Anda di halaman 1dari 5

Batas- batas wilayah minangkabau menurut mata angin

1.
2.
3.
4.

Sebelah barat adalah gunung mahalintang


Sebelah uatara dengan Rao mapat tunggua
Sebelah tenggara adalah muko-muko
Sebelah timur adalah Tanjuang Simalidu

Pembagian Wilayah Minangkabau


1. Daerah darek (luhak)
Daerah ini adalah sebutan untuk daerah asli Minangkabau. Meliputi 3 daerah yang disebut juga dengan
Luhak nan Tigo, yakni Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota. Yang dikatakan Luhak
Tanah Datar adalah daerah Kabupaten Tanah datar sekarang, sebagian Sawahlunto Sijunjuang, dan Solok.
Yang disebut Luhak Agam terdiri atas Ampek-Ampek Angkek, Lawang nan Tigo Balai, dan Nagari
sakaliliang Danau Maninjau. Sedangkan Luhak Lima Puluh Kota adalah daerah yang terletak di sepanjang
Batang Sinamar, daerah sekitar gunung Sago bagian utara dan barat, seiliran Batang Lampasi dan Batang
Agam, bahkan sampai ke Sipisak pisau Anyuik (Pekanbaru sekarang).
2. Daerah rantau
Daerah ini merupakan tempat merantau bagi orang-orang dahulu. Dari Luhak Nan Tigo mereka pergi ke
daerah lain dan membuat negeri baru di sana. Di situ mereka tetap memakai adat seperti adat daerah
yang mereka tinggalkan. Hubungan mereka tidak putus dengan negeri asal mereka di Luhak Nan Tigo.
Umumnya, daerah ini berada di sepanjang aliran sungai dan bermuara ke timur, ke selat Malaka, bahkan
termasuk Rantau nan Sembilan (Negeri Sembilan, di Malaysia sekarang). Daerah rantau Minangkabau
dikenal juga dengan sebutan Rantau Nan Tujuah Jurai, yaitu Rantau Kampar, Kuantan, XII Koto, Cati Nan
Batigo, Negeri Sembilan, Tiku Pariaman, dan Pasaman. Daerah Tiku Pariaman dan Pasaman dikenal juga
sebagai daerah pasisie.
3. Daerah pasisie
Daerah ini meliputi daerah sepanjang pantai sebelah barat pulau Sumatera yang memanjang dari barat
laut ke tenggara. Dalam tambo disebutkan bahwa daerah pasisia yaitu: daerah nan nagari-nagarinya
talatak, sabalah matohari ka tabanam, nan mamanjang dari utara ke selatan. Jadi, daerah ini mulai dari
perbatasan daerah Minangkabau dengan daerah Bengkulu sekarang, yaitu Muko-Muko, sampai ke
perbatasan Minangkabau dengan daerah Tapanuli bagian selatan.

Sistem Kekerabatan Yang Berlaku di Minangkabau


Masyarakat minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal adalah suatu sistem
yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan
dalam garis ibu. Seorang anak laki-laki atau perempuan merupakan klen dari perkauman ibu.Ayah tidak
dapat memasukkan anaknya ke dalam sukunya sebagaimana yang berlaku dalam sistem patrilineal.Dengan
kata lain seorang anak di minangkabau akan mengikuti suku ibunya.

Segala sesuatunya diatur menurut garis keturunan ibu.Tidak ada sanksi hukum yang jelas mengenai
keberadaan sistem matrilineal ini, artinya tidak ada sanksi hukum yang mengikat bila seseorang melakukan
pelanggaran terhadap sistem ini. Sistem ini hanya diajarkan secara turun temurun kemudian disepakati dan
dipatuhi, tidak ada buku rujukan atau kitab undang-undangnya. Namun demikian, sejauh manapun sebuah
penafsiran dilakukan atasnya, pada hakekatnya tetap dan tidak beranjak dari fungsi dan peranan perempuan
itu sendiri.

kelarasan diminang kabau


Laras (dalam bahasa indonesia ) dan lareh (dalam bahasa minang) adalah dasar
pemerintahan menurut adat. Lalu kata laras menjadi sistem kelarasan artinya sistem
pemerintahan menurut adat minangkabau. Seperti yang kita ketahui, karena ada dua
sesepuh maka sistem kelarasannya pun ada dua. Datuak katumanggungan
mengembangkan sistem yang berpusat kepada pemimpin atau raja. Sedangkan, Datuak
parpatih nan sabatang mengembang sistem berdaulat kepada rakyat. Akibat pertemuan
kedua sistem kelarasan ini, lahir sistem pemerintahan yang khas di minangkabau.

pemimpin diminang kabau


Pengertian Pangulu (Penghulu).
Pangulu berasal dari kata Pangka dan Hulu (pangkal dan hulu) Pangkal artinya tampuk atau
tangkai yang akan jadi pegangan, sedangkan hulu artinya asal atau tempat awal keluar atau
terbitnya sesuatu, maka pangulu di Minangkabau artinya yang memegang tampuk tangkai yang
akan menjadi pengendali pengarah pengawas pelindung terhadap anak kemenakan serta tempat
keluarnya sebuah aturan dan keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat anak kemenakan
yang dipimpin pangulu, Tampuak tangkai didalam suku nan mahitam mamutiahkan
tibo dibiang kamancabiak tibo digantaiang kama mutuih
Pengertian Ninik Mamak
Ninik mamak adalah merupakan satu kesatuan dalam sebuah lembaga perhimpunan Pangulu
dalam suatu kanagarian di Minangkabau yang terdiri dari beberapa Datuk-datuk kepala suku
atau pangulu suku atau kaum yang mana mereka berhimpun dalam satu kelembagaan yang
disebut Kerapatan Adat Nagari (KAN). Diantara para datuk-datuk atau ninik mamak itu dipilih
salah satu untuk menjadi ketuanya itulah yang dinamakan Ketua KAN. Orang-orang yang
tergabung dalam KAN inilah yang disebut ninik mamak, Niniak mamak dalam nagari pai
tampek batanyo pulang tampek babarito

Pengertian Datuak (Datuk)


Datuak (Datuk) adalah gelar pusako adat dalam suatu suku atau kaum yang diberikan kepada
seseorang dalam suku atau kaum itu sendiri dengan dipilih atau ditunjuk dan diangkat oleh
anak kemenakan suatu suku atau kaum yang bersangkutan melalui upacara adat dengan syaratsayarat tertentu menurut adat Minang.

Rumah Gadang, Rumah Adat Minangkabau Asli Indonesia


Rumah Gadang adalah rumah tradisional dari suku minangkabau. Menurut bentuknya, rumah adat ini disebut rumah
gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang. Jika
menurut ukurannya, tergantung pada jumlah lanjarnya ( ruas dari depan ke belakang ). Sedangkan ruangan yang berjajar
dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). Umumnya lipek
pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlanjar tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong
empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah terbenam). Biasanya gajah maharam memakai
gonjong enam atau lebih.

Permainan dan Kesenian Masyarakat Nagari Minangkabau


Anda pasti pernah mendengar permainan seperti Play Station (PS),Nitendo, Games
pada gadget canggih yang biasa anda dan keluarga gandrungi saat ini. Namun jauh
sebelum era modernisasi itu ada, berbagai daerah di seluruh penjuru dunia
termasuk Indonesia memikili permainan khas daerah masing-masing. Seperti
halnya daerah lain, Minangkabau juga memeliki permainan rakyat yang biasa
dimainkan oleh tua dan muda. Namun perkembangannya pada era sekarang ini
mengalami kemunduran yang mengakibatkan banyaknya generasi muda / anakanak kita tidak lagi mengetahui permainan rakyat warisan leluhur kita terutama
yang ada di Nagari Minangkabau yang sesungguhnya mengajarkan sisi pendidikan
disetiap aturan main permainannya.
Pada ulasan kali ini, mari kita segarkan kembali ingatan kita bersama terhadap
ragam permainan rakyat Minangkabau, agar tetap lestari dan tetap diminati oleh
masyarakatnya.
1. Silat / Pencak Silat
Silat merupakan seni bela diri tradisional Minangkabau yang bertujuan untuk
membela diri. Pesilat disebut dengan Pandeka (Pendekar) dan mempunyai aturan
main tersendiri Musuah indak dicari, jikok basuo pantang diilakan (musuh
pantang dicari, namun apabila ada maka tidak akan dihindari)
2. Randai

Randai adalah seni teater ala Minangkabau yang memiliki berbagai macam peran
dan nyanyian pengiringnya. Dalam Randai juga mengunakan tarian dan seni silat

dalam olah gerak para pemainnya. Permainan Randai dilakukan dengan membentuk
lingkaran kemudian melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan
cerita lewat nyanyian secara bergantian, dengan diselingi gerakan tarian disetiap
interval cerita. Semua gerakan randai dikomandoi oleh aba-aba salah seorang
pemain randai yang biasa disebut Janang.
3. bakiak
Bakiak sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Orang
Minang kelahiran hingga pertengahan 1970-an biasa memainkannya dan ketika
acara 17 Agustusan mengikuti perlombaan di desa atau kecamatan. Tapi anak-anak
kelahiran setelah itu hampir tidak mengenal lagi, karena jarang digunakan.
Tahun lalu pernah dipamerkan aneka permainan anak-anak tradisional di Museum
Adityawarman, Padang. Dua anak laki-laki yang berkunjung memegang dua belahan
batok kelapa yang dikaitkan dengan seutas tali. Lalu mereka masing-masing
memasang ke telinga dan mulut, menjadikannya sebagai mikrofon kaleng.
Kedua anak itu tidak tahu itu adalah terompah batok kelapa, tapi mereka jadikan
telepon. Padahal, permainan tradisional itu sebenarnya dulu biasa dimainkan anakanak di Sumatera Barat dengan nama tarompa galuak.

RANGKIANG
Rangkiang adalah lumbung padi atau tempat penyimpanan padi milik suatu kaum khas suku Minangkabau,
yang pada umumnya dapat ditemui di halaman Rumah Gadang.[1]
Rangkiang berasal dari kata Ruang hinyang, yang kemudian mengalami perubahan bunyi menjadi Rangkiang.
Padi di dalam Rangkiang bernaung dibawah pengawasan Mamak atau Tungganai dalam suatu kaum,
sedangkan kekuasaan penuhnya dipegang oleh Bundo Kanduang.[2]
Rangkiang memiliki pintu kecil yang terletak di bagian atas dari salah satu dinding singkok. Untuk naik ke
rangkiang digunakan tangga yang terbuat dari bambu. Tangga ini dapat dipindahkan, bila tidak digunakan
maka tangga ini akan disimpan di bawah kolong Rangkiang.
Selain itu, Rangkiang juga memiliki beberapa jenis dengan fungsi dan bentuk yang berbeda, diantaranya: [3]

Sitinjau Lauik

Dua buah Rangkiang yang di depanRumah Gadang

Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan padi yang akan digunakan untuk keperluan-keperluan rumah
tangga. Bentuk Rangkiang yang juga disebut dengan Kapuak Adat Jo Pusako ini lebih langsing dibandingkan
dengan Rangkiang yang lain, berdiri di atas empat tiang dan terletak di tengah di antara rangkiang yang lain.

Sibayau-Bayau
Disebut juga Kapuak Salang Tenggang, padi yang disimpan dalam Rangkiang ini digunakan untuk kebutuhan
makan sehari-hari anggota keluarga Rumah Gadang. Rangkiang yang letaknya di ujung kanan ini berdiri di
atas enam tiang, dengan bentuknya yang lebih besar dari Rangkiang yang lain.
Selain itu, Rangkiang ini juga digunakan untuk keperluan-keperluan upacara adat, misal upacara
pengangkatan penghulu, upacara pernikahan, aqiqah, sunat rasul dan lain sebagainya yang diselenggarakan
dalam Rumah Gadang.

Sitangguang Lapa atau Sitangka Lapa


Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan padi cadangan yang akan digunakan di musim paceklik. Bentuknya
sama dengan Rangkiang Sitinjau Lauik hanya saja Rangkiang ini diletakkan di ujung kiri. Rangkiang ini juga
disebut dengan Kapuak Gantuang Tungku.

Kaciak
Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan Padi Abuan yang akan dijadikan benih atau bibit yang akan
disawahkan[4]. Pada umumnya, bentuk dari Rangkiang ini sama halnya dengan bentuk dari Rangkiang Sitinjau
Lauik, hanya saja bentuk atapnya yang terkadang tidak gonjong.

Anda mungkin juga menyukai