MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar pendidikan agama
Islam dengan dosen pengampu:
Dr.Munawar Rahmat,M.Pd.
Oleh:
Nur Muhammad Syarip Mizwar
1206150
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Segala puji bagi Alloh SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
Jodoh Dunia Akhirat ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Islam yakni Nabi Muhammad SAW yang
telah mengajarkan manusia berbagai ilmu untuk hidup dan mati. Aamiin
Penyusun mengucapkan terima kasih serta memberikan rasa hormat kepada
Bapak Dr.Munawar Rahmat,M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah seminar
pendidikan agama Islam yang senantiasa membimbing penyusun sehingga
penyusun mampu menyelesaikan Makalah ini.
Penyusun mengharapkan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga Makalah ini bisa
bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Demikian
yang dapat penyusun katakan, mohon maaf apabila ada kekurangan.
Wassalamualaikum wr wb
Bandung,
Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................
D.Manfaat ....................................................................................................
1
2
2
2
BAB II.PEMBAHASAN
A.Pengertian Pernikahan .............................................................................
B. Hukum Nikah ..........................................................................................
C. Tujuan Pernikahan dalam Islam ..............................................................
D. Pengertian Jodoh dalam Islam ................................................................
E. Memilih Calon Istri/Suami Menurut Islam .............................................
3
6
11
13
15
17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Apabila berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita memandangnya
Sedangkan di sisi lain adalah satu-satunya jalan penyaluran seks yang disah kan
oleh agama.dari sudut pandang ini, maka pada saat orang melakukan pernikahan
pada saat yang bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan
perintah agama, namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologis
nya yang secara kodrat memang harus disalurkan.
Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis
sebenarnya juga harus dipenuhi. Agama Islam juga telah menetapkan bahwa satusatunya jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan
pernikahan. Pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih
mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini. Di dalam AlQuran telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa
kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan
sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan seks
namun lebih dari itu pernikahan juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia
dimana setiap manusia dapat membangun surga dunia di dalamnya. Semua hal itu
akan terjadi apabila pernikahan tersebut benar-benar dijalani dengan cara yang
sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan Islam.
Pernikahan sangat erat kaitannya dengan Jodoh. Seseorang tidak akan
melakukan pernikahan apabila tidak berjodoh. Tapi kerap kali yang menjadi
pertanyaan adalah seberapa lama kedua insan yang melakukan pernikahan
tersebut berjodoh.
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengangat judul makalah yang berhubungan yakni tentang Jodoh Dunia
Akhirat.
B.
Rumusan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan, maka perlu adanya
2.
3.
4.
5.
C.
Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan sesuai dengan uraian latar
belakang dan rumusan masalah. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
D.
Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat. Adapun manfaat
Bagi Penulis, menjadi media untuk mengkaji ilmu agama Islam lebih
dalam.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pernikahan
1.
Arti nikah pada ayat di atas adalah al-wath-u atau al-jimau (melakukan
hubungan seksual), bukan akad nikah. Karena seseorang tidak disebut suami,
kecuali kalau sudah melakukan akad nikah.
Seorang istri yang telah diceraikan suaminya yang pertama sebanyak
tiga kali, dan sudah menikah dengan suami yang kedua, maka dia harus
melakukan nikah dengan suaminya yang kedua tersebut, kemudian
diceraikannya, sebelum kembali kepada suaminya yang pertama. Melakukan
nikah dengan suami yang kedua, maksudnya adalah melakukan hubungan
seksual.
Nikah dalam arti melakukan hubungan seksual pada ayat di atas
dikuatkan oleh hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah ra yang artinya Dari
Aisyah, ia berkata; Rasulullah SAW ditanya mengenai seorang laki-laki yang
mencerai isterinya tiga kali, kemudian wanita tersebut menikah dengan lakilaki yang lain dan bertemu muka dengannya kemudian ia mencerainya
sebelum mencampuri, maka apakah ia halal bagi suaminya yang pertama?
Aisyah berkata; tidak. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Ia tidak
b.
2.
bahwa :
a.
Pasal 1
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
Pasal 2
Perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah Allah
dan melakukannya merupakan ibadah.
c.
Pasal 3
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
Pasal 4
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum islam
Hukum Nikah
1.
Pendapat Pertama
Bahwa hukum asal pernikahan adalah wajib. Ini adalah pendapat
Dalil berikutnya ialah hadist riwayat Bukhori dan Muslim dari Anas
bin Malik ra yang artinya Dari Anas bahwa sekelompok orang dari
kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW bertanya kepada isteri-isteri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mengenai amalan beliau yang tersembunyi.
Maka sebagian dari mereka pun berkata, Saya tidak akan menikah.
Kemudian sebagian lagi berkata, Aku tidak akan makan daging. Dan
sebagian lain lagi berkata, Aku tidak akan tidur di atas kasurku.
Mendengar ucapan-ucapan itu, Nabi Muhammad SAW memuji Allah dan
menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda: Ada apa dengan mereka?
Mereka berkata begini dan begitu, padahal aku sendiri shalat dan juga
tidur, berpuasa dan juga berbuka, dan aku juga menikahi wanita. Maka
siapa yang saja yang membenci sunnahku, berarti bukan dari golonganku.
Karena tidak menikah itu merupakan bentuk penyerupaan terhadap
orang-orang Nashara, sedang menyerupai mereka di dalam masalah ibadat
adalah haram. Berkata Syekh al Utsaimin : dan karena dengan
meninggalkan nikah padahal ia mampu, merupakan bentuk penyerupaan
7
haram.
Karena
menyerupai
mereka
haram,
maka
wajib
Pendapat Kedua
Bahwa hukum asal dari pernikahan adalah sunnah, bukan wajib. Ini
orang
yang
Kondisi Pertama
Nikah hukumnya wajib, bagi orang yang mempunyai hasrat yang
Kondisi Kedua
Nikah hukumnya sunah bagi orang yang mempunyai syahwat, dan
c.
Kondisi ketiga
Nikah hukumnya mubah, bagi orang yang mempunyai syahwat,
tetapi tidak mempunyai harta. Atau bagi orang yang mempunyai harta tetapi
tidak mempunyai syahwat.
d.
Kondisi Keempat
Nikah hukumnya makruh bagi orang yang tidak punya harta dan
10
e.
Kondisi Kelima
Nikah hukumnya haram, bagi yang merasa dirinya tidak mampu
bertanggung jawab dan akan menelantarkan istri dan anak. Syekh alUtsaimin memasukan pernikahan yang haram adalah pernikahan yang
dilakukan di Darul Harbi ( Negara Yang Memusuhi Umat Islam ), karena
dikhawatirkan musuh akan mengalahkan umat Islam dan anak-anaknya
akan dijadikan budak. Tetapi jika dilakukan dalam keadaan darurat, maka
dibolehkan.
C.
perjelasan:
1.
(perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas
Allah, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat berikut:
11
4.
beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama
manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur
bagi peribadahan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang
lain, bahkan berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah).
5.
12
D.
menunjuk makna tertentu. Kata ini berbeda dengan kata suami, istri, pasangan
hidup atau yang semisal dengannya. Kata jodoh menurut kamus bahasa Indonesia
adalah pasangan yang cocok baik bagi laki-laki maupun perempuan. Oleh karena
itu kata jodoh memiliki makna yang lebih spesifik dari kata suami, istri, atau
pasangan hidup, sebab di sana terdapat penjelasan sifat lebih khusus dari sekedar
pasangan hidup. Dalam bahasa Arab, kata yang bermakna jodoh seperti yang
terdapat dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan.
Para fuqaha ketika membahas hukum pernikahan hanya menyebut istilah
Zauj atau Balun untuk suami dan Zaujatun atau Imroatun untuk istri yakni
istilah-istilah yang berkonotasi netral tanpa ada penekanan sifat tertentu
sebagaimana kata suami, istri, atau pasangan hidup dalam bahasa Indonesia.
Adapun makna jodoh yang menjadi topik diskusi di sini adalah orang atau
individu tertentu yang akan menjadi pasangan hidup. Dengan titik diskusi apakah
Alloh telah menentukan dalam Lauhul Mahfudz, sebelum manusia dilahirkan
bahwa ia akan dipasangkan dengan individu tertentu atau tidak?. Artinya apakah
Alloh sudah mentandirkan dalam azal bahwa A akan dipasangkan dengan B, atau
tidak?.
Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu harus dilakukan studi yang
mendalam terhadap nash-nash yang terkait dengan topik tersebut berdasarkan AlQuran dan Assunnah atau dail yang ditunjuk keduanya seraya mengesampingkan
semua dasar yang tidak terkait dengan nash Al-Quran dan Assunnah baik ia
berupa adat, tradisi, pameo, peribahasa, dan sebagainya. Hanya saja, pembahasan
tentang jodoh termasuk perkara Qadha atau bukan tidak boeh dicampur adukkan
dengan pembahasan keimanan bahwa Alloh adalah Maha Pengatur. Sebab,
pembahasan jodoh termasuk perkara Qadha atau bukan adalah suatu hal,
sementara pembahasan tentang keimanan bahwa Alloh adalah Maha Pengatur.
Masing-masing adalah topik tersendiri yang harus dibahas berdasarkan
nash-nash yang terkait dengan topik itu. Mencampur adukkan dua topik
pembahasan ini adalah langkah keliru karena bertentangan dengan fakta
pembahasan, sebagaimana bisa berakibat kekacauan terhadap pemahaman.
13
Dengan demikian dua macam pembahasan itu harus dipisahkan. Tinjauan sekilas
terhadap persoalan jodoh menunjukan bahwa persoalan ini adalah termasuk
masalah aqidah, sebab keperayaan bahwa Alloh mentakdirkan A berpasangan
dengan B, atau Alloh tidak mentakdirkan itu adalah jenis keyakinan, bukan amal.
1.
jodoh, semua hal mengenai diri manusia duah ditentukan oleh Alloh ketika
manusia berada di Lauhul Mahfudz. Dalam sebuah riwayat Bukhori dan
Muslim dari Ibnu Masud ra, dikabarkan bahwa Rosululloh SAW, bersabda
yang artinya sesungguhnya proses penciptaan setiap orang dari kalian
berada di perut ibunya selama 40 hari berupa segumpal air mani. Selanjutnya
ia berubah menjadi segumpal darah dalam masa yang sama. Kemudian ia
berubah menjadi segumpal daging dalam masa yang sama. Lalu Alloh
mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya disamping
diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yakni rizqinya, ajalnya,
perilakunya, dan bahagia celakanya.
2.
Ya dan tidak. Takdir itu bisa diubah oleh manusia, tetapi dapat diubah oleh
Alloh. Alloh SWT berfirman:
Karena jodoh (dan segala takdir) itu hanya bisa diubah oleh Alloh,
apakah sebaiknya manusia menunggu takdir dari Alloh saja tanpa perlu
berusaha lagi?. Alih-alih, Alloh dan Rosul-Nya mempersilakan manusia untuk
berusaha supaya Alloh mengubah takdir manusia itu. Alloh SWT berfirman:
14
E.
itu harus
Luhur budi pekertinya : seorang istri yang luhur budi pekertinya selalu
sabar dan tabah menghadapi ujian apapun.
15
3.
4.
5.
6.
7.
8.
hambar, disamping itu menurut ahli kesehatan hubungan darah yang sangat
dekat dapat menimbulkan problem genetika bagi keturunannya.
Dalam memilih calon suami bagi anak perempuan hendaknya memilih
orang yang memiliki akhlak, kehormatan dan nama baik. Dengan demikian jika
ia menggauli istrinya maka istrinya maka ia menggaulinya dengan baik, jika
menceraikan maka ia menceraikan dengan baik. Rasullah bersabda :barang
siapa mengawinkan anak perempuannya denga orang yang fasik makasungguh
dia telah memutuskan hubungan persaudaraan. Seorang laki-laki berkata
kepada hasan bin ali, sesungguhnya saya memiliki seorang anak perempuan
maka siapakah menurutmu orang cocok agar saya dapat menikahkan
untuknya? hasan menjawab :nikahkanlah dia dengan seorang yang beriman
kepada Allah SWT, jika ia mencintainya maka dia akan memuliahkannya dan
jika dia membencinya maka dia tidak mendzoliminya.
16
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Meninjau dari uraian pembahasan pada Bab II, penulis dapat menarik
2.
3.
untuk
menegakkanr
tangga
yang
Islami,
untuk
Jodoh (dan berbagai hal) sudah ditentukan oleh Alloh, tetapi manusia
bisa berusaha agar Alloh berkehendak untuk merubahnya.
5.
17
DAFTAR PUSTAKA
Andriani Nurmalia. (2013). Pengertian Pernikahan Menurut Islam. [Online].
Tersedia:
http://nurmaliaandriani95.blogspot.com/2013/09/pengertianpernikahan-menurut-islam.html (diakses pada 21 Mei 2015).
Departemen Agama. (1993). Al-Quran dan Terjemahnya. Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Quran. Surabaya : Surya Citra Aksara.
Hashem, O. (1965). Marxisme dan Agama. Surabaya : Yayasan Pendidikan Islam
Islam Diaries. (2012). Tujuan Pernikahan dalam Islam. [Online]. Tersedia:
http://islamdiaries.tumblr.com/post/37326522822/tujuan-pernikahandalam-islam (diakses pada 21 Mei 2015).
Makalah Islam. (2013). Pengertian, Hikmah, Tujuan, dan Hukum Nikah. [Online].
Tersedia: http://islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_27.html (diakses
pada 21 Mei 2015).
Sayyid Sabiq. (1973). Fiqh Sunnah. Jilid 1-2 Cetakan ke-1. Bandung : PT.AlMarif.
Zain Ahmad. (2011). Pengertian Menikah dan Hukumnya. [Online]. Tersedia:
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/271/pengertian-menikah-danhukumnya/#_ftn4 (diakses pada 21 Mei 2015).
18