1.
2.
3.
4.
Segala sesuatunya diatur menurut garis keturunan ibu.Tidak ada sanksi hukum yang jelas mengenai
keberadaan sistem matrilineal ini, artinya tidak ada sanksi hukum yang mengikat bila seseorang melakukan
pelanggaran terhadap sistem ini. Sistem ini hanya diajarkan secara turun temurun kemudian disepakati dan
dipatuhi, tidak ada buku rujukan atau kitab undang-undangnya. Namun demikian, sejauh manapun sebuah
penafsiran dilakukan atasnya, pada hakekatnya tetap dan tidak beranjak dari fungsi dan peranan perempuan
itu sendiri.
Randai adalah seni teater ala Minangkabau yang memiliki berbagai macam peran
dan nyanyian pengiringnya. Dalam Randai juga mengunakan tarian dan seni silat
dalam olah gerak para pemainnya. Permainan Randai dilakukan dengan membentuk
lingkaran kemudian melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan
cerita lewat nyanyian secara bergantian, dengan diselingi gerakan tarian disetiap
interval cerita. Semua gerakan randai dikomandoi oleh aba-aba salah seorang
pemain randai yang biasa disebut Janang.
3. bakiak
Bakiak sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Orang
Minang kelahiran hingga pertengahan 1970-an biasa memainkannya dan ketika
acara 17 Agustusan mengikuti perlombaan di desa atau kecamatan. Tapi anak-anak
kelahiran setelah itu hampir tidak mengenal lagi, karena jarang digunakan.
Tahun lalu pernah dipamerkan aneka permainan anak-anak tradisional di Museum
Adityawarman, Padang. Dua anak laki-laki yang berkunjung memegang dua belahan
batok kelapa yang dikaitkan dengan seutas tali. Lalu mereka masing-masing
memasang ke telinga dan mulut, menjadikannya sebagai mikrofon kaleng.
Kedua anak itu tidak tahu itu adalah terompah batok kelapa, tapi mereka jadikan
telepon. Padahal, permainan tradisional itu sebenarnya dulu biasa dimainkan anakanak di Sumatera Barat dengan nama tarompa galuak.
RANGKIANG
Rangkiang adalah lumbung padi atau tempat penyimpanan padi milik suatu kaum khas suku Minangkabau,
yang pada umumnya dapat ditemui di halaman Rumah Gadang.[1]
Rangkiang berasal dari kata Ruang hinyang, yang kemudian mengalami perubahan bunyi menjadi Rangkiang.
Padi di dalam Rangkiang bernaung dibawah pengawasan Mamak atau Tungganai dalam suatu kaum,
sedangkan kekuasaan penuhnya dipegang oleh Bundo Kanduang.[2]
Rangkiang memiliki pintu kecil yang terletak di bagian atas dari salah satu dinding singkok. Untuk naik ke
rangkiang digunakan tangga yang terbuat dari bambu. Tangga ini dapat dipindahkan, bila tidak digunakan
maka tangga ini akan disimpan di bawah kolong Rangkiang.
Selain itu, Rangkiang juga memiliki beberapa jenis dengan fungsi dan bentuk yang berbeda, diantaranya: [3]
Sitinjau Lauik
Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan padi yang akan digunakan untuk keperluan-keperluan rumah
tangga. Bentuk Rangkiang yang juga disebut dengan Kapuak Adat Jo Pusako ini lebih langsing dibandingkan
dengan Rangkiang yang lain, berdiri di atas empat tiang dan terletak di tengah di antara rangkiang yang lain.
Sibayau-Bayau
Disebut juga Kapuak Salang Tenggang, padi yang disimpan dalam Rangkiang ini digunakan untuk kebutuhan
makan sehari-hari anggota keluarga Rumah Gadang. Rangkiang yang letaknya di ujung kanan ini berdiri di
atas enam tiang, dengan bentuknya yang lebih besar dari Rangkiang yang lain.
Selain itu, Rangkiang ini juga digunakan untuk keperluan-keperluan upacara adat, misal upacara
pengangkatan penghulu, upacara pernikahan, aqiqah, sunat rasul dan lain sebagainya yang diselenggarakan
dalam Rumah Gadang.
Kaciak
Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan Padi Abuan yang akan dijadikan benih atau bibit yang akan
disawahkan[4]. Pada umumnya, bentuk dari Rangkiang ini sama halnya dengan bentuk dari Rangkiang Sitinjau
Lauik, hanya saja bentuk atapnya yang terkadang tidak gonjong.