(Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah bahasa arab)
Dosen pengampu:DR.H.AHMAD ROJALI JAWAB.M.A
Disusun Oleh :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la, yang atas
rahmat-Nya dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wasallam yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah sejarah peradaban islam, dengan
judul: “PENGERTIAN TARKIB HAL” Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam mengerjakan pembuatan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya waktu, pengalaman, pengetahuan, dan
kemampuan kami.
Demikian makalah ini kami hadirkan dengan segala kesungguhan dan kekurangan
kami. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan
kepada pembacanya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………….3
BAB II……………………………………………………………………………………………………………………………………………….4
ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….4
BAB III……………………………………………………………………………………………………………………………………………12
PENUTUP……………………………………………………………………….………………………………………………………………12
2.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………….13
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN TARKIB HAL.
ِ ِ
ْ *م ْف ِه ُم يِف َحال َك َف ْرداً َأ ْذ َه
ب ُ ب
ُ ضلَةٌ ُمْنتَص
ْ َف ف
ٌصْ ال َو
ُ َاحْل
“Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan) dan
memberi keterangan keadaan seperi dalam contoh: ُ َفرْ داً َأ ْذ َهب (aku akan pergi sendiri)”.
Dengan istilah lain:
ا%لٌّ ِمْن ُه َم%ك%َ ل َومُسَّي%ِ %و ِع الْ ِف ْع%ْ %اع ِل َْأو امل ْفعُ ْو ِل بِِه ِحنْي َ ُو ُق
ِ ال هو ِإسم مْنصوب يب هي ةَ اْل َف
اَحْلَ ُ ُ َ ْ ٌ َ ُ ْ ٌ َُ نْي ُ َ َْئ
.ب احلَ ِال ِ
ُ صاح
َ
“Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau
perilaku Fa’il atau Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing fa’il dan
maf’ul bih tersebut dinamakan Shohibul Haal”.
· Haal untuk menjelaskan Fa’il.
Contoh: ً جا َء زَ ْي ٌد َرا ِكيْبا
َ = zaid telah datang secara berkendaraan.Lafad ً َرا ِكيْبا berkedudukaan
sebagai Haal dari lafazh زَ ْي ٌد yang menjelaskan keadaan Zaid waktu kedatanganya. Seperti
yang terdapat di dalam firman Allah Swt. Berikut: ج ِم ْنهَا خَاِئفًا َ َف = “Maka keluarlah Musa
َ خر
dari kota itu”. (Al-Qashash: 21) . Lafad خَاِئفًا berkedudukan sebagai Haal fa’il
lafadz ج
َ خر
َ yeng menjelaskan keadaan Musa waktu keluarnya.
· Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih
Contoh: س[[[[[[[[[[[[[[ َّرجًا َ س ُم َ [[[[[[[[[[[[[[ر
َ َْت اَ ْلف
ُ = َر ِكب Aku berkendara dengan
berpelana. Lafadz [جا ً ُم َس َّرberkedudukan sebagai haal dari maf’ul yang menjelaskan keadaan
kuda waktu digunakan angkutan diatasnya. Dan seperti yang terdapat didalam firman Allah
Swt. Berikut: س[وْ اًل [َ واَرْ َس ْلن =
ِ ََّاك لِلن
ُ اس َر َ “kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap
manusia.” (An-Nisa: 79). Lafadz َرسُوْ اًلmenjadi haaldari maf’ul bih huruf kaf yang terdapat
[َ واَرْ َس ْلن.
pada lafadz َاك َ
· Haal untuk menjelaskan kedua-duanya (fa’il dan Maf’ul bih).
Contoh: عبْ[[[[[ َد هَّللَا ِ َرا ِكبًا ُ ِلَق = Aku
َ يت Bertemu Abdullah dengan berkendaraan. Yang
dimaksud dengan berkendaraan itu bisa Aku atau Abdullah atau keduanya.
B.SYARAT-SYARAT HAL.
1. Isim nakirah
Namun ulam’ bagdad dan Syaikh Yunus meyakini bahwa boleh membuat haal dari
َ َجا َء َز ْي ٌد ال َرا ِكي
isim ma’rifah secara mutlak tanpa takwil, seperti contoh:ْب
Tidaklah terbentuk haal itu kecuali harus sesudah sempurna kalamnya, yakni sesudah
jumlah (kalimat) yang sempurna, dengan makna bahwa lafadz haal itu tidak termasuk salah
satu dari kedua bagian lafadz jumlah, tetapi tidak juga yang dimaksud bahwa keadaan kalam
itu cukup dari haal (tidak membutuhkan haal) dengan berlandasan firman Allah Swt.: ش ِ َواَل تَ ْم
ِ ْفِ ْي اَألر (dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra’:
ض َم َرحًا
37).
Shahibul haal (pelaku haal) harus dalam bentuk ma’rifat, dan pada galibnya
(mayoritasnya) sekali-kali tidak dinakirahkan kecuali bila ada hal-hal yang
memperbolehkanya yaitu:
a. Hendaknya haal mendahului nakirah.
Contoh: ٌ(فِ ْيهَ[[[[[[ا قَاِئ ًم[[[[[[ا َرجُ[[[[[[ لdidalamnya terdapat seorang laki-laki sedang
berdiri). lafadz قَاِئ ًما berkedudukan sebagai haal dari lafadz ٌجل ُ َر.
b. Hendaknya nakirah ditakhshish oleh idhafah.
ًس ُم ْستَ ِح ّقا يَل ن ِ ي ْغلِب * و َكونُه مْنتَ ِقالً م ْشَتقَّا
لك
َ ْ ْ ُ َ ُ ُُ ْ َ
“Keadaan haal ini dalam bentuk muntanqqil lagi musytaq adalah hal yang lumrah, tetapi hal
ini tidak pasti.”
PENUTUP
A.Kesimpulan
Demikialah makalah yang kami susun, kurang lebihnya kami minta maaf, kami merasa
bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, bahkan masih jauh dari
sempurna, maka kami pemakalah berharap kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat
untuk para pemakalah begitu pula bagi teman-teman agar mewujudkan makalah yang lebih
baik dan sempurna. Besar harapan kami semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan pemakalah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid 1, Bandung: Sinar Baru
Algennsido, 2009
Djawahir Djuha, Tata Bahasa Arab Ilmu Nahwu, Bandung: : Sinar Baru Algennsido, 1995
Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf, Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008