Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

APRESIASI SENI

DI SUSUN OLEH: MELATI KURNIA

NIM:2020161011

TAHUM AJARAN 2023/2024


Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain untuk


menjalankan kehidupannya, selain membutuhkan orang lain manusia juga
membutuhkan pendamping hidup, pendamping hidup dapat dijuwudkan melalui
proses pernikahan.

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau


dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan
secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial.

Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku
bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial.

Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk


melakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan
untuk merayakan bersama teman dan keluarga.

Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin


dan setelah upacara selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam
ikatan perkawinan.

Fenomena upacara adat pernikahan di Sumatera Selatan sudah tidak semurni


dahulu, karena upacara pernikahan pada zaman sekarang sudah terjadi
pergeseran, tidak lagi sepenuhnya menggunakan adat asli Sumatera Selatan.

Namun, menggunakan pencampuran budaya asing bahkan pergeseran budaya,


Hal ini dapat menghilangkan budaya asli tersebut.

Kebudayaan daerah tercermin dari berbagai aspek kehidupan masyarakat di


seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang
berbeda, baik dari hasil karya masyarakat maupun hasil kebudayaan yang meliputi
rumah adat, tarian, lagu, alat musik, pakaian dan sebagainya. (Rosyadi, 2012 :
2)Fenomena ini juga bisa terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai makna yang tumbuh dalam adat Sumatera Selatan, khususnya dalam
hal pakaian adat dan perhiasan Aesan Gede. Aesan Gede merupakan pakaian adat
Sumatera Selatan yang sering di jumpai pada acara pernikahan.
Prosesi Pernikahan Adat Palembang

Pernikahan adalah hal spesial. Begitu pula dengan pelaksanaannya yang dinilai
istimewa dan sakral. Dengan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia,
pernikahan adat adalah sesuatu yang sakral dan penuh makna. Walaupun
sebagian orang lebih menganggap pernikahan adat lebih rumit dan mengeluarkan
banyak dana. Namun nggak sedikit juga orang-orang yang masih
mempertahankan kebudayaan mereka dengan melakukan prosesi pernikahan
adat Palembang di hari istimewanya.

1.Madik

Tahap awal yang dilakukan saat memulai rangkaian prosesi pernikahan


Palembang adalah acara madik, yang berarti mendekati atau pendekatan. Ini
semacam proses penyelidikan keberadaan sang gadis oleh utusan keluarga pihak
laki-laki. Tujuannya untuk mengetahui asal-usul, silsilah keluarga, sekaligus
mencari tahu apakah gadis itu sudah ada yang punya atau belum.

2.Menyengguk

Tahap menyengguk dilakukan bila proses madik telah terlaksana, yang artinya
memasang “pagar”. Tujuannya agar gadis itu nggak dapat diganggu oleh senggung
(sejenis hewan musang) atau arti sesungguhnya nggak diganggu oleh laki-laki lain.
Acara ini untuk menunjukkan keseriusan calon pengantin laki-laki.

Keluarga laki-laki datang mengirimkan utusan ke rumah sang gadis sambil


membawa tenong/sangkek yaitu anyaman bambu berbentuk bulat atau persegi
empat yang dibungkus dengan kain batik bersulam benang emas. Tenong diisi
dengan aneka bahan makanan seperti telur, terigu, mentega, yang disesuaikan
dengan keadaan keluarga sang gadis.

3. Berasan

Adalah musyawarah kedua belah pihak keluarga besar calon mempelai. Pada
pertemuan ini akan diputuskan persyaratan pernikahan baik secara adat maupun
secara agama, serta tahap prosesi adat selanjutnya. Syarat pernikahan secara
agama adalah penentuan mahar atau mas kawin. Sementara persyaratan
pernikahan secara adat dilaksanakan sesuai kesepakatan. Apakah Adat Berangkat
Tigo Turun, Adat Berangkat Duo Penyeneng, Adat Berangkat Adat Mudo, Adat
Tebas, atau Adat Buntel Kadut. Masing-masing memiliki persyaratan yang
berbeda.

*Adat Berangkat Tigo Turun, misalnya, pada seturun pertama berisi selendang
songket lepus, baju kurung songket tabor, kain songket pulir, lalu pada seturun
kedua harus ada kain songket cukitan juga baju kurung angkinan, dan lain lain.
*Adat Tebas semua persyaratan dikompensasikan dalam bentuk uang.

*Adat Buntel Kadut, pihak laki-laki harus memberikan sejumlah uang yang telah
dimufakatkan.

4.Mutuske Kato

Sesuai dengan namanya, pada acara ini kedua keluarga membuat keputusan
mengenai: Hari Nganterke Belanjo, Hari Pernikahan, Hari Munggah, Hari
Nyemputi dan Nganter Pengantin, Ngalie Turon, Pengantin Becacap atau Mandi
Simburan, serta Beratib. Pada acara ini pihak keluarga laki-laki membawa tujuh
tenong berisi gula pasir, tepung terigu, telur itik, emping, pisang, dan buah-
buahan. Perlengkapan lain yang perlu dibawa adalah sebagian dari beberapa
perlengkapan yang harus dipenuhi secara adat. Dan menjelang pulang, tenong
akan dikembalikan dan diisi dengan aneka jajanan khas Palembang.

5. Nganterke Belanjo

Prosesi nganterke belanjo biasanya dilakukan sebulan atau setengah bulan


bahkan beberapa hari sebelum acara munggah. Prosesi ini lebih banyak dilakukan
oleh kaum perempuan, sedangkan kaum laki-laki hanya mengiringi saja. Uang
belanja (duit belanjo) dimasukan dalam ponjen warna kuning dengan atribut
pengiringnya berbentuk manggis.

Hantaran dari pihak calon mempelai laki-laki ini juga dilengkapi dengan nampan-
nampan paling sedikit dua belas buah berisi aneka keperluan pesta, antara lain
berupa terigu, gula, buah-buahan kaleng, hingga kue-kue dan jajanan. Lebih dari
itu diantar pula “enjukan” atau permintaan yang telah ditetapkan saat mutuske
kato, yakni berupa salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai
kesepakatan.
Bentuk gegawaan yang juga disebut masyarakat Palembang “adat ngelamar” dari
pihak laki-laki (sesuai dengan kesepakatan) kepada pihak perempuan berupa
sebuah ponjen warna kuning berisi duit belanjo yang diletakan dalam nampan,
sebuah ponjen warna kuning berukuran lebih kecil berisi uang pengiring duit
belanjo, empat belas ponjen warna kuning kecil diisi koin-koin logam sebagai
pengiring duit belanjo, selembar selendang songket, baju kurung songket, sebuah
ponjen warna kuning berisi uang “timbang pengantin” dua belas nampan berisi
aneka macam barang keperluan pesta, serta kembang setandan yang ditutup kain
sulam berenda.

6.Persiapan Menjelang Akad Nikah

Ada beberapa ritual yang biasanya dilakukan terhadap calon pengantin


perempuan yang biasanya dipercaya berkhasiat untuk kesehatan kecantikan,
yaitu betangas. Betangas adalah mandi uap, kemudian bebedak setelah betangas,
dan berpacar (berinai) yang diberikan pada seluruh kuku kaki dan tangan dan juga
telapak tangan dan kaki yang disebut pelipit.
7. Upacara Akad Nikah

Sesuai tradisi, bila akad nikah berlangsung sebelum acara munggah maka terlebih
dahulu utusan calon pengantin perempuan akan melakukan acara nganterke keris
ke rumah calon pengantin laki-laki.

8. Ngocek Bawang

Ngocek bawang diistilahkan untuk melakukan persiapan awal dalam menghadapi


hari munggah. Pemasangan tapup, persiapan bumbu-bumbu masak dan lain
sebagainya disiapkan pada hari ini. Ngocek bawang kecik ini dilakukan dua hari
sebelum acara munggah.
Selanjutnya pada esok harinya sehari sebelum munggah, dilakukan acara ngocek
bawang besak. Seluruh persiapan berat dan perapian segala persiapan yang
belum selesai dikerjakan pada waktu ini. Daging, ayam dan lain sebagainya
disiapkan saat munggah, mengundang (ngulemi) ke rumah besannya, dan si pihak
yang di-ulemi pada masa ngocek bawang wajib datang, biasannya pada masa ini
diutus dua orang yaitu perempuan dan laki-laki.

9. Munggah

Tahap ini disebut juga acara puncak. Acara dimulai dengan kedatangan
rombongan keluarga pengantin pria sambil membawa sejumlah barang antaran,
dua belas macam, yang berisi tiga set kain songket, kain batik Palembang, kain
jumputan, kosmetik, buah-buahan, hasil bumi, aneka kue, uang dan perhiasan
sambil diiringi dengan bunyi rebana.

Setibanya di rumah pengantin perempuan, ibu pengantin perempuan


membalutkan selembar kain songket motif lepus ke punggung pengantin laki-laki
lalu menariknya menuju kamar pengantin perempuan, disebut acara gendong
anak mantu. Sesampainya di depan pintu kamar, dilakukan acara ketuk pintu
dengan didampingi utusan yang dituakan, disebut tumbu jero. Setelah pintu
dibuka, pengantin laki-laki membuka kain selubung yang menutupi wajah istrinya
yang disebut acara buka langse.

Lalu dilakukan acara suapan di mana orangtua pengantin perempuan menyuapi


dengan nasi ketan kunyit dan ayam panggang. Kemudian diadakan acara cacap-
cacapan yaitu orangtua pengantin laki-laki mencacap/mengusap ubun-ubun
kedua pengantin dengan air kembang setaman sebagai tanda pemberian nafkah
terakhir.
Setelah itu acara sirih panyapo dimana pengantin perempuan memberikan sirih
pada suaminya sebagai perlambang dalam hidup keluarga mereka akan saling
memberi dan menerima. Terakhir, diadakan upacara timbang adat yaitu topi
pengantin laki-laki ditimbang sebagai simbol bahwa mereka akan setia sekata
menjalani kehidupan perkawinan.

10. Nyemputi

Dua hari sesudah munggah biasannya dilakukan acara nyemputi. Pihak pengantin
laki-laki datang dengan rombongan menjemputi pengantin untuk berkunjung ke
tempat mereka, sedangkan dari pihak perempuan sudah siap rombongan untuk
nganter ke pengantin. Pada masa nyemputi penganten ini di rumah pengantin
laki-laki sudah disiapkan acara keramaian (perayaan). Perayaan yang dilakukan
untuk perempuan-perempuan pengantin ini baru dilakukan pada tahun 1960-an.

11. Nyanjoi

Nyanjoi dilakukan disaat malam sesudah munggah dan sesudah nyemputi.


Biasannya nyanjoi dilakukan dua kali, yaitu malam pertama yang datang nyanjoi
rombongan muda-mudi, malam kedua orangtua. Demikian juga pada masa
sesudah nyemputi oleh pihak besan laki-laki.

12. Nganter Penganten

Pada masa nganter penganten oleh pihak besan laki-laki ini, di rumah besan
perempuan sudah disiapkan acara mandi simburan. Mandi simburan ini dilakukan
untuk menyambut malam perkenalan antara pengantin laki-laki dengan
pengantin perempuan. Malam perkenalan ini merupakan selesainya tugas dari
tunggu jeru yaitu perempuan yang ditugaskan untuk mengatur dan memberikan
petunjuk cara melaksanakan acara demi acara di saat pelaksanaan perkawinan.
Perempuan tunggu jeru ini dapat berfungsi sebagai penanggal atau penjaga
keselamatan berlangsungnya seluruh acara perkawinan yang kemungkinan akan
ada gangguan dari orang yang tak senang.

13. Tarian Pagar Pengantin

Pada resepsi pernikahan adat Palembang, biasanya pengantin perempuan


menarikan satu tarian adat ditemani oleh tiga orang penari. Tarian yang disebut
dengan Tari Pagar Pengantin ini menggambarkan tarian terakhir dari pengantin
perempuan untuk melepaskan masa lajangnya. Tarian ini dilakukan di depan
pengantin laki-laki, di mana pengantin perempuan menari di atas nampan
bertabur bunga mawar.
Tarian ini sebagai gambaran bahwa setelah menikah sang pengantin perempuan
hanya akan bertindak di dalam lingkaran atau dalam ruang gerak yang lebih
terbatas dibandingkan semasa ia masih melajang. Meski bukan merupakan pakem
adat, belakangan tarian ini sering dijadikan puncak prosesi adat pernikahan
Palembang.

Dalam prosesi pernikahan adat Palembang, peran kaum perempuan sangat


dominan, karena hampir seluruh kegiatan acara demi acara diatur dan
dilaksanakan oleh mereka. Pihak laki-laki hanya menyiapkan “ponjen uang”. Acara
yang dilaksanakan oleh pihak laki-laki hanya cara perkawinan dan acara beratib
yaitu acara syukuran disaat seluruh upacara perkawinan sudah diselesaikan.
Kesimpulan

Kebudayaan Indonesia memang sangat beragam, mulai dari tarian,


hingga adat istiadat. Tidak terkecuali dengan adat pernikahan. Salah
satunya pernikahan adat Palembang.

Yuk cari tahu bagaimana prosesi dan pakaian adat dalam pernikahan
adat Palembang!

Meski zaman semakin modern, pernikahan di Indonesia masih kental


dengan pengaruh adat dan istiadat daerah asal.

Mulai dari prosesi, hingga pakaian pengantinnya yang indah. Salah satu
adat pernikahan yang masih banyak dilakukan di Indonesia adalah
pernikahan adat Palembang

Masih banyak pengantin yang berasal dari Palembang menggunakan


adat ini. Banyak sekali keunikan dan kemeriahan dari pesta
pernikahannya.

Sebagai informasi, kota Palembang adalah ibu kota dari


Provinsi Sumatera Selatan. Letaknya berada di tepian Sungai Musi.

Dikutip dari Batiqa, arti nama Palembang erat kaitannya dengan letak
geografis kota ini.

Menurut para sejarawan, nama Palembang berasal dari kata “lembang”


atau “lembeng” yang berarti tanah berlekuk, tanah yang posisinya
rendah, atau akar yang membengkak karena lama terendam air.

Anda mungkin juga menyukai