Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

PANCA/WALASUJI
Salah satu perlengkapan adat pernikahan Bugis

SEJARAH KESENIAN DAN KEBUDAYAAN


NUR RIDHA RAMADHANI (1452141009)
INDONESIA

Daftar isi
Arti dan bentuk Walasuji...............................................................1
Isi Walasuji....................................................................................3
Kesimpulan....................................................................................6
Saran..............................................................................................6
Daftar pustaka................................................................................7
Lampiran........................................................................................8

Panca / Walasuji
(Salah satu perlengkapan dalam pernikahan adat Bugis )

Panca adalah keranjang buah berbentuk segi empat yang terbuat dari bambu dan
biasanya terdapat pada acara pernikahan adat Bugis. Nama lain dari Panca ini yaitu Walasuji,
Bolasuji, Lawasuji, tergantung dari masyarakat daerah setempat menyebutnya. Keranjang ini
merupakan salah satu perlengkapan adat pernikahan yang dibawa oleh pihak calon pengantin
laki-laki pada saat menuju ke rumah calon pengantin perempuan untuk melakukan acara
upacara akad nikah. Ketika calon pengantin laki-laki serta keluarganya tiba di rumah calon
pengantin wanita, walasuji biasanya diletakkan di depan tenda acara pengantin. Pihak
keluarga perempuan akan melihat isi dari Walasuji tersebut, dan mempersilahkan mempelai
pria memasuki rumah calon pengantin perempuan. Walasuji berisi buah-buahan seperti buah
pinang, nenas, pisang, kelapa, tebu, pisang, salak, dan lain-lain. Baik keranjang ataupun buah
tentunya memiliki makna tersendiri yang kebanyakan masyarakat tidak mengetahuinya.

Arti dan Bentuk Walasuji


Secara harfiah, kata Wala atau lawa berarti pagar atau penghalang, sedangkan suji dapat
diartikan sebagai putri atau perempuan. Jadi dapat dikatakan bahwa Walaasuji adalah
penghalang yang membatasi perempuan agar terjaga dan terlidungi dari dunia luar. Kemudian
arti filosofis ini disimbolkan dalam bentuk bambu yang tersusun membentuk belah ketupat
(eppa sulapa) yang artinya, orang yang di dalam Walasuji ini memang terjaga dan tidak
sembarang orang boleh memasuki kawasannya apabila terdapat Walasuji. Bentuk segi empat
pada Walasuji juga merupakan dasar pandangan kosmologis dalam memandang alam raya.
Menurut Matulada (1976:57), banyak hal lain dalam masyarakat dapat dinyatakan
melaluisulapa eppa Lawasuji (segi empat belah ketupat).
1. Kosmogoni
Api
Tanah

Angin
Air

2. Alam Semesta
Langit/benua atas (botting langi)
Dunia/benua tengah (peretiwi)
Dunia bawah (urilliu)
3. Masyarakat

Ade

Rapang

Bicara

Wari

Makna walasuji yang semula berarti pagar kemudian bergeser, salah satunya menjadi
keranjang buah yang biasa ditemui di acara pernikahan. Untuk mengetahui strata sosial calon
pengantin laki-laki, kita dapat melihat dari jumlah lapisan bambu yang berbentuk segi empat
belah ketupat. Jika lapisan bambu berjumlah 5 lapis, maka orang tersebut berasal dari
kalangan bangsawan. Sedangkan bambu yang berjumlah 3 lapis, diperuntukkan bagi orang
kelas menengah yang tidak memiliki darah bangsawan namun berkecukupan dalam segi
materi. Adapun bambu yang berjumlah 2 atau 1 lapis, diperuntukkan bagi orang maradeka
yaitu orang biasa yang bukan budak.

Walasuji yang memiliki 3 lapisan bambu


Aturan penggunaan lapisan bambu pada Walasuji kini tidak lagi tertib seperti pada
zaman kerajaan. Pada saat sekarang ini, jumlah lapisan bambu walasuji tergantung dari
keinginan masyarakat setempat karena ketidaktahuan mereka terhadap aturan ini. Meskipun
begitu, masyarakat yang mengetahui akan atauran ini kemungkinan masih menjalankannya
sampai sekarang.

Isi Walasuji

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa walasuji berisi adalah buah-buahan yang
tentunya memiiki makna tersendiri. Orang terdahulu menggunakannya sebagai bahasa
simbolis untuk berkomunikasi kepada keluarga mempelai pengantin perempuan. Ketika
keluarga pengantin perempuan melihat isi Walasuji, mereka sudah mengetahui apa yang ingin
disampaikan pihak laki-laki.
Maka pihak keluarga pengantin perempuan akan
mempersilakan calon pengantin laki-laki masuk ke dalam rumah untuk melakukan ijab kabul.
Buah yang ada di dalam Walasuji bermacam-macam, disesuaikan dengan Biasanya
masyakat, mengisisi walasuji dengan buah yang mudah ditemukan juga dengan harga yang
terjangkau.
1. Buah Pinang
Buah ini melambangkan sifat seperti pohon pinang yg lurus & tidak memiliki cabang.
Berarti, orang yang datang ke rumah calon pengantin perempuan (mempelai calon
pengantin laki-laki), memiliki niat yang tulus dan lurus.

2. Tebu
Rasa manis yang dimiliki oleh tebu juga merupakan simbol dari diri sang pengantin
laki-laki yang bermakna dia datang ke rumah pengantin perempuan dengan membawa
kebaikan.

3. Nangka
Nangka dalam bahasa bugis disebut panasa. Kata ini mirip kata minasa yang berarti
harapan. Ketika ada buah nangka di dalam walasuji, berarti pihak mempelai laki-laki

memiliki harapan atas kebaikan mempelai perempuan agar mau mencegah, menutupi,
atau memaafkan kesalahan yang dimilikinya.

4. Kelapa
Buah kelapa memiliki rasa yang lezat. Kelezatannya ini bermakna pihak pengantin
laki-laki mempunyai niat yang baik dan membawa kabaikan untuk mempersunting
calon pengantin perempuan.

5. Pisang
Pisang yang ada dalam Walasuji ini adalah pisang yang bertandan. Bentuk pisang
bertandan ini hampir mirip dengan tangan manusia yang
berdoa dan mempunyai keinginan yang besar. Keberadaan
pisang dalam walasuji juga menunjukkan bahwa acara
pernikahan tersebut terbuka untuk orang banyak.
Pada

sisi luar, terdapat sebuah kain putih yang mengelilingi


walasuji. Orang Bugis menyebutnya dengan istilah
tallettu. Artinya, orang yg memiliki jalan kehidupan yg
lurus
dan suci sebagaimana bersihnya tallettu tsb. Tallettu ini
digunakan oleh penguasa di masa lalu, karena mereka memang mayoritas penguasa terdahulu
menjunjung tinggi tugasnya sebagai pemimpin yang berjalan di jalan yang lurus dan bersih.
Sebenarnya tidak sembarang orang bisa membentangkan Tallettu di sisi luar Walasuji.
Terkadang masyarakat yang tidak mengetahui akan arti dan penggunaan dari tallettu, namun

tetap dibenarkan melakukannya untuk


formalitas saja.
Orang-orang
bugis
terdahulu
membuat pernyataan bahwa pamali
hukumnya apabila Walasuji tidak ada
dalam suatu pesta pernikahan.
Sehingga, budaya ini diwariskan
kepada keturunannya di mana mereka
mengharuskan Walasuji selalu ada
pada proses pernikahan. Namun dalam
kaitannya dengan agama Islam, sebuah
pernikahan sah apabila memenuhi rukun dan
syarat sah pernikahan. Keabsahannya juga tidak dinilai dari proses yang berbelit-belit. Jadi
tidaklah benar apabila walasuji diharuskan ada dalam proses pernikahan karena itu hanya
perlengkapan prosesi adat. Namun karena tidak memberatkan masyarakat, walasuji selalu
hadir dalam sebagian besar prosesi pernikahan. Tetapi perrmasalahan yang dihadapi
masyarakat sekarang adalah kehilangan dan ketidaktahuan tentang makna sesungguhnya dari
Walasuji karena hukum pamali tersebut.

Kesimpulan
Walasuji merupakan seuntai kalimat perkenalan diri secara simbolis dari calon pengantin
laki-laki kepada mempelai calon pengantin perempuan yang bermaksud meminang sang
pengantin perempuan. Bentuk perkenalan diri tersebut melalui buah di dalam Walasuji yang
memiliki arti filosofis bagi masyarakat setempat.

Saran

Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan budaya, marilah kita lebih mengenal
makna yang terdapat di setiap budaya kita. Pelestarian budaya tidak akan memiliki nilai lebih
apabila kita mengabaikan maknanya. Maka dari itu tingkatkan rasa keingintahuan kita
terhadap budaya sendiri.

Daftar Pustaka
Sani, M..Yamin, Makimun Badaruddin, Makna Simbol dan Fungsi Tata Cara Rias
Pengantin Pada Suku Bugis di Sulwesi Selatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Sulawesi Selatan.

LAMPIRAN

Foto saat wawancara dengan narasumer via telepon. Narasumber merupakan salah satu
budayawan di daerah Wajo, Sulsel.

Profil Narasumber

Nama

: A. Rahmat Munawan, S,Sos,M.Si.

TTL

: Maddukkelleng, 11 Juni 1978


Pend. Terrakhir
Administrasi

: Program pasca Sarjana

Negara STIA
Puangrimaggalattung 2013
Pekerjaan

Agama
Kewarganegaraan

: Penulis

: Islam
: WNI

Anda mungkin juga menyukai