Anda di halaman 1dari 6

Tema 

       : Keluarga Yang Baik ( Jabu Si Mehuli)


Tiba saatnya kita masuk kepada pekan kebaktian keluarga
yang terakhir tahun ini. Mulai dari hari 1-6, kita sudah banyak
mendengarkan Firman Tuhan yang memperlihatkan dengan jelas
bagaimana pentingnya peran keluarga dalam perubahan hidup
berjemaat. Walaupun keluarga adalah komunitas sosial terkecil,
tetap dalam gereja peranan keluarga sangatlah penting, karena
kehidupan berjemaat itu dimulai dari keluarga yang takut yang
Tuhan dan Jemaat yang baik dimulai dari keluarga yang baik.
Teks
Bagian renungan pekan kebaktian keluarga yang terakhir
merupakan bagian dari “Nasihat-nasihat terakhir” yang ditulis
Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi. Hal ini dimulai dari nasihat
yang diberikan kepada Euodia dan Sintikhe, supaya sehati dan
sepikir dalam Tuhan. Rupanya ada ketidak sepahaman antara
mereka dalam kehidupan mereka sebagai jemaat. Lebih jauh Rasul
Paulus tidak mencari siapa yang benar dan salah, yang akan
memerlukan waktu dan bisa membawa jemaat ke arah perpecahan,
ia juga tidak mengatakan saling meminta maaf, menahan emosi,
mengampuni tetapi Paulus mengatakan “supaya mereka sehati-
sepikir”, apalagi mereka adalah orang-orang “berjuang dngan
aku, (Plp. 4:3)”, jadi sebagai orang percaya pasti mau menyisihkan
kepentingan pandangan pribadi untuk menempatkan Tuhan diatas
segala kepentingan. Dalam konteks inilah Paulus dalam ay.8-9,
memberikan sebuah rangkuman atas nasehatnya di Flp.4:2-7.
Ada 7 kata sifat yang sebaiknya dipikirkan orang percaya dalam
ayat 8:
- Semua yang “benar” (Yun: Aletheia)
- Semua yang “mulia” (Yun: Semna)
- Semua yang “adil” (Yun: Dikais, yang menunjuk pada apa yang
sesuai dengan aturan)
- Semua yang “suci” (Yun: Hagna)
- Semua yang “manis” (Yun: Prosphilia, hal yang menimbulkan
kasih)
- Semua yang sedap didengar (Yun: Euphema, hal-hal yang layak
untuk didengar oleh Allah)
-Semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (mutu yang sangat
baik dan mendatangkan kesaksian yang baik)
“Jadi akhirnya”, dengan memikirkan hal-hal diatas berarti orang
percaya menempatkan pikiran dan fokus kepada Allah dan
pengajaranNYA. Karea pola pemikiran yang positif adalah pola
utama cara berpikir orang yang percaya kepada Tuhan.
Setelah Paulus, mengajak untuk memiliki pikiran yang positif,
maka lanjutannya adalah melakukan perbuatan yang positif. Hal
ini bukan teori saja, karena Rasul Paulus pun sendiri sedang
(Present) dan sudah (Past) melakukannya. Dan ayat 9 ditutup
denganhasil dan janji ”Maka Allah sumber damai sejahtera akan
menyertai kamu”, (bnd:Mat.28:20..dan ajarlah mereka
melakukan segala yang telah Ku perintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.”
Dengan katalain, penyertaan Tuhan, akan mampu kita rasakan
hanya dengan memikirkan dan melakukan hal yang baik). Hal itu
juga yang dipertegas dalam Mat. 5:16, hendaklah bercahaya
dengan memperlihatkan perbuatanmu yang baik, dan orang
lain akhirnya memuliakan Allah. Dan juga pembacaan yang
pertama Pengkhotbah 12: 13-14, sekalipun hidup dipenuhi
dengan kesia-siaan yang akan segera berakhir tetapi hidup harus
memiliki makna. Takut akan Tuhan, ketaatan kepada perintah-
perintah-Nya membawa tujuan dan kepuasaan yang tidak dapat
ditemukann melalui apapun.
Aplikasi
1.Keluarga yang baik adalah keluarga yang visoner dan misioner
dengan memikirkan yang baik, melakukan yang baik.
2.Keluarga Visioner selalu mampu melihat peluang yang ada di
depan dan selalu belajar mengenal potensi diri. Keluarga Visioner
akan selalu memperbaharui diri dengan menerapkan 7 kata sifat
yang harus ada dalm hidup orang percaya, siap melayani dan mau
bermitra dengan orang lain. Tahun pelayanan “generasi menjadi
berkat” akan segera berakhir dan kita akan menyonsong tahun
pelayanan “ Kreatif merawat Lingkungan”. Tentu untuk
menyukesekan tahun pelayanan juga dimulai dari keluarga, setiap
anggota keluarga diharapkan menjadi misioner2 yang mendengar
dan melakukan. Tentu kesadaran bahwa Allah yang pencipta
(kreator), mengharapkan partisipasi aktif kita sebagai ko-kreator
untuk menjaga dan merawat lingkungan yang ada disekitar kita,
sebagai ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah.
1.Keluarga tidak boleh berhenti meningkatkan daya kreatifitasnya
menuju komunitas yang kreatif, kalau dulu kita mendengar slogan
“buang sampah pada tempatnya”, maka sekarang kita mendengar
“sebelum buang sampah, jangan lupa pilih dan pilah dulu”,atau
mungkin ada kretifitas-kreatifitas lainnya, yang belum pernah ada
tetapi bisa kita pikirkan maka marilah kita lakukan. Karena
keluarhga yang baik adalah keluarga yang sudah dan akan selalu
mendengar dan melakukan, visioner dan misioner.
Pdt. Sri Pinta Br Ginting, S.Th
GBKP Rg.Cileungsi

Berngi 7 Catatan Tambahan Pekan Keluarga GBKP 2021


Oleh Analgin Ginting November 15, 2021
Renungen                :           Pilipi 4 : 8-9  
Tema                        :           Jabu Si Mehuli  

Pilipi 4 : 8 – 9
  4:8         Kedungenna o senina-seninangku, ukurilah kerna si
mehuli, e me kerna si bujur, mulia, benar, bersih, mejile
ras kerna kerina si patut ipuji.
4:9 Dalankenlah kai si enggo ipelajarindu dingen
ialokenndu i bas aku nari, bujursubuk arah
pengeranangku bage pe arah perbahanenku. Janah
Dibata si mereken kemalemen ate man banta nemani
kam gelah
Fakta
1.    Firman ini dimulai dari kalimat “kedungenna…” yang maksudnya
akhirnya atau kesimpulannya. Paulus kepada jemaat di Filipi
mengatakan bahwa pada kesimpulannya bahwa memikirkan yang
baik, yaitu tentang kejujuran, kemuliaan, kebenaran, kebersihan,
kecantikan dan semua kebiasaan yang patut di apresiasi.
2.    Selanjutnya Paulus menekankan bahwa tidak hanya memikirkan
tapi juga menjalankan atau melakukan semua yang mereka sudah
pelajari dan dapatkan dari Paulus baik yang dikatakan maupun
dijalankan oleh Paulus.
3.    Pada bagian akhir Paulus memastikan bahwa apa yang sudah
dipikirkan dan dipraktekkan dengan baik pasti akan mendapatkan
berkat dari Tuhan yang memberikan rasa damai dan senang di hati.
 
Makna
1.    Ada hal yang penting dan hal yang paling penting dalam hidup
. Paulus menekankan bahwa hal yang paling penting adalah
memikirkan kebaikan seperti kejujuran, kemuliaan, kebersihan.
Inilah yang lebih sering harus ada dalam pemikiran bahkan
bawah sadar semua anggota jemaat di Piilipi, dan juga jemaat
Kristen sepanjang masa. Memikirkan kebaikan nampaknya
sederhana, tapi pada prakteknya kita lebih sering memikirkan
diri sendiri, egoisme kita masing masing. Lebih sering dalam
pikiran kita “apa yang kudapat, daripada apa yang bisa
kuberikan”. Makanya ajakan Paulus kepada semua jemaat,
supaya lebih sering memikirkan kebaikan dengan seluruh
contoh contoh yang diuraikannya menjadi sangat penting
dalam situasi kita saat ini. Memikirkan kebaikan adalah salah
cara kita berteologi dan mempraktekkan Iman kita kepada
Tuhan Yesus.
2.    Yang kedua yang paling penting adalah mempraktekkan
pengajaran iman atau teologisnya. Jemaat Pilipi diminta Paulus
untuk mempraktekkan (melakukan perbuatan) sebagaimana yang
sudah diajarkan dan dicontohkan oleh Paulus dalam pengajaran
dan perbuatannya. Manusia itu sehat kalau bertindak, dan jika
tindakannya semakin berguna maka semakin bersemangat lah dia
melakukannya. Perbuatan baik adalah apa yang kita lakukan demi
kebaikan atau kegunaan orang lain. Tidak ada perbuatan baik
kalau yang kita lakukan hanya untuk diri kita sendiri. Kita juga
harus secara aktif merencanakan dan melakukan perbuatan baik
kita kepada orang lain. Perbuatan baik kepada orang lain, tidak
akan merugikan kita ataupun memiskinkan kita. Namun
sebaliknya akan menguntungkan dan memperkaya kita terutama
secara mental/batin (abundance mentality = Mentalitas
berkelimpahan). Orang yang suka berbagi, dan suka
mendahulukan orang lain adalah orang yang mempunyai
mentalitas berkelimpahan.
3.    Keluarga adalah sekolah tentang kebaikan. Kita belajar kebaikan
di rumah kita masing masing. Anak anak yang dibesarkan dalam
perbuatan kebaikan, akan besar dan bertumbuh menuju kebaikan
karakter dan mentalitasnya. Jadi setiap jabu orang Kristen, harus
lah berusaha dan punya komitmen untuk memikirkan kebaikan dan
mempraktekkan kebaikan. Orang bijak dari Negara China
mengatakan bahwa Negara Makmur kalau rakyat nya punya
karakter dan mentalitas yang baik, dan karakter yang baik berasal
dari setiap rumah tangga. Jadikenlah jabundu, jabuku, jabunta
kerina jadi jabu si mehuli. Jabu si mehuli emekap jabu si katawari
pe ngukuri si mehuli ras ndalanken simehuli ras tetap ernalem ras
erkemalangen man Tuhan Yesus saja.
Pengkenaina
       Doni inganta nggeluh enda lalan ngajarken si la mehuli
daripada si mehuli. Keadaan sosial masyarakat, pelajayan public,
bencana alam ras sidebanna lalan mbereken praktek si la mehuli
asangken si mehuli. Tapi man kita kalak sierkiniteken tetaplah
simehuli e saja si pebelin. Jadi lah kalak simehuli, jadilah kalak
sierkiniteken ras si mempunyai mentalitas yang kaya dan
berkelimpahan.
       Doronglah ras fasilitasi lah jabunta masing masing jadi ingan
erbahan kebaikan ras simehuli. Ula putus asa,tetap berusaha ras
melakukan simehuli ras kerina simejile. Janah yakin ras optimes
lah bahwa iteruh perkuah ate Tuhan kerina jabunta, jadi jabu si
mehuli. Amin.
Bujur ras mejuah juah kita kerina. I siehulJanah

Anda mungkin juga menyukai