Anda di halaman 1dari 5

INDONESIA TIDAK BAIK-BAIK SAJA

Puisi oleh Djong Wanter

Ada tangis yang terdengar di semenanjung Nusa Antara


Luka berlapis masih dirasa oleh para penunjang bahtera tua
Mirisnya, masih ada luka dan duka di tahun ke-75
Tahun setelah diantar kegerbang kemerdekaan
Pernahkah dicari tau sebab sehingga luka dan tangis
yang tak kunjung disembuhkan?
Entahlah…
Sepertinya ada siratan indikasi kejam
Bahwa ada kesengajaan dan pembiaran
yang dibungkus rapi tak terdeteksi
Ataukah mungkin ada misi terselubung dalam setiap kebijakan
berdalih pemerataan yang sarat akan misteri

Bapak dan Ibu berselingkuh ria dengan kemunafikan


berkedok kesejahteraan
Para pendiri dan tetua bangsa menangis
karena marwah bangsa disayat oleh pemangku kepentingan
Hmm…
Kemanakah petinggi negeri ketika rakyat menangis
dalam kesengsaraan?
Di manakah keadilan negara
ketika warga asing dengan santai melenggang bebas mendapat pekerjaan
sementara rakyat sendiri selalu diasingkan?
Ohh…
Pancasila adalah karya apik
yang selalu dijunjung sebagai falsafah bangsa
namun minim implementasi
Apiknya falsafah kemudian meninabobokkan generasi
yang dihanyutkan dalam manisnya euforia fantasi
Di mana esensi kemanusiaan yang adil dan beradab
Ketika keadilan merata tak mampu diselenggarakan?
Di mana esensi persatuan
ketika pemerataan pembangunan tak mampu diberikan
hingga berimbas kecemburuan dan memicu pergerakan?
Setiap gelora pergerakan yang terjadi harusnya ditangkap
sebagai kode yang menuntut untuk ditindaklanjuti
Namun, setiap pesan dan kode yang diberikan
selalu dianggap tabu dan tak kunjung diinsafi

Sadarkah bahwa ketidakadilan orang tua


akan menimbulkan keresahan dan kemarahan anak
yang pada puncaknya dapat mengancam keutuhan keluarga?
Lantas di mana hikmat kebijaksanaan dalam dongeng kepemimpinan,
ketika para wakil yang sejatinya pesuruh
tak becus menyambung suara keresahan yang dirasa?
Keberadaan parlemen jalanan adalah bentuk ketidakpuasan
terhadap kinerja para penyambung lidah pemanas tahta bangku bekas
yang dilacur secara bergantian
Sepertinya besar kecil ukuran suara yang harus didengar
ditentukan oleh jumlah harta dan tinggi rendahnya kasta
Tetapi jangan lupakan dongeng omong kosong
bahwa rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi negara

Hei generasi!
Pembatasan kata pribumi adalah
kemunafikan berdalih kesetaraan
Peniadaan status meracuni pola pikir generasi
hingga menolak pesan-pesan kebenaran
Generasi kehilangan prinsip
Sementara pengurus tak kunjung sadar dari mabuk
akan mewahnya tahta kekuasaan
Belum habis masalah kesenjangan,
kesejahteraan dan pengangguran
yang melibatkan anak negeri
Muncul masalah berupa kedatangan massal calon pekerja
yang datang dari negeri yang katanya mapan ekonomi
Kenapa harus datang mengais rizki di negara pecandu hutang
kalau negara asal adalah pemberi hutang?

Awal merebaknya bencana corona di januari 2020


Ratusan turis tirai bambu melenggang bebas masuk
dan disambut di sumatera barat dengan tarian
Lantas kenapa ketika anak-anak negeri yang tiba dari negeri yang sama
diisolasi dan diperlakukan selayak tawanan?
Apa sebab?
Karena miskin ataukah
karena mereka hanya pelajar beasiswa yang ditanggung negara
Sehingga tidak membawa keuntungan dan harus diasingkan?

Datangnya corona munculkan perintah menetap di rumah


Lantas bagaimana dengan anak-anak
yang hidup di jalanan tak punya rumah?
Rakyat miskin diberikan sembako,
apakah seterusnya akan dilakukan hal yang sama?
Hari ini sembako diberikan,
lalu besok makan apa bila selalu dibatasi kerja?
Gaungkan slogan kerja kerja kerja
namun anak bangsa kesulitan mencari kerja dan diPHK
Oleh negara, akses masuk diberikan bagi 600 orang asing asal tirai bambu
dengan dalih bekerja di tengah wabah corona
Aparat keamanan negara digunakan
sebagai senjata penekan rakyat untuk melarang mudik
Sedangkan orang asing dari negara sumber virus
dimudahkan keluar masuk
Lantas apa gunanya lockdown dan pembatasan berskala besar?
Sadarkah bahwa lockdown telah terlambat
jika wabah telah masuk melanda negara dan daerah

Entahlah…
Indonesia kini adalah negara aneh
dengan berjuta fenomena alibi dan dalih
Kepentingan demi kepentingan meracuni
sendi berpikir para pemangku negara
Rakyat hampir lelah dalam sengsara
Namun kenapa tak kunjung ditemui solusi
sebagaimana agungnya cita-cita negara?

Maka dengan lantang kami bertanya :


HARUSKAH MEMBUANG
ANAK SENDIRI KARENA MISKIN
DEMI MENYAMBUT ORANG ASING
KARENA MEMBAWA KEUNTUNGAN??!!

Ketidakadilan perlakuan selalu menghantui anak negeri


Yang katanya adalah pion perubahan
dan generasi penerus bangsa
Rasisme disandingkan dengan konotasi negatif
oleh mereka yang katanya pintar
Namun merekapun terinjak di negeri sendiri
karena buah kepintaran yang pincang
Maka jangan salahkan jika rasisme digaungkan
dalam rangka mempertahankan hak anak bangsa
Sebagai titipan para pendiri yang harus dirawat dan dijaga
Ohhh
Indonesia
Salam dan seru amanatku dari Semenanjung Timur
Bagi seluruh penjaga negeri
Wahai saudara-saudaraku di semenanjung Nusa Antara
Jagalah negeri-negerimu
Karena Indonesiamu dan Indonesiaku
Kini tidak lagi baik-baik saja
Karena Indonesiamu dan Indonesiaku
Kini tidak lagi baik-baik saja
Karena Indonesiamu dan Indonesiaku
Kini tidak lagi baik-baik saja

Anda mungkin juga menyukai