Anda di halaman 1dari 11

AGAMA PADA MASA PRA ISLAM DAN KETAUHIDAN MASA

RASULULLAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
ILMU TAUHID

DOSEN PENGAMPU
NUGRAHA ANDRI AFRIZA, M.AG

Disusun Oleh:
Aida Rahmi (22080011)
Riski rahmadani (22080023)
Ade fatma (22080068)

EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)
MANDAILING NATAL
T.A2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat di rampungkan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen
pengasuh mata kuliah Ilmu Tauhid sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul ”Agama pada masa pra islam dan ketauhidan masa rasulullah”. Besar harapan kami
bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di jadikan sebagai pegangan dalam mempelajari
materi tentang “Agama pada masa pra islam dan ketauhidan masa rasulullah”.Juga merupakan
harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah semua pihak dalam proses
perkuliahan pada mata kuliah “Ilmu Tauhid”.

Sesuai kata pepatah “tiada gading tak retak”, kami mengharapkan saran dan kritik,
khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami lakukan dapat bermanfaat, amin.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................. .................. i


Daftar Isi .......................................................... .................. ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................. .................. 1
Rumusan Masalah ............................................ .................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. AGAMA PADA MASA PRA ISLAM ..... .................. 2
B. KETAUHIDAN MASA RASULULLAH .................. 5

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ................................................ .................. 7

DAFTAR PUSTAKA ..................................... .................. 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kedatangan Islam dan pembawanya, Muhammad S.A.W di tengah masyarakat
Arab sungguh merupakan suatu reformasi besar. Dalam suatu masyarakat yang
cendrung mengabaikan nilai- nilai kemanusiaan, Islam dengan al-Qur’an sebagai
sumber utamanya mampu merubahnya dalam waktu yang relatif singkat. Sebelum
Islam datang, masyarakat Arab merupakan komunitas yang mengabaikan atau
mengingkari fitrah manusia. Peperangan yang terjadi antara suku dan kabilah yang
berlangsung selama puluhan tahun, penguburan anak-anak perempuan hidup-hidup,
penyembahan kepada berhala, serta penindasan terhadap warga yang mempunyai status
sosial rendah oleh para bangsawan merupakan bagian dari hidup mereka. Seolah-olah
itu semua merupakan pandangan hidup mereka.
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini agar pembahasan lebih terfokus ada beberapa rumusan
masalah di antaranya:

1. Bagaimana agama pada masa pra islam dan ketauhidan masa rasulullah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. AGAMA PADA MASA PRA-ISLAM


Sebelum Islam lahir, masyarakat Arab mempunyai beberapa agama dan
kepercayaan, yaitu pertama, Agama Saba`iyyah (menganggap bahwa matahari dan
bintang-bintang adalah Tuhan yang memiliki kekuatan). Agama ini dianut oleh Arab
Qohthon (Kaum Saba`). Kedua, Yahudi. Agama ini banyak dianut penduduk Yaman.
Ketiga, Nasrani, yang banyak dianut di Arab Utara, Hijaz, dan Yatsrib.
Adapun Mekkah, mayoritas penduduknya adalah penyembah berhala, bebatu-
batuan dan pepohonan. Tidak kurang dari 360 berhala diletakkan di sekeliling
Ka`bah, karena setiap Kabilah membuat sendiri-sendiri. Adapun budaya Bangsa Arab
sebelum Islam dinamakan budaya jahiliyyah, yaitu budaya yang dilandasi untuk
kesenangan dan kepuasan hawa nafsu pribadi. Budaya ini ditandai dengan tradisi
minuman keras, berjudi, suka berkelahi, mudah berperang dan tidak menghormati
wanita.
Bangsa Arab sangat menyukai minuman keras yang terbuat dari sari buah
Anggur. Mereka senantiasa menghidangkan minuman keras pada upacara adat,
keagamaan, perkawinan, dan upacara-upacara lainnya. Bangsa Arab mudah
bermusuhan antar suku, untuk berebut status sosial dan kekuasaan, sehingga hal-hal
yang kecil dan sepele dapat memicu pertikaian bahkan peperangan. Setiap kabilah
atau suku bertanggung jawab atas nama suku dan membela semua anggotanya baik
dalam kebenaran maupun dalam kesalahan.1
Bangsa Arab menjadikan janda sebagai barang yang dapat diwariskan kepada
anak laki-laki, sehingga banyak anak laki-laki mengawini janda ayahnya. Diantara
adat dan budaya yang lebih buruk lagi ialah membunuh anak perempuan dan
menguburnya dalam keadaan masih hidup, karena mereka merasa malu mempunyai
anak perempuan dan beranggapan bahwa anak perempuan tidak dapat di ajak
berperang, mencari penghasilan, dan sebagainya.

1
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011), h.
49.

2
Itulah potret dan gambaran perbuatan serta kebudayaan bangsa Arab pada
masa jahiliyyah dan sebelum datangnya Islam. Dalam kondisi seperti itu, Allah SWT
mengangkat Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya dalam usia 40 tahun enam
bulan delapan hari (Qomariyah) atau 39 tahun tiga bulan delapan hari (Syamsyiyah).
Nabi diutus untuk mereformasi atau merubah dan memperbaiki akhlak yang
buruk dan tercela dengan menurunkan wahyu-Nya berupa kitab Al Quranul Karim
yang suci dan murni. Alquran yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad
SAW, ialah Surat Al-Alaq/ Surat Iqro` / Al-Qolam pada Malam Jumat, 17 Ramadan,
bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, ketika Nabi bertahanus di Gua Hira dengan
perantara Malaikat Jibril AS.2
Gua Hira berada di Jabal Nur. Dinamakan Jabal Nur karena gunung ini
memancarkan cahaya kenabian, sekitar enam kilometer sebelah utara Kota Mekkah,
sebelah timur laut dari arah Masjidil Haram. Tingginya lebih dari 642 m. Sebelum
sampai ke puncak, terdapat telaga yang tidak berair, panjangnya delapan meter, lebar
dan dalamnya enam meter. Kira-kira 20 meter dari puncak Jabal Nur terletak Gua
Hira. Di dalam Gua Hira`, dapat memuat tiga orang shalat berdiri dan memuat dua
orang tidur berdampingan.Inti Ajaran Alquran, Kyai Masruchan menyampaikan, inti
ajaran Alquran ada lima, yaitu
Pertama keimanan dan ketauhidan. Inti keimanan yang diajarkan Alquran
ialah keimanan bahwa Allah SWT itu Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Allah
yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, dan tidak ada yang menyekutuinya. QS Al
Ikhlas ayat 1-4, yang artinya ” Katakanlah! Dialah Allah yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan. Tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya”.
Kedua, keakhlakan. Alquran mengajarkan akhlak yang mulia kepada manusia
dan melarang akhlak buruk serta tercela. Akhlak mulia yang di ajarkan oleh Al
Qur`an, antara lain hormat kepada orang tua, kasih sayang kepada sesama, penolong,
jujur, rendah hati, lembut, santun, ramah, dan lainnya. Al Quran juga melarang
kepada manusia dari akhlak buruk atau tercela, seperti pembohong, takabbur,
pemarah, berkhianat,pengganggu, menyakiti hati orang lain, menyebar kebencian, adu
domba, dan sebagainya.

2
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.5

3
Ketiga, persamaan hak dan martabat. Alquran mengajarkan persamaan hak
dan martabat manusia. Manusia mempunyai hak yang sama di hadapan hukum Allah
SWT. Dan derajat manusia dihadapan Allah SWT ditentukan oleh nilai taqwanya,
bukan pada nasab, status sosial, ilmu,, ketenaran, kecantikan, harta, dsb. Sebagaimana
dijelaskan dalam QS Al Hujurat ayat 13: “ Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kalian di sisi Allah, ialah yang paling taqwa diantara kalian”.
Keempat, sejarah para nabi dan kaumnya. Alquran menerangkan sejarah para
nabi terdahulu seperti Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan lainnya.
Sejarah tersebut menjelaskan persamaan ajaran para Nabi yaitu beriman kepada Allah
yang Maha Esa. Alquran juga menjelaskan akibat orang-orang yang tidak mengikuti
ajaran para nabinya. Mereka mendapatkan kenistaan dan kehinaan dari Allah SWT,
seperti contoh, Raja Namrud dan pengikutnya yang menentang ajaran Nabi Ibrahim,
Raja Fir`aun dan bala tentaranya yang tenggelam di Laut Kulzum atau Laut Merah
karena menentang Nabi Musa, dan masih banyak contoh yang lain.3
Kelima, al wa’du wa al wa’idu (janji /kKabar gembira dan ancaman). Al
Quran memberi kabar gembira (janji) kepada orang–orang yang beriman dan beramal
shaleh, mereka akan mendapatkan balasan baik di dunia maupun di akherat. Di dunia
akan hidup tentram, damai dalam rohani dan sejahtera dalam jasmani. Dan di akhirat
akan mendapat pahala yang besar, sebagaimana diterangkan dalam QS An Nahl ayat
27, yang artinya ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Sebaliknya bagi orang yang kafir dan munafik, mereka akan mendapatkan
siksa yang amat pedih di akherat kelak nanti. Sebagaimana di jelaskan dalam QS An-
Nisa` ayat 56: ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, kelak
akan kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, kami
ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Dalam Surat An-Nisa’ ayat

3
A.Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Kerajaan Islam di Indonesia,
(Yogyakarta:Ombak, 2012), h. 19.

4
145, juga disebutkan ”Sesungguhnya orang-orang munafiq bertempat di dasarnya
neraka“.

B. KETAUHIDAN MASA RASULULLAH


Dapat disimpulkan bahwa keadaan geopolitik Arab pada masa datangnya
risalah Alquran adalah diapit dua adidaya, yakni Romawi yang berkiblat pada Nasrani
dan Persia yang Majusi. Romawi memiliki sekutu terdekat Arab, yakni Kerajaan
Najasyi. Sementara itu, sekutu terdekatnya Persia adalah Yaman. Dalam kondisi
demikian, jejak-jejak ajaran Nabi Ibrahim dan prinsip agama yang hanif kurang
menonjol karena tidak memegang kendali seutuhnya atas pengurusan Ka'bah.
Alhasil, Baitullah itu dijejali banyak berhala dan syariat haji sama sekali
melenceng dari ketentuan yang digariskan sejak Nabi Ibrahim AS. Sebagai contoh,
pada masa jahiliyah itu, orang-orang musyrik melakukan tawaf dengan bersorak-sorai
dan bahkan telanjang. Di antara tokoh-tokoh sebelum adanya risalah Alquran, yang
setia pada ajaran tauhid Nabi Ibrahim AS, adalah Qus bin Saidah al-Iyadi, As'ad Abu
Karib al-Himyari, Ubaid bin al- Abrash al-Asadi, dan Kaab bin Luay bin Ghalib al-
Quraisysalah seorang kakek Rasulullah SAW. Mereka dan para pengikutnya
menjalankan syariat Nabi Ibrahim AS.4
Misalnya adalah berhaji dengan semestinya ke Baitullah, mandi ketika junub,
berkhitan, dan berkurban hanya untuk Allah SWT. Mereka tidak mau memakan daging
kurban yang diperuntukkan berhala. Mereka juga gemar bersunyi diri (iktikaf) biasanya
di gua-gua untuk menemukan kedamaian; menganggap haram memakan darah, daging
babi, dan bangkai; serta melarang menguburkan anak perempuan (atau siapa pun)
hidup-hidup.
Menurut Abdul Aziz (2016), banyak di antara para pengikut tauhid millah
Ibrahim yang bisa membaca dan menulis. Bahkan, ada pula yang pakar kitabullah (ahlul
kitab), walaupun tidak sampai memeluk Yahudi atau Nasrani, karena dinilainya kurang
mampu melegakan dahaga batin mereka yang meyakini tauhid murni. Kelak, Alquran
sendiri menegaskan bahwa Nabi Ibrahim AS bukanlah dari golongan Yahudi maupun
Nasrani. Lihat, misalnya, surah Ali Imran ayat ke-65 hingga 68. Allah SWT melalui
firman-Nya itu menyangkal klaim-klaim tak mendasar dari pemuka Yahudi dan

4
Ibid. K.H.O Gadjahnata, Masuk dan Berkembangnya Agama Islam , h. 31.

5
Nasrani yang ingin agar sang Khalilullah itu diakui sebagai bagian dari kubu masing-
masing. Menurut tafsir Ibnu Katsir, dalam ayat tersebut seakan-akan Allah SWT
menyindir dua kaum tersebut.

6
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dakwah Rasulullah dari zaman sebelum beliau diutus sebagai nabi dan rasul sudah
memberikan contoh untuk kita bahwa dari suri tauladan akhlak beliau patut untuk kita contoh
dalam keseharian kita. Seberat apapun yang Rasulullah hadapi Rasulullah selalu bergantung
kepada Allah dengan segala susah payahnya cobaan yang Allah berikan beliau tetap berpegang
teguh dengan ketauhidan dan menjunjung tinggi agama Islam yang beliau bawa. Pada pada
masa dakwah yang ada di Mekah Rasulullah bertitik fokus kepada penampakan agama Allah
yakni Islam dan menyuruh kepada -Nya agar tidak ada lagi kebiasaan khurafat ataupun
sembahan sembahan yang tidak semestinya untuk disembah, untuk menjunjung tinggi
tauhidullah. Dakwah Rasulullah secara sirriyah dan dan terang-terangan itu adalah tahapan
bagaimana kita harus menjalani sesuatu itu secara alami pendekatan yang terdekat untuk
didahulukan. Intisari dakwah Islam yang diberikan Nabi di Makkah selama lebih kurang 13
tahun meliputi: i‟tikad dan keimanan, amal ibadat, dan akhlak.

Lalu pada masa periode Madinah Rasulullah saat semakin membuat Islam kuat dengan
para sahabat maka dimulailah titik untuk lebih memperluas penyebaran Islam. sejarah
pemikiran dan peradaban dalam bidang ini sangat berpegang teguh dengan sumber ajaran Al-
Qur'an dan Hadist, yang mana dari situ Islam datang membawa sistem sosial dan bilateral
dalam kurun waktu 23 tahun selama Rasulullah diutus sampai akhir hayatnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2011), h.


49.

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.5

A.Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Kerajaan Islam di Indonesia,


(Yogyakarta:Ombak, 2012), h. 19.

Ibid. K.H.O Gadjahnata, Masuk dan Berkembangnya Agama Islam , h. 31.

Anda mungkin juga menyukai