Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan modern saat ini, selalu saja ada satu waktu dimana manusia merasa tidak
mengerti, tidak tahu serta tidak mampu mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapinya.
Bahkan, orang yang mengedepankan rasional atau seorang yang sudah berhasil menempuh
pendidikan jenjang tertinggi sekalipun suatu saat mengalami kondisi saat dirinya tidak tahu dan
tidak mampu. Ketika seseorang merasa tidak tahu dan tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan membutuhkan kekuatan dari luar dirinya yang
diyakini akan bisa membantu mengatasi permasalahannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa
Sang Pencipta atau hal – hal lain yang dianggap mampu dan diyakini mampu membantu
mengatasi permasalahan.
Sebagai Insan yang beriman tentu saja dalam mangatasi problematika kehidupan selalu
disandarkan pada kekuatan Tuhan, tidak dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan Agama.
Apalagi sebagai umat Kristen dituntunkan untuk meminta pertolangan hanya kepadanya. Salah
satu ekspresi seorang dalam meminta pertolangan kepada Allah dengan melalui Doa yang
dipanjatkan dengan tulus ikhlas dan dengan keyakinan penuh akan terkabulnya. Doa merupakan
harapan munculnya kekuatan dari Tuhan agar bisa memecahkan permasalahan, Doa juga sebagai
sugesti sesorang agar mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup yang diahadapi.

Ibadah nampaknya sama tuanya dengan manusia. Pasal-pasal awal kitab Kejadian
menyatakan tentang kurban yang dipersembahkan oleh Kain, Habel dan Nuh. Kain dan Habel
mempersembahkan kurban sebagai respons kepada Allah atas segala kebaikan-Nya, dengan
memberi berkat melalui ternak dan tanah. Kurban Nuh adalah merupakan suatu pemberian
kepada Allah yang telah menyelamatkan dari kematian.

Tidak dapat disangkal bahwa ibadah memegang peranan sentral dalam semua agama-agama
di dunia ini. Tanpa ibadah, suatu agama akan kehilangan hakekatnya. Melalui ibadah manusia
mengadakan hubungan vertikal dengan yang ilahi dan mewujudkan nilai-nilai rohaninya dalam
kehidupan bersama (horisontal). Jadi idealnya, ibadah menjadi ciri dimana manusia hidup dalam
relasi yang benar dengan Allah dan dengan sesamanya. Tetapi dalam praktek hidup keberagaman
rupanya ada kecenderungan bahwa ibadah itu dipahami secara sempit, bahkan dapat dikatakan
mengalami degradasi nilai dan berakibat pada dekadensi moral. Ibadah hanya dipahami secara
ritual atau dalam hubungan dengan upacara-upacara keagamaan yang kadang-kadang lebih
bersifat formal dan legalistis. Ibadah hanya berlaku dalam wilayah tempat-tempat suci tertentu,
tidak mencakupi wilayah kehidupan sehari-hari. Atau ibadah hanya dimengerti sebagai perkara-
perkara rohani saja, terpisah dari perkara-perkara jasmani. Tidak mengherankan bahwa ada
kesenjangan antara iman dan perbuatan, antara hal-hal rohani dan hal-hal jasmani, antara
kesalehan dan tingkah laku, antara ajaran dan etika hidup dan lain-lain semacamnya. Semua
masalah yang muncul di dunia ini sepanjang sejarahnya, ketegangan-ketegangan politik atau
ketegangan antar bangsa atau golongan, konflik-konflik sosial, masalah-masalah moral dan
kriminal, konflik-konflik internal/domestik (dalam keluarga atau komunitas-komunitas kecil)
dan sebagainya, semuanya itu merupakan indikasi tentang pemahaman yang sempit dan praktek-
praktek ibadah yang biasa (ibadah tidak dipahami dan dihayati secara benar dan utuh) dan
akhirnya bermuara pada degradasi iman dan krisis moral.

1
BAB II
PEMBAHASAN
 

A. PENGERTIAN
1. Pengertian Ibadah

Kata ibadah sebenarnya berasal dari kosa kata “äbodah” (bahasa Ibrani)


atau ibadah (bahasa Arab) yang secara harafiah berarti bakti, hormat, penghormatan
(homage) , suatu “sikap dan aktivitas“ yang mengakui dan menghargai seseorang (atau yang
ilahi). Atau dapat juga dikatakan suatu penghormatan hidup yang mencakup kesalehan (yang
diatur dalam suatu tatacara), yang implikasinya nampak dalam tingkah laku dan aktivitas
kehidupan sehari-hari. 
Jadi ibadah disini merupakan ekspresi dan sikap hidup yang penuh bhakti (penyerahan
diri) kepada yang ilahi, yang pengaruhnya nampak dalam tingkah laku yang benar. Dalam
kesaksian Alkitab ada beberapa kata atau ungkapan yang dipakai untuk ibadah.
Kata kerja äbad (Bahasa Ibrani) berarti melayani atau mengabdi (seperti
pengabdian/pelayanan yang utuh dari seorang hamba kepada tuannya). Sedangkan
kata àbodah (bahasa Ibrani), latria (bahasa Yunani) berarti pelayan atau bisa juga berarti
pemujaan dan pemuliaan. 
Disamping itu kita juga bertemu dengan kata histaaweh (proskuneo ;bahasa Yunani) yang
berarti sujud atau membungkuk atau meniarap dihadapan tuannya. Jadi sebenarnya ada dua
kata kunci dalam pengertian ibadah itu, yaitu sikap hormat (pemuliaan) dan pelayanan (sikap
hidup).
Dari pengertian beberapa ungkapan di atas, menjadi jelas bahwa konsep dasar dari ibadah
adalah pelayanan atau pengabdian seutuhnya kepada Allah, yang dinyatakan baik dalam
bentuk penyembahan (kultus) maupun dalam tingkah laku atau tabiat (jadi bukan hanya
menyangkut hal-hal ritual yang bersifat formal legalistis).

a. Ibadah Dalam Perjanjian Lama

Pada awalnya kita menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada Allah
(Kej. 4:4 Habel memberikan persembahan kepada Tuhan ; lihat pula, Kel. 24:26). Hal itu
menunjukkan bahwa pada dasarnya ibadah adalah merupakan ungkapan bathin seseorang
yang mengakui bahwa Allah berdaulat, penuh kuasa dan baik. Atau ibadah adalah
menunjukkan ketinggian spritual seseorang yang disertai ungkapan pujian dan syukur kepada
Tuhan, karena Ia patut disembah (bd. Ayub 1:20 ; Yos. 5 :14). Harus dipahami bahwa Allah
kita adalah Allah yang transenden dan imanen. Allah yang “tidak sama dan terpisah dari
ciptaanNya” juga merupakan Allah yang berkomunikasi dengan umat manusia. Allah
menerima penyembahan dari umat-Nya.
Pada waktu Allah memilih suatu bangsa bagi diri-Nya, Allah juga memberikan cara
bagaimana bangsa itu dapat bertemu dengan TUHAN; jadi Dia memberikan ibadah
tabernakel di mana Israel dapat menghadap Allah yang mahakudus. Di tempat ini TUHAN
akan bertemu dengan Israel (Kel. 25:22; 29:42, 43; 30:6, 36).
Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat. Musa adalah
seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang diorganisir, dan

2
yang menjadikan Jahwe sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat diorganisir di
dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai “pelayanan suci” dari pihak
umat untuk memuji Tuhan.
Kemudian pertemuan Allah dengan Musa, Harun, Naab dan Abihu an tujuh puluh tua-tua
Israel di Gunung Sinai (Kel.24:1-8) adalah bagian penting. Ini adalah pertemuan antara Allah
dan Israel. Pertemuan ini berisi struktur elemen-elemen dasar bagi pertemuan antara Allah
dan umat-Nya. Elemen-elemen ini sangat penting bagi ibadah umum, yang kemudian akan
ditentukan detailnya dalam ibadah Yahudi dan Kristen. Selanjutnya Webber mengemukakan
ada lima elemen, yaitu:
Pertama, ibadah adalah pangilan Allah. Allah yang memanggil umat-Nya untuk bertemu
dengan-Nya;
Kedua, Umat Tuhan diatur dalam satu tanggungjawab terstruktur. Artinya ada yang
bertanggungjawab. Musa adalah pemimpin. Tetapi untuk mengatur ibadah dan lain-lainnya
adalah tugas Harun, Nadab, Abihu. 70 tua-tua Israel, pemuda dan umat. Dengan kata lain,
elemen kedua adalah soal partisipasi dalam ibadah;
Ketiga, pertemuan antara Allah dan Umat bersifat proklamasi Firman. Allah berbicara
kepada umat-Nya dan memperkenalkan diri-Nya kepada mereka. Hal ini berarti ibadah
belumlah lengkap tanpa mendengar Firman Tuhan;
Keempat, umat setuju dan menerima perjanian dengan syarat-syaratnya yang memberi
makna kepada komitmen umat secara subjektif untuk mendengar dan taat kepada Firman
Allah. Dengan kata lain, aspek penting dalam ibadah disini adalah pembaharuan komitmen
pribadi secara terus-menerus. Di dalam ibadah umat Tuhan membaharui janji yang telah ada
antara Allah dan umat-Nya sendiri;
Kelima, puncak hari pertemuan itu ditandai dengan symbol pengesahan, satu materai
perjanjian. Dalam Perjanjian Lama Allah selalu menggunakan darah korban sebagai materai
hubungan-Nya dengan manusia. Pengorbanan ini menunjuk kepada korban Yesus Kristus.
Dengan demikian Allah adalah pusat ibadah Perjanjian Lama. Umat Tuhan atau manusia
beribadah adalah sebagai respons dalam ucapan syukur kepada karya Allah di dalam hidup
manusia.

3
b. Ibadah Dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru bahasa Indonesia ibadah (kebaktian) Jemaat disebut dengan
rupa-rupa istilah : “kumpulan” (1 Kor 14:23 Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-
sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar
atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?),
pertemuan (Ibrani 10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah
kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan
semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.), Ibadah (Kis 13:2).
Istilah resmi dalam banyak literatur theologis ialah “liturgia” (pelayanan, yaitu pelayanan
untuk kepentingan persekutuan). Perjanjian baru juga menggunakan
istilah liturgia, tetapi dalam arti yang luas, yaitu “ibadah dalam Bait Allah” (Lukas
1:23, 2:8), atau “persembahan Jemaat sebagai bantuan” kepada orang-orang miskin (Roma
15:27 Keputusan itu memang telah mereka ambil, tetapi itu adalah kewajiban mereka.
Sebab, jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi, maka
wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka.),
atau “pekerjaan apostolat” dari para rasul (Filipi 2:25), malahan juga “pelayanan” dan
pejabat-pejabat pemerintah (Roma 13:6).

4
2. Pengertian Doa

Kata doa berasal dari bahasa latin yaitu precarius yang berarti untuk mendapatkan dengan
mengemis dan dari precari berarti memohon. Jadi, doa adalah mengangkat dari hati dan jiwa ke
Mahatinggi.
Menurut Nouwen, Christensen dan Laird (2006), doa adalah sikap dari
membuka hati diam – diam selaras dengan Roh Allah, mengungkapkan itu sendiri dengan rasa
syukur.
Menurut istilah doa berarti memohon kepada Allah  secara langsung untuk memperoleh
karunia  – Nya untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau bencana yang tidak dikehendaki.
Menurut Albrecht Dürer , abad ke-16, tangan di atas Alkitab.
Doa dalam Perjanjian Baru disajikan sebagai positif perintah (Kolose 4:2; 1 Tesalonika 5:17).
Umat Allah diminta untuk menyertakan doa dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam
kesibukan hidup pernikahan (1 Korintus 7:5) karena dianggap membawa umat lebih dekat
kepada Allah.

Di seluruh Perjanjian Baru, doa merupakan metode yang diminta oleh Allah supaya orang
percaya mendapatkan apa yang dianugerahkan kepada mereka (Matius 7:7-11; Matius 9:24-
29; Lukas 11:13).

Doa, dalam catatan Kitab Kisah Para Rasul, dapat dilihat pada saat-saat pertama terbentuknya
gereja (Kisah Para Rasul 3:1). Para rasul menganggap doa sebagai bagian penting dari
kehidupan mereka (Kisah Para Rasul 6:4; Roma 1:9; Kolose 1:9). Karena itu, para rasul sering
dimasukkan ayat-ayat dari Mazmur ke dalam tulisan-tulisan mereka. Roma 3:10-18 misalnya
dikutip dari Mazmur 14:1-3 dan mazmur yang lain.

Dengan demikian, karena penekanan pada doa dalam gereja mula-mula. bagian-bagian panjang
dari Perjanjian Baru merupakan doa atau kidung (lihat juga Buku Sajak), seperti Doa untuk
pengampunan (Markus 11:25-26), Doa Bapa Kami, Magnificat (Lukas 1:46-
55), Benedictus (Lukas 1:68-79), doa Yesus kepada satu Allah yang benar (Yohanes 17), seruan
seperti, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus" (Efesus 1:3-14), orang Percaya
Doa (Kisah Para Rasul 4:23-31), "biarlah cawan ini lalu dari pada-ku" (Matius 26:36-44),
"Berdoa bahwa anda tidak akan jatuh ke dalam pencobaan" (Lukas 22:39-46),
Doa Stefanus (Kisah Para Rasul 7:59-60), Simon Magus' Doa (Kisah Para Rasul 8:24), "berdoa
agar kita dapat disampaikan dari orang-orang fasik dan orang-orang jahat" (2 Tesalonika 3:1-2),
dan Maranatha (1 Korintus 16:22).

5
B. UNSUR- UNSUR IBADAH YANG BAIK

1. Persiapan
Yesaya 62:10  Berjalanlah, berjalanlah melalui pintu-pintu gerbang, persiapkanlah jalan bagi
umat, bukalah, bukalah jalan raya, singkirkanlah batu-batu, tegakkanlah panji-panji untuk
bangsa-bangsa!
Amsal 4:12  "Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu, hai Israel.  —  Oleh karena Aku
akan melakukan yang demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai
Israel!"
2. Berdoa
Keluaran 8:9 Kata Musa kepada Firaun: "Silakanlah tuanku katakan kepadaku, bila aku akan
berdoa untukmu, untuk pegawaimu dan rakyatmu, supaya katak-katak itu dilenyapkan dari
padamu dan dari rumah-rumahmu, dan hanya tinggal di sungai Nil saja."
3. Puji-Pujian
1Taw 16:4  Juga diangkatnya dari orang Lewi itu beberapa orang sebagai pelayan di hadapan
tabut TUHAN untuk memasyhurkan TUHAN, Allah Israel dan menyanyikan syukur dan puji-
pujian bagi-Nya.
1Taw 16:4  Juga diangkatnya dari orang Lewi itu beberapa orang sebagai pelayan di hadapan
tabut TUHAN untuk memasyhurkan TUHAN, Allah Israel dan menyanyikan syukur dan puji-
pujian bagi-Nya.
4. Khotbah
Khotbah itu biasanya menjadi sebagian dalam kebaktian (kecuali dalam pekabaran Injil kepada
orang yang belum percaya), bahkan menurut Luther, khotbah itu adalah “bagian yang termulia
dan terutama dari tiap-tiap kebaktian”.
Kel 18:19  Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan
Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan
kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.

C. MANFAAT IBADAH DAN DOA

1. Manfaat Ibadah

Setiap hari minggu datang ke Rumah Tuhan adalah sebuah langkah yang baik dan luar biasa
yang dapat dilakukan setiap sekali seminggu. Bagaimanakah kekristenan dapat berjalan dengan
normal bila anda tidak pernah berbaur dengan orang lain. Padahal iman harus diuji oleh situasi
dan orang lain sehingga ternyata benar bagaimana bentuknya yang sesungguhnya. Mengikuti
kebiasaan Allah kita yang berhenti, memberkati dan menguduskan hari yang ke tujuh.

Berikut ini beberapa manfaat ibadah:


 Untuk menggenapi hukum Taurat.
 Bersekutu bersama dalam rumah Tuhan.
 Menyampaikan persembahan/ perpuluhan kepada Tuhan
 Belajar Firman Tuhan
 Melatih Kesabaran dan Kesetiaan

6
2. Manfaat Doa
Belajar dari teladan Yesus inilah yang membuat kita juga harus terus berjuang mengampuni
dan mengasihi orang lain, sekalipun itu adalah musuh kita atua orang yang menganiaya kita.
Bagaimana mungkin hal ini bisa kita lakukan? Oleh karena itu, berdoalah! Dengan berdoa, Roh
Kudus yang akan memampukan kita untuk mengasihi mereka. Allah yang oleh karena kasih dan
keadilan-Nya menyatakan diri-Nya melalui mimpi kepada Abimelekh dan memberikan
konsekuensi atas perbuatannya dengan menutup kandungan setiap perempuan di istananya. 

Namun Abraham berdoa kepada Allah dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan isterinya dan
budak-budaknya. Sebagai seorang Kristen, doa merupakan hal yang sama pentingnya dengan
membaca firman. Doa yang merupakan nafas kehidupan orang percaya tentulah memiliki
manfaat sehingga dilakukan.

Beberapa manfaat doa bagi orang Kristen yang perlu anda ketahui sebagai berikut:

 Doa Memberikan Penyembuhan


 Doa memberikan Pengampunan
 Doa Memampukan Melawan Godaan dan Pencobaan
 Doa Memenuhi Keperluan
 Doa Memberikan Ketenangan
 Doa Membuat Kita Mengetahui Kehendak Allah
 Doa Membuat Kita Semakin Bertumbuh di Dalam Kristus
 Doa Mengajarkan Kita Arti Mengasihi
 Doa Dapat Mengusir Setan

7
BAB III
KESIMPULAN

Allah sendirilah yang membuat ibadah dimungkinkan ada. Dalam anugerah-Nya, Ia


mengundang penyembahan manusia tertuju kepada -Nya. Ibadah selalu berfokus tunggal yaitu
ketika Allah bertindak menyatakan kasih-Nya kepada kita dan Ia jugalah yang mendorong
tanggapan kita atas semua pernyataan kasih-Nya.
Ibadah adalah jawaban manusia terhadap panggilan Allah, terhadap tindakan-tindakan-Nya yang
penuh kuasa yang berpuncak pada tindakan pendamaian dalam Kristus. Ibadah adalah kegiatan
puji-pujian dalam penyembahan yang mensyukuri kasih Allah yang merangkul kita dan kebaikan
kasih-Nya yang menebus kita dalam Kristus, Tuhan kita.
Ibadah (baca; kebaktian) adalah suatu ‘bakti’ dan persembahan kepada Allah.
Persembahan yang dinaikkan bukan sekedar ritus batiniah tetapi persembahan yang juga
dihaturkan dari tengah pergumulan kehidupan sesehari yang nyata. Pengudusan manusia oleh
Allah dan pemuliaan Allah oleh manusia, keduanya merupakan karakteristik dalam ibadah.
Ibadah yang sejati tidak hanya terbatas pada ritual-ritual keagamaan. Atau sebatas misalnya pergi
ke gereja, ikut persekutuan ini dan itu. Betul, semua itu adalah ibadah. Namun tidak hanya
sebatas itu. Ibadah yang sejati juga menyangkut kehidupan sehari-hari, kapan saja dan di mana
saja. Dan yang menjadi pusat ibadah adalah Allah.

1.      Doa adalah satu sarana komunikasi langsung antara Tuhan dengan orang yang percaya
kepada-Nya.

2.      Doa merupakan napas hidup bagi orang-orang percaya.

3.      Seorang hamba Tuhan yang melayani haruslah bertekun dalam persekutuan dengan Tuhan
lewat doa, agar dapat masuk dalam pelayanan yang penuh kuasa.

4.      Doa yang lahir dari hati yang percaya, dengan iman yang yakin akan kuasa Tuhan adalah
doa yang mampu untuk mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin.

Anda mungkin juga menyukai