Anda di halaman 1dari 12

PROSESI PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT MANDAR

(SULAWESI BARAT)

Oleh
A. MUHAMMAD IBRAHIM
(1916918)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI YAPPI MAKASSAR


2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya makalah berjudul “Prosesi Pernikahan Adat Masyarakat Mandar
(Sulawesi Barat)” dapat di selesaikan tepat pada waktunya, meski penulis sedikit
mengalami kesulitan dalam melakukan penyusunan makalah ini.

Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada dosen dan teman-
teman serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengoreksi dan
menyelesaikan makalah ini,

Makalah ini penulis buat untuk membantu pembaca dalam memahami


bagaimana Prosesi Pernikahan Adat Masyarakat Mandar (Sulawesi Barat).

Tentunya makalah yang penulis buat ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, oleh karenanya itu, penulis sangat berharap adanya masukan –
masukan, dan kritikan – kritikan yang membangun penulis sangat harapkan,
karena penulis ingin menjadikan makalah ini makalah yang mendekati
kesempurnaan.

Makassar, 20 September 2019

A. Muhammad Ibrahim
1. LATAR BELAKANG

1.1. Pendahuluan
Kebudayaan merupakan persoalan yang sangat komplek dan luas, misalnya
kebudayaan yang berkaitan dengan cara manusia hidup, adat istiadat dan tata
krama. Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan, cenderung berbeda antara satu
suku dengan suku lainnya. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam juga adat
istiadat dan kebiasaannya yang berbeda dan masih di pertahankan sampai saat ini,
termasuk adat pernikahan.

Keberagaman suku bangsa di Indonesia juga menyebabkan adanya


perbedaan terhadap sistem pernikahan dalam masyarakat. Setiap Agama dan
budaya menggariskan cara-cara tertentu bagi hubungan laki-laki dan perempuan
berupa hubungan pernikahan. Siapapun haruslah memenuhi cara-cara tersebut.
kalau tidak, mereka dianggap penyeleweng. Oleh karena itu hubungan antara laki-
laki dan perempuan dalam masyarakat apa pun tidak hanya kepada dorongan
seksual saja tetapi juga pada norma-norma Agama dan budaya tertentu.
Pernikahan adalah naluri hidup bagi manusia, hal mana merupakan suatu
keharusan bahkan merupakan kewajiban bagi setiap orang yang sanggup untuk
melaksanakannya. Bila dianalisis secara mendalam, maka pernikahan adalah
merupakan yang sangat utama dimana pernikahan seseorang dapat membentuk
rumah tangga yang sakina mawaddah warahma, bahagia dan sejahtera.

Sulawesi Barat merupakan Provinsi baru di Indonesia, Sulawesi Barat


adalah Provinsi pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan. Mamuju adalah ibu
kota dari Provinsi Sulawesi Barat dan lebih banyak dihuni oleh suku Mandar
dibanding dengan suku bangsa lainnya, seperti Toraja, Bugis, Jawa dan Makassar
sehingga tidak heran jika adat dan tradisi suku Mandar lebih berkembang di
Provinsi tersebut. Adat dan suku mandar tentunya memiliki bangunan nilai dalam
melaksanakan adat pernikahan yang tercermin melalui prosesi tahapan
pernikahan yang dilakukan
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi pernikahan
2. Bagaimana makna pernikahan dalam adat masyarakat mandar
3. Bagaimana tahapan dalam pernikahan adat mandar
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pernikahan
2. Untuk mengetahui makna pernikahan dalam adat masyarakat mandar
3. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dalam pernikahan adat mandar
4.
2. PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Pernikahan


Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang wanita
sebagai suami istri. Dalam perkataan ikatan lahir batin itu dimaksudkan iyalah
hubungan suami istri tidak boleh semata-mata hanya berupa ikatan lahiriah saja
dalam makna seorang laki-laki dan seorang wanita hidup bersama sebagai suami
istri dalam ikatan formal, tetapi kedua-duanya harus mempunyai ikatan batin yaitu
saling menyayangi dan saling mencintai (Kartika, 2019).
2.2. Makna Pernikahan dalam Adat Masyarakat Mandar
Bagi orang Mandar, pernikahan dipandang sebagai sesuatu yang sakral dan
sangat di hargai. Oleh karena itu pemuka-pemuka masyarakat maupun Agama
serta masyarakat pendukungnya telah mengaturnya dengan cermat. Masyarakat
Mandar yang religius memandang pernikahan bukan saja berarti ikatan lahir batin
antara seorang pria sebagai suami dan seorang wanita sebagai istri, tetapi lebih
dari itu. Pernikahan merupakan pertalian hubungan kekeluargaan antara pihak
keluarga laki - laki dan pihak keluarga perempuan yang akan membentuk rukun
keluarga yang lebih besar lagi. (Kartika, 2019).
Hal yang paling penting dalam sebuah pernikahan bagi orang Mandar
adalah
adanya kerja sama dalam mengerjakan sesuatu, baik pekerjaan yang ringan
maupun yang berat, jadi dalam hal ini menyangkut bekerja sama bergotong
royong dalam membina rumah tangga. Bila sirondo-rondoi, siama-amasei,
sianaoappa’mai yang telah disebutkan diatas maka menjadilah sebuah kata yang
dapat mencakup satu pengertian kerja sama, bantu membantu baik yang bersifat
material maupun yang bersifat spiritual yang disebut sibaliparri ((Kartika, 2009).
2.3. Tahapan Dalam Pernikahan Adat Mandar
Sabir (2016) dalam penelitiannya mengenai upacara pernikahan adat mandar di
desa peburru Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar (persfektif
budaya islam) membagi tahapan pernikahan adat mandar dalam tiga tahap yaitu
tahapan pendahuluan, tahap pelaksanaan pernikahan, tahap setelah pernikahan.
2.3.1. Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini, berbagai kegiatan harus dilakukan penyelenggara upacara agar
pelaksanaan pernikahan adat dimaksud dapat berjalan sukses. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dimaksud itu adalah:
1. Mambalaqbaq (rencana penentuan calon)
Mambalaqbaq adalah musyawarah rumpun keluarga untuk memilih seorang di
antara sekian  banyak calon yang disepakati dalam musyawarah naindo nawa
nawa. Dala menentukan calon, persetujuan sang anak diminta (sesudah merdeka
sampai sekarang), tetapi sebelumnya tidak diminta persetujuan.
2. Messisiq atau mammanu-manu (penjajakan)
Messisi’ atau mammanu-manu adalah suatu proses permulaan yang bertujuan
membuka jalan dalam rangka pendekatan kepada keluarga pihak perempuan.
Dalam proses ini, utusan pihak orang tua laki-laki datang pada orang tua pihak
perempuan untuk menanyakan apakah ada jalan untuk melamar atau tidak. Dalam
istilah Mandar “mettule di mawayana tangalalang” (bertanya apakah jalan
tidak beronak atau tidak berduri), maksudnya apakah putri dimaksud belum ada
yang lamar? Jika jawabannya, jalan bersih, tidak berduri, maka lamaran
dilanjutkan, sebaliknya jika menonak, lamarannya tidak dilanjutkan dan mencari
yang lain. Sebenarnya, sifat dari kunjungan messisi’ ini sangat rahasia dan
diupayakan tidak diketahui oleh pihak lain.
3. Mettumae (melamar)
Mettumae merupakan kunjungan resmi ruumpun keluarga laki laki kepaa keluarga
wanita untuk melamar sambil menanyakan jumlah belanja , paccanring, serta
segala sesuatunya kecuali sorong (mas kawin). Biasanya pembicaraan di sini
belum final karena jumlah belanja dan sebagainya harus dimusyawarahkan lagi
kedua belah pihak antararumpun keluarga masing masing.
4. Mattanda jari (mappajari)
Mattanda jari atau mappajari adalah suatu pertemuan atau musyawarah resmi
yang dilakukan di rumah pihak perempuan untuk menentukan jadi atau tidaknya
pertunangan (pettumaeang) dan sekaligusmeresmikan pertunangan jika telah
dicapai musyawarah mufakat.
5. Mappande manuq
Sejak resminya pertunangan, pihak laki laki harus memperhatikan tunangannya
yang dilakukan oleh orang tua laki laki dengan jalan memberi sesuatu pada situasi
tertentu, misalnnya pada hari lebaran, mau memasuki bulan ramadhan dan
sebagainya.
6. Mattanda Tallo
Mattanda allo, adalah kunjungan keluarga pihak laki-laki ke rumah pihakkeluarga
perempuan dengan maksud untuk membicarakan hari yang dianggap baik oleh
kedua belah pihak untuk menentukan hari upacara perkawinan dan lain-lainnya.
7. Maccanring
Mengantar seluruh bahan yang akan dipakai dalam pesta perkawinan kepada
pihak wanita termasuk beberapa hal yang sudah disetujui bersama. Maccanring
dilakukan semeriah mungkin diikuti oleh rumpun keluarga dan handai tolan, tua
atau muda, laki laki atau wanita. Bawaan dan caranya punya aturan tersendiri
menurut aturan tradisi dan waktu pelaksanaannya, niasanya dari pukul 14.00
sampai pukul 16.00 (tergatung tradisi setempat).
8. Mappaqduppa
Mappaqduppa adalah pemberian satu stel pakaian laki-laki dari pihak
mempelai perempuan yang diantar oleh keluarganya. Pakaian ini nantinya akan
dipakai oleh pihak mempelai laki-laki saat hari pelaksanaan perkawinan.
Pemberian pakaian ini dilakukan pada malam atau siang hari sebelum perkawinan
dilaksanakan.
9. Maqlolang
Ma’lolang adalah kunjungan resmi calon pengantin laki-laki bersama
beberapa orang pemuda dari kalangan keluarganya atau tetangganya ke rumah
calon pengantin pengantin perempuan.Kunjungan ini sifatnya ramah tambah
kekeluargaan atau melihat-lihat segala persiapan yang dilakukan menjelang hari
pelaksanaan perkawinan. Acara ma’lolang ini paling sempurna diadakan, mulai
tujuh hari sebelum perkawinan sampai hari perkawinan atau tiga hari
sebelumnya. Tetapi boleh juga satu kali saja, yakni pada malam menjelang
pelaksanaan perkawinan pada keesokan harinya.
10. Metindor
Arak arakan dengan pakaian adat mengantar mempelai laki laki kerumah
mempelai wanita untuk kawin pada hari pelaksanaan perkawinan. Acara mentidor
dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita dengan dihadiri oleh
seluruhkeluaraga dan handai tolan untuk ikut serta menyaksikan pernikahan dan
ikut serta mendoakan kedua mempelai.
11. Melattigi
Kata melattigi berasal dari kata lattigi yang dalam bahasa Indonesia berarti daun
pacar. Melattigi merupakan kata kerja yaitu memberikan daun pacar kepada calon
pengantin sedangkan lattigi adalah daun dari tumbuhan yang
disebut/dinamakan pacar. Jadi, melattigi adalah upacara pemberian daun pacar
kepada kedua mempelai oleh para anggota hadat (anaq pattolaq adaq) yang telah
hadir. Upacara mellattigi ini dilaksanakan pada malam hari (menjelang hari
pelaksanaan) akad nikah.
2.3.2. Tahap Pelaksanaan Pernikahan
1. Metindor
Metindor adalah arak-arakan dengan pakain adat, mengantar calon mempelai
laki-laki kerumah calon mempelai perempuan untuk mengikuti prosesilikka/akad
nikah pada hari pelaksanaan pernikahan. Arak-arakan mempelai laki-laki yang
tiba di rumah/ tempat acara mempelai perempuan akan disambut dengan
saiyang pattuddu’ oleh pihak
mempelai perempuan
2. Likka/kaweng (kawin)
Likka adalah suatu prosesi dimana pengantin laki-laki dihadapkan kepada
qadhi atau penghulu yang didampingi oleh wali dari pengantin perempuan dan
beberapa orang saksi. Sedangkan pengantin perempuan berada di dalam kamar.
Prosesi akad nikah ini dilakukan berdasarkan ajaran agama Islam tanpa
meninggalkan adat yang dilazimkan di daerah tersebut. Acara acara akad nikah
tersebut menjadi inti dari rangkaian upacara pernikahan adat Mandar. Calon
mempelai pria diantar ke rumah calon mempelai wanita. Sesudah acara
pelattigian, maka akad nikah dilaksanakan dengan lebih dahulu pihak wali
menyerahkan kewalian para qadzi atau aparat kantor urusan agama setempat yang
kompeten.

3. Me’oro tosiala/situdangan (duduk pengantin)


Setelah proses akad nikah maka mempelai laki-laki akan menjemput
mempelai wanita untuk duduk bersanding di tempat pelaminan yang telah
disediakan, disaksikan oleh sanak keluarga dan para undangan. Prosesi ini
berlangsung cukup meriah, kedua mempelai menerima ucapan selamat dari tamu-
tamu undangan yang datang berkunjung pada saat itu.
4. Mande-ande kaweng
Mande-ande kawengadalah proses makan yang diramaikan oleh keluarga dekat
dan handai tolan untuk ikut bersam-sama mande-ande kawen. Biasanya yang ada
dalam hidangan ande kawengyaitu: kue cucur, sokkol (nasi ketan), pisang ambon,
dan lain sebagainya.
2.3.3. Tahap setelah upacara pernikhan
1. Mattumba
Mattumba adalah sebuah prosesi ritual memandikan kedua mempelai
pengantin yang dilakukan setelah selesai melaksanakan acara akad nikah oleh
kedua mempelai dipimpin oleh tokoh adat dan tokoh agama. Upacara mattumba
tersebut sebagai pertanda bahwa mereka telah resmi menjadi suami-istri.
2. Marola
Marola, yaitu prosesi kunjungan mempelai perempuan dengan diantar
mempelai laki-laki bersama beberapa orang keluarga mempelai perempuan ke
kedua orang tua mempelai laki-laki untuk menyampaikan sembah sujud kepada
kedua mertuanya sebagai pernyataan pengakuan, bahwa mulai saat itu, mempelai
perempuan telah menjadi bahagian dari keluarga besar suaminya.
3. Mottong sambongi/Mottong manu’ (bermalam satu malam)
Pada malam berikutnya, sesudah diadakan upacara marola, maka diadakan lagi
upacara mottong sambongi yaitu bermalam satu malam di rumah pengantin pria,
akan tetapi mereka harus kembali sesudah subuh, jangan sampai kesiangan,
karena jika kesiangan, maka sesuai kata orang yaitu alloangi manu, artinya
kesiangan ayam dan oleh masyarakat dianggap tidak baik.

4. Mallipo ku’bur (ziarah kubur)


Beberapa hari kemudian suami-istri beserta seluruh anggota keluarga
mengadakan upacara berziarah ke kubur untuk mengenang arwah nenek moyang
yang tidak sempat menyaksikan upacara pernikahan tersebut
3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang
wanita sebagai suami istri.
2. Masyarakat Mandar yang religius memandang pernikahan bukan saja berarti
ikatan lahir batin antara seorang pria sebagai suami dan seorang wanita
sebagai istri, tetapi lebih dari itu. Pernikahan merupakan pertalian hubungan
kekeluargaan antara pihak keluarga laki - laki dan pihak keluarga
perempuan yang akan membentuk rukun keluarga yang lebih besar lagi
3. tahapan pernikahan adat mandar dalam tiga tahap yaitu
i. Tahapan pendahuluan (Mambalaqbaq (rencana penentuan calon), Messisiq
atau mammanu-manu (penjajakan), Mettumae (melamar), Mattanda jari
(mappajari), Mappande Manu, Mattanda Tallo, Maccanring, Mappaqduppa,
Maqlolang, Metindor, Melattigi)
ii. tahap pelaksanaan pernikahan (Metindor , Likka/kaweng (kawin), Me’oro
tosiala/situdangan (duduk pengantin), Mande-ande kaweng)
iii. Tahap setelah upacara pernikhan Mattumba, Marola, Mottong
sambongi/Mottong manu’ (bermalam satu malam), Mallipo ku’bur (ziarah
kubur).
3.2. Saran
1. Dengan dibuatnya makalah ini pembaca dapat lebih memperluas wawasan
mengenai Prosesi Pernikahan Adat Masyarakat Mandar (Sulawesi Barat)
2. Semoga makalah ini dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan
tentang Prosesi Pernikahan Adat Masyarakat Mandar (Sulawesi Barat)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Penjelasan dan Tata Cara Pernikahan Budaya Mandar, Sulawesi
Barat. http://usenysr.blogspot.com/2017/12/penjelasan-dan-tata-cara-
pernikahan.html. Diakses pada Rabu 18 September 2019.
Kartika, Tika. 2019, Adat Pernikahan Masyarakat Mandar Di Kecamatan
Ulumanda Kabupaten Majene (Tinjauan Budaya). Skripsi, UIN Alauddin
Makassar.
Sabir. 2016. Upacara Pernikahan Adat Mandar Di Desa Peburru Kecamatan
Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar (Persfektif Budaya
Islam). Skripsi, UIN Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai