A. Definisi Istilah
1. Istilah Persembahan dalam PL (Perjanjian Lama)
2. Istilah Persembahan dalam PB (Perjanjian Baru)
B. Tempat Doktrin Persembahan dalam Ilmu Teologi
1. Secara Ilmiah
2. Secara Teologis
C. Pengertian Persembahan
1. Persembahan adalah Bentuk Ucapan Syukur kepada Allah
2. Persembahan adalah Suatu kewajiban sebagai umat Allah
D. Pembagian Persembahan
1. Persembahan Persepuluhan
2. Persembahan Khusus
3. Persembahan Kebaktian
PENGERTIAN PERSEMBAHAN
Persembahan yang dilakukan oleh manusia dan diberikan kepada Tuhan sebagai korban syukur
merupakan bagian dari ibadah. Persembahan tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Hal ini karena
persembahan bukan hanya sekedar simbol untuk memberi dengan apa yang dimiliki baik itu berupa
uang, barang atau lainnya. Tetapi hal yang terbaik dari persembahan ialah persembahan yang
diberikan kepada Tuhan Yesus harus dilandasi dengan iman atau dasar yang benar tanpa
memandang pemberian orang lain atau dengan tujuan yang berbeda. Sebagai umat yang telah
dijadikan baru, maka harus mempersembahkan diri kepada Tuhan. Inilah yang dimaksudkan oleh
Rasul Paulus, “...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah...” Roma 12:1. Melihat bahwa korban persembahan
berkaitan dengan ibadah, maka sikap penyerahan hidup kepada Tuhan menjadi kunci dari semua
persembahan.
A. Definisi Istilah
1. Istilah Persembahan dalam PL
Dalam konteks perjanjian lama, tata cara persembahan itu dapat ditemui dalam
kitab Imamat, dimana setiap hal yang akan dilakukan yang berhubungan dengan
persembahan sudah diatur sedemikian rupa didalamnya. Sehingga seseorang yang akan
memberikan korban persembahan tidak semata memberikan kepada Tuhan , namun harus
sejalan dengan aturan atau ketetapan yang ada dalam kitab imamat. Konsep dalam imamat
memberikan jalan kepada manusia untuk memberikan persembahan kepada Tuhan dengan
tata cara yang sudah teratur. Itu mutlak dilakukan dalam memberikan persembahan
kepada Tuhan. Bisa saja persembahan akan ditolak oleh Tuhan jikalau tidak sesuai dengan
kaidah atau aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Persembahan adalah kerelaan dari
seseorang untuk memberikan sesuatu, baik itu berupa barang maupun benda. Tidak dapat
dikatakan persembahan jika diberikan dengan bersungut-sungut, karena persembahan
merupakan sebuah kerelaan dari hati.
Kemudian persembahan yang lahir dari hati dan juga mulut (Ibr. 3:15; Mzm. 28:7;
30: 4; 51:19) artinya menyembah, memuliakan Tuhan atau menaikkan puji-pujian kapanpun
dan dimanapun berada melalui mulut dan hati sebagai ungkapan syukur bahkan menyatakan
kerinduan melalui hati lewat doa dan persekutuan. Persembahan waktu dan tenaga (Mat.
25:31-46) dengan melakukan perkunjungan kepada orang yang lebih membutuhkan uluran
tangan serta menghibur yang lemah dan semuanya itu juga merupakan hal yang
memuliakan Tuhan. Persembahan materi berupa uang atau barang (1Kor. 16:1-2) artinya
membantu orang yng lebih membutuhkan melalui uang atau materi bahkan kepada gereja
sesuai dengan maksud Tuhan Yesus tetapi semuanya dilakukan harus berdasarkan iman dan
kerelaan hati.
Dalam Perjanjian Baru menurut Paulus, persembahan dikenal dengan istilah Hae
Diokania Taes Leiturgias, dimana memiliki dua aspek yaitu antara diakonia dimana lebih
mengarah kepada materi dan ditujukan untuk orang-orang kudus yang sedang dalam
kekurangan, sedangkan liturgia berasal dari jemaat untuk dipersembahkan kepada Allah
sebagai tanda ucapan syukur dan persembahan ini tidak dapat dipisahkan dari ibadah. Ini
juga merupakan suatu pelayanan dan usaha rohani untuk membangun hubungan yang intim
dengan Kristus sebagai orang yang percaya kepadaNya.
Jadi persembahan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sama-sama
merupakan sesuatu yang dipersembahkan untuk Tuhan yang asalnya dari Tuhan sebagai
ungkapan syukur atas anugerah atau pemberian Tuhan yang dinyatakan kepada umatnya.
Semuanya menyatakan hanya untuk kemuliaan Tuhan dan membuat Tuhan senang melalui
korban atau persembahan yang berikan. Hendaklah juga persembahan itu tidak bercacat dan
diberikan dengan sukarela dan dengan hati bersyukur sehingga dapat berkenan kepada
Tuhan.
1. Secara Ilmiah
Persembahan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata ”sembah”
yaitu pernyataan hormat dan khikmat. Persembahan juga berarti hadiah atau pemberian
kepada yang dihormati.
2. Secara Teologis
kajian teologis untuk memahami sikap memberi persembahan berdasarkan penilaian
Yesus menurut Injil Markus 12:41-44, yaitu Memberi persembahan harus memiliki
mata yang tertuju kepada Tuhan artinya memberi persembahan bukan untuk dilihat
oleh orang lain tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Apabila memberikan yang terbaik
kepada Tuhan melalui persembahan itu semua menunjukkan bentuk penyerahan diri
kepada-Nya. Memberi merupakan ungkapan yang luar biasa dari komitmen hati
kepada Allah dan memberi yang terbaik dan yang pertama kepada Tuhan merupakan
penyataan paling jelas yang menunjukkan “apa yang menjadi milikku sekarang
menjadi milik-Mu” artinya apa yang menjadi milik seseorang harus dikembalikan
kepada Tuhan melalui persembahan.
Sikap lain dalam memberi yaitu Matius 6:3-4 “tetapi jika engkau memberi sedekah,
janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah
sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, Bapamu yang melihat yang tersembunyi
akan membalaskan kepadamu.” Maksud dari ayat ini yaitu memberi sedekah atau
persembahan jangan pernah diberitahukan kepada orang lain, tetapi jika memberi
seseatu harus diberikan dengan sikap kasih dan dengan hati yang tulus. Jadi berikut ini
penulis akan memaparkan sikap memberi persembahan berdasarkan penilaian Yesus.
C. Pengertian Persembahan
Setiap orang yang memberi persembahan harus memiliki sikap yang benar untuk
melakukannya, sebab itu yang diinginkan Tuhan. Yesus sendiri yang menjadi contoh
dalam hal memberi yang sangat sempurna dan Paulus juga menjelaskan bahwa “karena
kamu telah mengenal kasih karunia Yesus Kristus bahwa Ia yang oleh karena kamu
menjadi miskin, sekali pun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena
kemiskinanNya” (2 Kor. 8:9). Dengan demikian memberi berdasarkan Alkitab
haruslah merupakan tindakan yang secara naruliah keluar dari kasih yang ada di dalam
hati kita, artinya bahwa orang yang sudah menerima kasih karunia Allah harus
memberi kepada orang lain, sama seperti Tuhan Yesus telah memberikan-Nya kepada
umat-Nya.
D. Pembagian Persembahan
Dewasa ini kita mengenal tentang pembagian persembahan. Persembahan dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu persembahan persepuluhan, persembahan khusus dan persembahan
kebaktian.
1. Persembahan Persepuluhan
2. Persembahan Khusus
Persembahan khusus berbeda dengan persepuluhan. Persembahan ini diberikan untuk
mendukung tujuan tertentu. Misalnya, pembangunan gereja di desa-desa, penginjilan,
aksi sosial untuk menolong korban bencana, dan lain sebagainya.
Pemberian persembahan khusus dibahas dalam injil Keluaran 35:21, yaitu:
“Sesudah itu datanglah setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan
khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk
segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu.”
3. Persembahan Kebaktian
Persembahan kebaktian diberikan secara rutin setiap mengikuti ibadah Minggu di
gereja. Biasanya, persembahan ini diberikan dengan memasukkan uang ke dalam
kantung kolekte gereja. Namun, persembahan ini juga dapat diberikan melalui transfer
bank.
Itulah jenis-jenis persembahan yang diberikan di gereja. Perlu diingat, persembahan
harus diberikan dengan kerelaan hati dan sukacita, bukan paksaan. Sebagaimana yang
dikatakan dalam injil II Korintus 9 ayat 7, yaitu:
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan
sedih atau paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
“Allah Bapa yang Mahakuasa, kami hadir di hadapan-Mu dengan penuh syukur dan pengakuan
bahwa Engkau adalah Sang Pencipta dan Pemberi segala sesuatu dalam hidup kami. Kami ingin
mempersembahkan diri kami dan segala sesuatu yang kami miliki kepada-Mu. Mohon berikan kami
kebijaksanaan dan kekuatan untuk menggunakan waktu, bakat, dan harta kami dengan bijaksana dan
memenuhi panggilan-Mu dalam hidup kami. Terima kasih karena Engkau selalu menyertai dan
membimbing kami. Amin.”