JAWA BARAT
Disusun Oleh
AINA NAZIFA I.
ANISSA RACHMANI Y.
DITA SAPRIA
LUSIYANI
FIRLIANA
M JAZIL
Jl. Raya Pajajaran no.84 Telp. (0251) 8327120 Fax (0251) 8358687
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Upacara perkawinan adat pengantin sunda sebenarnya bersumber dari orang terdahulu.
Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka
ragam. Seiringperkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut. Sekalipun sudah
dianggap milik masyarakat, tapi masih banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana
pengantin kebaya. Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruun 21)
dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini
tampak bahwa sampai kapan pun manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan
dankehadiran orang lain dan Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua
insan yang berlainan jenis dan sahmenurut agama dan hukum adalah pernikahan. Dalam makalah
ini penulis akan mencoba mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat Jawa.
B. Tujuan
1.untuk mengetahui perkawinan atau pernikahan Jawa barat
(1) Neundeun Omong : yaitu kunjungan orang tua jejaka kepada orang tua si gadis untuk
bersilaturahmi dan menyimpan pesan bahwa kelak anak gadisnya akan dilamar.
(2) Ngalamar : nanyaan atau nyeureuhan yaitu kunjungan orang tua jejaka untuk
meminang/melamar si gadis, dalam kunjungan tersebut dibahas pula mengenai rencana waktu
penikahannya. Sebagai acara penutup dalam ngalamar ini si pelamar memberikan uang
sekedarnya kepada orang tua si gadis sebagai panyangcang atau pengikat, kadang-kadang
dilengkapi pula dengan sirih pinang selengkapnya disertai kue-kue & buah-buahan. Mulai saat
itu si gadis telah terikat dan disebut orang bertunangan.
(3) Seserahan: yaitu menyerahkan si jejaka calon pengantin pria kepada calon mertuanya untuk
dikawinkan kepada si gadis. Pada acara ini biasa dihadiri oleh para kerabat terdekat, di samping
menyerahkan calon pengantin pria juga barang-barang berupa uang, pakaian, perhiasan,
kosmetik dan perlengkapan wanita, dalam hal ini tergantung pula pada kemampuan pihak calon
pengantin pria. Upacara ini dilakukan 1 atau 2 hari sebelum hari perkawinan atau adapula yang
melaksanakan pada hari perkawinan sebelum akad nikah dimulai.
(4) Ngeuyeuk Seureuh: artinya mengerjakan dan mengatur sirih serta mengait-ngaitkannya.
Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari perkawinan, yang menghadiri upacara ini adalah
kedua calon pengantin, orang tua calon pengantin dan para undangan yang telah dewasa.
Upacara dipimpin oleh seorang pengetua, benda perlengkapan untuk upacara ini seperti sirih
beranting, setandan buah pinang, mayang pinang, tembakau, kasang jinem/kain, elekan, dll
semuanya mengandung makna/perlambang dalam kehidupan berumah tangga. Upacara
ngeuyeuk seureuh dimaksudkan untuk menasihati kedua calon mempelai tentang pandangan
hidup dan cara menjalankan kehidupan berumah tangga berdasarkan etika dan agama, agar
bahagia dan selamat. Upacara pokok dalam adat perkawinan adalah ijab kabul atau akad nikah .
Upacara perkawinan dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan dalam agama Islam dan adat. Ketentuan tersebut adalah: adanya keinginan dari kedua
calon mempelai tanpa paksaan, harus ada wali nikah yaitu ayah calon mempelai perempuan atau
wakilnya yang sah, ada ijab kabul, ada saksi dan ada mas kawin. Yang memimpin pelaksanaan
akad nikah adalah seorang Penghulu atau Naib, yaitu pejabat Kantor Urusan Agama. Upacara
akad nikah biasa dilaksanakan di Mesjid atau di rumah mempelai wanita. Adapun
pelaksanaannya adalah kedua mempelai duduk bersanding diapit oleh orang tua kedua mempelai,
mereka duduk berhadapan dengan penghulu yang di kanan kirinya didampingi oleh 2 orang saksi
dan para undangan duduk berkeliling. Yang mengawinkan harus wali dari mempelai perempuan
atau mewakilkan kepada penghulu. Kalimat menikahkan dari penghulu disebut ijab, sedang
sambutan dari mempelai pria disebut qobul (kabul).
Setelah dilakukan ijab-qobul dengan baik selanjutnya
mempelai pria membacakan talek, yang bermakna ‘janji’
dan menandatangani surat nikah. Upacara diakhiri dengan
penyerahan mas kawin dari mempelai pria kepada
mempelai wanita.
b) Upacara Sawer (Nyawer): perlengkapan yang diperlukan adalah sebuah bokor yang berisi
beras kuning, uang kecil (receh) /logam, bunga, dua buah tektek (lipatan sirih yang berisi ramuan
untuk menyirih), dan permen. Pada pelaksanaannya kedua mempelai duduk di halaman rumah di
bawah cucuran atap (panyaweran), upacara dipimpin oleh juru sawer. Juru sawer menaburkan isi
bokor tadi kepada kedua pengantin dan para undangan sebagai selingan dari syair yang
dinyanyikan olehnya sendiri. Adapun makna dari upacara nyawer tersurat dalam syair yang
ditembangkan juru sawer, intinya adalah memberikan nasehat kepada kedua mempelai agar
saling mengasihani, dan mendo’akan agar kedua mempelai mendapatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam membina rumah tangganya, hidup rukun sampai diakhir hayatnya.
c) Upacara Nincak Endog : atau upacara injak telur yaitu setelah upacara nyawer kedua
mempelai mendekati tangga rumah , di sana telah tersedia perlengkapan seperti sebuah ajug/lilin,
seikat harupat (sagar enau) berisikan 7 batang, sebuah tunjangan atau barera (alat tenun
tradisional) yang diikat kain tenun poleng, sebuah elekan, sebutir telur ayam mentah, sebuah
kendi berisi air, dan batu pipisan, semua perlengkapan ini mempunyai perlambang. Dalam
pelaksanaannya lilin dinyalakan, mempelai wanita membakar ujung harupat selanjutnya dibuang,
lalu mempelai pria menginjak telur, setelah itu kakinya ditaruh di atas batu pipisan untuk dibasuh
air kendi oleh mempelai wanita dan kendinya langsung dihempaskan ke tanah hingga hancur.
Makna dari upacara ini adalah menggambarkan pengabdian seorang istri kepada suaminya.
d) Upacara Buka Pintu : upacara ini dilaksanakan setelah upacara nincak endog, mempelai
wanita masuk ke dalam rumah sedangkan mempelai pria menunggu di luar, hal ini menunjukan
bahwa mempelai wanita belum mau membukakan pintu sebelum mempelai pria kedengaran
mengucapkan sahadat. Maksud upacara ini untuk meyakinkan kebenarannya beragama Islam.
Setelah membacakan sahadat pintu dibuka dan mempelai pria dipersilakan masuk. Tanya jawab
antara keduanya dilakukan dengan nyanyian (tembang) yang dilakukan oleh juru tembang.
e) Upacara Huap Lingkung : Kedua mempelai duduk bersanding, yang wanita di sebelah kiri
pria, di depan mempelai telah tersedia adep-adep yaitu nasi kuning dan bakakak ayam (panggang
ayam yang bagian dadanya dibelah dua). Mula-mula bakakak ayam dipegang kedua mempelai
lalu saling tarik menarik hingga menjadi dua. Siapa yang mendapatkan bagian terbesar dialah
yang akan memperoleh rejeki besar diantara keduanya. Setelah itu kedua mempelai huap
lingkung , saling menyuapi. Upacara ini dimaksudkan agar kedua mempelai harus saling
memberi tanpa batas, dengan tulus dan ikhlas sepenuh hati. Sehabis upacara huap lingkung
kedua mempelai dipersilakan duduk di pelaminan diapit oleh kedua orang tua mempelai untuk
menerima ucapan selamat dari para undangan (acara resepsi).
Nasi Tutug Oncom atau Sangu Tutug Oncom dalam Bahasa Sunda sering disingkat Nasi T.O
(Aksara Sunda Baku: ᮞᮞᮞ ᮞᮞᮞᮞᮞᮞ ᮞᮞᮞᮞᮞᮞᮞ) adalah makanan yang dibuat dari nasi
yang diaduk dengan oncom goreng atau bakar. Penyajian makanan ini umumnya dalam keadaan
hangat.
Secara bahasa, kata tutug dalam Bahasa Sunda artinya menumbuk. Proses aduk-tumbuk nasi
dengan oncom ini menjadi nama jenis makanan yang dikenal dengan nama tutug oncom. Nasi
tutug oncom menjadi makanan khas Tasikmalaya. Walaupun menjadi
makanan khas, tutug oncom dapat dibawa menjadi oleh-oleh karena
sekarang sudah tersedia tutug oncom instan yang telah dikemas dan
mampu bertahan hingga berbulan-bulan tanpa menggunakan
pengawet.
3. Karedok
Karedok atau keredok (Aksara Sunda Baku: ᮞᮞᮞᮞᮞᮞᮞ, Karédok) adalah salah satu
makanan khas Sunda di Indonesia. Karedok dibuat dengan bahan-bahan sayuran mentah antara
lain; mentimun, taoge, kol, kacang panjang, ubi, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya
adalah bumbu kacang yang dibuat dari cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air
asam, gula jawa, garam, dan terasi. Karedok disajikan dengan taburan kerupuk di atasnya.
Karedok biasanya menjadi makanan pelengkap dalam menu sehari-hari.
4. Sayur asam
Rasa masakan yang manis dan asam ini sangatlah menyegarkan dan cocok jika dipadukan
dengan lauk kering lainnya seperti ikan goreng dan lalapan. Sering juga masakan ini disajikan
dengan sambal. Masakan ini masih menyerupai tom yam, yang merupakan masakan Thailand,
walau sayur asam lebih menggunakan sayur-sayuran daripada makanan laut.
PERENCANAAN
A. Menu
1. Nasi tutug oncum
3. Karedok
4. Sayur asam
B. Daftar belanja
( untuk satu porsi )
Rp 2500
Rp 3500
3. Karedok
Rp 5500
4. Sayur asam
Rp 4000
C. Kalkulasi harga
3. karedok
4. Sayur asam
D. Inventaris alat
Nama alat Quantity
Equipment :
1. Work table 2
2. Stove 2
3. Sink 1
Utensil :
1. Sauce pan 3
2. Frypan 2
4. Wooden spatula 2
5. Iron spatula 1
6. Bowl 8
7. Stock pot 2
8. Plate 3
9. Spoon 3
11. Knife 3
12. Ladle 1
13. Fork 2
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan adatSunda saat ini lebih disederhanakan, sebagai akibat percampuran dengan ketentuan
syariat Islam dan nilai-nilai "keparaktisan" dimana "sang penganten" ingin lebih sederhana dan tidak
bertele-tele.
Adat yang biasanya dilakukan meliputi acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya, acara "seren
sumeren" calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, "nincak endog (nginjak telor), "meuleum
harupat"( membakar lidi tujuh buah), "meupeuskeun kendi" (memecahkan kendi, sawer dan
"ngaleupaskeun "kanjut kunang (melepaskan pundi-pundi yang berisi uang logam)
Acara "pengajian" yang dikaitkan dan menjelang pernikahan tidak dicontohkan oleh Nabi Saw. namun
ada beberapa kalangan yang menyatakan bahwa hal itu suatu kebaikan dengan tujuan mendapatkan
keberkahan dan ridho Allah Swt yaitu melalui penyampaian "do'a".