Anda di halaman 1dari 12

PERKAWINAN ADAT BETAWI

TUGAS PLBJ

NAMA : HENOCH COLBERT TUMBEL

KELAS : VI B

NO URUT KELAS : 8
PERKAWINAN ADAT BETAWI

Sebagaimana daerah lain, suku Betawi memiliki tradisi unik dalam upacara pernikahan. Umumnya,
masyarakat Betawi ini bertempat tinggal di Jakarta. Percampuran budaya dari beragam negara yang
pernah singgah ke kota Jakarta seperti India, Tionghoa, Arab, Eropa dan Melayu sedikit banyak
memengaruhi tradisi yang berkembang, termasuk upacara pernikahan. Berikut ini tahapan dalam
pernikahan adat Betawi.

1. Ngedelengin; pasangan yang sudah mantap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan


harus mempertemukan kedua belah pihak keluarga dan saling mengenalkan

Istilah lain masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat Betawi adalah ngedelengin  yang jika
diartikan berarti ‘melihat dengan seksama’. Jika kedua keluarga sudah merasa cocok, maka ditunjuklah
dua orang dari pihak keluarga cowok untuk berperan sebagai mak comblang. Biasanya, mereka adalah
encang (paman) dan encing (bibi). Nah, mak comblang ini lantas menggantungkan ikan bandeng di
depan rumah si cewek sebagai tanda bahwa anak gadis di rumah ini sudah ada yang naksir. Pada saat ini
pula, mak comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan pada
saat ngelamar.
Ngedelengin  versi lainnya juga bisa dilakukan siapa saja termasuk si cowok sendiri. Saat malam syukuran
pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan, biasanya melibatkan partisipasi para muda-mudi. Di sinilah
ajang bertemu dan berkenalan di antara mereka.

2. Ngelamar; pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga cowok untuk menikahkan putranya
kepada pihak calon mempelai cewek

Usai melakukan prosesi pertama dalam sebuah rangkaian pernikahan adat Betawi, tahap berikutnya
adalah prosesi ngelamar. Dalam budaya Betawi yang masih orisinil, biasanya yang dikirim sebagai
utusan adalah anggota keluarga dekat, bukan langsung orangtua. Mereka adalah mak comblang dan
sepasang wakil keluarga ibu dan bapak, totalnya ada 6 orang.

3. Bawa tande putus; pertanda bahwa calon mempelai cewek telah terikat dan nggak bisa diganggu
gugat dari pihak mana pun, begitupun dengan calon mempelai cowok
Acara ini nyaris serupa dengan pertunangan dan dilakukan satu minggu setelah acara ngelamar
dilaksanakan. Utusan yang datang menemui keluarga calon mempelai cewek adalah orang-orang dari
keluarga cowok yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Sebagai simbolis, orang Betawi umumnya
memberi tande putus atau sejenis pengikat jalinan kedua calon mempelai, umumnya berupa cincin iris
rotan, duit pesalin  (uang seserahan) sekadarnya, dan bermacam rupa kue. 

Di saat inilah jugalah dibicarakan lebih lanjut mengenai tanggal pernikahan, cingkrem (mas kawin), uang
belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), kekudang (makanan kesukaan
calon pengantin cewek), berapa lama pesta dilaksanakan, berapa perangkat pakaian upacara
perkawinan yang digunakan calon mempelai pada acara resepsi serta siapa dan berapa banyak
undangan yang akan disebar.

4. Masa dipiare;  masa calon mempelai cewek dipelihara oleh tukang piare penganten atau tukang rias
selama sebulan
Masa dipiare ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon
mempelai cewek dalam menghadapi hari pernikahan nanti. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi
program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal. Disertai minum jamu
godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon mempelai cewek
selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.

5. Siraman, tangas atau kum, ngerik dan potong centung, serta malam pacar; prosesi pranikah yang
harus dijalani calon mempelai cewek agar auranya terpancar di acara pernikahannya
Acara siraman atau mandiin calon none mantu dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum
acara siraman dimulai, calon mempelai cewek dipingit dulu selama sebulan oleh tukang rias atau dukun
manten untuk dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.

Tangas atau kum;  mandi uap yang tujuannya untuk membersihkan sisa-sisa lulur yang masih tertinggal
di pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh
sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.

Ngerik dan potong centung; membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin cewek yang tumbuh di
sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu dibuatlah centung (potongan centung) pada
rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya agar pengantin selalu
mendapat keberkahan dan keselamatan.

Malam pacar; mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

6. Malem mangkat; malam syukuran sebelum pernikahan dan mendoakan agar acara berjalan dengan
lancar
Malam hari sebelum besoknya dilaksanakan akad nikah, si empunya hajat mengadakan semacam
syukuran. Di Betawi, acara semacam ini disebut malem mangkat, atau midodareni di daerah Jawa.
Tenda-tenda yang terpasang sebelum hari pesta pernikahan pun malamnya dipenuhi para tetangga yang
berdatangan berbondong-bondong membawa ‘tentengan’ (khususnya para wanita atau ibu-ibu) yang
berupa beras, mi telur, kue kering maupun basah, bahan makanan pokok, dan masih banyak lagi. Hal ini
menjadi tambahan jamuan bagi empunya hajat, karena persediaan jamuan mereka menjadi berlimpah.
Sedangkan kaum pria biasanya melek sampai malam. Pada malem angkat, calon mempelai cewek
menyiapkan diri, baik mental maupun fisiknya.

7. Ngerudat; mempelai cowok berangkat menuju rumah mempelai cewek dengan membawa
rombongan dan seserahan
Pada prosesi akad nikah, mempelai cowok dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai cewek
dengan menggunakan andong atau delman hias. Hal menarik dalam adat pernikahan Betawi adalah
prosesi penyambutan oleh mempelai cewek selaku tuan rumah. Begitu mempelai cowok bersama
keluarganya tiba, petasan rentet pun dinyalakan, bunyinya saling bersahutan bersamaan dengan musik
rebana yang menyanyikan lagu shalawatan (salam kepada tamu agung).

Pihak mempelai cowok membawa barang bawaan seperti sirih nanas lamaran, sirih nanas hiasan, mas
kawin, miniatur masjid yang berisi uang belanja, sepasang roti buaya, sie atau kotak berornamen
Tionghoa untuk tempat sayur dan telor asin, jung atau perahu Tionghoa yang menggambarkan arungan
bahtera rumah tangga, hadiah pelengkap, kue penganten dan kekudang (suatu barang, makanan atau
apa saja yang sangat disenangi oleh calon pengantin wanita sejak kecil sampai dewasa khas Betawi),
buah-buahan dan tentu saja roti buaya. Roti buaya merupakan simbol kesetiaan di mana diharapkan
sang pengantin saling setia seperti buaya yang hanya kawin sekali seumur hidup.

8. Buka palang pintu; saling berbalas pantun serta adu silat oleh masing-masing perwakilan calon
mempelai sebelum memasuki rumah pesta
Sebelum rombongan mempelai cowok diterima masuk ke dalam rumah, ada prosesi yang namanya buka
palang pintu. Awalannya, keluarga mempelai cowok menjelaskan maksud kedatangan mereka dengan
menggunakan pantun Betawi. Keluarga mempelai wanita juga menjawab dengan pantun, sehingga
terjadilah berbalas pantun. Awalnya masing-masing pihak saling bertukar salam dan mendoakan. Hingga
pada akhirnya pelan-pelan kondisi memanas karena pihak mempelai cewek ingin menguji kesaktian
serta kepandaian dari pihak pengantin lelaki dalam berilmu silat serta mengaji. Tujuannya, agar
mempelai cowok mampu melindungi dan menjadi pemimpin agama buat keluarganya kelak.

Usai prosesi buka palang pintu, mempelai cowok pun diterima keluarga mempelai cewek. Selanjutnya
mereka melakukan prosesi ijab dan kabul dengan mengucap ikrar oleh mempelai cowok di hadapan wali
mempelai cewek.

9. Di puade; kedua mempelai duduk di pelaminan untuk menyambut para tamu, dilanjutkan dengan
kebesaran  yang merupakan acara perayaan
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai cowok membuka cadar yang menutupi
wajah mempelai cewek untuk memastikan apakah benar mempelai tersebut adalah cewek pilihannya.
Kemudian mempelai cewek mencium tangan mempelai cowok. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan
duduk bersanding di puade (pelaminan). Lantas mempelai cowok memberikan sirih dare kepada
mempelai cewek sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam sirih diselipkan uang sebagai uang
sembah.

Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dikenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut
ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan
pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang
tengah berbahagia.

10. Malem negor; malam sehari setelah pernikahan, suami bersama teman-temannya akan mendatangi
rumah istrinya
Setelah menikah, pasangan Betawi nggak langsung tinggal satu atap dan belum boleh berhubungan
badan layaknya suami istri. Sehari setelah akad nikah, tuan raje mude  (pengantin pria) diperbolehkan
menginap di rumah none mantu  (pengantin wanita). Meskipun menginap, tuan raje mude belum
diperbolehkan untuk berhubungan sebagaimana layaknya suami istri. None mantu harus mampu
mempertahankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun, none
mantu  harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan
dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.

Untuk menghadapi sikap none mantu tersebut, tuan raje mude menggunakan strategi dengan
mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan secara
nggak langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.

11. Pulang tige ari; setelah tiga hari menikah suami baru boleh menjemput istri untuk tinggal di
rumahnya
Acara ini berlangsung setelah tuan raje mude bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di
antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua tuan
raje mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga
tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none
mantu. Lantas mereka akan memberikan makanan dan buah-buahan pada keluarga none mantu,
kemudian sepasang pengantin ini sudah bisa tinggal berdua di tempat yang sudah disepakati bersama.

Anda mungkin juga menyukai