadi yang berkualitas sebagai pemimpin pujian agar

dapat diterapkan dalam pelayanan musik ibadah di gereja.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pengamatan peneliti saat melakukan penelitian secara

langsung dilapangan, maka peniliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk,

antara lain sebagai berikut:

1. Menemukan apa saja yang menjadi dasar permasalahan sehingga gereja

dewasa ini sering lupa untuk mempertimbangkan siapa saja yang boleh dipilih

sebagai pemimpin pujian.


2. Membangun kesadaran pemimpin pujian untuk memperlengkapi diri sebelum

melayani dalam suatu ibadah.


3. Memberikan solusi bagi gereja dan bagi pelayan musik ibadah khususnya

sebagai pemimpin pujian untuk mengatasi masalah yang selama ini ada

dalam pelayanan sebagai pemimpin pujian.


4. Memberi kontribusi positif dalam pelayanan dan dalam kelancaran beribadah

di gereja serta berguna bagi beberapa pihak, antara lain;


 Bagi Pemimpin Pujian
Para pemimpin pujian dapat memahami dan mengetahui apa yang

menjadi kelebihannya dan apa yang menjadi kekurangannya dalam

melayani sebagai pemimpin pujian dalam melayani musik ibadah di

gereja. Agar apa yang menjadi kelebihannya bisa dipertahankan dan apa

4
yang menjadi kekurangannya bisa cepat diatasi dan menghasilkan pribadi

yang berkualitas sebagai pemimpin pujian.


 Bagi Gereja
Tujuan penelitian ini untuk gereja sebagai bahan referensi dan

bahan pertimbangan untuk gereja. Sehingga gereja mampu untuk

menentukan siapa saja yang telah siap untuk melayani jemaat gereja

sebagai pemimpin pujian dalam melayani musik ibadah. Untuk

melakukannya memang dibutuhkan ketegasan gereja untuk bersikap

menghadapi persoalan ini.


 Bagi Jemaat
Tujuan penelitian ini bagi jemaat agar jemaat mengerti tentang

karakteristik apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin pujian dan

keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh pemimpin pujian sehingga

jemaat dapat merespon dengan cepat apabila menemukan pemimpin

pujian yang belum berada dalam koridor pelayanan yang baik.


 Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti dalam membentuk pribadi yang berkualitas sebagai

pemimpin pujian dalam melayani ibadah.


 Bagi Pihak Lain
Penelitian ini sebagai bahan acuan bagi calon-calon pemimpin

pujian yang baru untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum menjadi

pemimpin pujian dalam ibadah.


Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai sumber bahan

bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan musik ibadah khususnya

sebagai pemimpin pujian.

C. Problematika

Seperti yang telah penulis paparkan dalam Latar Belakang bahwa gereja

dewasa ini sering mengabaikan dua unsur penting dalam melayani sebagai

5
pemimpin pujian yaitu kematangan secara rohani dan keterampilan bermusik. Hal

ini terkadang membuat jemaat tidak bisa mendapatkan ibadah yang berkualitas.

Kekurangan sumber daya manusia dalam pelayanan sering dijadikan

alasan untuk menjadikan siapa saja sebagai pelayan pemimpin pujian, padahal

belum memiliki kemampuan untuk itu.

Keinginan orang untuk tampil didepan jemaat juga menjadi masalah.

Banyak yang menganggap bahwa pelayanan itu hanya yang tampil di depan

seperti pengkhotbah, pemimpin pujian, singers dan pemain musik. Sementara

penerima tamu, penghitung persembahan, kostor, dll, bukan merupakan

pelayanan. Sehingga banyak yang berlomba-lomba untuk tampil di depan tetapi

belum memiliki kemampuan untuk itu. Bukan tidak boleh orang berlomba-lomba

untuk tampil di depan, tetapi motivasinya harus jelas. Ketika menjadi pelayan

ibadah bukan untuk tampil di depan dan menjadi perhatian orang tetapi

bagaimana mengarahkan umat untuk bisa beribadah dengan baik kepada Tuhan.

Hal yang sebenarnya harus dilakukan oleh gereja ketika menghadapi

masalah ini adalah membenahi dua unsur utama sebagai pelayan musik ibadah

yaitu kehidupan rohani dan musikalitas. Ketika menemukan pelayan yang masih

kurang dari segi kerohanian, maka melakukan pemuridan adalah hal yang tepat

untuk membimbing para pelayan mengenal Allah yang disembah, namun

sebaliknya apabila para pelayan kurang dari segi musik, maka kelas-kelas

pelatihan akan membantu untuk membuat para pelayan menjadi siap untuk

melayani musik ibadah terlebih khusus pemimpin pujian.

Tuhan menginginkan persembahan yang terbaik. Bukan hanya soal materi

tetapi juga mempersembahkan tubuh, baik dalam pelayanan dan dalam

6
kehidupan sehari-hari, Tuhan menginginkan yang terbaik dari umat-Nya. “Karena

itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya

kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang

kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma

12:1).

D. Batasan Masalah

Berdasarkan berbagai hal yang penulis paparkan dalam Latar Belakang di

atas, maka penulis memberikan batasan masalah mengenai pemimpin pujian

yang berkualitas agar pembahasan berikutnya tidak keluar dari ruang lingkup

yang akan diteliti oleh penulis dan penjelasannya tidak meluas sehingga mudah

dipahami. Pokok permasalahan ini antara lain:

1. Kriteria untuk menghasilkan pemimpin pujian yang berkualitas dalam

melayani musik ibadah.


2. Dampak yang akan muncul jika pemimpin pujian tidak memiliki kualitas

pribadi yang baik.


3. Pemimpin pujian yang berkualitas membangun suasana ibadah yang

berkualitas.

E. Hipotesa

Jika gereja menganggap sangat penting untuk memperhatikan kualitas

pribadi pemimpin pujiannya, maka akan melahirkan pemimpin-pemimpin pujian

yang berkualitas untuk melayani musik ibadah.

7
Jika pemimpin pujian merupakan pribadi yang berkualitas, maka puji-pujian

yang dihasilkan juga pasti berkualitas dan ibadah secara keseluruhan juga akan

menjadi berkualitas.

Jika puji-pujian dan ibadah yang dilakukan berkualitas, maka suasana hati

jemaat akaan tetap terjaga selama beribadah dan tetap fokus kepada Allah yang

disembah.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya

mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif

berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang

diteliti dan semuanya itu tidak dapat diukur dengan angka.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab dan ditambah dengan

lembar pengesahan, hasil persidangan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar

pustaka, data pribadi dan lembar konsultasi. Penulisan skripsi ini secara teoritis

berdasarkan buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis untuk memaparkan

hasil penelitian yang dilakukan pada setiap bab adalah sebagai berikut;

Bab I Dalam bab ini merupakan pendahuluan yang berisi penjelasan

mengenai Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Problematika,

Hipotesa, Batasan Masalah, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

8
Bab II Dalam bab ini membahas tentang Landasan Teori yang berisi tentang

Alkitab sebagai sumber kebenaran, literatur pendukung sebagai bahan

acuan dan penelitian terdahulu.

Bab III Dalam bab ini membahas tentang Area Riset.

Bab IV Dalam bab ini penulis memaparkan hasil penelitian dan pembahasan

tentang “Kualitas Pribadi Pemimpin Pujian Dalam Melayani Musik

Ibadah”

Bab V Bab ini adalah bab penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan

saran-saran yang penulis berikan.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Alkitab Sebagai Sumber Kebenaran

9
Dalam melakukan penelitian ini yang menjadi landasan teori penulis

adalah Alkitab sebagai dasar kebenaran dan Alkitab sebagai otoritas tertinggi

dalam setiap aspek kehidupan manusia. Karena penelitian ini mengarah kepada

pelayanan sebagai pemimpin pujian dalam melayani musik ibadah.

B. Literatur Pendukung Sebagai Bahan Acuan

Dengan memperhatikan judul penelitian ini dan bidang ilmu yang

ditempuh peneliti maka literaur-literatur yang penulis anggap sesuai untuk

mendukung untuk penelitian ini antara lain:

B.1. Alkitab

Penulis menjadikan Alkitab sebagai dasar tolak ukur dalam penelitian ini

karena penelitian ini membahas tentang pelayanan dalam beribadah

kepada Tuhan.

B.2. Buku-buku Teologi

Penulis menjadikan buku-buku Teologi sebagai referensi dalam penelitian

ini untuk membantu menafsirkan Alkitab dan menjadi perbandingan dalam

menganalisa permasalahan yang muncul dalam pelayanan khususnya

sebagai pemimpin pujian.

B.3. Buku-buku Musik

Seperti yang sudah penulis paparkan dalam latar belakang bahwa musik

merupakan salah satu unsur penting dalam melakukan tugas pelayanan

sebagai pemimpin pujian maka buku-buku musik juga menjadi acuan penulis

dalam melakukan penelitian ini.

10
B.4. Buku-buku Filsafat

Untuk lebih mempertegas penelitian ini maka penulis juga ingin

menggunakan buku-buku filsafat sebagai referensi dalam melakukan

penelitian.

B.5. Buku-buku Psikologi

Penulis ingin menggunakan Buku-buku Psikologi sebagai bahan referensi

untuk membahas kepribadian.

B.6. Kamus

Penulis menggunakan kamus sebagai bahan acuan untuk memahami arti

dari kata-kata dan istiah-istilah tertentu yang perlu didefenisikan.


C. Penelitian Terdahulu

Untuk memperkuat landasan teori dalam melakukan penelitian ini,

penulis juga telah menelusuri jurnal-jurnal, skripsi-skripsi dan literatur-literatur

lainnya yang pernah ditulis sebelumnya dan belum pernah ada yang membahas

tentang kualitas pribadi pemimpin pujian dalam melayani musik ibadah. Yang

ada hanya membahas mengenai peran pujian dan penyembahan dalam ibadah

dan ada juga yang membahas tentang cara menjadi pemimpin pujian dan

penyembahan yang kreatif.

Sebagai contoh, ada sebuah skripsi yang pernah ditulis oleh Astika

Mahanani yang berjudul “PERAN PUJIAN DAN PENYEMBAHAN DALAM

IBADAH KEBAKTIAN KEBANGITAN ROHANI TERHADAP JEMAATNYA DI

GEREJA GBI KELUARGA ALLAH SURAKARTA”. Di dalam tulisan ini hanya

membahas pujian dan penyembahan secara luas dan lebih mengarah kepada

musik ibadahnya bukan kepada pribadi pemimpin pujiannya. Dalam tulisannya

11
menekankan kepada fungsi musik dalam ibadah. Fungsi musik dalam ibadah

tersebut antara lain :

1. Musik merupakan sarana bagi orang Kristen untuk menanggapi dan memberi

respon terhadap apa yang sudah tertulis dalam kitab suci Alkitab tentang

Allah. Dapat dilihat dari sifat Allah yang tercermin pada para pengguna lagu-

lagu rohani. Pada kitab Mazmur 46:1 “Allah itu bagi kita tempat perlindungan

dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti”, dari ayat

tersebut bahwa Allah adalah tempat perlindungannya “Allah benteng teguh”.

Lagu-lagu itu menjadi nyanyian para pendukung reformasi dan menjadi

inspirasi bagi orang-orang kristen yang menghadapi mati syahid.


2. Musik juga merupakan sarana untuk mengekspresikan ucapan terimakasih

atas kehidupan yang sudah diubah, yaitu kehidupan baru yang adalah hasil

dari perjumpaan dengan Tuhan.


3. Musik sebagai sarana untuk mengekspresikan bahwa menyetujui jalan dan

cara Tuhan bekerja. Sifat-sifat Allah sering dapat dihayati melalui kesedihan

dan penderitaan umat manusia. Dimata manusia tentu saja hal itu merupakan

peristiwa yang menyedihkan, namun Tuhan mengubahnya menjadi suatu

kemenangan Ilahi.

Ada juga sebuah artikel yang membahas tentang pemimpin pujian yang

kreatif. Inti dari artikel ini hanya mengarah kepada kemampuan pemimpin pujian

utnuk membuat suasana ibadah menjadi lebih kreatif dan kekinian sehingga

tidak monoton. Artikel yang ditulis oleh Daniel Nugroho yang berjudul

”PEMIMPIN PUJIAN YANG KREATIF” ini hanya menekankan kepada cara

pemimpin pujian untuk mengemas ibadah menjadi lebih menarik.

12
Hal inilah yang membuat penulis yakin bahwa belum pernah ada tulisan

lain sebelumnya yang meneliti dan membahas hal yang sama seperti ini. Oleh

karena itu penulis ingin membahas mengenai kualitas pribadi pemimpin pujian

dalam melayani musik ibadah. Bukan musik ibadah secara luas tetapi langsung

menyoroti pribadi pemimpin pujian itu sendiri. Karena berdasarkan penelitian

penulis secara langsung dilapangan, penulis menemukan ketimpangan-

ketimpangan yang ada dalam pelayanan sebagai pemimpin pujian dalam

melayani musik ibadah.

BAB III
AREA RISET

Dengan berdasarkan bidang ilmu yang ditempuh penulis dan judul penelitian

yang dilakukan, maka membagi area riset penulis dalam melakukan penelitian ini

secara umum dan secara khusus.

13
A. Secara Umum
Yang menjadi area riset secara umum dalam penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, maka peneliti membagi menjadi beberapa bagian antara lain;

A.1. Pemimpin pujian

Dalam buku berjudul ”Manajemen dan Kepemimpinan Hati Nurani”

yang ditulis oleh Drs. E.B. Surbakti, M.A mengatakan bahwa Agama

merupakan aspek yang sangat penting di dalam pembentukantata nilai

pemimpin. Melalui agama pemimpin mengenal penciptanya dan

menyembah-Nya melalui ibadah. Agama juga mengajarkan relasi vertikal

dengan pencipta dan relasi horizontal dengan dengan sesama. Didalam

agama pemimpin belajar tentang nilai-nilai adikodrati berdasarkan

tuntunan kitab suci. Oleh karena itu, sistem tata nilai yang diajarkan

bersifat kekal.

Pemimpin pujian bukanlah suatu hal baru dalam kalangan umat

Kristen. Bahkan banyak sekali pemimpin-pemimpin pujian baru yang

bermunculan dalam pelayanan-pelayanan di gereja.


Tapi, apa itu pemimpin pujian sebenarnya?
Saat penulis melakukan penelitian dan menanyakan kepada beberapa

orang yang sering menjadi pemimpin pujian di gereja maka penulis

mendapatkan jawaban yang beragam tentang apa itu pemimpin pujian.


 Pemimpin pujian adaah suatu talenta yang diberikan oleh Tuhan

untuk dilakukan dan dikembangkan dalam pelayanan yang

dipercayakan.
 Pemimpin pujian adalah inspirator dalam artian dia sebagai inspirasi

bagi jemaat baik saat di atas mimbar maupun di bawah mimbar, di

dalam gereja maupun di luar gereja untuk menjadi penyembahn

Tuhan yang benar.

14
 Pemimpin pujian adalah pribadi yang bertanggungjawab untuk

membawa jemaat lebih dalam kehadirat Tuhan.


 Pemimpin pujian adalah orang yang mengatur dan bertanggungjawab

dalam kelancaran sebuah ibadah dari awal sampai akhir.

Dari berbagai pernyataan di atas maka penulis menarik kesimpulan

bahwa pemimpin pujian adalah pribadi yang dipercayakan untuk bertugas

mengatur jalannya ibadah dan mengarahkan jemaat Tuhan untuk

memfokuskan hati dan pikiran kepada Tuhan melalui puji-pujian dalam

sebuah ibadah.

A.2. Musik

Musik juga merupakan salah satu objek material penting yang

terdapat dalam penelitian ini. Musik itu sendiri menurut kamus besar

bahasa indonesia adalah (1) Ilmu atau seni menyusun nada atau suara

dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan

komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan; (2)

Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung

irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat

yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).


Musik menurut Wikipedia adalah suara yang disusun sedemikian

rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama dari

suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama.


Sedangkan menurut para ahli, antara lain:
 Menurut Aristoteles, seorang filsuf Yunani yang sangat terkenal

menerangkan pengertian seni musik adalah curahan kemampuan

tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam satu

rentetan nada (melodi) yang memiliki irama.

15
 Menurut Adjie Esa Poetra, seorang guru vokal ternama bagi berbagai

penyanyi terkenal di Indonesia mengungkapkan seni musik adalah

sebuah bunyi yang teratur, bukan saja bersifat moral normatif,

melainkan juga diakui selaras yang berdasarkan perhitungan para ahli

ilmu fisika.
 Sedangkan menurut David Ewen musik adalah ilmu pengetahuan

serta seni mengenai kombinasi ritmik dan beberapa nada, baik vokal

maupun instrumental yang mencakup melodi serta harmoni sebagai

ekspresi dari segala sesuatu hal yang menginginkan diungkapkan

terlebih dalam segi emosional.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa musik adalah sebuah karya seni

tentang kumpulan nada-nada yang teratur secara sistematis dan memiliki

kaidah-kaidah yang mengatur didalamnya sehingga apa yang menjadi

maksud komposer dapat tersampaikan dan enak didengar.

A.3. Ibadah

Karena penelitian ini dilakukan dalam konteks pelayanan maka

ibadah tidak dapat dipisahkan dari penelitian ini.


Ibadah menurut kamus besar bahasa indonesia adalah perbuatan

untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan

mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


Ibadah menurut wikipedia adalah (1) Perbuatan atau penyatan

bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama. (2)

Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus

dituruti pemeluknya. (3) Upacara yang berhubungan dengan agama.


Menurut Arfin Tompodung dalam artikelnya yang berjudul “Sekilas

Tentang Arti Ibadah Dalam Alkitab” menyebutkan bahwa ibadah berasal

16
dari bahasa Ibrani db;[‘ (abad) yang berarti ‘bekerja, melayani’ yang

kemudian berkembang menjadi hd:b{[‘ (abodah) yang berarti ‘pekerjaan,

ibadah’. Awalnya kata abodah ini dipakai dalam penyembahan kepada

dewa-dewi, tetapi kemudian diisi dengan makna baru ketika dipakai

dalam penyembahan kepada Allah yang tunggal. Dalam bahasa Yunani

latreia atau leitourgia yang berarti ‘seorang yang mempunyai pekerjaan

sebagai budak atau hamba’. Awalnya makna dari kata latreia dikaitkan

dengan pelayanan dalam sebuah seni, olahraga, dan lebih banyak

dikaitkan dengan politik. Kemudian akhirnya dipakai dalam arti

mempersembahkan ‘ibadah’ kepada Allah, yang memberikan gambaran

tentang rasa takut penuh hormat, kekaguman. Dari kedua arti ini

memberikan pengertian bahwa ibadah adalah makna dasarnya adalah

pekerjaan atau aktivitas hidup sehari-hari manusia yang senantiasa

membawa kemuliaan bagi Tuhan.


Ibadah juga dilakukan dalam suatu persekutuan jemaat. Ibadah

yang seperti ini mengandung arti agar jemaat mendengarkan Firman

Tuhan. Sama seperti seorang hamba akan lebih dahulu mendengarkan

perkataan atau kehendak tuannya barulah ia bekerja. Dengan demikian

ibadah yang dilaksanakan dalam bait suci ataupun gereja tidak hanya

sebagai tempat memuji, dan menyembah Tuhan sebagai satu

persekutuan melainkan suatu suasana dimana umat kepunyaan Allah

mendengarkan Firman Tuhan yang nantinya akan diperbuat dalam

kehidupan sehari-hari.

A.4. Musik Ibadah

17
Musik dalam ibadah terlebih khusus nyanyian umat sangat besar

pengaruhnya bagi umat Israel. Pemazmur pernah mengatakan bahwa

Allah bertakhta di atas puji-pujian Israel. Itu berarti Allah hadir bahkan

tinggal ditengah-tengah umat yang memuji Dia. Itulah sebabnya Israel

menetapkan para imam harus bernyanyi di Bait Allah di Yerusalem siang

dan malam.
Tiga contoh besar yang dapat dilihat dalam Alkitab tentang

pengaruh nyanyian atau pujian yang begitu dahsyat pada zaman

Perjanjian Lama:
 Pada awal pengalaman bangsa Israel di tepi sungai Yordan, di bawah

pimpinan Yosua, mereka melihat sendiri bagaimana sorak-sorai

mereka dapat merobohkan tembok Yerikho. Itu menjadi pengalaman

yang sangat berharga bagi mereka sehingga di kemudian hari mereka

memasukkan nyanyian atau puji-pujian sebagai bagian yang tak

terpisahkan dalam ibadahnya kepada Allah.


 Pada waktu pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, para imam

bernyanyi lalu Bait Allah dipenuhi dengan awan. Itu adalah simbol dari

kehadiran Allah. Hal ini menguatkan apa yang sudah dikatakan di

atas bahwa Allah bertakhta di atas puji-pujian Israel.


 Pengalaman Raja Yosafat juga menjadi satu bukti bahwa Allah

bertakhta di atas puji-pujian. Dan puji-pujian berpengaruh bagi para

pendengar. Tatkala Raja Yosafat berperang melawan bani Amon dan

Bani Moab, raja menyuruh para imam maju di depan pasukannya,

serta menyanyi memuji Allah. (II Tawarikh 20). Dan pada saat para

imam itu bernyanyi, maka terjadilah kekacauan dipihak musuh dan

akhirnya mengalami kekalahan.


Dari pengalaman umat Israel, imam-imam serta raja Yosafat di atas

menunjukkan suatu peristiwa yang spektakuler tentang puji-pujian bahwa

18
pujian atau nyanyian yang sungguh-sungguh dinyanyikan kepada Allah

memiliki kuasa yang sangat besar dan mampu membawa dampak,

mujizat serta kemenangan bagi mereka.


Ini juga yang akhirnya menjadi dasar bagi umat Kristen saat ini

untuk melakukan puji-pujian kepada Allah karena Allah bertakhta diatas

puji-pujian umat-Nya. Seorang teolog bernama Karl Barth pernah

mengatakan bahwa “Jemaat yang tidak bernyanyi bukanlah jemaat”.

Kalimat ini ingin menyatakan bahwa puji-pujian dalam ibadah merupakan

unsur penting. Nyanyian jemaat merupakan bentuk partisipasi umat

dalam beribadah dan mengekspresikan isi hatinya kepada Allah.

B. Secara Khusus
Dengan berdasarkan area riset secara umum di atas maka yang menjadi

area riset secara khusus dalam penelitian ini adalah Pemimpin pujian dalam

praktek pelayanannya, kedudukan pemimpin pujian dalam liturgi ibadah serta

kedudukan puji-pujian dalam liturgi ibadah. Secara khusus yang dimaksudkan

disini adalah konsep dan prakteknya.

B.1. Pemimpin Pujian dalam Praktek Pelayanannya

Dalam pelayanan gereja pemimpin pujian merupakan aspek penting

dalam ibadah selain pengkhotbah atau pelayan Firman Tuhan. pemimpin

pujian yang baik harus bisa membuat seluruh jemaat lebih tergerak untuk

berdoa dan menyanyikan puji-pujian yang bermakna dengan sepenuh hati.

Pemimpin pujian juga harus bisa membantu jemaat untuk membuat ibadah

terpusat hanya pada Tuhan.


Dalam praktek pelayannya pemimpin pujian yang baik harus

memperhatikan beberapa hal berikut, yakni:


a. Mempersiapkan diri sebelum melayani ibadah

19
 Menentukan tujuan. Pemimpin pujian harus memperlajari cara

membawakan pujian yang baik dan yang kurang baik.

Membawakan pujian berarti memuji Tuhan dan sebagai pemimpin

pujian tugas utamanya adalah mengajak seluruh jemaat memuji

Tuhan dengan bernyanyi dan berdoa bersama-sama.


Pemimpin pujian harus memfokuskan perhatiannya kepada jemaat

agar dapat mengajak jemaat untuk bernyanyi dengan baik. Tidak

hanya memperhatikan penampilan diri sendiri dipanggung.


Membawakan pujian bukanlah ajang pamer bakat untuk

dibilang hebat. Walaupun pemimpin pujian tidak berniat

menyombongkan diri tetapi hal ini bisa muncul tanpa disadari.


 Berdoa. Berdoa kepada Tuhan sebagai ucapan terimakasih atas

kesempatan memimpin orang lain sehingga mereka bisa memuji-

Nya. Pemimpin pujian dalam doanya meminta bimbingan,

kerendahan hati dan kekuatan agar bisa memimpin pujian dengan

baik.
Dalam berdoa untuk mempersiapkan pelayanan, pemimpin

pujian kiranya meminta beberapa hal kepada Tuhan antara lain

kemampuan memahami lirik lagu yang akan dinyanyikan dan

kemampuan menyampaikan pemahaman isi pujian, kemampuan

untuk mengasihi orang-orang yang akan dipimpin, kebijaksanaan

dalam memilih lagu dan ayat-ayat yang akan disampaikan selama

memimpin pujian, kemampuan untuk melakukan sesuai lagu dan

ucapan, kerendahan hati agar mampu memimpin pujian yang

memuliakan Tuhan bukan memuliakan diri sendiri atau persekutuan,

kemampuan untuk membimbing para jemaat dalam persekutuan

agar lebih dekat dengan Tuhan.

20
 Menyiapkan pujian yang sesuai dengan tema. Pemimpin pujian

sebaiknya berkonsultasi dengan pendeta yang akan menyampaikan

Firman Tuhan tentang tema yang telah ditentukan, sehingga dapat

memilih lagu-lagu pujian yang sesuai dengan tema tersebut.

Pemimpin pujian juga dapat memilih beberapa ayat Alkitab yang

sesuai dengan lagu dan tema ibadah.


 Pemimpin pujian dalam memilih lagu-lagu pujian harus memilih lagu

pujian yang sudah cukup dikenal oleh jemaat agar mereka bisa

berpartisipasi aktif dengan ikut bernyanyi saat ibadah. Jemaat

kadang tidak mau bernyanyi apabila lagu yang dipilih membuat

suasana ibadah kurang menyenangkan.


Jemaat biasanya tidak mau menyanyikan lagu-lagu pujian

yang belum mereka kenal. Jika ingin menyanyikan lahu baru,

jadwalkan beberapa minggu sebelumnya agar jemaat punya cukup

waktu untuk memperlajarinya. Ada lagu-lagu pujian yang bisa

dibawakan oleh solois tetapi ada juga lagu-lagu pujian yang lebih

cocok dinyanyikan bersama. Lagu-lagu yang dipilih haruslah lagu

yang bisa dinyanyikan bersama oleh banyak orang. Begitu pula

dengan rentang nada harus menyesuaikan dengan kondisi jemaat.


 Menentukan urutan lagu. Dalam menentukan lagu beberapa gereja

menerapkan aturan tertentu selama ibadah berlangsung tetapi ada

juga yang lebih fleksibel. Pemimpin pujian harus memilih lagu yang

sesuai dengan peraturan ibadah dan menentukan lagu yang tepat

untuk setiap sesi selama ibadah berlangsung.


 Menghafal lagu pujian yang akan dibawakan. Pahami dengan baik

lirik lagu yang akan dinyanyikan. Pemimpin pujian boleh meletakkan

21
Alkitab atau teks lagu dihadapannya selama ibadah, tetapi jangan

mengandalkannya.
Ketika berlatih mengucapkan lirik-lirik lagu pemimpin pujian

harus memberikan penekanan pada kata-kata atau kalimat-kalimat

yang perlu untuk penegasan. Dengan menghafalkan lirik lagu

maupun ayat-ayat pendukung dapat membuat pemimpin pujian

merasa lebih nyaman dan bisa memimpin pujian dengan lebih

natural.
 Berlatih sendiri maupun bersama tim pujian. Selain berlatih sendiri

untuk menghafalkan lagu-lagu pujian, pemimpin pujian juga harus

bekerja sama dengan semua anggota tim pujian (singers dan

pemain musik) dan berlatih beberapa kali sebelum melakukan

pelayanan di gereja. Pemimpin pujian harus memberitahukan

terlebih dahulu urutan lagunya kepada tim pujian agar tidak

kebingungan saat pelayanan, dan mau mendengarkan masukan dari

setiap anggota tim pujian. Kesepakatan bersama sangat diperlukan

dalam tim pujian sebelum melakukan pelayanan.


 Berikan semangat kepada diri sendiri sebelum pelayanan. Memuji

adalah hal yang bersifat spiritual, tetapi sebagai makhluk fisik,

pemimpin pujian juga harus menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat

dan kuat agar bisa menjalankan tugas pelayanan dengan baik

selama ibadah.
 Melakukan pemanasan sebelum bertugas melayani. Tim pujian

berkumpul untuk berlatih singkat dan melakukan pengecekan

terakhir sebelum ibadah dimulai.


b. Memimpin pujian selama ibadah
 Memperhatikan bahasa tubuh. Pemimpin pujian harus menunjukkan

seangat dan ketulusan melalui bahasa tubuh. Meskipun pemimpin

22
pujian bukan saat yang tepat untuk menampilkan diri sendiri, tetapi

pemimpin pujian harus memiliki kemampuan menguasai panggung

agar bisa menarik perhatian jemaat. Jika pemimpin pujian terkesan

kurang antusias saat memimpin pujian, maka jemaat yang dipimpin

akan cepat merasa bosan.


 Memperhatikan para jemaat. Pemimpin pujian harus dapat

mengamati suasana ibadah dan memahami petunjuk yang diberikan

oleh jemaat untuk melakukan penyesuaian. Pemimpin pujian harus

bersiap-siap untuk melakukan perubahan kecil selama ibadah jika

diperlukan untuk menciptakan keselarasan selama ibadah. Jika

jemaat terlihat bosan atau bingung karena tidak mengetahui lagunya

dan belum merasa nyaman untuk bernyanyi. Maka kata ajakan

untuk bernyanyi akan dibutuhkan “Mari kita sama-sama memuji

Tuhan” akan tetapi hindari kata-kata yang membuat jemaat merasa

bersalah dengan mengatakan “Saya tidak mendengarkan

seorangpun ikut bernyanyi bersama saya”.


 Pemimpin pujian harus membawakan pujian dengan sepenuh hati.

Cara paling mudah membawakan pujian dengan sepenuh hati

adalah dengan bernyanyi sepenuh hati. Fokus pada kata-kata yang

diucapkan dan dinyanyikan saat memimpin. Dan apabila pemimpin

pujian tidak melakukan pelayanannya dengan ketulusan maka

jemaat akan bisa melihatnya dari cara pemimpin pujian melayani

saat ibadah.
 Dalam memimpin pujian Jangan berlebihan. Pemimpin pujian harus

berusaha membuat jemaat tetap terlibat aktif selama sesi pujian.

Jemaat akan mulai melamun ketika mendengar alunan musik

instrumental yang terlalu lama. Hal ini dapat dihindari oleh pemimpin

23
pujian dan tim pujian apabila kurang mendukung suasana ibadah.

Contohnya musik interlude yang mendukung transisi lagu boleh

dipertahankan, tetapi hilangkan atau persingkat apabila

aransemennya malah mengganggu kelancaran sesi pujian.


 Memperhatikan pemimpin yang lain dalam ibadah. Pemimpin pujian

harus memberikan perhatian yang sama kepada pendeta yang

sedang berkhotbahatau orang lain yang sedang berbicara di

mimbar. Pemimpin pujian adalam pemimpin di gereja ketika sedang

bertugas atau tidak. Jadi, apapun tindakan yang dilakukan akan

diperhatikan oleh semua jemaat, sekalipun tidak sedang bernyanyi

atau berbicara.
 Bersikap apa adanya. Walaupun pemimpin pujian dituntut untuk

mengesampingkan kepentingan pribadi, jangan memaksakan diri

jika cara ini kurang nyaman. Ketika sedang sedih, bawakan pujian

dengan gaya yang lebih tenang. Jika sedang bersemangat, bagikan

semangat itu.
Bersikap apa adanya bisa membantu, tetapi jangan hanya

berfokus kepada diri sendiri selama memimpin jemaat menyanyikan

pujian. Dengan mengatakan, “Aku sedang menghadapi masalah”,

tunjukkan bahwa ada saat tertentu yang membuat kita sulit

menyanyikan pujian. Namun, katakan juga bahwa kita harus tetap

memuji Tuhan, bagaimanapun keadaannya.


c. Melakukan refleksi atau perenungan setelah ibadah
 Berdoa dengan penuh ucapan syukur. Doa merupakan hal penting

dalam melakukan tugas pelayanan sebagai pemimpin pujian.

Setelah melakukan tugas pelayanan pemimpin pujian harus berdoa

mengucap syukur kepada Tuhan karena telah membimbing hingga

selesai ibadah, sekalipun hasilnya belum sesuai dengan apa yang

24
diharapkan. Pemimpin pujian harus meminta bimbingan-Nya selama

melakukan refleksi dan membuat rencana untuk pelayanan ibadah

selanjutnya.
 Membuat catatan. Setelah ibadah selesai, pemimpin pujian dapat

membuat catatan tentang apa yang dianggap baik dan apa yang

kurang baik sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan dan

melakukan tugas pelayanan berikutnya. Saran dan nasihat dari

semua pihak setelah selesai ibadah harus diterima dengan rendah

hati dan pikiran terbuka sehingga dapat membedakan kritik yang

membangun ataupun yang menjatuhkan.


 Melupakan kesalahan di masa lalu. Belajar dari kesalahan dan

kegagalan adalah hal yang baik. Memikirkan masalah terus-

menerus dan selalu berfikiran negatif bukanlah hal yang bermanfaat.

Pemimpin pujian yang baik harus memikirkan cara memperbaiki

kesalahan yang pernah dilakukan dan membuat komitmen untuk

tidak melakukannya lagi serta senantiasa untuk menghindarinya.


Kekurangan dan kesalahan dapat menjadi pelajaran bagi

pemimpin pujian agar tetap menjadi pribadi yang rendah hati. Dari

ketidaksempurnaan itu bisa juga mengingatkan para jemaat bahwa

semua orang adalah manusia biasa. Jika pemimpin pujian mampu

menerima kekurangan dari diri sendiri dengan berjiwa besar, maka

pemimpin pujian juga dapat mendorong jemaat yang dilayani untuk

melakukan hal yang sama.

B.2. Kedudukan Pemimpin Pujian dalam Liturgi Ibadah


Di dalam Jemaat-jemaat Perjanjian Baru, Pemimpin Pujian memang

tidak disebutkan secara khusus. Namun ada dugaan kuat bahwa Jemaat-

25
jemaat Perjanjian Baru terus mempertahankan fungsi tersebut dalam

peribadahan mereka. Hal ini dikuatkan oleh beberapa hal sebagai berikut;
 Di dalam ibadah Jemaat di mana banyak orang hadir, jelas diperlukan

seorang pemandu atau Pemimpin Pujian. Jemaat Perjanjian Baru pada

umumnya tidak secara radikal membuang seluruh tradisi peribadahan

umat Yahudi. Ada banyak unsur dari peribadahan itu yang tetap

dipertahankan. Apalagi dari sejarah Gereja mula-mula diketahui bahwa

pada awalnya orang-orang Kristen tetap beribadah bersama-sama

Jemaat Yahudi (bnd. Kis. 3:1,11). Mereka baru memisahkan diri dari

jemaat Yahudi, setelah mereka dimusuhi oleh Jemaat tersebut. Hal ini

ditulis oleh M. Th. Mawene dalam bukunya yang berjudul “Gereja yang

Bernyanyi”.
 Ada banyak nyanyian ibadah yang belum dikenal oleh anggota Jemaat,

sehingga jelas diperlukan seseorang yang mengetahuinya untuk

mengajarkannya kepada Jemaat dan memandu Jemaat untuk

menyanyikannya.
 Berdasarkan prinsip karunia yang berbeda-beda, yang harus digunakan

dalam rangka pelayanan Gereja sebagai tubuh Kristus (Roma 12:1-8) dan

Imamat orang percaya (1Pet. 2:9), maka kehadiran pelayan musik seperti

itu jelas dimungkinkan.


 Menurut 1 Korintus 14:26 dan Efesus 5:19, warga jemaat dapat turut

mempersebahkan sesuatu atau dapat melakukan suatu peran liturgis

tertentu di dalam ibadah Jemaat sesuai dengan karunia yang

diperolehnya, termasuk karunia bermusik.


Jadi kedudukan pemimpin pujian dalam ibadah merupakan sesuatu

yang penting dan bukan sembarang orang boleh menjadi pemimpin pujian,

tetapi orang-orang yang benar-benar terpanggil dalam pelayanan ini.

26
B.3. Kedudukan Puji-pujian dalam Liturgi Ibadah

Puji-pujian menjadi salah satu mata rantai dalam liturgi ibadah. Artinya

puji-pujian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan rangkaian

ibadah. Ibadah akan terganggu apabila puji-pujian tidak berjalan

sebagaimana mestinya.
Puji-pujian merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam ibadah

untuk mendukung semua susunan acara yang ada dalam liturgi ibadah. Puji-

pujian yang dinyanyikan dalam ibadah adalah sarana untuk menghantar

jemaat menghadap Tuhan. “Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan

nyanyian syukur. Kedalam pelataran-Nya dengan puji-pujian. Bersyukurlah

kepada-Nya dan pujilah nama-Nya” (Maz. 100:4).


Puji-pujian memberi bobot untuk mempertajam pengungkapan makna

iman dan perasaan yang tak cukup bila hanya diungkapkan dengan kata-kata.

Sehingga kegiatan beribadah tidak hanya pada ruang akal dan perasaan

semata, tetapi lebih dari pada itu bisa memasuki kedalaman spiritual. Melalui

puji-pujian ruang spiritual penghayatan dan kesadaran tentang kebesaran,

kuasa dan kasih Tuhan orang-orang percaya menjadi bertumbuh.


Dalam penghayatan tertentu puji-pujian dapat memancarkan daya

kuasa yang dapat menyegarkan, memperbaharui dan bahkan mengubah

sikap hidup seseorang. Puji-pujian juga dapat memberi kesempurnaan

penghayatan ibadah melalui keutuhan dan kesucian ibadah. Puji-pujian bisa

membantu untuk tersentuhnya batin jemaat, sehingga dapat terjadi

perubahan dalam kehidupan jemaat kearah yang lebih baik.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan menyajikan penguraian semua hal yang ada dalam

ide judul penelitian ini yaitu, “Kualitas Pribadi Pemimpin Pujian Dalam Melayani

Musik Ibadah” dan mengacu pada uraian yang telah dipaparkan dalam Bab II dan

Bab III.
A. Unsur-unsur Pembentukan Kualitas Pribadi
Dalam kehidupan sehari-hari banyak yang sering menggunakan istilah

“kualitas”. Kualitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) tingkat

baik buruknya sesuatu: kadar. (2) derajat atau taraf

(kepandaian,kecakapan,dsb): mutu. Kualitas juga dapat berupa standar yang

digunakan untuk menilai sesuatu.


Pribadi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) manusia

sebagai perseorangan (diri manusia atau diri sendiri): (2) keadaan manusia

sebagai perseorangan: keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang.

Pribadi menurut Wikipedia dalam penggunaan umum, kata pribadi (self)

mencakup suatu orang atau benda tertentu dari sebuah kumpulan. Sampai

dengan abad ke-15, bahkan dewasa ini. Dalam bidang statistik dan metafisika,

pribadi berarti “tidak dapat dibagi”. Dan biasanya menggambarkan benda

28
bilangan apapun yang tunggal, namun kadang berarti “seseorang”. Sejak awal

abad ke-17, istilah “pribadi” menunjukkan keterpisahan, yakni kemasingdirian

(individualism). Kepribadian merupakan keadaan atau sifat masing diri; yaitu

seseorang yang terpisah atau berbeda daripada orang lain dan memiliki

kebutuhan, tujuan dan hasratnya sendiri.


Dengan demikian pribadi dapat berarti manusia sebagai perseorangan

(diri manusia itu sendiri). Dan memiliki unsur-unsur yang membentuk

kepribadian itu sendiri.


Untuk menghasilkan pribadi yang berkualitas, nilai-nilai rohani dan unsur-

unsur kepribadian sangat menentukan. Nilai-nilai rohani dan unsur-unsur

kepribadian menjadi standar terbentuknya kualitas pribadi.


A.1. Unsur Rohani
Kehidupan rohani sangat berpengaruh terhadap kualitas pribadi.

Ada tiga hal mendasar yang menjadi pondasi kehidupan umat Kristen

dalam terbentuknya kualitas pribadi, antara lain:


 Kelahiran Baru (Yohanes 3:5-6)
Dalam perikop Yohanes 3:1-21 ini tercatat dialog antara Yesus

Kristus dengan Nikodemus, tokoh Farisi terkemuka dan anggota

Sanhedrin (penguasa orang Yahudi). Nikodemus datang dan

menemui Yesus malam-malam karena memiliki pertanyaan yang mau

ditanyakan kepada Yesus.


Dalam dialog itu, Yesus berkata kepada Nikodemus, “.... Aku

berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan

kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.”


Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan kalau ia sudah tua?

Dapatkah ia masuk kembali kedalam rahim ibunya dan dilahirkan

lagi?” tanya Nikodemus.


Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika

seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke

dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging,

29
dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau

heran, karena Aku berkata kepadamu: kamu harus dilahirkan

kembali”.
Kata dilahirkan kembali secara rohani dapat diartikan sebagai

lahir dari atas. Nikodemus memiliki kebutuhan yang nyata dan

memerlukan perubahan hati, suatu tranformasi rohani. Lahir baru,

lahir kembali; adalah tindakan Allah yang disediakan bagi orang

percaya sehingga memungkinkan untuk hidup kekal (Yohanes 1:12-

13). Dalam kitab Yohanes 1:12-13 diindikasikan bahwa “lahir kembali”

juga berarti “menjadi anak-anak Allah” melalui iman kepada Yesus

Kristus.
Namun secara logika muncul pertanyaan, “mengapa perlu

adanya kelahiran baru?”


Rasul Paulus dalam Efesus 2:1 mengatakan, “kamu dahulu

sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.”

Kepada jemaat di Roma, dalam kitab Roma 3:23 ia menuliskan

“karena semua orang terlah berbuat dosa dan telah kehilangan

kemuliaan Allah.” Jadi, kelahiran baru perlu supaya dosa-dosa

diampuni dan bisa terkoneksi kembali dalam berhubungan dengan

Allah.
 Kuasa (Yohanes 1:12)
Dalam Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya

diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang

percaya dalam nama-Nya”, untuk kata “kuasa” dalam teks aslinya

digunakan kata “eksusia” yang berarti “hak istimewa”.


Hak istimewa yang diberi Allah kepada manusia yang mengaku

dengan mulut, percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru

Selamat. Pertama, memiliki jaminan pemeliharaan Allah yang

30
sempurna sehubungan dengan kebutuhan jasmani. Kedua, diberi-Nya

Roh Kudus untuk menjadi pendamping yang menuntun kepada

segala kebenaran. Ketiga, diberi-Nya Firman Tuhan yang

menghasilkan kelahiran baru dan terus memberi pembaruan di dalam

pikiran. Keempat, mendapat campur tangan Tuhan secara langsung,

hidup orang percaya mendapat campur tangan Tuhan supaya

semakin dimurnikan dan disempurnakan.


Inilah maksud penjelasan mengenai Tuhan memberikan kuasa

supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu dimana Tuhan Yesus Kristus

memberikan hak istimewa kepada umat yang percaya kepada-Nya

untuk dipersiapkan menjadi pribadi yang berkenan menerima

perjanjian kekal didalam kerajaan-Nya di Sorga yang tidak pernah

tergoncangkan untuk selama-lamanya.


 Keselamatan (Yohanes 3:16-17)

Dalam Yohanes 3:16-17 dikatakan bahwa “Karena begitu besar

kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-

Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya

tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah

mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,

melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” Keselamatan adalah

kasih karunia Allah bagi siapa saja yang mau menerimanya.

Keselamatan juga dijelaskan sebagai diperdamaikan dengan

Allah “Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan

diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di Sorga, sesudah

Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu

yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam

31
hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,”

(Kolose 1:20-21). Pada saat tertentu, semua manusia yang tidak

memiliki Allah akan mengalami kekosongan batin. Keselamatan

adalah jawaban Allah atas kerinduan manusia yang mendalam itu,

yakni kerinduan akan kepuasan tujuan hidup.

Dalam bagian kitab lain juga membahas tentang keselamatan,

seperti dalam Efesus 2:8-9 menjelaskan, “sebab karena kasih karunia

kamu diselamatkan oleh iman: itu bukan hasil usahamu, tetapi

pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang

memegahkan diri.” Ketika orang “diselamatkan” ia diperbaharui

secara rohani dan telah menjadi anak Allah karena sudah dilahirkan

kembali.

Dalam kitab Roma 8:28-30 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah

turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan

bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil

sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya

dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi

serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,

menjadi yang sulung diantara banyak saudara. Dan mereka yang

ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan

mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan

mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Jadi

dengan kata lain, keselamatan adalah hasil karya Allah. Untuk secara

aktif mencapai tujuan itu, Ia telah memilih, mempredestinasi,

memanggil, membenarkan dan memuliakan. Ini diungkapkan oleh J.

32
Knox Chamblin dalam bukunya yang berjudul “Paulus dan Diri: Ajaran

Rasuli bagi Keutuhan Pribadi”.

Jadi, nilai-nilai rohani pembentuk kualitas pribadi adalah Kelahiran

Baru, Kuasa dan Keselamatan. Ketiga hal ini merupakan hal yang paling

mendasar untuk membentuk pribadi yang berkualitas kehidupan

rohaninya.

A.2. Unsur Psikologi

Tidak ada orang di dunia ini yang memiliki kepribadian yang sama

persis meskipun anak kembar sekalipun. Hal itu karena adanya unsur-

unsur yang mempengaruhi kepribadiannya. Unsur-unsur yang dimaksud

adalah intelektual atau pengetahuan, perasaan atau emosi dan kehendak

atau dorongan naluri.


 Intelektual atau Pengetahuan
Intelektual atau pengetahuan manusia bersumber dari pola

pikir yang rasional yang berisi pemahaman dan pengalaman

mengenai berbagai hal yang diperoleh dari lingkungan disekitarnya.

Semua hal itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit

diungkapkan dalam bentuk perilaku sehari-hari. Kecerdasan

intelektual dianggap sebagai kemampuan mental seseorang dalam

merespon dan menyelesaikan masalah-masalah yang dialami dari

yang bersifat kuantitatif, kualitatif dan fenomenal.


 Perasaan atau Emosional
Perasaan atau emosional antara orang yang satu dengan

orang yang lain tidaklah sama. Oleh karena itu, perasaan atau emosi

bersifat subjektif. Contohnya penilaian terhadap jam pelajaran yang

33
kosong. Ada yang akan merasa senang dengan keadaan itu tetapi

ada juga yang merasa rugi dalam keadaan itu.


Kecerdasan secara emosional juga menjadikan manusia

mampu mengelola emosi dan mengenali perasaan diri sendiri dan

orang lain. Termasuk diantaranya kemampuan memotivasi diri sendiri,

kemampuan mengelola emosi pribadi dan kemampuan berinteraksi

sosial.
Kecerdasan emosional juga terbagi kedalam empat aspek yaitu;
Pertama, Kesadaran Diri. Kesadaran diri tidak hanya tentang

mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri saja, tapi juga

mampu memahami pemikiran dan perasaan orang lain dan

menjadikannya pertimbangan dalam menata kehidupan yang lebih

baik. Kesadaran diri yang baik, secara lebih lanjut dapat

mempengaruhi pandangan lawan bicara secara positif terhadap apa

yang sedang dibicarakan.


Kedua, Pengaturan Diri. Pengaturan diri dapat membuat

seseorang memahami apa yang sedang dirasakan dalam berbagai

macam kondisi dan semakin mampu mengelola emosi serta

memberikan respon secara tepat dalam berbagai kondisi yang

sedang dihadapi. Mengelola emosi adalah meningkatkan kepekaan

terhadap kata hati.


Ketiga, Empati. Empati kadangkala disebut sebagai kesadaran

sosial, yaitu kemampuan memahami perasaan orang lain. Dengan

adanya empati manusia dapat saling terhubung antara manusia satu

dengan manusia lainnya. Empati juga membantu untuk

mengantisipasi perubahan emosi orang lain. Pada dasarnya, empati

merupakan sesuatu yang dapat dilatih dengan meningkatkan interaksi

dan membaca kondisi emosi dari orang-orang sekitar.

34
Keempat, Keterampilan Sosial. Setelah menguasai ketiga

aspek kecerdasan emosional tersebut, maka seseorang akan

memiliki keterampilan untuk menyikapi orang lain dengan cara yang

lebih baik. Keterampilan sosial dapat dilatih dengan meningkatkan

rasa ingin tahu terhadap alasan orang melakukan sesuatu,

mempercayai maksud baik yang dimiliki orang lain, terbuka terhadap

perasaan dan pemikiran orang lain.


 Kehendak atau Dorongan Naluri
Kehendak atau dorongan naluri dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia. Baik yang bersifat rohani maupun jasmani.

Ada beberapa kehendak atau dorongan naluri antara lain untuk

mempertahankan hidup, mencari makan, serta bergaul dan

berinteraksi dengan sesama manusia.


Tiga unsur kepribadian ini menjadi salah satu faktor penting

terbentuknya kualitas pribadi menurut pendangan ilmu Psikologi.


B. Karakteristik Pemimpin Pujian
Pemimpin pujian adalah pribadi yang dipercayakan untuk bertugas

mengatur jalannya ibadah dan mengarahkan jemaat Tuhan untuk memfokuskan

hati dan pikiran kepada Tuhan melalui puji-pujian dalam sebuah ibadah.

Karakteristik pemimpin pujian haruslah matang secara rohani dan matang

secara bermusik agar dapat melayani dengan baik.

B.1. Matang Secara Rohani

Pemimpin pujian matang secara rohani apabila memiliki

tanggungjawab praktisnya sebagai pemimpin pujian. Tanggungjawab

praktisnya dalam kehidupan rohani, antara lain:


 Mengenal Tuhan yang disembah

35
Sangat penting untuk mengerti bahwa manusia, dengan segala

yang ada pada dirinya, tidak akan mampu mengenal Tuhan Allah

karena manusia penuh dengan dosa. Alkitab menyatakan bahwa

semua orang itu berdosa. ”Karena semua orang telah berbuat dosa

dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23) dan manusia

telah jatuh dari standar kekudusan yang dituntut Allah untuk bisa

bersatu dengan-Nya. Alkitab juga menyatakan bahwa konsekuensi

dari dosa adalah maut. “Sebab upah dosa ialah maut: tetapi karunia

Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma

6:23). Kita akan binasa tanpa Allah, kecuali kita percaya dan

menerima janji keselamatan Yesus di kayu salib.


Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada orang yang bisa

“mengantar” orang lain pergi bertamu tanpa mengenal terlebih dahulu

siapa yang ingin dikunjungi, karena sudah pasti kunjungannya akan

ditolak oleh orang yang dikunjungi. Demikian halnya dengan

beribadah, bagaimana pemimpin pujian bisa “memipin” jemaat untuk

memuji Tuhan jika dia sendiri belum mengenal Tuhan yang disembah.
Tuhan dapat sungguh-sungguh dikenal oleh pemimpin pujian

apabila dia terlebih dahulu menerima-Nya dalam kehidupannya

sendiri. Saat pemimpin pujian sudah mengenal Tuhan, maka akan

terasa lebih ringan untuk mengantarkan jemaat memasuki hadirat

Tuhan.
 Memelihara hubungan dengan Tuhan
Pemimpin pujian jika ingin menjadi pemimpin pujian yang

berkualitas dalam memimpin pujian dan musik ibadah yang efektif

maka harus memelihara hubangannya dengan Dia yang disembah,

yaitu Allah Yang Mahabesar. Memiliki hubungan dengan Tuhan

36
merupakan dasar yang kokoh dalam melakukan setiap tugas dan

pelayanan. Tiga hal penting dalam membangun hubungan yang intim

dengan Tuhan yaitu Iman, Perubahan hidup dan ketaatan.


Iman. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada

Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya

bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang

sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11:6). Dengan iman pemimpin

pujian dapat mengerti standardnya Tuhan. Tanggungjawab yang

Tuhan berikan sebagai pelayan-Nya tidak bisa dilakukan dengan

kekuatan sendiri. Apabila Tuhan tidak membantu maka pelayanan

yang dilakukan akan gagal. Disini akan terjadi krisis iman bila tidak

mengikuti pimpinan Tuhan. Krisis iman yang dimaksud adalah

menyatakan apakah akan mengikuti kehendak Tuhan dan percaya

akan kuasa-Nya atau mengandalkan diri sendiri dan mengikuti cara

sendiri. Contuhnya: Musa saat memimpin bangsa Israel mengalami

krisis iman, karena dia mengukur dengan kekuatannya sendiri dan

merasa tidak mampu. Padahal Tuhan berkehendak supaya dia

percaya akan Kuasa Tuhan.


Perubahan. “Kata-Nya kepada mereka semua: “setiap orang

yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul

salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23) kebanyakan

orang ingin Tuhan menyatakan kuasa-Nya dalam kehidupannya,

tetapi tidak pernah tertarik untuk melakukan perubahan dalam

kehidupan. Setiap kali Tuhan memberikan tugas atau berjanji, Ia perlu

merubah orang tersebut. Yaitu merubah kehidupannya sesuai dengan

tujuan dan kehendak Tuhan. demikian halnya dengan pemimpin

37
pujian, dalam kesehariannya haru terus dibaharui oleh Tuhan agar

tujuan Tuhan dapat terlaksana dalam kehidupannya.


Ketaatan. Dalam kitab Yohanes 14:15 berkata “Jikalau kamu

mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Dalam

Kitab Yohanes 14:23 berkata “Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi

Aku, ia akan menuruti Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia

dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan

dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti Firman-Ku;

dan Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan

dari Bapa yang mengutus Aku.” Ketaatan adalah tanda lahiriah yang

kelitahan bahwa menusia mengasihi Allah dan upah dari ketaatan

adalah kasih Tuhan yang bisa dirasakan dan dialami, yaitu hubungan

intim dengan Tuhan.


 Mempunyai sikap seorang hamba
Sebagai pemimpin pujian yang adalah orang percaya sudah

pasti merupakan anak-anak Tuhan. pemimpin pujian adalah hamba-

hamba Tuhan untuk melayani umat-Nya. Seorang hamba wajib

memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan.

memang menjadi hamba Tuhan juga masih sering mengalami

kegagalan-kegagalan disana-sini. Yang menjadi masalahnya adalah

karena pemimpin pujian mulai berhenti melayani Tuhan dan berputus

asa, tidak mau mencoba lagi. Namun jika pemimpin pujian yang

memiliki hati seorang hamba dan mengasihi Tuhan, maka dalam

keadaan apapun hamba akan selalu bangkit untuk memberikan yang

lebih baik lagi.


Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk

dilayani, tetapi untuk melayani. Ia mengajar para pengikut-Nya

38
supaya menjadi seperti itu juga. ”Jika seseorang ingin menjadi yang

terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan

pelayan dari semuanya” (Markus 9:35). Pemimpin pujian harus

menjadi pelayan yang rendah hati dan mendahulukan kepentingan

bersama bukan kepentingan pribadi.


 Hidup penuh pujian dan penyembahan
Berkali-kali Alkitab menasihati kita bahwa pujian dan

pemyembahan kepada Tuhan harus dilakukan secara berkelanjutan.

“Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu” (Maz. 34:2a). “Dari

terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama

TUHAN” (Maz. 113:3). “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa

mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir

yang memuliakan nama-Nya” (Ibrani. 13:15).


Pemimpin pujian harus menyadari bahwa menyembah Allah

adalah tujuan keberadaan hidup yang sesungguhnya. “Tetapi

kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, umat kepunyaan

Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang

besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan

kepada terang-Nya yang ajaib” (1Petrus 2:9). Kehidupan yang sujud

menyembah kepada-Nya ini harus mewarnai segala sesuatu yang

dilakukan dan dikatakan oleh pemimpin pujian.


Pemimpin pujian bukan hanya sekedar pemimpin nyanyi-

nyanyian dalam sebuah kebaktian atau ibadah, tetapi lebih dari itu

pemimpin pujian harus merupakan pribadi penyembah dan pemuji.

Bukan hanya seorang pemimpin nyanyian yang terampil dan memiliki

suara yang bagus, tetapi harus menjadi penyembah-penyembah yang

dipanggil Allah dan diurapi oleh Allah untuk melayani dalam rumah

39
Tuhan atau Gereja. Mereka yang terpanggil atau terlibat dalam

pelayanan gereja bukanlah mereka yang bermain musik atau

bernyanyi, tetapi mereka yang telah menyerahkan diri untuk

pelayanan musik – nyanyian untuk Tuhan (Mzm. 57:8-10; 108:2-4).


 Berjalan dalam kasih karunia Tuhan
Dalam kitab Keluaran 33:19 “Tetapi firman-Nya: “Aku akan

melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan

menyerukan nama TUHAN didepanmu: Aku akan memberi kasih

karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani

siapa yang Kukasihani.” Kasih karunia atau anugerah diterima dari

bahasa asli “khen” (Ibrani) atau “kharis” (Yunani). Dalam Perjanjian

Lama Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada bapa-bapa leluhur

dan bangsa Israel. Sementara dalam Perjanjian Baru Tuhan

memberikan anugerah-Nya dengan cara menyelamatkan manusia

dari dosa dan membalas kekal melalui pengorbanan Yesus Kristus di

Kalvari, sehingga semua orang yang percaya kepada-Nya

mendapatkan kasih karunia dan anugerah-Nya.


Didalam kitab Efesus 3:17-19 menegaskan hal ini, “Berakar dan

berdasar didalam kasih-Nya serta mengenal kasih-Nya akan

membuat kita dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” Pemimpin

pujian akan dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah hanya kalau

ia sudah mengerti dan mempercayai bahwa Allah sungguh mengasihi

orang-orang yang berjalan dalam kasih karunia Tuhan. ketika

pemimpin pujian mendekat kepada Tuhan, maka akan memperoleh

kekuatan yang akan terus-menerus membuahkan perubahan dalam

hidup kearah yang lebih baik dalam perjalanan bersama Tuhan.


 Memahami Firman Tuhan

40
Dalam tugas praktek pelayannya, pemimpin pujian harus

meyakini dan mengimani bahwa Firman Tuhan adalah satu-satunya

sumber kebenaran yang dapat diandalkan. Oleh karena itu Firman

Tuhan perlu menjadi sesuatu yang menentukan apa yang dipercayai

dan bagaimana cara untuk hidup dalam Firman Tuhan tersebut.


Mengenal Allah melalui firman-Nya perlu menjadi prioritas

utama orang-orang percaya, khususnya pemimpin pujian dalam

melayani musik ibadah. Apabila memahami Firman Tuhan dengan

baik, maka pemimpin pujian dapat mengantarkan jemaat yang

sedang dipimpinnya untuk bisa memuji Tuhan dengan benar dan

memprioritaskan Tuhan dalam ibadah.


 Menjadi teladan
Kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus semasa Dia di bumi

menjadi teladan bagi semua pelayan-pelayan-Nya di bumi, tak

terkecuali pemimpin pujian. Pemimpin pujian harus bisa meneladani

sikap hidup dan pelayanan Yesus Kristus, sebelum melayani jemaat

Tuhan.
Teladan Yesus Kristus yang diberikan-Nya dalam masa

pelayanan-Nya di Bumi, antara lain sebagai berikut. Pertama, Yesus

patuh dan gagah berani didalam kehidupan prafana, sehingga

memperoleh hak istimewa untuk datang kedalam kefanaan dan

menerima tubuh berupa daging dan tulang. Kedua, Dia dibaptis agar

pintu menuju kerajaan kekal akan dibukakan. Ketiga, Dia memegang

Imamat dan menerima semua tata cara Injil yang menyelamatkan dan

mempermulikan. Keempat, Yesus melayani selama kira-kira tiga

tahun dalam sebuah pelayanan mengajarkan Injil, memberikan

kesaksian tentang kebenaran, dan mengajarkan kepada manusia apa

41
yang harus dilakukan untuk menemukan sukacita dan kebahagiaan

dalam kehidupan ini serta kemuliaan kekal di dunia yang akan

datang. Kelima, selaras dengan pikiran dan kehendak Bapa, Yesus

menjalankan kehidupan yang sempurna tanpa dosa dan memperoleh

semua sifat ke-Allah-an. Keenam, Dia mengatasi dunia; yaitu, Dia

mengekang setiap nafsu dan telah bangkit melampaui kondisi badani

dan hawa nafsu sehingga Dia hidup dan berjalan sebagaimana

dibimbing oleh Roh. Ketujuh, Dia mendatangkan pendamaian,

dengan demikian menebus manusia dari kematian (rohani dan

jasmani) yang disebabkan oleh kejatuhan Adam.


Jika pemimpin pujian ingin mengikuti teladan Kristus dalam

pelayanan-Nya, maka harus berupaya melakukan hal-hal yang sama

mengikuti pola yang telah Dia berikan.


Pemimpin pujian yang baik harus dapat menjadi teladan yang

baik dalam setiap perilaku dan perkataannya. Pemimpin pujian harus

menjadi teladan baik sewaktu melayani dalam ibadah maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Karena apabila dia melakukan pelayanan

sebagai pemimpin pujian dengan sangat baik tetapi dalam kehidupan

sehari-hari tidak mencerminkan seorang pemimpin pujian, maka

jemaat yang dilayaninya akan menganggapnya sebagai orang

munafik.
 Menggunakan karunia dari Tuhan
Tuhan telah memberi kepada orang percaya masing-masing

karunia untuk digunakan bagi kemuliaan-Nya seperti dalam 1Korintus

12:7-11. Ketika orang percaya kepada Yesus Kristus maka tidak

diragukan lagi bahwa telah mendapatkan paling sedikit satu karunia.

Pemimpin pujian yang baik dalam pelayanannya harus mengetahui

42
apa yang menjadi karunianya sehingga dapat digunakan, dipelihara

atau dikembangkan dalam tugas pelayanan dan menghasilkan buah.


Karunia rohani berbeda dengan bakat atau talenta. Bakat atau

talenta itu adalah sesuatu yang dimiliki karena unsur genetika yang

dibawa dari lahir, contohnya: kemampuan bernyanyi, melukis,

kemampuan bernyanyi alat musik. Bakat atau talenta ini dapat

dipelajari dan dikembangkan dengan belajar keras, dapat dimiliki oleh

siapa saja, bersifat umum. Sementara, karunia rohani adalah sesuatu

kemampuan rohani yang diberikan kepada orang-orang percaya

setelah ia lahir baru dengan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan

dan Juruselamat dan itu merupakan karya Roh Kudus. Karunia rohani

tidak mungkin bisa dipelajari karena itu adalah anugerah dari Tuhan

dan ini bersifat khusus. Contohnya: berbahasa lidah, menafsirkan

bahasa lidah, membedakan roh, bernubuat, karunia menyembuhkan,

karunia mengajar, karunia berkhotbah, karunia menasehati.


Penggunaan karunia rohani adalah dalam rangka untuk

melayani lebih efektif bagi kemuliaan Tuhan dan membangun gereja-

Nya. Karunia rohani diberikan untuk membangun kepentingan jemaat,

bukan untuk kepentingan pribadi apalagi pamer kerohanian dan

kesombongan pribadi. Karunia rohani diberikan untuk tujuan rohani.

Pemimpin pujian yang dapat menggunakan karunia rohaninya untuk

memuji Tuhan akan menghasilkan puji-pujian yang berkualitas.


 Disiplin diri
Pada masa pelayanan-Nya, Yesus tidak pernah mengajarkan

kedisiplinan kepada murid-murid-Nya dengan membiarkan mereka

berada dalam sebuah penderitaan. Setiap kali ada sebuah masalah,

Dia memakai kesempatan itu untuk menegur murid-murid-Nya.

43
Disiplin yang Dia berikan melalui setiap teguran, nasihat, maupun

pengajaran, ditujukan-Nya untuk membawa murid-murid-Nya semakin

mengenal Dia dan untuk memperlengkapi mereka dalam

pelayanannya kelak.
Melalui Firman-Nya dapat terlihat jelas fakta-fakta atau metode

disiplin yang Dia terapkan kepada murid-murid-Nya. Diantaranya

adalah saat petrus diintimidasi oleh iblis (Matius 16:22-23). Juga

sewaktu Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya menghadapi angin

ribut, saat murid-murid tidak percaya, khawatir dan takut, Tuhan

yesus menegur mereka untuk mendisiplinkan mereka (Markus 4:40).

Dan masih banyak lagi yang Tuhan Yesus Kristus paparkan tentang

kedisiplinan lewat Firman-Nya, seperti dalam kitab Markus 10:17-22,

Lukas 9:51-56, Lukas 22:24-30, Yohanes 8:11, dll.


Selain menerapkan beberapa metode disiplin dalam

pengajaran-Nya, Yesus sendiri merupakan sosok yang memiliki

disiplin tinggi untuk hidup rohani-Nya. Dia tidak pernah lari dari

Firman Allah setiap kali menghadapi guncangan-guncangan dalam

pelayanan. Disiplin rohani-Nya amat terlihat dalam hal hubungannya

dengan Bapa di sorga, dalam Firman Tuhan dapat terlihat jelas doa-

doa yang dipanjatkan Yesus kepada Bapa-Nya di sorga. Sejak kecil

Dia sudah bergaul dengan Firman Allah. Dia juga menguasai diri-Nya

dari hal-hal duniawi untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya.


Dari Yesus Kristuslah pemimpin pujian dapat belajar untuk

disiplin dalam pelayanan. Tak dapat dipungkiri bahwa mendisiplinkan

diri sendiri tidak selalu menyenangkan, namun disiplin diri sangat

dibutuhkan untuk menjadi pemimpin pujian yang yang sesuai dengan

kehendak Tuhan. Tidak mendisiplinkan kehidupan mungkin tidak akan

44
membuat kehilangan keselamatan yang telah diperoleh, tetapi

membuat telinga menjadi tuli dan hati menjadi kurang peka terhadap

suara Roh Kudus. Pemimpin pujian dapat dipakai Tuhan hanya ketika

ia mau untuk mendisiplinkan diri. Dengan kata lain, Tuhan tidak akan

menjajah kehendak manusia, Tuhan tidak akan melangkahi kehendak

manusia untuk melaksanakan rencana-Nya. Tuhan ingin agar

manusia menyerahkan kehendak dan daya upaya ke dalam kehendak

dan kerinduan-Nya. bila tidak demikian, maksud Tuhan dalam

kehidupan manusia tidak akan sepenuhnya tercapai. Apabila

pemimpin pujian berakar serta berdasr dalam kasih karunia dan

rahmat Allah, maka akan memperoleh kemampuan jangka panjang

untuk mendisiplinkan diri. Kedisiplinan diri berdasarkan Firman Tuhan

membuat pemimpin pujian akan menjadi berkat bagi orang lain ketika

melakukan tugas pelayanannya.


 Loyalitas
Pemimpin pujian haruslah loyal dalam melakukan tugas dan

tanggungjawab pelayannya. Loyalitas atau kesetiaan dalam

pelayanan sangat dibutuhkan karena Allah sendiri secara nyata

mencari orang-orang yang setia kepada-Nya. “Karena mata TUHAN

menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada

mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” (2Tawarikh 16:9a).

Loyalitas atau kesetiaan adalah kunci dari berkat dan kemenangan

dalam pelayanan, artinya jika pemimpin pujian seti maka akan

mengalami kelimpahan berkat dan kelimpahan kemenangan.


Namun dalam praktek pelayanannya dilapangan, kesetiaan

pemimpin pujian mulai diuji ketika diberikan saran dan kritik dari

jemaat serta pengarahan dari gembala jemaat. Pemimpin pujian yang

45
baik akan menerima semua itu untuk membenahi kehidupan

pelayanannya selanjutnya, sementara pemimpin pujian yang tidak

bisa menerima masukan akan menjadi mulai tidak setia dalam

melayani dan bahkan sampai tidak mau melayani sebagai pemimpin

pujian lagi.

B.2. Matang dalam Bermusik

Pemimpin pujian matang dalam bermusik apabila; memahami

unsur-unsur musik, memahami fungsi musik, memahami musik sebagai

alat ekspresi, memahami kuasa musik dan yang terutama mengerti

tentang teknik bernyanyi yang baik.


 Memahami Unsur-unsur Musik
Pemimpin pujian dikatakan matang dalam bermusik bila

memahami tentang unsur-unsur musik. Unsur-unsur musik itu antara

lain;
Pertama, nada. Nada adalah bunyi yang beraturan dan memiliki

frekuensi tunggal tertentu. Dalam teori musik, setiap nada memiliki

tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut

jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan.


Kedua, melodi. Melodi adalah susunan nada yang diatur tinggi

rendahnya, pola dan harga nada sehingga menjadi kalimat lagu.


Ketiga, irama atau ritme. Irama atau ritme (rhytmos.”suatu

ukuran gerakan yang simetris”) adalah variasi horizontal dan aksen

dari suatu suara yang teratur. Ritme dapat terbentuk dari suar dan

diam. Suara dan diam tersebut digabungkan untuk membentuk pola

suara yang berulang untuk membuat ritme. Ritme juga memiliki tempo

yang teratur, namun juga dapat memiliki bermacam-macam jenis.


Keempat, harmoni. Harmoni dapat diartikan sebagai ilmu untuk

menyusun akor-akor. Harmoni juga dapat dikatakan sebagai paduan

46
nada, yaitu paduan bunyi nyanyian atau permainan musik yang

menggunakan dua nada atau lebih yang berbeda tinggi nadanya dan

dibunyikan secara serentak.


Kelima, Tempo. Tempo dalam musik adalah ukuran kecepatan

dalam birama lagu. Ukuran kecepatan atau tempo dalam musik

biasanya diukur dengan alat yang bernama metronom. Tempo juga

dapat diartikan sebagai cepat atau lambatnya sebuah lagu yang

dimainkan atau dinyanyikan.


Keenam, dinamika. Dinamika dalam musik adalah volume nada

yang dihasilkan secara nyaring atau lembut. Dinamika biasanya

digunakan oleh komposer untuk menunjukan bagaimana perasaan

yang terkandung di dalam sebuah komposisi, apakah itu riang, sedih,

datar, agresif atau sebuah penegasan.


Ketujuh, estetika musik. Estetika musik adalah suatu cabang

ilmu yang membahas tentang aturan-aturan serta prinsip-prinsip

keindahan musik, baik ditinjau dari nilai-nilai intrinsik musik itu sendiri,

maupun dari segi relasi yang bersifat psikologis terhadap kehidupan

manusia. Untuk menuju sampai ke tahap ini diperlukan pemahaman

yang baik tentang unsur-unsur sebelumnya diatas.


Dengan mengerti unsur-unsur yang terkandung dalam musik itu

sendiri, dapat membantu pemimpin pujian untuk melayani musik

ibadah dengan baik dalam praktek nyata di saat melakukan

pelayanan.

 Mengerti Tentang Teknik Bernyanyi Yang Baik


Pemimpin pujian yang baik harus mengerti tentang teknik

bernyanyi yang baik agar terjadi kerharmonisan antara pemimpin

pujian, singers, musik iringan dan jemaat. Bila musik yang dimainkan

47
begitu hebatnya dipadukan dengan teknik bernyanyi yang baik akan

membawa dampak yang baik pula dalam ibadah. Namun sebaliknya,

apabila musik yang dimainkan begitu hebat sementara pemimpin

pujian belum memiliki teknik bernyanyi yang baik akan membuat

suasana ibadah menjadi kacau.


Yang membuatnya lebih parah adalah jemaat tidak lagi fokus

beribadah tetapi mulai membahas cara bernyanyi pemimpin pujian

yang belum baik atau bahkan buruk dan mulai sibuk mencari-cari

siapa yang harusnya bertanggungjawab dalam menyikapi hal ini.

Meskipun jemaat berusaha tetap fokus untuk beribadah, teknik

bernyanyi yang buruk dari seorang pemimpin pujian tetap saja akan

mengganggu fokus jemaat untuk beribadah.


 Memahami Fungsi Musik Ibadah
Perlunya pemahaman pemimpin pujian dalam melayani musik

ibadah agar dapat menggunakan musik ibadah sebagaimana

fungsinya dalam ibadah itu sendiri.


Musik adalah sarana yang indah untuk mengungkapkan

perasaan kagum kepada sang pencipta, penebus, penyelamat,

pelindung, penolong. Ia pantas menerima puji-pujian itu.


Musik dalam ibadah berfungsi untuk mengajarkan Firman

Tuhan. “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala

kekayaannya diantara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat

mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil

menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu

mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu” (Kolose 3:16).


Musik dalam ibadah juga berfungsi sebagai sarana penyataan

kuasa Allah. Dalam kitab Kisah Para Rasul 16 dikatakan bahwa ketika

Paulus dan Silas mendekam di dalam penjara, mereka “berdoa dan

48
menyanyikan puji-pujian kepada Allah..........Akan tetapi, terjadilah

gempa bumi yang hebat” (Kisah Para Rasul 16:25-26).


Musik dalam ibadah juga berfungsi sebagai sarana untuk

memberitakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah,

sehingga dapat menggugah iman pendengarnya. “........ Menceritakan

pekerjaan-pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai!” (Mazmur 107:22b).


Musik dalam ibadah juga menolong untuk mewujudkan

kesatuan dalam ibadah. Karena jemaat datang dari latar belakang

dan pergumulan kehidupan yang berbeda maka musik dalam ibadah

dapat menjadi sarana pemersatu untuk beribadah kepada Tuhan.


 Memahami Musik Ibadah Sebagai Alat Ekspresi
Musik dalam ibadah adalah alat sebagai alat ekspresi untuk

mengungkapkan isi hati kepada Tuhan. Maka tak heran jika

menemukan orang-orang yang hadir dalam ibadah melakukan puji-

pujian dan penyembahan kepada Tuhan sambil bersukacita,

bersemangat, menari-nari ataupun sedih dan menangis. Karena

melalui musik inilah mereka sedang mengungkapkan isi hatinya

kepada Tuhan. inilah fungsi dari memahami musik ibadah sebagai

alat ekspresi agar pemimpin pujian tahu bagaimana cara untuk

membangun suasana hati jemaat ketika beribadah.


 Memahami Kuasa Musik dalam Ibadah
Musik itu sendiri mengandung daya yang sangat kuat. Sebelum

dilengkapi dengan urapan Roh Kudus pun terasa adanya suatu

kekuatan dalam musik. Musik dalam ibadah dalam hal ini puji-pujian

memiliki kuasa yang sangat dahsyat karena Allah kita bertahkta diatas

puji-pujian. Bahkan tembok Yerikho yang kokoh pun runtuh karena

puji-pujian (Yosua 6:1-25). Dengan memahami kuasa musik dalam

49
ibadah pemimpin pujian dapat membawa jemaat untuk lebih

merasakan hadirat Tuhan.


C. Hubungan Antar Pelayan Musik Ibadah
Dalam buku yang berjudul “Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli bagi Keutuhan

Pribadi” yang ditulis oleh J. Knox Chamblin mengatakan bahwa Setiap manusia

diciptakan untuk memiliki tiga hubungan – hubungan dengan dirinya sendiri,

dengan sesamanya, dan dengan Allah. Ketiga hubungan ini bisa saling

dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan. Selain itu, masing-masing dari ketiga

hubungan ini dipengaruhi oleh hubungan yang ada antara Allah dan orang-orang

lain. Hubungan-hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Allah

Pihak
Diri Lain
Begitu juga dalam tugas pelayanan harus saling memperhatikan

hubungan baik dengan Tuhan maupun dengan sesama. Masing-masing

hubungan memang menimbulkan pergumulan dalam kehidupan dan pelayanan,

namun hubungan baik yang terus dijaga akan berdampak baik pula dalam

kehidupan sehari-hari.
Tugas pelayanan dalam melayani musik ibadah bukanlah hanya

pemimpin pujian saja tetapi juga tim pujian dalam hal ini “singers” dan pemain

musik. Serta pengkhotbah yang menyampaikan Firman Tuhan dan jemaat yang

turut hadir dalam ibadah. Semuanya itu merupakan satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan. Oleh karena itu, hubungan antara setiap elemen ini harus dijaga

agar dapat melakukan tugas pelayanan dengan baik tanpa adanya kemunafikan.
Dalam melakukan pelayanan musik ibadah, pemimpin pujian hendaknya

berkonsultasi dalam memperhatikan hal-hal berikut:


 Pemilihan Anggota Tim

50
Orang-orang yang melakukan pelayanan puji-pujian haruslah orang-

orang yang tepat. Bukan orang-orang yang selalu mengandalkan “yang

penting”. Misalnya; yang penting melayani, yang penting sudah main musik,

yang penting bernyanyi. Orang-orang seperti ini belum pantas untuk

melakukan tugas pelayanan ini.


Orang-orang yang siap untuk menjadi anggota tim pujian haruslah

memiliki kedewasaan rohani, mempunyai kemampuan bermusik, dapat

berkomitmen untuk melayani dan dapat membangun kerjasama yang baik

antar anggota tim.


Menurut Ir. Jarot Wijanarko dalam bukunya yang berjudul “Roh Suka

Cita” mengatakan bahwa Seorang Pemimpin Pujian juga harus bisa

mempersatukan pemain musik dan jemaat dalam berirama. Irama yang

tetap dan teratur penting sekali supaya kebaktian dapat berjalan dengan

lancar. Pemimpin Pujian memimpin, mempersatukan jemaat dan pemain

musik, mengendalikan untuk memuji menyembah Tuhan.


 Mempedulikan Anggota Tim
Para anggota tim harus memutuskan bahwa mereka benar-benar

menginginkan terjalinnya hubungan yang harmonis antar anggota tim

sehingga kemistri yang terjalin benar-benar kuat dan solid. Melakukan

komitmen ini memang tidaklah mudah, tak selalu menarik bahkan ada juga

yang menganggap ini hal sepele, tetapi jika hal ini berhasil dilakukan maka

hasilnya akan seimbang dengan daya dan upaya tim pujian itu sendiri.

Saling mempedulikan dan saling mendoakan bisa menjadi modal yang kuat

untuk sebuah tim pelayan musik menjadi solid dan memiliki satu fokus yang

sama yaitu melayani Tuhan.


Dari Firman Tuhan dan dari pengamatan langsung dilapangan dapat

terlihat jelas bahwa sikap yang salah terhadap satu sama lain dalam jemaat

dan lebih khusus dalam tim pelayan akan menjadi penghalang ibadah.

51
Tuhan sedang membangun orang-orang-Nya menjadi rumah rohani, tempat

mempersembahkan persembahan rohani, tempat menaikan pujian dan

penyembahan. “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup

untuk membangun suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk

mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus

berkenan kepada Allah.” (1 Petrus 2:5). Kalau rumah rohani ini dibangun

dengan diwarnai hubungan yang tidak benar, maka tidak akan ada

persembahan rohani yang dipersembahkan disitu. Oleh karena itu tim puji-

pujian harus memiliki hubungan yang baik antar sesama anggota tim

sebelum melakukan pelayanan dalam ibadah.


 Hal Yang Dilakukan Dalam Latihan
Hal-hal yang perlu dilakukan pemimpin pujian dan anggota tim pujian

pada saat latihan adalah;


Pertama, ibadah pujian dan penyembahan. Ini adalah bagian yang

sering terabaikan dalam saat latihan. Sulit bagi sebuah tim pujian untuk

memimpi dan mengatur kelancaran ibadah apabila para anggota tim tidak

pernah beribadah bersama pada waktu lainnya. Karena apabila saat latihan

tim pujian hanya berlatih musiknya saja dan tidak benar-benar memuji

Tuhan, maka tim pujian akan menganggap aspek musik lebih penting dari

pada ungkapan dari dalam hati.


Kedua, Doa. Ini juga sering dilupakan dalam jam latihan. Tim pujian

harus mengadakan waktu untuk saling mendoakan, juga mendoakan

jemaat, pendeta, pelayanan-pelayanan dalam gereja, dll. Bersama-sama

berdoa penting dalam membangun kesatuan hati seluruh anggota tim pujian.
Ketiga, latihan lagu-lagu. Biasanya tim pujian menganggap hanya ini

yang harus diperhatikan dalam latihan. Memang benar tetapi ini bukan satu-

satunya hal yang dilakukan dalam latihan. Lagu-lagu yang akan digunakan

dalam ibadah perlu dilatih untuk membentuk keharmonisan antara semua

52
anggota tim pujian (Pemimpin pujian, singers, pemain musik). Jika terdapat

lagu-lagu baru, itu bisa mendapat perhatian khusus dan waktu latihan yang

lebih lama dan lagu-lagu lama perlu dilatih kembali untuk mengingatkan

saja.
Keempat, evaluasi dari ibadah sebelumnya. Seringkali hal ini juga

dikesampingkan oleh tim pujian padahal hal ini penting untuk lebih

meningkatkan pelayanan dalam ibadah-ibadah selanjutnya. Dan dalam

evaluasi ini jangan mengkritik untuk menjatuhkan tetapi harus saling

membantu untuk menumbuhkan iman anggota tim sehingga tetap setia

melayani.
 Memilih Lagu
Untuk melakukan pemilihan lagu, alangkah baiknya pemimpin pujian

berkonsultasi dengan pembawa Firman Tuhan sehingga lagu-lagu yang

dipilih pun sesuai dengan tema Firman Tuhan yang akan disampaikan

supaya lagu-lagu yang dimainkan dan dinyanyikan dapat menghantar dan

mempersiapkan jemaat untuk mendengar Firman Tuhan dan meresponinya.


Dalam memilih lagu juga harus memperhatikan keselarasan antara

makna syair dan musiknya sendiri. Jangan hanya memilih lagu yang

musiknya hebat, tetapi syairnya “miskin” makna. Ini bisa membuat jemaat

lebih fokus untuk menikmati musiknya saja dari pada fokus beribadah

kepada Tuhan.
 Mempedulikan Jemaat
Sebagai pemimpin pujian dan musik, kadang-kadang sulit memahami

soal melayani orang-orang. Memang benar prioritas utama pemimpin pujian

adalah memuji dan menyembah Tuhan. akan tetapi jika hanya memandang

hal ini saja tanpa mempedulikan jemaat maka pemimpin pujian telah

kehilangan setengah dari jabatan pelayannya: Pemimpin pujian. Karena

53
tanggungjawab pemimpin pujian adalah untuk memimpin orang-orang dalam

ibadah untuk memuji Tuhan.


Mempedulikan jemaat berarti memberi dorongan kepada mereka

dengan penuh kasih supaya jemaat ikut mendaki ke gunung kehadiran Allah.

Jangan memaksa atau mencambuki mereka. Dengan lembut serta bijaksana

menuntun mereka bersama-sama memuji dan menyembah Tuhan dalam

ibadah.
Mempedulikan jemaat berarti mendengarkan dan menanggapi

komentar dan usul-usul dari orang sebagai bahan evaluasi pelayanan

selanjutnya.
D. Dampak Yang Muncul Ketika Pemimpin Pujian Memiliki Kualitas Pribadi
Ketika seorang pemimpin pujian sudah memiliki kualitas pribadi yang

baik, maka akan berdampak baik pula dalam setiap kegiatan pelayanannya.

Kualitas pribadi pemimpin pujian dapat memberi dampak yang positif terhadap

perkembangan iman jemaat. Jemaat dapat beribadah dengan baik dan tetap

berfokus pada Tuhan tanpa harus terganggu dengan pemimpin pujian yang

melayani saat ibadah, baik dari segi musikalitas dan dari kehidupan sehari-hari

dengan Tuhan.
Pemimpin pujian yang berkualitas juga memberikan dampak yang positif

dalam suasana ibadah, bisa tetap menjaga suasana hati jemaat agar tetap fokus

kepada Tuhan selama ibadah berlangsung.


Sebaliknya, jika pemimpin pujian belum memiliki kualitas pribadi seperti

yang telah diuraikan diatas, maka akan berdampak negatif bagi dirinya sendiri

dan orang lain.


Jika menjadi pemimpin pujian namun belum matang secara rohani dan

matang secara musikalitas, maka akan mendapatkan banyak kritik dan saran

dari jemaat. Ini akan menjadi baik apabila diterima dengan baik. Tetapi juga bisa

menimbulkan konflik bahkan perpecahan dalam gereja bila kritik dan saran yang

54
diberikan menjatuhkan pemimpin pujian tersebut atau pemimpin pujiannya yang

justru tidak ingin menerima kritik dan saran dari jemaat.


Oleh karena itu pemimpin pujian haruslah orang yang benar-benar

memiliki kualitas pribadi, orang yang terpanggil dalam tugas pelayanan ini dan

tentunya memiliki kehidupan rohani yang baik dan kemampuan bermusik yang

baik juga.

55
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah

penulis paparkan serta pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini maka

penulis menyimpulkan bahwa:

1. Yang menjadi pemimpin pujian memang harus orang yang masuk dalam

kriteria-kriteria pemimpin pujian.


2. Kualitas pribadi pemimpin pujian menentukan kualitas puji-pujian yang

dihasilkan.
3. Kematangan secara rohani dan kematangan dalam bermusik merupakan

satu kesatuan yang harus dimiliki Pemimpin Pujian.


4. Hubungan yang harmonis dalam setiap elemen-elemen pendukung ibadah

mendukung kesatuan hati dalam beribadah.


B. Saran

Dari proses demi proses yang telah dilalui dalam melakukan penelitian

yang berjudul “Kualitas Pribadi Pemimpin Pujian Dalam Melayani Musik Ibadah”

ini, maka penulis memiliki beberapa saran setelah melihat berbagai macam

kasus yang dihadapi selama proses penelitian ini dilakukan, antara lain:

1. Dalam melakukan tugas tanggungjawab sebagai pemimpin pujian kiranya

harus memeriksa kembali kelayakan untuk menjadi pemimpin pujian dengan

memperhatikan kualitas pribadinya.


2. Dalam memilih dan menjadi pemimpin pujian harus memenuhi syarat utama

yaitu matang secara rohani dan matang dalam bermusik.

56
3. Gereja lebih selektif untuk menentukan siapa yang boleh melayani sebagai

pemimpin pujian.
4. Bila memang terdapat kekurangan sumber daya manusia dalam gereja

untuk melayani sebagai pemimpin pujian, maka perlu dilakukan pemuridan

dan pelatihan musik untuk menghasilkan pemimpin pujian yang memiliki

kualitas pribadi.

57

Anda mungkin juga menyukai