Anda di halaman 1dari 2

Ada beberapa cara jemaat mengungapkan syukurnya kepada Tuhan, misalkan lewat ibadah

syukur, persembahan syukur dalam bentuk uang atau bahan natura, dan ada juga yang
mengundang keluarga, kearabat, kenalan, dan rekan kerja dalam acara-acara syukuran dengan
jamuan-jamuan syukuran. Mengucap syukur adalah kehendak Tuhan, jadi mengucap syukur
kepada Allah merupakan perbuatan atau tindakan “sakral”. Mengucap syukur adalah bentuk
ekspresi dari setiap keadaan dan situasi yang Tuhan ijinkan terjadi, baik suasana berbahagia,
maupun dalam keadaan bergumul. Karena itu, motivasi kita untuk beribadah pengucapan syukur
dan membawa persembahan akan menentukan apakah ungkapan syukur itu berkenan kepada
Tuhan atau tidak.

Sebagai orang Kristen kita sudah memasuki Perjanjian Baru, untuk menikmati halhal yang
berbeda dengan yang dialami dibawah Perjanjian Lama oleh umat Israel yang keluar dari Mesir.
Orang Israel mendengar bunyi sangkakala, tempat di mana mereka berdiri menjadi gelap gulita
disertai angin badai yang menakutkan. Mereka mendengar bunyi sangkakala dan suara yang
mengucapkan kata-kata. Seluruh penampakan itu menakutkan, sehingga orang-orang memohon
untuk berhenti (Kel: 20: 18-19). Karena jika dilanjutkan mereka yang mendengarkan langsung
suara Allah itu pasti binasa. Betapa bedanya dengan pengalaman mendekati Allah oleh mereka
sebagai orang-orang Kristen yang dipanggil untuk ikut serta.

Orang Kristen diajak untuk menikmati kenyataan-kenyataan sorgawi, mereka datang pada
gunung dan kota Allah di Sion, ikut serta dalam suasana yang bergembira, bertemu dengan
beribu-ribu malaikat dalam kumpulan yang meriah. Kepada jemaat orangorang yang terpilih
dengan warisan sorgawi. Kepada satu-satunya Allah yang menguasai segala sesuatu sebagai
pembela mereka. Kepada orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama, atau mereka yang
kebahagiaannya disempurnakan. Kepada Tuhan Yesus Kristus,

Pengantara dari perjanjian yang belum lama diteguhkan. Dan kepada darah yang dipercikkan
yang memberitakan pengampunan dosa, yang berlawanan dengan Habel yang berseru
menuntut pembalasan (Kej 4:10).

Selanjutnya merupakan sebuah himbauan kepada orang Kristen agar dalam keadaan apapun
jangan menolak Allah yang telah berfirman dalam diri Yesus Kristus. Memang dalam konteks
surat kepada orang Ibrani ditulis oleh karena penganiayaan yang begitu hebat sehingga banyak
orang Kristen yang meninggalkan iman mereka dan kembali pada praktik ibadah korban. Yesus
Kristus telah membuka ruang agar kita dapat berhadapan dengan Allah yang berbicara dengan
penuh belas kasih. Dalam nubuatan Perjanjian Lama dituliskan pada Hagai 2: 7 bahwa Allah
terus menyatakan karya selamatNya bagi alam semesta yang memuncak pada diri Yesus Kristus
dalam satu penghakiman yang akan mengoncangkan langit dan bumi, serta yang akan tetap ada
hanyalah FirmanNya.

Ayat 28 dan 29, merupakan kesimpulan bagi orang yang hidup dalam perjanjian baru, yang
hidup dalam ibadah syukur, yang bukan lagi hidup pada ibadah korban. Karena kita telah
menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, maka marilah kita mengucap syukur dan
beribadah kepada Tuhan. Ucapan syukur mendorong kita melayani Tuhan. Beribadah menurut
cara yang benar yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut kepadaNya. Ketahuilah
bahwa Allah adalah api yang menghaguskan Ia sangat menentang dosa, tetapi Ia juga adalah
Allah yang penuh dengan belas kasih dan menghendaki kita hidup dalam kasih karuniaNya.
Saudara-saudara yang diberkati, menjadi pertanyaan bagi kita, apakah selama ini kita mengucap
syukur kepada Allah dengan cara yang benar? Lalu apa yang seharusnya menjadi motivasi kita
untuk bersyukur kepada Tuhan? Bagaimana cara mewujudkan situasi kondusif dalam
berpengucapan syukur agar berkenan kepada Tuhan?

Rasul Paulus menjelaskan bahwa, oleh Kasih Karuna Yesus Kristus kita telah diselamatkan itu
bukan usaha kita, tetapi pemberian Allah jangan ada yang memegahkan diri (Ef 2: 8) karena itu
kita harus menunjukan sikap sehari-hari yang bersyukur, yang benar dan yang berkenan kepada
Tuhan. Beribadah dengan cara yang dikehendaki Allah dengan takut dan hormat kepada-Nya.

Kita harus sadar akan motivasi kita mengucap syukur kepada Allah, jangan sampai tujuan dari
mengucap syukur kepada Tuhan menjadi salah tujuan lebih menonjolkan keberhasilan dan
kesuksesan pribadi atau kelompok tertentu, dibandingkan Allah yang adalah sumber segala
sesuatu. Memberi persembahan pun harus kita persembahkan dengan benar, baik itu mata
uang ataupun natura, persembahkan dengan hati yang mengucap syukur. Juga harus memberi
dengan jujur, karena berkat yang Tuhan berikan tak terhitung, maka harus jujur dalam
mengucap syukur kepada Tuhan. Walaupun dalam berbagai situasi, kondisi dan dalam berbagai
hal yang terjadi bagi pribadi maupun keluarga kita, berusahalah agar dalam motivasi yang benar
untuk terus mengucap syukur kepada Tuhan

Baiklah kita berpengucapan syukur dengan tertib dan sopan, teratur dalam ibadah maupun
pesta-pesta yang diadakan. Menciptakan suasana kondusif, suasana yang penuh dengan
kehangatan, dan jauh dari kriminalitas, kejahatan, pertentangan atau pertikaian dan lain
sebagainya. Tuhan menghendaki kita mengucap syukur dengan penuh kesadaran akan berkat
yang telah Tuhan nyatakan. Tuhan senantiasa menyertai kita, Amin

Anda mungkin juga menyukai