Anda di halaman 1dari 8

Aspek Hukum Adat di Palembang

Sosio Kultur yg terdiri atas Norma, Sanksi Adat, Sanksi Pidana, Sanksi Sosial, Anjuran,
Larangan, Peraturan

Adat Istiadat di Palembang

Berikut ini beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan di wilayah Palembang :

1. Ngobeng (disebut juga Ngidang)

Tradisi Ngidang merupakan tata cara menyajikan hidangan saat ada kendurian
atau sedekah, pernikahan, khitanan, upacara adat atau syukuran.

Norma dan Peraturan :

Hidangan disajikan secara lesehan, kemudian setiap hidangan disajikan untuk


delapan orang. Susunan makanan yang dihidangkan diletakkan di atas kain. Nasi yang
dihidangkan dengan nampan diletakkan di tengah, kemudian lauk pauk yang sudah di
tempatkan di atas piring diletakkan mengelilingi nasi. Dalam budaya Ngidang-Ngobeng,
syarat penataan makanan dilakukan secara silang, yaitu lauk harus berdampingan dengan
pulur.Hal ini dilakukan supaya saat bersantap tata krama para tamu pada saat bersantap
tetap terjaga. Hidangan yang disajikan berupa nasi putih atau nasi minyak berada di
tengah. Kemudian, ada lauk seperti rendang, malbi, ayam kecap, maupun opor.
Sedangkan, pulu terdiri dari buah-buahan dan sayuran, seperti nanas, sambal, dan acar.
Kemudian disediakan piring dan cangkir. Tamu menyantap hidangan dengan
menggunakan tangan. Dengan syarat tersebut, tamu tidak perlu menggerakkan tangan
terlalu jauh untuk meraih piring yang berisi lauk. Syarat tersebut juga sesuai syariat Islam
untuk mengajarkan para tamu menjaga perilaku. Kegiatan tersebut juga disebut dengan
basaji dan beringkes. Basajia adalah menghidangkan makanan dan beringkes merapikan
semua kebutuhan.

2. Sedekah Rame
Sedekah rame adalah perayaan para petani yang ditujukan untuk meminta
perlindungan pada Tuhan YME agar kegiatan pertanian yang dilaksanakan lancar dan
mendatangkan keuntungan

Norma dan Peraturan :


Prosesi upacara adat sedekah rami dilaksanakan pada siang hari setelah sholat
Zuhur. Beberapa hari sebelum pelaksanaan, seluruh masyarakat mengadakan
musyawarah di dusun untuk menentukan tanggal pelaksanaan upacara adat sedekah rami.
Selain itu juga ditentukan pembagian tugas dari masing-masing warga. Hal ini penting
diatur karena untuk upacara adat sedekah rami ini, harus disiapkan beberapa jenis
makanan wajib yang nanti sebahagiannya akan dimakan bersama dan sebahagian lainnya
akan dihanyutkan ke sungai. Kemudian juga dimintakan izin dan kesediaan dari
masyarakat yang memegang benda-benda pusaka untuk dibawa ke tempat
penyelenggaraan sedekah rami untuk dibersihkan.

Sanksi :

Adapun untuk menjadi pemimpin upacara adat sedekah rami ini tidak bisa


sembarangan orang. Pemimpin upacara ini diwariskan berdasarkan garis keturunan. Dan
apabila salah satu aturan dari sedekah rami ini dilanggar maka akan mendapatkan
malapetaka.
3. Bekarang Iwak
Pada tradisi ini dimana dalam proses upacara ini warga akan bersama – sama
menangkap ikan untuk dibawa pulang secara gratis. Bekarang mempunyai makna yaitu
menangkap sedangkan iwak berarti ikan

Norma dan Peraturan :


Tradisi Bekarang Iwak sendiri dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk mengajak
masyarakat mengonsumsi ikan demi kesehatan. Tak hanya itu saja, tradisi ini juga kerap
dijadikan sebagai contoh untuk menangkap ikan dengan cara yang benar dan tidak
merusak habitat di perairan. Hasil dari tangkapan itu kemudian dikumpulkan dan dipilah
antara yang besar dan kecil. Ikan-ikan yang berukuran besar akan dijual oleh pemangku
adat. Uang hasil penjualannya akan dipakai untuk kepentingan umum seperti membangun
jalan, jembatan, membangun masjid dan sebagainya. Sementara ikan-ikan kecil boleh
dibawa pulang secara gratis.

Sanksi : Tradisi Bekarang Iwak pun wajib dilakukan masyarakat Palembang setahun
sekali. Jika tidak, masyarakat desa dipercaya akan mendapatkan hukuman berupa
penampakan-penampakan buaya di sungai Lacak baik saat sedang menggelar tradisi-
tradisi sopan santun lainnya maupun dalam aktivitas keseharian lainnya. Masyarakat
menyadari bahwa salah satu sumber kehidupan mereka berasal dari sungai ini. Oleh
sebab itu, mereka melarang keras penangkapan ikan dengan bahan kimia maupun setrum.
Jika dilanggar, pelaku akan menerima hukuman dari tetua atau pemangku adat setempat. 
Sistem Adat Kekeluargaan

Masyarakat Palembang yang menganut sistem patrilineal dalam keluarga yang sangat
membatasi gerak kerabat perempuan mereka. Didalam keluarga, laki-Iaki bertugas menjaga
martabat saudara perempuan dan Posisi keluarganya. Posisi laki-laki itu banyak disimbolkan
dalam acara-acara sehingga dapat disimpulkan Iaki-Iaki menduduki posisi yang tinggi dan
penting. Sedangkan prinsip hubungan kekerabatan masyarakat Palembang bersifat
bilateral. Namun demikian polanya menetap setelah menikah biasanya adalah uksorilokal, karena
pasangan baru biasanya didirikan rumah tangganya dekat lingkungan pemukiman keluarga luas
pihak perempuan.

Sistem Adat Pernikahan

1. Madik

Prosesi pertama pada pernikahan adat Palembang adalah tahap pendekatan atau
disebut dengan Madik. Pada tahap ini, pihak keluarga pria akan mengutus seseorang
untuk mengetahui bibit, bebet, dan bobot sang wanita, juga memastikan sang wanita
belum menjadi tunangan atau calon istri orang lain.

2. Menyengguk

Jika sudah terjadi kesepakatan antar dua pihak pada prosesi Madik, maka utusan
dari keluarga pria akan membawa tenong atau sangkek, anyaman bambu berbentuk
lingkaran atau persegi yang dibungkus dengan kain batik bersulam benang emas, ke
rumah sang wanita. Tenong berisikan aneka bahan makanan seperti telur, mentega,
terigu, dan lain sebagainya. Tenong ini juga sebagai tanda pengikat bahwa sang wanita
tidak akan diambil laki-laki lain.

3. Berasan

Kata Berasan berasal dari bahasa Melayu yang berarti musyawarah. Pada prosesi
ini, kedua belah pihak keluarga bermusyawarah membicarakan persyaratan pernikahan,
baik secara adat maupun agama. Persyaratan pernikahan secara agama yang perlu
dibicarakan adalah penentuan mahar atau mas kawin.

4. Mutuske Kato

Pada tahap ini, keluarga memutuskan kapan prosesi-prosesi selanjutnya akan


dilangsungkan. Pihak keluarga laki-laki membawa tujuh tenong berisi gula pasir, tepung
terigu, telur itik, emping, pisang, dan buah-buahan. Beberapa perlengkapan lain yang
perlu dibawa adalah persyaratan secara adat yang perlu dipenuhi. Saat menjelang pulang,
tenong dikembalikan dalam keadaan terisi aneka jajanan khas Palembang
5. Nganterke Belanjo

Prosesi Nganterke Belanjo ini mirip seserahan pada pernikahan adat Jawa dan
dilaksanakan sebulan sampai beberapa hari sebelum akad nikah. Prosesi ini lebih banyak
dilakukan oleh kaum wanita, sementara kaum pria hanya mengiringi saja. Duit belanjo
(uang belanja) dimasukkan dalam ponjen warna kuning dilengkapi 12 nampan pengiring
berisi kebutuhan pesta. Selain itu, diantar pula enjukan atau permintaan atas persyaratan
adat yang telah disepakati saat Mutuske Kato.

6. Persiapan Menjelang Akad Nikah

Menjelang akad nikah, biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan calon
mempelai wanita yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan.

•Betangas

Betangas merupakan mandi uap ramuan rempah-rempah. Rebusan rempah-


rempah ini diletakkan di bawah kursi tempat mempelai duduk. Prosesi Betangas ini
bertujuan mengeluarkan keringat dan membersihkan pori-pori agar pada saat hari H tidak
banyak mengeluarkan keringat dan bau.

•Bebedak

Seperti namanya, bebedak merupakan istilah untuk mempercantik calon


mempelai wanita dari ujung kepala sampai ujung kaki.
•Bepacar

Berpacar adalah prosesi dimana daun pacar (daun inai) dilekatkan pada seluruh
kuku tangan dan kaki serta telapak tangan dan kaki.

7. Akad nikah
Menurut tradisi Palembang dilakukan di kediaman calon mempelai pria. Namun
tak jarang dilakukan di kediaman calon mempelai wanita, kalau seperti itu maka akan
disebut numpang kawin.

8. Ngocek Bawang

Ngocek bawang menjadi bagian dari persiapan hari Munggah yang merupakan
prosesi pernikahan adat Palembang selanjutnya. Di awal persiapan hari Munggah ini,
dilakukan pemasangan tapup, persiapan bumbu-bumbu masak, dan sebagainya. Ngocek
bawang dibagi menjadi dua hari, ngocek bawang kecik dilakukan dua hari sebelum hari
Munggah, sedangkan ngocek bawang besak akan dilakukan sehari sebelum Munggah.
Seluruh persiapan besar dan perapian, serta persiapan yang belum rampung dikerjakan
pada tahap ini.

9. Munggah
Munggah merupakan puncak dari prosesi pernikahan adat Palembang.

10. Nyemputi
Dua hari setelah acara Munggah, rombongan pihak laki-laki menjemput mempelai
wanita beserta rombongannya untuk mengikuti perayaan yang telah disiapkan di rumah
mempelai pria.
11. Nyanjoi
Nyanjoi dilakukan saat malam sesudah Munggah dan Nyemputi. Pada malam
pertama Nyanjoi, dilakukan oleh muda-mudi pihak wanita datang ke kediaman mempelai
pria, lalu disambut muda-mudi dari pihak pria. Pada malam kedua Nyanjoi, digantikan
oleh orang tua.

12. Nganter Penganten


Selanjutnya, pihak besan laki-laki mengantar sang mempelai pria ke rumah besan
perempuan.

13. Tarian Pagar Pengantin

Tarian Pagar Pengantin biasanya ditampilkan oleh pengantin perempuan beserta


tiga orang lainnya pada saat resepsi pernikahan.

Sistem Adat Kelahiran

Di palembang ada tradisi yang disebut ''Ngunting'' (cukuran atau marhaban), mungkin
sama seperti tradisi di daerah lainnya di indonesia saat melakukan akikah atau
mempersembahkan nama, saat Ngunting di Palembang akan terlihat bendera-bendara yang
berwarna-warni bendera tersebut di lekatkan uang atau permen bahkan sebagian menggunakan
telur, dan diikuti oleh bayi yang akan di gunting rambut yang biasanya membawa di lapisi
dengan kain songket. Menyambut kelahiran merupakan suatu peristiwa yang penting bagi setiap
keluarga di Palembang. Dalam keluarga Palembang seorang laki-laki merupakan seorang
peneger (merupakan penguat bagi keluarga tersebut) dan penegak jurai, yaitu seorang penerus
keturunan dan nama keluarga. Pada waktu bayi berumur tujuh hari, diadakan upacara pemberian
nama yang tersebut nyookoor atau ngoonteng, saat itu bayi di beri nama dan diberi nama dan
disembelihkan kambing.

Sistem Adat Kematian

Pemakaman adat adalah upacara dimana orang meninggal harus dimandikan, dirawat,
dikafani hingga akhirnya dikuburkan. Pemakaman merupakan salah satu upacara adat
Palembang dimana pihak yang meninggal akan mengadakan pemandian jenazah hingga
diberikan kain kafan. Usai jenazah dikafani maka, masyarakat yang hadir mendoakannya
sebelum akhirnya dikuburkan di dalam tanah. Tradisi ini selalu mengundang tangis haru pilu
dimana pihak keluarga yang ditinggalkan memang merasa sangat sedih dan kehilangan atas
meninggalnya sanak keluarganya.

Sanksi Pidana

Masyarakat hukum adat, termasuk Suku memiliki hukum adat dan kearifan
tradisionalnya sendiri yang wajib dihormati sebagai bagian dari prinsip hak asasi manusia yang
diatur dalam konstitusi Indonesia, Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 sebagai hasil amandemen
kedua menyatakan bahwa “negara mengakui dan melindungi kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang – undang negara RI”. Kemudian diperkuat lagi dalam Pasal 28I ayat (3) yang
mengatakan “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional ditata selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.”

Pelanggaran terhadap Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 karena:

- Pembentukan dan/atau perubahan batas suatu wilayah, menurut Pemohon, tidak terlepas dari
keberadaan budaya yang berkembang dalam masyarakat hukum adat dalam wilayah tersebut.
Sehingga jelas pesan dan misi dari Pasal 18B ayat (2)

- Ketentuan Pasal 7 ayat (2) UU Pemerintahan Daerah terbukti telah mengesampingkan


perlindungan hukum terhadap kesatuan masyarakat-masyarakat hukum adat dan hak-hak
tradisionalnya

Anda mungkin juga menyukai