Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN MURID

Pengertian umum dari murid adalah seorang pelajar. Pelajar adalah orang yang mau
belajar, menimba ilmu pengetahuan dengan tujuan meningkatkan kwalitas diri.
Kwalitas yang semakin baik merupakan cita-cita yang ingin dicapai ketika seseorang
mau belajar. Apabila orang tua mau menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya
tidak bertujuan untuk gagah-gagahan, menunjukkan kemampuan materi atau supaya
anaknya sekedar tamat dan bisa mencari kerja, tatapi tujuan pokok adalah agar anak-
anak itu pintar, berpengetahuan yang dapat meningkatkan kwalitas hidup mereka kelak
dalam banyak aspek.

Dalam pengertian Alkitab juga hampir sama seperti dalam pengerti umum, hanya saja
dalam pengertian Alkitab, bahwa murid juga adalah seorang pengikut (Follower).
Sebagai pengikut, sang murid bukan saja bertujuan untuk mencari ilmu pengetahuan
tapi juga pengabdian diri. Jadi murid Kristus adalah orang-orang yang mau diajar
dan belajar tentang kebenaran firman Tuhan dan mau mengikut serta mengabdikan diri
kepada Dia.

Di dalam alkitab kita bisa menemukan beberapa contoh tentang murid (pengikut) yang
mengabdikan dirinya kepada gurunya antara lain Musa dengan Yosua (Bil 11:28).
Pemilihan Allah kepada Yosua untuk menggantikan Musa bukanlah secara tiba-tiba.
Selama Musa memimpin bangsa Israel, Yosua telah menjadi abdi yang setia (Kel.
33:11) dan yang mau belajar dari cara kehidupan dan kepemimpinan Musa. Hal ini
dibuktikan bahwa Yosua sebagai salah satu orang yang dipilih untuk pergi mengintai
tanah Kanaan. Ketika kelompok-kelompok yang diutus kembali dari pengintaian semua
pesimis untuk menghadapi orang Kanaan, hanya Yosua dan Kaleb yang optimis karena
mereka telah menjadi murid yang setia dan yang mau belajar dari Musa melalui
perjalanan mereka (Bilangan 14:6-9).

Demikian juga antara Elia dengan Elisa, walaupun tidak banyak diceritakan bagaimana
proses pemuridan itu sendiri karena tidak banyak kisah yang menceritakan pelayanan
mereka secara bersama-sama namun dari pernyataan Elisa ketika Elia akan terangkat
ke sorga (2 raja 2) dan juga melihat dari pelayanan Elisa yang juga dahsyat bahkan
kemudian Elisa menjadi pemimpin sekelompok nabi, pastilah ia belajar dari gurunyaa
Elia .

Contoh lain adalah Yohanes Pembaptis dengan murid-muridnya (Mark 2:18), Yesus
dengan 12 murid-Nya dan juga Paulus dengan muridnya Timotius, Titus, dsb.

TUJUAN PEMURIDAN

A. Mengajar umat Tuhan dengan pengetahuan firman Allah

Sebagaimana amanat Tuhan Yesus Kristus, yaitu untuk menjadikan semua bangsa menjadi
murid, disana dikatakan �..dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang yang
telah kuperintahkan kepadamu�.� (Mat.28:20), maka umat Tuhan harus diajar untuk
mengerti perintah atau firman Allah dengan demikian umat Tuhan dapat melakukan
firman Allah itu dengan benar. Karena tidak mungkin mereka melakukan firman Allah
dengan benar kalau mereka tidak mengerti.

Selain menyatakan diri secara langsung kepada nabi-nabi, Tuhan menyatakan diri-Nya
melalui firman yang tertulis (Alkitab). Dari firman Tuhan, kita mengerti tentang
Tuhan Lewat firman Tuhan bagi kita disingkapkan tentang penciptaan, dosa, kematian,
pengampunan, keselamatan, iman dan pengharapan apa yang kita miliki selama kita
masih di dalam dunia. Lewat firman Tuhan juga yang dalam hubungan-Nya dengan kita
sebagai manusia; Tuhan dalam diri Yesus Kristus menyatakan diri sebagai Juru
Selamat, Gembala, Raja, Sahabat, yang kesemua pernyataan ini bertujuan agar kita
tahu bagaimana memposisikan diri dihadapan Tuhan.
Yesus sendiri dalam pelayanan-Nya terus mengajar tantang Allah dan karya-Nya. Ia
mengajar murid-muridnya dan umat Israel di bait Allah dan tempat-tempat umum. Dan
sepeninggal Yesus, rasul-rasul melanjutkan misi Tuhan dengan terus mengajar. Kisah
Para Rasul mengatakan bahwa rasul-rasul setiap hari mengajar di Bait Allah, dan
memberitakan Injil ke berbagai penjuru (Kis. 5:42). Rasul Paulus dalam surat-
suratnya sangat menekankan bagaimana pentingnya pengajaran firman Tuhan. Tanpa
mengesampingkan nilai tata ibadah dan karunia-karunia, dia menekankan bahwa
pengajaran firman Tuhan menjadi hal yang sangat mendasar dan mutlak bagi kehidupan
jemaat-jemaat Tuhan (Ef. 6:4; 1 Kor. 14:19; 1 Tim 4:11, dsb).

Menurut tradisi, orang Israel yang hidup pada masa Perjanjian lama selalu
mengajarkan anak-anak mereka tentang hukum Taurat selama kira-kira 2 jam setiap
hari. Dan pada masa jemaat mula-mula umat-umat Tuhan juga diajar oleh rasul-rasul
setiap hari (Kis.2:41-47). Sangat kontras dengan cara hidup orang kristen jaman
ini. Hal ini bisa dipahami seiring kemajuan jaman yang semakin sibuk dengan urusan
dunia (jasmani) yang sangat menyita waktu dan perhatian. Kemajuan jaman menuntut
orang tidak lagi mengejar kecukupan primer tetapi kehidupan yang lebih dari cukup
bahkan tak jarang mengejar kekayaan atau kelimpahan secara materi. Namun meski
tidak dapat menghidupi kehidupan seperti jemaat mula-mula, sesungguhnya umat-umat
Tuhan masih dapat dan memang seharusnya membagi waktu untuk terus belajar firman
Tuhan dengan cara membaca dan merenungkan firman Allah dan juga melalui kehadiran
pada pertemuan-pertemuan ibadah.

B. Menjadikan umat Tuhan dewasa rohani.

Pemuridan juga bertujuan untuk menjadikan umat Tuhan dewasa rohani. Menjadi dewasa
tidak datang secara instan tetapi membutuhkan proses yang terus menerus dan waktu.
Tidak ada jalan pintas untuk menjadi dewasa. Kedewasaan seseorang akan nampak dari
cara berpikir, ucapan dan tindakan seseorang. Secara jasmani kedewasaan seseorang
tidak dapat diukur dengan tubuh yang besar dan umurnya yang sudah tua, karena ada
juga orang yang sudah tua dan yang badannya besar namun sikap dan perbuatannya
seperti anak-anak. Jadi kedewasaan di ukur dari sikap dan perbutannya. Demikian
juga kedewasaan rohani seseorang tidak dapat diukur dengan lama-nya dia menjadi
seorang kristen melainkan melalui sikap dan perbuatannya. Proses pendewasaan
itulah yang disebut pertumbuhan.

Satu hal yang pasti bahwa pertumbuhan harus dimulai dari benih. Dari benih inilah
bertumbuh menjadi tunas, terus bertumbuh menjadi pohon dan terus bertumbuh hingga
menghasilkan buah. Pertumbuhan rohani pun harus dimulai dari benih yaitu firman
Allah yang terus bertumbuh di dalam kehidupan orang percaya. Layaknya tumbuh-
tumbuhan yang terus-menerus membutuhkan suply makanan yaitu zat-zat yang terkandung
di dalam tanah, air, oksigen dan sinar matahari untuk membentuk pertumbuhan,
demikian juga umat Tuhan secara terus menerus membutuhkan firman Allah yang menyatu
dengan hidup kita dan dan memberi pertumbuhan (Ef. 4:11-13). Pertumbuhan iman
seorang murid akan terlihat bahwa tahap demi tahap atau dari waktu ke waktu sikap
dan perbuatannya akan semakin baik seiring semakin bertambahnya pengetahuan akan
firman Allah.

Pertumbuhan yang baik tidak melulu karena faktor benih dan air tapi juga faktor
tanah. Dalam perumpamaan tentang seorang penabur (Luk. 8:4-15) dapat kita pelajari
bahwa tumbuhan pada tanah yang keras dan berbatu-batu tidak akan bertumbuh dengan
baik bahkan akan mati. Sedangkan pada tanah yang baik, tumbuhan akan bertumbuh
dengan baik dan menghasilkan buah. Pada ayat 15 dikatakan �Yang jatuh di tanah yang
baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati
yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.� Mengeluarkan buah artinya berbuat
atau melakukan firman itu. Jadi jelas bahwa pertumbuhan dalam permuridan itu tidak
terlepas dari pembelajaran firman Tuhan dan applikasinya yang berkesinambungan.

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa kedewasaan terlihat dari sikap dan
perbuatannya, maka seorang yang dewasa akan bijaksana dalam mengambil tindakan atau
membangun kehidupannya. Dia mengerti tujuan hidupnya. Orang dewasa rohani akan
dapat memimpin bukan di pandang secara organisasi tapi cara hidup.

Kedewasaan rohani juga terlihat dari cara seseorang menyikapi segala sesuatu yang
terjadi di dalam hidupnya. Manis dan pahit, susah dan senang, kaya atau miskin,
disikapi dengan bijaksana. Kalaupun Tuhan mengijinkan sesuatu penderitaan terjadi
maka penderitaan itu tidak akan menjauhkan dia dari persekutuan dengan Tuhan. Kalau
Tuhan mengijinkan dia memiliki berkat materi, itupun tidak dapat menjauhkan dia
dari Tuhan.

C. Menjadi Serupa Dengan Kristus.

Menjadi serupa dengan Kristus adalah kehendak Allah atas manusia. Dalam Roma 8:29
�Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,
menjadi yang sulung diantara banyak saudara.� Hal ini dapat terjadi melalui
pemuridan, karena dalam pemuridan terjadi pembaharuan cara berpikir dan pembentukan
karakter tahap demi tahap seiring dengan pengetahuan firman Allah sehingga pada
akhirnya seorang murid akan serupa dengan Kristus. Menjadi seperti Kristus adalah
proses yang panjang. Dalam proses ini terjadi pembentukan karakter, dan pembentukan
karakter hanya bisa terjadi dengan senantiasi mengaplikasikan/mempraktekkan firman
Tuhan dengan disiplin yang tinggi.

Karakter Kristus yang seharusnya kita teladani sebagai murid adalah seperti yang
tertuang dalam Galatian 5:22-23 sebagai buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
diri. Dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Pilipi (Pilipi 2:1-11) Rasul Paulus
mengharapkan karakter ini bertumbuh dalam jemaat di Pilipi. Secara khusus pada ayat
5 dikatakan : �Hendaklah kamu dalam hidup bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat dalam Kristus Yesus.�

Kita tidak akan bisa menjadi seperti Kristus dalam keilahian-Nya namun kita menjadi
seperti Kristus dalam kemanusiaan-Nya yang sempurna. Kita tidak memiliki kuasa
seperti Tuhan tetapi kita memiliki otoritas untuk mengandalkan Kuasa Tuhan dalam
hidup kita (Markus 16:17-18). Demikian juga dalam proses pembentukan karakter itu,
kita tidak akan mampu untuk mempraktekkan dengan sempurna firman Allah yang kita
terima tanpa pertolongan Tuhan. Oleh karena itulah kita perlu terus bersekutu
dengan Allah yang telah mengutus Roh-Nya menjadi penolong bagi kita. Dengan
pertolongan Roh Allah pada akhirnya kita bisa menjadi seperti Kristus.

SYARAT MENJADI MURID KRISTUS.

Dalam Lukas 14:26 dikatakan: Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci
bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, sudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu�

Firman Tuhan ini bukanlah sedang mau menciptakan konfrontasi atau menebar rasa
kebencian diantara anggota keluarga dalam hal kita mengikut Yesus, tetapi yang
dimaksud adalah bahwa kita harus mengutamakan Yesus diatas segalanya termasuk
diatas kepentingan kekeluargaan. Hal ini ditegaskan dalam Matius 10:37 yang
berkata:�Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak
bagiku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih
daripadaKu, ia tidak layak bagikiu.�

Tentu saja kalau kita menghidupi kasih Tuhan, maka kita juga dituntut untuk
mengasihi orang lain apalagi keluarga kita. Bahkan mengasihi orang lain merupakan
tanda yang dituntut dari seorang murid (Yoh.13:34-35). Namun apabila diperhadapkan
dengan satu pilihan diantara Tuhan dengan keluarga kita atau orang lain, maka kita
diharuskan memilih Yesus walaupun akhirnya harus ada konfrontasi, inilah yang
menjadi satu syarat kelayakan menjadi seorang murid Tuhan.

Kemudian dalam Matius 16:24 dikatakan:� Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
�Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
dan mengikut Aku.� Artinya menjadi murid Kristus bukan perkara mudah atau gampangan
seperti kehidupan kekristenan jaman sekarang ini yang cenderung �semau gue�.

Ada tiga komponen yang digariskan dalam Matius 16:24 sebagai syarat kelayakan
sebagai pengikut (murid) yaitu �menyangkal diri�, �memikul salib� dan �mengikut�.

Menyangkal Diri.

Menyangkal diri maksudnya tidak mengandalkan diri dalam segala hal. Mengakui bahwa
kita tidak memiliki hak atas hidup kita, mengakui bahwa Tuhanlah yang menjadi
sumber keselamatan, pertolongan dan pemeliharaan. Bukan gagah perkasa kita tetapi
oleh karena Tuhan.

Penyangkalan diri berarti bahwa kita tidak bisa kompromi dengan kebenaran diri kita
sendiri. Kita tidak bisa membenarkan tindakan-tindakan kita kalau tidak sesuai
dengan firman Allah. Apa yang kita pikirkan dan lakukan haruslah mengacu pada
kehendak Allah dalam firman-Nya. Prinsip penyangkalan diri dapat kita lihat dalam
diri para rasul seperti rasul Paulus yang dalam surat-suratnya kita bisa melihat
pernyataannya bahwa apa yang dia pikirkan, apa yang dia lakukan semata-mata bukan
untuk dirinya sendiri melainkan untuk Tuhan. Dalam Roma 14:8 dia tuliskan:� Sebab
jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan.
Jadi baik hidup dan mati, kita adalah milik Tuhan� (Lih. 2 Kor. 5:15; Galatia
2:20). Dalam Kis. 20:22-23 dia menyebut dirinya sebagai tawanan Roh, artinya dia
tidak bisa tidak harus mengikuti kemauan Roh itu. Kemanapun Roh itu menyuruh dia,
dan apapun yang dikehendaki Roh itu untuk dilakukan maka dia merasa wajib
melakukannya sekalipun dia harus diperhadapkan ke penjara.

Filipi 1:20-21, Paulus mengatakan kerinduan dan harapannya yaitu bahwa Kristus
dengan nyata dimuliakan dalam dirinya, baik oleh hidupnya maupun oleh matinya. Dan
baginya hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

Memikul Salib.

Syarat lain untuk menjadi murid adalah mau memikul salib (Lukas 14:27). Salib
merupakan instrument hukuman. Pada jaman kerajaan Romawi era Yesus di dunia,
hukuman mati diberikan untuk kesalahan yang dianggap berat yang di buktikan di
pengadilan atau yang dinyatakan oleh beberapa saksi. Tentu saja Tuhan tidak sedang
menyuruh kita untuk memikul salib karena kejahatan kita tetapi yang perlu
disalibkan adalah pikiran dan tindakan atau keinginan duniawi yang bisa menimbulkan
kejahatan.

Mengacu pada salib Kristus maka makna salib adalah pengorbanan diri dan ketaatan.
Yesus Kristus disalibkan bukan karena dosa dan kesalahan yang Dia telah lakukan
tetapi Ia disalibkan untuk menebus manusia dari dosa. Ia mengorbankan diri-Nya
supaya orang-orang yang dikasihi-Nya memperoleh keselamatan.

Seperti pernyataan Yesus sendiri bahwa Dia datang kedalam dunia dan melakukan
segala pekerjaan-Nya adalah untuk memenuhi kehendak Bapa yaitu keselamatan manusia
lewat pengorbanan-Nya di kayu salib (Yohanes 6:38-39). Bahkan ketika suatu malam
dalam kemanusiaan-Nya menjelang perjalanan salib yang harus dijalani-Nya, Dia
berdoa kepada Bapa supaya Bapa melalukan cawan (penderitaan salib) itu daripada-Nya
tapi Dia katakan �..tapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi�.

Jalan salib adalah juga wujud ketaatan Yesus kepada Bapa. Dalam Filipi 2:6-8 �yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai
mati di kayu salib�.

Jadi untuk layak menjadi murid bagi Kristus harus mau menyalibkan keduniawian dan
mau taat untuk melakukan kehendak Allah, meski harus mengalami penderitaan jasmani.

Mengikut Dia.

Kalau dikatakan mengikut itu artinya dengan setia mengikuti langkah Kristus dan
dengan taat melakukan apa yang di firmankan-Nya. Ketika Yesus mengajak murid-murid
yang pertama, Yesus mengatakan �ikutlah Aku� lalu mereka mengikut Yesus dan
meninggalkan jala, perahu, ayah mereka untuk mengikut Yesus (Matius 4:18-22).
Disini tidak ada tawar menawar, tidak ada pertimbangan untung-rugi, tetapi mereka
langsung mengikut Yesus.

Seringkali orang-orang Kristen terhalang mengikut Yesus karena mereka tidak mau
berkomitmen untuk mengutamakan panggilan Tuhan daripada hal-hal yang lain seperti
yang bisa kita lihat sebagai contoh di dalam alkitab.

Suatu waktu dari antara orang-orang yang berkerumun, datanglah seorang ahli taurat
berkata kepada Yesus: �Guru, aku akan mengikuti Engkau, kemana saja Engkau pergi�
Tapi Yesus menjawab : �Seriga mempunyai liang dan burung memiliki sarang, tetapi
Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. (Matius 8:19-20).
Jawaban Yesus ini merupakan suatu pernyataan bahwa Dia sebenarnya tidak mendapat
tempat utama di hati orang Farisi ini.

Walaupun dia berkata akan mengikut Yesus, tetapi sesungguhnya Yesus tahu keberatan
hatinya. Mengapa? Karena ia adalah seorang farisi yaitu seorang ahli Taurat yang
miliki reputasi (nama besar) yang tinggi dan juga memiliki otoritas (kuasa) dalam
system agama Yahudi. Yesus memperingatkan dia dalam kegelisahan hatinya. Satu sisi
dia mau mengikut Yesus tapi sisi yang lain dan yang lebih dominan adalah kehormatan
dan kuasa sebagai orang Farisi berat untuk ditinggalkannya.

Seorang yang lain menunjukkan ketidaksiapannya untuk mengikut Tuhan yaitu ketika
Yesus mengatakan kepada dia �Ikutlah Aku�. Orang itu menjawab, �Izinkan aku
terlebih dahulu menguburkan bapaku� (Lukas 9:59) Tentulah dia tidak mungkin berada
di tempat itu bersama dengan Yesus dan orang-orang yang berkerumun disitu kalau
ayahnya sedang meninggal. Tapi konon ini merupakan gaya bahasa timur tengah yang
berarti dia masih perlu tetap tinggal sampai ayahnya meninggal.

Yesus kemudian mengatakan kepadanya: �biarlah orang mati menguburkan orang mati;
tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah kerejaan Allah dimana-mana� (Luk 9:10).
Dalam hal ini Yesus sedang mengatakan kepada dia untuk meninggalkan keduniawian
dikerjakan oleh orang-orang duniawi; Artinya kita tidak boleh terperangkap dengan
mengijinkan masalah-masalah duniawi menghalangi prioritas sorgawi.

Orang yang ketika berkata kepada Yesus :� Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi
izinkanlah aku pamitan terlebih dahulu dengan keluargaku� (Lukas 9:61). Mari kita
lihat jawaban Yesus,�Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh ke belakang,
tidak layak untuk kerajaan Allah.� (Lukas 9:62). Saya percaya bahwa tidak ada yang
salah sebenarnya dengan berpamitan terlebih dahulu, tapi Tuhan Yesus melihat hati
yang masih mendua di dalam orang ini. �Menoleh kebelakang� artinya masih ada
kebimbangan dan pertimbangan.

Jadi untuk mengikut Tuhan dan menjadi seorang murid memang tidak mudah, ada harga
yang harus dibayar yaitu keutamaan Kristus diatas segalanya. Kalau melihat cara
hidup orang kristen umunya pada jaman sekarang, mereka tidak layak disebut murid
Tuhan Yesus dalam perspektif (pandangan) alkitab. Karena kebanyakan orang kristen
jaman sekarang telah menempatkan Yesus menjadi urutan kesekian diatas kepentingan
yang lain.

Dalam konteks kehidupan kita sekarang ini, kita tidak lagi akan mengikut Yesus
secara jasmani seperti ketika Ia memanggil ke dua belas muridnya dan muridnya
mengikut Dia kemana saja Dia pergi untuk melayani, melainkan kita mengikuti visi
dan misinya bagi dunia. Kepada Simon Petrus dan Andreas Yesus berkata akan
menjadikan mereka menjadi penjala manusia (Mat. 4:19), dan kepada kesebelas murid
Dia perintahkah untuk pergi, menjadikan semua bangsa menjadi murid, membabtis dan
mengajar mereka melakukan perintah Yesus. Perintah Yesus inilah yang harus kita
ikuti.

Inilah idealisme sebagai seorang murid, yaitu berkesinambungan dalam firman Tuhan
(Yoh. 8:31), memberitakan firman, menjala manusia dan membawa kepada Kristus.
Sudahkah kita menjadi murid? Berapa persenkah orang Kristen yang menyebut diri
murid melakukan hal ini? Apakah anda melakukannya?

Anda mungkin juga menyukai