Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AKAD DAN RESEPSI PERNIKAHAN

PADA ADAT SUMATERA SELATAN

Nama Anggota:

Destiani

Naysilla Kartija

Rani

Zachrah Edwina

Maulana Yusuf

M. Akbar Fizni

Kevin Jordy

Jefri Munir Maulana

Heri Kuswanto

Kelas XII IPA 3

SMA NEGERI 1 TELUK GELAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Akad dan Resepsi Pernikahan pada
Adat Sumatera Selatan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pernikahan memiliki berbagai dampak yang penting dan berbagai konsekuensi yang besar.
Pernikahan merupakan ikatan suami istri, yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak,
baik hak badan, hak sosial maupun hak harta. Syariat Islam mengatur hidup berpasangan dengan
melalui jenjang pernikahan yang ketentuannya dirumuskan dengan wujud aturan-aturan yang disebut
sebagai hukum pernikahan dalam Islam. Pernikahan bertujuan untuk membentuk suatu kehidupan
rumah tangga yang harmonis, rukun, bahagia dan kekal.

Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974:
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa”. Persoalan pernikahan adalah persoalan yang selalu menarik untuk dibicarakan, karena
persoalan pernikahan ini bukan hanya menyangkut tabiat hidup manusia yang asasi saja, tetapi juga
menyentuh suatu lembaga yang luhur yaitu rumah tangga, karena pondasi rumah tangga ini merupakan
benteng bagi pertahanan martabat manusia, moral manusia dan nilai-nilai ahlak yang terpuji bagi
manusia. Rumah tangga juga merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya keturunan Nabi Adam, yang
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan kedamaian, kemakmuran dan sebagai khalifah di muka
bumi ini

2. Rumusan Masalah

Di Indonesia yang memiliki banyak suku tentunya memiliki adat tersendiri untuk sebuah
pernikahan. Perkawinan dalam perikatan adat adalah perkawinan yang mempunyai akibat hukum
terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Akibat hukum ini telah ada sejak
sebelum perkawinan terjadi, yaitu misalnya dengan adanya hubungan pelamaran yang merupakan
“rasan sanak” (hubungan anak-anak, bujang-gadis) dan “rasan tuha” (hubugan antara orang tua
keluarga dari para calon suami istri). Setelah terjadinya ikatan perkawinan maka timbul hak-hak dan
kewajiban-kewajiban orang tua (termasuk anggota keluarga atau kerabat) menurut hukum adat
setempat, yaitu dalam pelaksanaan upacara adat dan selanjutnya dalam peran serta membina dan
memilihara kerukunan, keutuhan dan kelanggengan dari kehidupan anak-anak mereka yang terikat
dalam perkawinan
3. Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini tak lain adalah untuk mempelajari susunan atau tata cara Akad
dan Resepsi Pernikahan pada Adat Sumatera Selatan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Akad Nikah

Akad nikah adalah acara inti dari seluruh rangkaian proses pernikahan. Akad nikah dimaknai
sebagai perjanjian antara wali dari mempelai perempuan dengan mempelai laki-laki dengan paling
sedikit dua orang saksi yang mencukupi syarat menurut syariat agama. Dengan adanya akad nikah, maka
hubungan antara dua insan yang sudah bersepakat untuk hidup berumah tangga diresmikan di hadapan
manusia dan Tuhan.

Masyarakat terdahulu mempercayai bahwa prosesi pernikahan tidak boleh dilakukan di bulan
Safar dan Hafid. Bulan Safar sendiri dipercaya sebagai waktu panas dan hafid (sesudah syawal) juga akan
membuat rezeki pengantin menjadi sempit. Sehingga mereka lebih memilih menggelar di waktu Rabiul
Awal hingga Jumadil Akhir.

Terlebih dulu, calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, keluarga, serta para hadirin yang
ikut menyaksikan prosesi dipersilakan memasuki tempat dilangsungkannya akad nikah. Kemudian, acara
akan dimulai dengan pembukaan yang dipandu oleh pembawa acara. Biasanya dilakukan dengan
membaca 'bismillah', berlanjut dengan doa agar acara berjalan dengan lancar, dan pembacaan ayat suci
al-Quran.

Lalu khotbah nikah, merupakan hal yang disunahkan dalam Islam. Karena sunah, maka sebisa
mungkin ada dalam setiap prosesi akad nikah. Biasanya, khotbah nikah akan disampaikan langsung oleh
petugas dari KUA atau penghulu yang akan menikahkan. Fungsi dari khotbah nikah ini sendiri adalah
sebagai pembekalan bagi kedua mempelai, sekaligus pengingat tentang pentingnya menjaga keutuhan
dalam rumah tangga.

Sebelumnya, penghulu akan bertanya, "Saudara (nama calon suami) apakah Anda setuju untuk
menerima Saudari (nama calon istri) sebagai istri dengan (mahar)", sebanyak tiga kali. Setelahnya,
barulah acara inti dari rangkaian prosesi akad nikah alias pembacaan ijab kabul dilaksanakan. Kalau
calon suami sudah bersedia menerima dan menyepakati ijab kabul, maka penghulu akan menanyakan
keabsahan ijab kabul ini kepada para saksi dan wali yang dihadirkan.

Kalau semua yang hadir sudah sepakat untuk sah, maka penghulu akan membacakan doa-doa
pernikahan karena kamu dan pasangan sudah resmi menjadi suami istri. Selain penghulu, pihak keluarga
juga boleh mengundang pemuka agama secara khusus untuk membacakan doa akad nikah.

Sebenarnya prosesi pernikahan sudah selesai dan dinyatakan sah secara agama setelah ijab kabul
diucapkan. Tapi agar sah di mata hukum, harus ada prosesi penandatanganan dokumen. Dokumen yang
harus ditandatangani oleh kedua pengantin pastinya adalah buku nikah.

Setelahnya, seserahan serta mas kawin diserahkan yang biasanya berupa perhiasan atau barang
lain sesuai apa yang diminta keluarga calon pengantin wanita dan telah disetujui pihak pria.

2. Resepsi Pernikahan
Prosesi resepsi pernikahan adat sumatera selatan tak jauh beda dengan resepsi pada umumnya.
Mula-mula kedua mempelai akan diarak dari rumah salah satu mempelai menuju tempat acara resepsi.
Musik dan tari mengiringi rombongan ketika masuk ke tempat berlangsungnya resepsi hingga kedua
mempelai duduk di pelaminan.

Pada resepsi pernikahan adat Sumatera Selatan, biasanya pengantin perempuan menarikan satu
tarian adat ditemani oleh tiga orang penari. Bisa Tari Tanggai atau Tari Pagar Pengantin yang
menggambarkan tarian terakhir dari pengantin perempuan untuk melepaskan masa lajangnya. Tari
Pagar Pengantin dilakukan di depan pengantin laki-laki, di mana pengantin perempuan menari di atas
nampan bertabur bunga mawar.

Tarian ini sebagai gambaran bahwa setelah menikah sang pengantin perempuan hanya akan
bertindak di dalam lingkaran atau dalam ruang gerak yang lebih terbatas dibandingkan semasa ia masih
melajang. Meski bukan merupakan pakem adat, belakangan tarian ini sering dijadikan puncak prosesi
adat pernikahan Sumatera Selatan.

Selanjutnya sambutan disampaikan oleh perwakilan keluarga mempelai wanita ataupun keluarga
mempelai pria. Dilanjut dengan doa dan acara hiburan lainnya seperti foto bersama dan bersalam-
salaman.

Ketika sudah tiba pada waktu makan siang, tuan rumah harus sudah menyediakan prasmanan
dan para tamu undangan dipersilahkan untuk mencicipinya. Tak lupa sebelum itu, seseorang yang sudah
ditunjuk untuk membaca doa mengajak para tamu untuk mendoakan kelancaran segala yang akan
dilalui kedua mempelai.

Setelah itu acara dapat ditutup atau dilanjut dengan hiburan lainnya, tergantung keputusan tuan
rumah.

Dalam sebuah pernikahan adat, tidak lengkap jika kedua pengantin tidak menggunakan busana
atau baju adat. Misalnya dalam pernikahan adat Palembang, memakai pakaian adat Aesan Gede yang
melambangkan kebesaran raja Kerajaan Sriwijaya yang kemudian diartikan sebagai busana pengantin
pernikahan adat Palembang. Untuk merayakan keagungan bangsawan Sriwijaya, warna merah jambu
dan keemasan serta gemerlap perhiasan dan mahkota yang dipadukan dengan baju dodot dan kain
songket wajib digunakan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Akad nikah adalah acara inti dari seluruh rangkaian proses pernikahan. Dengan adanya akad
nikah, maka hubungan antara dua insan yang sudah bersepakat untuk hidup berumah tangga
diresmikan di hadapan manusia dan Tuhan. Sedangkan resepsi pernikahan bisa dilakukan ataupun tidak,
mengikuti keputusan dari kedua belah pihak mempelai. Namun di samping itu semua, kedua acara
tersebut tak lepas dari yang namanya adat istiadat yang merupakan kekayaan budaya suatu wilayah
atau bangsa. Dan erat dengan suatu aktivitas, kepercayaan, atau upacara yang dilakukan secara turun
temurun. Tentunya hal itu tidak dapat kita tinggalkan dan harus dilestarikan

2. Saran

Pernikahan adalah hal yang sakral, tidak bisa dipermainkan karena sudah menyangkut urusan
Tuhan. Hendaknya lakukan dengan serius dan benar untuk mendapatkan ridho-Nya. Tak lupa jika kita
pun menanggung adat yang tentunya tidak dapat ditinggalkan dan harus tetap dilestarikan.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.orami.co.id/magazine/pernikahan-adat-palembang

https://www.weddingku.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-palembang

https://akcdn.detik.net.id/api/wm/2020/02/14/bf194cfc-7648-4272-9b9d-03af4ac49f24_169.jpeg

https://s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/fab.thebridedept/2018/03/rr19-1446605322.jpg

https://seringjalan.com/wp-content/uploads/2020/06/tari-tanggai-kelambitcom.jpg

https://1.bp.blogspot.com/-3X57VnYbKyY/YQVY0bVJSsI/AAAAAAAAAIA/
QTwlQSmAjGMAB8Jh7Y7_c00BTeoZW_R2QCLcBGAsYHQ/s523/Picture1.png

Anda mungkin juga menyukai