Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ILMU FILSAFAT

TENTANG

Pragmatisme (Filsafat, berbasis kegunaan)

Dosen Pengampu:

Nugraha Andi Afriza, M..Ag

Disusun oleh :

Kelompok 14

Muhammad Yusuf Batubara

Muhammad Khoirur Rosid

Khoruddin

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

TAHUN AJARAN

2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
hidayahnyalah sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah dengan judul “ Pragmatisme (Filsafat, Berbasis Kegunaan.) “.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu
pembaca untuk lebih memahami lagi tentang Pragmatisme (Filsafat, Berbasis
Kegunaan)Untuk memperlancar proses pembelajaran.

Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah kami ini masih banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan
ini, kami mohon maaf jika dalam pembatan makalah ini banyak kekurangan. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PRAGMATISME
B. TOKOH-TOKOH FILSAFAT PRAGMATISME
C. ANALISIS KRITIS ATAS KEKUATAN DAN KELEMAHAN
PRAGMATISME

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
 
Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern, khususnya
abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang
epistemologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah sarana
yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang
dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat abad ke-17 munculah dua aliran
filsafat yang memberikan jawaban yang berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran
filsafat tersebut adalah rasionalisme dan empirisme. Empirisme itu sendiri pada abad
ke-19 dan 20 berkembang lebih jauh menjadi beberapa aliran yang berbeda, yaitu:
rasionalitas, empirisme dan pragmatisme.

B. RUMUSAN MASALAH
1. APA ITU PRAGMATISME FILSAFAT?
2. APA TUJUAN PRAGMATISME FILSAFAT?
3. APA SAJA TEORI PRAGMATISME FILSAFAT?

C. TUJUAN
1. UNTUK MENGERTI APA ITU PRAGMATISME
2. UNTUK MENGETAHUI TUJUAN PRAGMATISME
3. UNTUK MENGETAHUI TEORI PRAGMATISME

4
BAB II
PEMBAHASAN
 
A.  Pengertian Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta
kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi
Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
Sedangkan menurut istilah adalah berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang
berarti perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau
paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa
pemikran itu menuruti tindakan.
Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat
praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima
sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang
bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup
praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah”
atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila
membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it
works).
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata
ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang
pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti
itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum
menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan
nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu
konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat
tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu
dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.

B.  Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme


1.      Charles Sanders Peirce
Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/
pegangan dasar) itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan
kita. Horton dan Edwards di dalam sebuah buku yang berjudul Background of
American literary thought(1974) menjelaskan bahwa peirce memformulasikan

5
(merumuskan) tiga prinsip-prinsip lain yang menjadi dasar bagi pragmatisme
sebagai berikut :
a. Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada
kemurnian opini manusia.
b. Bahwa apa yang kita namakan “universal “ adalah yang pada akhirnya setuju
dan mnerima keyakinan dari “community of knowers “
c. Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan
membuktikan bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang
terdapat dalam filsafat dan matematika merupakan hal yang nyata bagi
masyarakat(komunitas).
2.      William James
William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga
menamainya “empirisme radikal”.
Menurut James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yag benar
ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan yang
akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala
sesuatu asal saja membawa akibat praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi,
kebenaran mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan
asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat.
Sedangkan empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima
suatu unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada
kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan
terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-
kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar
dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman
berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough
Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat
pendekatan empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap
indera.Sementara, Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada
dalam ide dan yang bersifat rasional.
Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme
mengenai kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu bekerja dan menghasilkan
hasil-hasil yang memuaskan maka ide itu bersifat benar. Suatu ide dianggap benar
apabila dapat memberikan keuntungan kepada manusia dan yang dapat dipercayai
tersebut membawa kearah kebaikan.
Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap
pragmatisme, sebagai berikut:

6
a. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di
prediksi tetapi dunia benar adanya.
b. Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi
pada ide-ide daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.
c. Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk
percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan
pengalaman praktisny maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.
d. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang
absolut, tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita
kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita tinggal
didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).
3.      John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya
dengan istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur
kehidupan dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk di dunia dan sekarang.
Tegasnya, tugas fiilsafat yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi
perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam
dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak
pada pengalaman (experience) , dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara
aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun suatu system norma-
norma dan nilai.
Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis
dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan
penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama
menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang
berdasarkan pengalaman-penglaman yang berdasarkan pengalaman yang mengenai
konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Sehubungan hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang
terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan
yang tertentu. Oleh karena itu, penyelidakan dengan penilainnya adalah
alat( instrumental) . jadi yang di maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha
untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-
pertimbangan, penyimpulan-penyimpulandalam bentuknya yag bermacam-macam.
Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap
Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meniliti tiga aspek dari yang
kita namakan instrumentalisme.
• Pertama, kata temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan nyata dalam
waktu.
• Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada
hari kemarin.

7
• Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik dengan
tenaga kita. Pandangan ini juga dianut oleh wiliam James.
C.  Analisis Kritis atas Kekuatan dan Kelemahan Pragmatisme
1.kekuatan Pragmatisme
a. kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer,
khususnya di Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang
pesat bagi ilmu pengetahuan maupun teknologi. Pragmatisme telah berhasil
membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung
berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal
yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan
dunia, bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme
mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief)
pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati
secara praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu
menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut,
pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang
untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian,
pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga munculllah
temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong
secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
c. Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada
“kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti
kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak
mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang
terbuka, kebanyakan kelompok pragmatisme merupakan pendukung
terciptanya demokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif
dalam masyarakat modern.
2. Kelemahan Pragmatisme
a. Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan
kebenaran absolute (kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila
terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh
manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari
sesuatu yang transcendental (bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta).
Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan
kemampuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap
semacam ini menjurus kepada ateisme.
b. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah
sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh
manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis.

8
Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi
oleh penyakit matrealisme.
c. Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara,
tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat
sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi
kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusia hidup
semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita
penyakit humanism.

9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis.Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme
adalah William James dan John Dewey.Seperti dengan aliran-aliran filsafat pada
umumnya, pragmatisme juga memiliki kekuatan dan kelemahan sehingga
menimbulkan kritik-kritik terhadap aliran filsafat ini.
1.    Kekuatan
  kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer,
khususnya di Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat
bagi ilmu pengetahuan maupun teknologi.
  Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu
menyangsikan segala yang ada
  Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada
“kepercayaan yang mapan”.
2.    Kelemahan
  Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan
kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa
terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh
manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu
yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta).
  Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu
yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka
pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis.
  Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara,
tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat
sosialnya.

10

Anda mungkin juga menyukai