Anda di halaman 1dari 16

Kepemimpinan Kristen Dalam Menyikapi Posrealitas Di Era Posmodern

PENDAHULUAN

Realitas datang dari Bahasa latin yang diturunkan dari kata benda yakno “Res dan

dipergunakan dalam Bahasa Inggris “ Realitalitas”, istilah tersebut diperkenalkan oleh

Duns Scotus kedalam alam filsafat dengan mempergunakannya sesuai dengan sinonim dari

“being (yang ada, pengada) bagus, 2002: 937). Salah satu inti dari lima arti yang diberikan

Loren Bagus tentang realitas adalah , keadaan atau kualitas suatu yang real, atau benar-

benar ada, mencakup segalah sesuatu yang ada. (ibid, hlm,938).

Aristoteles menjelaskan ada tiga tingkatan realitas yaitu: yang ada yang tidak ada

dan mungkin ada berpotensi ada. Yang ada adalah yang memang ada, dan yang tidak ada

yang tidak ada.

Dampak yang ditimbulkan realitas baru (posrealitas) tersebut sebenarnya dapat

terlihat didalam posdernitas.” 1 Posmodernitas terjadi karena dampak yang dapat terlihat

dari ditibulkannya komedernan. Sebab pada era modern (modern adalah nama lain dari

pencerahan), dikatakan bahwa ada pengetahuan yang pasti (tetap), makna bersifat tunggal.

Itu sebabnya pencarian terhadap pengetahuan terus berkembang dan sangat meninggikan

kebebasan manusia. Kebebasan tersebut telah membuang sifat otoritas dan

mengantikannya sebagai rasio. Akibatnya manusia modern adalah manusia otonom,

nasibnya tidak ditentukan oleh tradisi dokrin atau komonitas, tetapi ia berhak untuk

menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan postmodern pendekatannya dengan

1
Postodern harus dibedakan dengan posmodernitas. Bambang Sugiharto, memberikan perbedaannya
sebagai berikut: posmodernitas terarah kepada kritik-kritik filisofis atas world view, episteology,
dan ideology-ideologi modern. Sedangkan posmodernitas tertuju pada situasi dan tata social produk
teknologi informasi, globalisasi,fragmentasi gaya hidup. Tetapi kedua istilah tersebut terkait dalam
pembicaraan postmodern. (1996:24). Lihat, Stanley J. Grenz, postmodernism, Yogyakarta: Yayasan
Andi, 2021.

1
menggunakan rekontruksi terhadap realitas. Artinya realitas adalah dapat dibaca (tafsir)

berbedah oleh orang yang berbeda, hingga, sehingga tidak ada makna tunggal didunia.

Jadi dapat dilihat perbedaan yang sangat hakiki antara postmodern dengan

posrealitas.

Postmodern adalah merekonsruksi realitas yang ditimbulkan oleh abad modern saja.

Sementara postmodern pun menimbulkan realitas baru lagi (posrealitas), sehingga tidak

ada makna tunggal pada postmodern. Sedangkan posmrealitas adaalah yang berpotensi

ada. Artinya ada tidak hanya dibatasi oleh zaman, sebab realitas yang berpotensi ada

tersebut dapat saja terjadi pada zaman kegenapan sampai kepada zaman posmodren

tegantung dari apa yang menjadi causa efficienss dan causa finalisnya pada zaman itu.

Masalah-Masalah Yang Ditimbulkan Posrealitas Di Dalam Era Posmodern.

Realitas yang berpotensi ada atau telah ada (posrealitas):2 sebagao akibat dari causa

eficiens dan causafinallis pada era posmodren ini adalah: posmedia (realitas yang

berpotensi ialah, akan / telah terbentuk satu media yang tidak lagi menyampaikan

kebenaran, possocial (realitas yang berpotensi ada ialah, akan telah/ telah terbentuknya

satu keadaan social virtual media, seperti teleconferce, milling list group internet akibat

akan muncul simulasi social yang sesunggunya ( menuju kematian social). Poskriminalitas

(realitas) yang mengklaim dirinya sebagai kebenaran).

Dampaknya Pada, Dan Kekristenan

Karena posrealitas menampilkan dunia serta permukaan (realitas artificial) dan

telah menyentuh hampir seluruh lapisan masyarajat terkecualikan keristen . Makan dapat

dilihat dampak-dampak yang terjadi didalam kehidupan kekeristenan. Peratama, di gereja.

Gereja sebagai tempat peribadahan terkadang telah berperan ganda. Disatu sisi sebagai

Sebagaimana istilah-istilah posrealitas dan penjelasannya yang diutarakan oleh piliang didalam
2

bukunya posrealitas: Realitas Kebudayaan dan penjelasannya yang diutrakan dalam Era
posmetafisika, Bandung : Jala Sutera, 2004.

2
tempat pemujaan kepada Tuhan, tetapi disisi lain sekaligus sebagai tempat untuk

menjalankan bisnis.

Peribadahan terimbas pada pendangkalan makna, karena ibadah telah dilakukan sebagai

suatu ritual/ seremonial yang menampilkan artificial. Lalu akibatnya, penyembahan kepada

Tuhan tidak lagi dilakukan berdasarkan adanya relasi dengan yang Maha Kudus.

Akibatnya terjadilah hyperitualistis, dimana ibadah telah menjadi fenomena bagi setiap

orang dan bukan lagi menjadi noumena. Tidak heran jika Karl Marx, pernah mengatakan,

agama itu candu. Karena melihat ritual-ritual yang dijalankan /telah berubah menjadi suatu

alat pembius diri. Dan lebih hebat lagi Auguste comte, ia mengatakan bahwa walaupum

nritual-ritual agama yang dilakukan itu tidak dapat berfungsi untuk perbaikan manusia.

Kedua, didalam pengejawantahan keimanan. Keimaman telah diukur denganhal

fenomena , hal-hal yang tampk secara permukaan saja (dangkal). Nubuatan-nubuatan telah

dijadikan suatu perbuatan fenomenal yang diartikan sebagai tanda bahwa seseorang

merupakan nabi Tuhan . walaupun nubuatan –nubutan tersebut terkadang terkadang tidak

selaras dengan prinsip-prinsip yang terdapat didalam Alkitab mengenai nubuatan, tetapi

tetap itu dipergunakan sebagai tanda orang berimana atau orang yang dekat dengan Tuhan.

Ketiga, dibidang kepemimpinan Keristen. Keberhasilan seseorang pemimpin telah

diukur dari kualitas (jumlah) anggota jemaat yang dapat digembalakan. Pendangkalan ini

oleh karena pengaruh ukuran yang dipakai untuk mengukur suatu keberhasilan.

Hal tersebut metode kepemimpinan yang dipergunakan seorang pemimpin kepemimpinan

keristene telah mengadopsi pemimpin dunia secular yang lebih menekankan kepada”

program orientied” dan bukannya “people orientied” sebagaimana yang digagaskan oleh

Yesus sendiri.

3
Kepemimpinan Kristen

Dalam Menyikapi Masalah-Masalah Posrealitas Di Dalam Era

Untuk menyikapi pesoaalan-persoalan yang muncul akaibat posrealitas tersebut diatas,

maka para pemimpin Kristen perlu menerapkan.

1. Prinsip kepemimpinan Kristen emimpin Sebagai Pelayan, Didalam

Kepemimpinannya

Yesus telah mengutarakan prinsip kepemimpinan Kristen di dalam, Markus 9:35 yaitu jika

Seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari

semuanya dan pelayan dari semuany.” Dan pada Markus 10:43-44,

Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “ kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah

bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya

menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian diantara kamu, barangsiapa

ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena anak

manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan

nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Pemahaman Konteks Teks

Dilatarbelakangi oleh permintaan anak-anak Zebedeus yang dalam Matius 20:20-28

dikatakan sebagai pemimpin Ibu Yohanes yakni Yohanes dan Yakobus agar mendudukan

mereka dalam kemuliaan-Nya, denga suatu posisi yang seseorang dsebelah kiri dan yang

disebelah kanan (10:35-37)

Penggalian Makna Kata Kunci

Ada perbedaan konsep kepemimpinan dunia konsep dan konsep kepemimpinan rohani

yang tidak dapat dimengerti oleh Yakobus dan Yohanes. Hal itu wajar, sebab mereka

hanya melihat konsep kepemimpinan penguasa romawi. Juga mereka tidal melihat konsep

kepemimpinan rohani yangada pada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Akibatnya

4
membuat kekacauan terhadap konsep tersebut didalam diri mereka. Yesus menerangkan

konsep kepemimpinan dunia sebagai “memerintah rakyatnya dengan besi” dan “

pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya kuasanya dengan keras” Kata yang dipakai

untuk mengambarkan memerintah dengan tangan besi, pertama ialah kata

“proskalesamenos”, artinya pemerinta memerintah rakyatnya dengan merajarela, yang

dalam Bahasa inggris ditulis “tyrannize” yang berarti sewenang-wenang.

Sebaliknya konsep kepemimpinan rohani ialah barangsiapa ingin menjadi besar

hendaklah ia menjadi pelayan, barangsiapa ingin menjadi besar, hendaklah ia menjadi

hamba, Kata yang dipakai disini untuk mengambarkan pelayan dan hamba ialah

“diakonos” dan doulos”.

“ diakonos berarti seorang yang menjalankan perintah dari orang lain. Misalnya, kata ini

dipakai juga untuk mengambarkan, pelayan raja Mat 22:13.

“Doulos” artinya seorang yang membuktikan kehendak dirinya sendiri kepada

penguasa orang lain. Kata ini dipakai juga untuk mengambarkan, pegawai sipil (yoh 18:18)

orang berdosa melayani dosa. Jadi konsep kepemimpinan rohani pemimpin sebagai yang

mau memberikan dirinya untuk memperhatikan dan melayani orang-orang lain. Dengan

menerapkan prinsip ini, seseorang pemimpin Kristen akan terhindar dari gaya

kepemimpinan dunia (mengikuti gaya kepemimpinan dunia, trend yang berkembang), yang

lebih beroriensi kepada produk/hasil dan program yang hanya menyentuh permukaan

(artificial).

Kepemimpinan Sub-Ordinat

Didalam buku Kepemimpinan Kristiani, Eka Dharmaputera menguraikan tentang

prinsip-prinsip kepemimpinan Kristiani dalam prepektif Alkitab. Ia menjelaskan bahwa

sesunggunya yang hanya ada seorang pemimpin, Yaitu Tuhan. Kisah pencipataan (kej

1:26) mengabarkan bahwa Allah tidak menghendaki manusia menyimpan manusia. Allah

5
memberikan kewenangan kepada manusia untuk berkuasa atas alam semesta, ikan-ikan

dan burung-burung di udara.

Dharmaputera melanjutkan uraiannya dengan menunjukkan bahwa pada zama Israel kuno,

Allah tidak menghendaki keberadaan pemimpin umat Israel. Itu sebabnya Allah hanya

mengangkat hakim-hakim bagi Israel sehingga Allah yang menjadi pemimpin.

Kepemimpinan sub-ordinat ini perluh diterangkan orang pemimpin Kristen, dapat

terus bergantung pada Tuhan.

3.Standar Alkitab Sebagai Moral, Spiritual, Keberhasilan Di dalam

Kehidupannya (pelayanan dan pekerjaan)

Pembicaraan tentang moralitas di era posrealitas, tidak lagi hanya berbasis pada

baik dan buruk saja. Sebab kini telah muncul realitas baru yang tidak pernah dikenal

sebelumnya. Yakni realitas dari kawin silang yang buruk, sehingga menghasilkan setengah

baik/atau setengah buruk atau sering dikelompokkan dalam moral abu-abu.

Menurut pandangan saya, bahwa perkawinan silang itu tidak bisa dikatakan baik karena

perkawinan silang itu memang benar-benar buruk.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka seseorang perlu menerapkan dalam

kehidupannya dan dalam kepemimpinannya suatu standar moral Alkitab. Hal ini

bermimpikan kepada, pengetahuan Alkitab seseoarang pemimpin Kristen haruslah

berkelakuan baik.

4. Penerapan Teologi-Filosofi

Filsafat sangat besar pengaruhnya kedalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Bahkan teologi sendiri mempengaruhi filsafat, hal itu dapat terlihat mulai teologi yang

dibawa oleh Agustinus dan Thomas Aquinas, teologi Agustinus sangat dipengerahui oleh

platonic dan Thomas Aquinas sangat dipengarhuni oleh Aristoteles.

6
Para pemimpin Kristen, tidak hanya mengetahui teologi saja, tetapi juga harus mengetahui

filsafat. Memang teologi dan filsafat memiliki pendekatan yang berbeda.teologi

berdasarkan berdasarkan iman dan filsafat berdasarkan rasio. Namun dua pendekatan yang

berbeda ini sehatrusnya dapat disatukan dengan baik sehingga dapat kebenaran yang

berdasarkan iman tetapi juga kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasio.

Metode filosofi akan dapat membawa para pemimpin Kristen untuk berpikir kritis

dalam mengantisipasi dan menyikapi persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh

posrealitas di era postmodern ini dan bahkan dapat menjawab persoalan yang telahmuncul

sejak abad ke 1 tentang penolakan eksitensi Tuhan. Seorang filsuf adalah seorang

pemimpin Kristen.

5. pemberian pengaruh nilai-nilai kekristenan kepada kehidupan perpolitikan

Indonesia.

Gereja tidak berpolitik, itu benar. Tetapi pemimpin-pemimpin Kristen tidak ikut

menggarami perpolitikan di mana ia tinggal, ia merupakan kekhilafan berpikir. Sebab

setiap pemimpin-pemimpin Kristen, wajib memberikan pengaruhnya pada bidang apapun,

rohani maupun politik. Hal itu karena kerangka pikir kekristenan tentang kehidupan

adalah, apapun yang dilakukan oleh orang Kristen harus merupakan ibadah kepada

Tuhan.

Hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh Paulus, tentang ibadah di

dalam Timotius 4:7-8. Didalam menyebutkan ibadah, ia mempergunakan kata “eisebeia”

artinya sikap hati yang mau tunduk dan hormat, pada Tuhan. (memberikan nilai-nilai

Kristen). Dengan sikap yang ia tunjukkan tersebut. beberapa contoh dari tokoh

Kristen/kahtolik yang telah berperan (memberikan nilai-n ilai kekristenan) dalam bidang

politik, seperti: Thomas Aquinas, ia telah memberikan yang sangat bagus terhadap negara

melalui teologi nonmatifnya, yaitu: kekuasaan seharusnya dipergunakan demi kebaikan

7
bersama dan boleh demi pribadi. kepentingan Seseorang penguasa memiliki kewajiban

terhadap rakyat yang dikuasainya: apabila penguasa negara membuat hukum yang

bertentangan dengan hukum kodrat atau hukum Tuhan, rakyat diberikan hak untuk

menentangnya (civil disobbidience) ( Suhonai, 2001:100-101).

Agustinus , ia juga telah ikut berperan memberikan sumbangan pemikiran-

pemikiran dalam perpolitika dengan refleksi tentang negara dan kuasa ia memberikan

bantahan tentang tuduhan bahwa kejatuhan roma karena dewa-dewa martah, mereka

merasa dihianati dengan diterimanya.

Para pemimipin Kristen hendaknya dapat memberikan pengarunya untuk mengatasi

permasalahan posrealitas di era postmodern ini, jika sangat berlebihanb untuk zaman.

Penutup

para pemimipin Kristen hendaknya dapat memberikan pengaruhnya untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan posrealitas di era postmodern ini, jika sangat berlebihan untuk

untuk mengatakan bahwa para pemimpin Kristen seharusnya memimpin pergerakan .

8
Penilaian Positif Dari Artikel Diatas

Penilaian positifnya: mengajarkan kita untuk menjadi seorang pemimpin Kristen

yang lebih baik lagi dan mempunyai prioritas yang tinggi. Menjadi seorang pemimpin

Kristen yang dapat berguna di era postmodern. Menjadi seorang pemimpin yang berpotensi

dengan adanya postmodern. Seorang pemimpin juga harus bisa menyesuaikan diri dengan

adanya posrealitas di era postmodern. Jangan hanya malah terjerumus dengan adanya

posmedia yang mengganggu ketengan diri pemimpin di era postmodern. Hal positif yang

didapat juga: yaitu tentang hal kepemimpinan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk

menciptakan kegiatan kelompok mencapai tujuan organisasi dengan aktivitas maksimum

an kerjasama dari tiap individu. Hal positif dari kepemimpinan dalam menyikapi masalah-

masalah posrealitas di dalam era juga mengutarakan prinsip kepemimpinan Kristen sebagai

pelayan yang baik didalam kepemimpinannya. Konsep hal positifnya, bahwa seorang

pemimpin mau menyerakan dirinya menjadi seorang pemimpin. Walau menjadi seorang

pemimpin itu tidaklah mudah seperti yang kita banyangkan. Menjadi seorang pemimpin

sesunggunya merupakan seorang yang mau memberikan dirinya untuk memperhatikan dan

melayani orang-orang lai. Sebab hal itu sangat terbesar dalam kerajaan Allah. Walau

banyak orang yang menjadi pemimpin di dunia atau di era postmodern ini, tetapi hanya

satu yang bisa dikatakan pemimpin sejati dalam profektif Alkitab yaitu Tuhan. Ia adalah

pemimpin kita, jikalau Ia tidak memimpin kita, apa yang akan terjadi di kehidupan kita.

Apakah kita sebagai manusia biasa yang hanya taunya bersenang-senang di dunia ini

apalgi dengan adanya posmedia, sehingga membuat kita lupa dengan semuanya, hal

positifnya: kita patut bersyukur mempunyai seorang pemimpin yang hebat yaitu Tuhan.

Dia menjadi pemimpin kita dalam segalah hal. Disaat kita jatuh Ia mau memimpin kita,

9
Dia menolong kita, Dia menuntun kita kejalan benar. Itulah gunanya seorang pemimpin

sejati.

Pemimpin yang sangat setia dimana pun kita berada, tak pernah kenal kata lelah,

tidak membiarkan kita jatuh. Salah satu moral kepemimpinan juga menjadi tolak ukur

moral umum yang sangat baik, dan dilihat dari apa yang dikatkan oleh Imannuzel Kant.

Baginya ukuran nilai moral suatu tindakan adalah tergantung dari niat hati seseorang (hati

tidak mengenal abu-abu, fungsi hati adalah memberikan cahaya yang dapat membedakan

baik dan buruk secara jelas. Hal positif dalam artikel ini juga menjelaskan bahwa konsep

rohani kempemimpinan harus memiliki tindakan yang mau melayani sesama sebagai

bagian dari pelayanan kepada Tuhan. Seorang pemimpin haruslah menerapkan prinsip

pelayanan sesuai dengan perintah Tuhan dan harus melakukannya dengan segenap hati. Di

era postmodern ini pemimpin harus menghindarkan diri dari gaya kepemimpinan dunia

(mengikuti gaya kepemimpinan dunia, trend yang berkembang), yang lebih berorientasi

kepada produk/ hasil dan program yang hanya menyentuh permukaan (artificial).

10
Kekurangan Dari Artikel

Didalam artikel ini menjelaskan tentang penyebab-penyebab yang terjadi

terkhususnya seorang pemimpin dalam menyikapi munculnya posrealitas di era

postmodern ini. Penyebab pertama yaitu: cousa formalis (sebagai penyusun bahan) ; cousa

finalis (tujuan yang menjadi arah suatu wujud); cousa effeciens (motor pengerak) cousa

materialis (bahan dari suatu benda). Misalnya, uap. Dalam artikel juga menjelaskan

dampak yang ditimbulkan realitas baru (posrealitas) yaitu: posrealitas tersebut sebenarnya

dapat terlihat di dalam posrealitas. Posrealitas ini dijelaskan terjadi karena dampak yang

ditimbulkan oleh kemodernan. Didalam artikel juga tidak dijelaskan apa yang dimaksud

dengan cousa formalis, cousa finalis yang menjelaskan apa maksud tujuan posrealitas itu.

cousa efficiens (motor pengerak) tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan motor

pengerak apa maksudnya motor pengerak munculnya posrealitas di era postmodern.

Kekurangan artikel juga, di Amerika, kubu politik spectrum kanan baru tahun 1970,

yang dihuni oleh kaum evangelical. Mereka telah ikut aktif didalam dunia perpolitikan

Amerika yang mendukung nilali-nilai tradisioanal dalam moralitas sosial pada waktu itu,

hal tersebsut mereka lakukan untuk menentang sikap liberal yang telah merasuki negara

Amerika. Meskipun pada waktu itu terjadi peningkatan Kristen di Amerika secara pesat

hingga tahun 1980.

11
Bibliographi

Actona, H.B,.

2003, Dasar-dasar Filsafat Moral Immanuel Kant, Surabaya: Pustaka

Eureka.

Adams,Ian,

2004 Ideologi Politik Muktakhir, Yogyakarta: Qalam.

Blank.amos M.,

1961 Assigment Management, A Guide to Executive Command, New

Jersey: Englewood Chiff.

Copleston, Frederick,

1993, A History of philosophy, New York. Image Books

Darmaputera, Eka, dkk.,

2001 kepemimpinan Kristiani: Spiritualitas, etika, dan Tehnik-tehnik

Kepemimpinan dalam Era penuh perubahan Jakarta: STTJ.

Eco, Umberto, (Terj. Iskandar Zulkarnaen)

1986 Tamasya dalam Hiperealitas, Bandung: Jalasutra

Freeman G.L & Taylor E.K,

1950 How to Pick Leaders, A Scientific Approach to Executive Selection,

New York: Funk & Wagnalls

12
Grenz, Stanley J.

2001 A Primer on Postmodern, Yogyakarta: Yayasan Andi

Griffin, David Ray,

2005 Tuhan dan Agama dalam dunia postmodern, Yogjakarta: Kanisius.

Piliang, Yasraf Amir,

2004 Posrelitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika, Bandung:

Jalasutra.

Suhelmi, Ahmad,

2004 pemikiran Politik Barat, Jakarta: Granmedia.

13
Tugas

Dasar-Dasar Kepemimpinan Kristen

OLEH

Nama : Tina Febriani

Kelas: Reguler (Semester 1)

Dosen: Pdt. Dr. Petrus F. Setiadarma

14
Tugas

Dasar-Dasar Kepemimpinan

OLEH

Nama: Intan Sari Zebua

Kelas: Reguler (Semester 1)

Dosen: Pdt. Dr. Petrus F. Setiadarma

15
16

Anda mungkin juga menyukai