Sosio Kultur yg terdiri atas Norma, Sanksi Adat, Sanksi Pidana, Sanksi Sosial, Anjuran,
Larangan, Peraturan
Berikut ini beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan di wilayah Palembang :
Tradisi Ngidang merupakan tata cara menyajikan hidangan saat ada kendurian
atau sedekah, pernikahan, khitanan, upacara adat atau syukuran.
2. Sedekah Rame
Sedekah rame adalah perayaan para petani yang ditujukan untuk meminta
perlindungan pada Tuhan YME agar kegiatan pertanian yang dilaksanakan lancar dan
mendatangkan keuntungan
Sanksi :
Sanksi : Tradisi Bekarang Iwak pun wajib dilakukan masyarakat Palembang setahun
sekali. Jika tidak, masyarakat desa dipercaya akan mendapatkan hukuman berupa
penampakan-penampakan buaya di sungai Lacak baik saat sedang menggelar tradisi-
tradisi sopan santun lainnya maupun dalam aktivitas keseharian lainnya. Masyarakat
menyadari bahwa salah satu sumber kehidupan mereka berasal dari sungai ini. Oleh
sebab itu, mereka melarang keras penangkapan ikan dengan bahan kimia maupun setrum.
Jika dilanggar, pelaku akan menerima hukuman dari tetua atau pemangku adat setempat.
Sistem Adat Kekeluargaan
Masyarakat Palembang yang menganut sistem patrilineal dalam keluarga yang sangat
membatasi gerak kerabat perempuan mereka. Didalam keluarga, laki-Iaki bertugas menjaga
martabat saudara perempuan dan Posisi keluarganya. Posisi laki-laki itu banyak disimbolkan
dalam acara-acara sehingga dapat disimpulkan Iaki-Iaki menduduki posisi yang tinggi dan
penting. Sedangkan prinsip hubungan kekerabatan masyarakat Palembang bersifat
bilateral. Namun demikian polanya menetap setelah menikah biasanya adalah uksorilokal, karena
pasangan baru biasanya didirikan rumah tangganya dekat lingkungan pemukiman keluarga luas
pihak perempuan.
1. Madik
Prosesi pertama pada pernikahan adat Palembang adalah tahap pendekatan atau
disebut dengan Madik. Pada tahap ini, pihak keluarga pria akan mengutus seseorang
untuk mengetahui bibit, bebet, dan bobot sang wanita, juga memastikan sang wanita
belum menjadi tunangan atau calon istri orang lain.
2. Menyengguk
Jika sudah terjadi kesepakatan antar dua pihak pada prosesi Madik, maka utusan
dari keluarga pria akan membawa tenong atau sangkek, anyaman bambu berbentuk
lingkaran atau persegi yang dibungkus dengan kain batik bersulam benang emas, ke
rumah sang wanita. Tenong berisikan aneka bahan makanan seperti telur, mentega,
terigu, dan lain sebagainya. Tenong ini juga sebagai tanda pengikat bahwa sang wanita
tidak akan diambil laki-laki lain.
3. Berasan
Kata Berasan berasal dari bahasa Melayu yang berarti musyawarah. Pada prosesi
ini, kedua belah pihak keluarga bermusyawarah membicarakan persyaratan pernikahan,
baik secara adat maupun agama. Persyaratan pernikahan secara agama yang perlu
dibicarakan adalah penentuan mahar atau mas kawin.
4. Mutuske Kato
Prosesi Nganterke Belanjo ini mirip seserahan pada pernikahan adat Jawa dan
dilaksanakan sebulan sampai beberapa hari sebelum akad nikah. Prosesi ini lebih banyak
dilakukan oleh kaum wanita, sementara kaum pria hanya mengiringi saja. Duit belanjo
(uang belanja) dimasukkan dalam ponjen warna kuning dilengkapi 12 nampan pengiring
berisi kebutuhan pesta. Selain itu, diantar pula enjukan atau permintaan atas persyaratan
adat yang telah disepakati saat Mutuske Kato.
Menjelang akad nikah, biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan calon
mempelai wanita yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan.
•Betangas
•Bebedak
Berpacar adalah prosesi dimana daun pacar (daun inai) dilekatkan pada seluruh
kuku tangan dan kaki serta telapak tangan dan kaki.
7. Akad nikah
Menurut tradisi Palembang dilakukan di kediaman calon mempelai pria. Namun
tak jarang dilakukan di kediaman calon mempelai wanita, kalau seperti itu maka akan
disebut numpang kawin.
8. Ngocek Bawang
Ngocek bawang menjadi bagian dari persiapan hari Munggah yang merupakan
prosesi pernikahan adat Palembang selanjutnya. Di awal persiapan hari Munggah ini,
dilakukan pemasangan tapup, persiapan bumbu-bumbu masak, dan sebagainya. Ngocek
bawang dibagi menjadi dua hari, ngocek bawang kecik dilakukan dua hari sebelum hari
Munggah, sedangkan ngocek bawang besak akan dilakukan sehari sebelum Munggah.
Seluruh persiapan besar dan perapian, serta persiapan yang belum rampung dikerjakan
pada tahap ini.
9. Munggah
Munggah merupakan puncak dari prosesi pernikahan adat Palembang.
10. Nyemputi
Dua hari setelah acara Munggah, rombongan pihak laki-laki menjemput mempelai
wanita beserta rombongannya untuk mengikuti perayaan yang telah disiapkan di rumah
mempelai pria.
11. Nyanjoi
Nyanjoi dilakukan saat malam sesudah Munggah dan Nyemputi. Pada malam
pertama Nyanjoi, dilakukan oleh muda-mudi pihak wanita datang ke kediaman mempelai
pria, lalu disambut muda-mudi dari pihak pria. Pada malam kedua Nyanjoi, digantikan
oleh orang tua.
Di palembang ada tradisi yang disebut ''Ngunting'' (cukuran atau marhaban), mungkin
sama seperti tradisi di daerah lainnya di indonesia saat melakukan akikah atau
mempersembahkan nama, saat Ngunting di Palembang akan terlihat bendera-bendara yang
berwarna-warni bendera tersebut di lekatkan uang atau permen bahkan sebagian menggunakan
telur, dan diikuti oleh bayi yang akan di gunting rambut yang biasanya membawa di lapisi
dengan kain songket. Menyambut kelahiran merupakan suatu peristiwa yang penting bagi setiap
keluarga di Palembang. Dalam keluarga Palembang seorang laki-laki merupakan seorang
peneger (merupakan penguat bagi keluarga tersebut) dan penegak jurai, yaitu seorang penerus
keturunan dan nama keluarga. Pada waktu bayi berumur tujuh hari, diadakan upacara pemberian
nama yang tersebut nyookoor atau ngoonteng, saat itu bayi di beri nama dan diberi nama dan
disembelihkan kambing.
Pemakaman adat adalah upacara dimana orang meninggal harus dimandikan, dirawat,
dikafani hingga akhirnya dikuburkan. Pemakaman merupakan salah satu upacara adat
Palembang dimana pihak yang meninggal akan mengadakan pemandian jenazah hingga
diberikan kain kafan. Usai jenazah dikafani maka, masyarakat yang hadir mendoakannya
sebelum akhirnya dikuburkan di dalam tanah. Tradisi ini selalu mengundang tangis haru pilu
dimana pihak keluarga yang ditinggalkan memang merasa sangat sedih dan kehilangan atas
meninggalnya sanak keluarganya.
Sanksi Pidana
Masyarakat hukum adat, termasuk Suku memiliki hukum adat dan kearifan
tradisionalnya sendiri yang wajib dihormati sebagai bagian dari prinsip hak asasi manusia yang
diatur dalam konstitusi Indonesia, Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 sebagai hasil amandemen
kedua menyatakan bahwa “negara mengakui dan melindungi kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang – undang negara RI”. Kemudian diperkuat lagi dalam Pasal 28I ayat (3) yang
mengatakan “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional ditata selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.”
- Pembentukan dan/atau perubahan batas suatu wilayah, menurut Pemohon, tidak terlepas dari
keberadaan budaya yang berkembang dalam masyarakat hukum adat dalam wilayah tersebut.
Sehingga jelas pesan dan misi dari Pasal 18B ayat (2)