Anda di halaman 1dari 7

BE THE GOSPEL

1 Tim 4 : 1-16

Memberitakan Injil adalah sebagai tugas orang Kristen. Setiap pribadi


yang sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus, memiliki tugas mutlak
memberitakan Injil, Baik secara internal maupun eksternal.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus (1 Kor 9 : 16)


menyatakan bahwa: ”Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak memiliki
alasan untuk memegahkan diri sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah
aku jika aku tidak memberitakan Injil”.

Dari penekanan pernyataan Paulus mengungkapkan bahwa


memberitakan Injil adalah keharusan dan kewajiban. Ini ada hubungannya
dengan Amanat Agung yang disampaikan Tuhan Yesus :

AMANAT AGUNG
Matius 28:19-20
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Jika diperhatikan, ada empat buah imperatif (perintah) yang sejajar


dalam kalimat tersebut, yaitu: pergilah, jadikanlah murid, baptislah, dan
ajarlah. Maka dari itu, banyak orang yang menganggap bahwa Amanat Agung
berisi empat aktivitas tersebut.

Tetapi kalau kita perhatikan kalimat dalam bahasa aslinya, ternyata


pergilah, baptislah, dan ajarlah memiliki bentuk yang berbeda dengan
muridkanlah. Ketiga kata pertama berbentuk partisip, sedangkan kata
terakhir berbentuk imperatif.
Jadi sebenarnya, Amanat Agung berisi satu perintah pokok, yaitu
muridkanlah/jadikanlah murid.

Ini adalah satu proses yang harus dikerjakan oleh setiap orang
Kristen. Dalam proses memuridkan ini, Tuhan Yesus memberikan perintah
lainnya yang kalau kita perhatikan jenis kalimatnya : Pergi, Membaptis dan
Mengajar

Jadi Amanat Agung dapat kita artikan sebagai perintah untuk


memuridkan dan itu tidak dapat kita lakukan tanpa pergi (memberitakan
Kabar Baik) kepada orang lain.

Bahkan setelah kematian Stefanus (KPR 7 : 60), orang-orang Kristen


pergi menyebar ke seluruh dunia dan memberitakan Injil, sampai sekarang.
Kemudian, dalam melakukan pemuridan tersebut kita harus membaptis
(dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus) dan mengajar (segala yang telah
diperintahkan oleh Tuhan Yesus).

MENJADI INJIL YANG TERBUKA


Perikop yang kita baca pada hari ini adalah surat Paulus yang
ditujukan kepada Timotius muda yang mulai melayani di jemaat Efesus.
Tradisi pada masa itu mengajarkan bahwa seseorang yang berusia kurang
dari 40 tahun belum layak untuk suatu posisi pimpinan (band. 1Sam. 17:33).
Tetapi Paulus meminta Timotius untuk melakukan peran seorang pemimpin
yang dewasa, dan bertindak sebagai teladan dalam komunitas.

Latar belakang surat ini adalah ada banyak pengajar-pengajar sesat


yang mengajarkan doktrin yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Ajaran
sesat itu membuat orang-orang menjauhkan diri dari makanan tertentu,
kewajiban selibat, mendengarkan cerita-cerita yang tidak berasal dari Allah
(Rm. 14:1-4).
Lalu Paulus menegaskan apa yang benar menurut firman Tuhan
(4-5, 9) dan menasihati Timotius agar memagari dirinya dan jemaat Efesus
dengan ajaran yang benar (6), rajin beribadah dan melayani sesuai karunia
(7-9, 14), tetap berjuang dalam kebenaran Allah (10), bertekun dalam firman
dan pengajaran (11, 13, 15-16), dan menjadi teladan (12).

Ketika Timotius dapat melakukan peran itu melalui karunia yang ia


miliki, maka dia tidak akan dipandang rendah oleh siapapun; pemberitaannya
akan didengarkan sehingga menyelamatkan semua orang yang
mendengarkannya (16, band. 2Tim. 3:15).

Mari kita bersama mencoba melihat apa yang diajarkan Paulus


kepada Timotius agar ia bisa menjadi “injil yang terbuka” yang bisa dilihat
oleh semua orang :

1. Hidup Rajin Beribadah


Ayat 7 : … latihlah dirimu beribadah.
AMP Version : … Keeping yourself spiritually fit.

Salah satu cara menjaga tubuh kita tetap bugar adalah


dengan berolah raga. Namun manfaatnya hanya dirasakan selama
hidup di dunia. Alkitab menyebutkan ada latihan badani dan ada
latihan beribadah.

Ibadah bukanlah sekadar kegiatan rutin dan formal


keagamaan. Ibadah mempunyai arti dan dampak yang besar bagi
setiap orang percaya.

Kata “latih” berasal dari kata “gumnazo” (dari kata inilah gym
digunakan). Kata ini memiliki kesamaan arti dengan kedisiplinan yang
dimiliki oleh seorang atlit.
Itu berarti, seorang anak Tuhan haruslah memiliki disiplin
rohani yang baik. Ia harus melatih diri beribadah setiap hari, Ia harus
melakukan hal-hal yang mendukung pertumbuhan rohaninya, tapi
harus membuang hal-hal yang bisa menghalangi pertumbuhan
imannya.

Tuhan Yesus ketika di dunia pun memberi contoh bagaimana


harusnya kita melatih diri untuk beribadah dalam Matius 14 : 23
“Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke
atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia
sendirian disitu.”

Rasul Paulus memberikan pengajaran kepada Timotius,


bahwa ibadah semestinya dibangun dengan dasar firman TUHAN,
sehingga setiap yang beribadah mengalami pertumbuhan dan
pertambahan dalam pengetahuan dan pemahaman iman serta
semakin menghayati iman kepada Yesus Kristus. Melalui ibadah,
setiap pribadi yang percaya menjadi semakin dewasa dan teguh
dalam hidup percayanya.

Ibadah yang benar melahirkan perubahan dalam hidup orang


percaya serta mem bentuk karakter baru di dalam Kristus. ibadah
yang dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh akan
mengarahkan orang percaya untuk fokus memberitakan Injil TUHAN
kepada siapa saja.

2. Hidup Jadi Teladan


Ayat 12 : … jadilah teladan …
AMP Version : … you should be an example ...

Ayat ini sering ditafsirkan keluar dari konteks perikop di


mana ayat ini dicopot. Penafsir penafsir pragmatis sering
menggunakan ayat ini untuk mendukung pandangan mereka bahwa
lebih penting menjadi teladan dalam masyarakat melalui sikap dan
perbuatan baik daripada mengajarkan doktrin.
Lalu apakah benar ayat ini berbicara mengenai keteladanan
dalam arti bagaimana orang Kristen berperilaku yang benar di tengah
lingkungannya?

Kalau kita baca ayat ini secara teliti, dalam ayat ini berbicara
mengenai jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam
PERKATAANmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu. Artinya menjadi teladan
dimulai dengan menjadi teladan dalam perkataan. Apa maksudnya
menjadi teladan dalam perkataanmu? Apakah yang dimaksudkan
hanyalah menjaga mulutmu dari hal hal yang kotor seperti makian,
dan sebagainya?

Kalau kita memerika konteks ayat ini, dalam perikop dimana


ayat ini di tulis, dimulai dengan peringatan untuk berhati hati
terhadap pengajaran sesat. Lalu di ayat 11, yaitu ayat sebelum ayat
ini dikatakan kepada Timotius untuk, "Beritakanlah dan ajarkanlah
semuanya itu." (1 Timotius 4:11). Lalu di ayat-ayat sesudahnya,
Timotius diperintahkan untuk membaca kitab suci dan diperintahkan
untuk mengawasi ajarannya.

Maka konteks ini jelas bahwa yang dimaksudkan dengan


menjadi teladan dalam 1 Timotius 4:12 adalah menjadi teladan
dalam pengajaran Doktrin yang benar.

Menjadi teladan dalam perkataan atau dalam doktrin atau


Teologi yang benar, yaitu doktrin atau Teologi yang disimpulkan
secara valid dari Alkitab harus mendahului menjadi teladan dalam
tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan, dan dalam kesucian.

Artinya Alkitab mengajarkan pentingnya pengetahuan yang


benar mengenai doktrin Alkitab. Hal ini bukan berarti Alkitab
mengabaikan tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian.
Justru Alkitab mau menegaskan bahwa tingkah laku yang
benar, kasih yang sejati, kesetiaan, dan kesucian yang berkenan
kepada Allah merupakan konsekuensi dari pengetahuan yang benar
akan doktrin Alkitab. Tanpa doktrin yang benar, orang Kristen tidak
akan tahu apakah tingkah lakunya benar atau tidak.

Ketika kita melihat kepada Yesus, kita juga melihat


bagaimana kehidupan Yesus yang sesuai dengan doktrin yang ada
didalam Kitab Suci, mengajar sesuatu yang benar (Markus 1 : 22).

3. Pergunakan Karunia Yang Ada


Ayat 14 : Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang
ada padamu …
TPT Version : Don’t minimize the powerful gift that operates in
your life …

Rasul Paulus memberi nasihat kepada Timotius untuk


mempergunakan karunia yang telah ia dapatkan agar kemajuannya
dalam pelayanan nyata bagi semua orang.

Nasihat ini berlaku juga bagi kita. Setiap kita memiliki karunia
yang telah Tuhan berikan dan kita harus mengembangkan serta
menggunakannya secara kreatif dan visioner, termasuk dalam
memberitakan Injil kepada orang lain.

Tuhan ingin kita menjadi anak-anak-Nya yang maju dan


bersinar dalam memberitakan Injil di tengah tantangan zaman agar
kita bisa menjadi agen Injil dan agen perubahan yang memberkati
orang lain dan memuliakan nama Tuhan.

Untuk dapat mencapai ini, kita perlu meningkatkan kapasitas


kita. Jangan berpuas diri dengan pencapaian yang telah diraih.
Perhatikan setiap aspek hidup kita, area mana yang dapat kita
tingkatkan.
Sudahkah kita mau terus belajar dan mengembangkan diri
dalam menerapkan hal-hal baru? Kapasitas Tuhan kita tak terbatas,
kreativitas-Nya tanpa batas, dan sebagai anak-anak yang diciptakan
menurut gambar-Nya, kita harus hidup, berpikir, dan berkreasi
seperti Dia.

Tetapi, jangan lupa untuk terus meminta hikmat dan


pimpinan dari Tuhan, jangan sampai kita tersesat di tengah hiruk
pikuk perubahan yang terjadi di sekitar kita. Biarlah iman dan usaha
untuk terus menambah pengetahuan terus kita tingkatkan secara
seimbang agar kita tidak terlindas oleh perubahan zaman dengan
tetap berjalan dalam koridornya Tuhan.

Agar Injil dapat diberitakan,


jadilah “injil” yang terbuka di hadapan semua orang.

Anda mungkin juga menyukai