Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

Tentang

Mazhab Filsafat Pendidikan

Siti Nursyahbani 2010009

Dosen Pembimbing

Jefri Rahmad Mulia S.Kom. M,Kom

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS ADZKIA PADANG

2021-2022
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, saya uapkan puji
syukur atas karuniaNya yang telah melimpahkan rahmat,nikmat,hidayah dan inayahnya
saya dapat menyelesaikan makalah Mazhab Filsafat Pendidikan Makalah ini saya buat
dalam rangka memenuhi tugas kuliah Filsafat Pendidikan di Universitas Adzkia.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Bapak Jefri Rahmad Mulia S.Kom,
M,Kom. adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dengan
berbagai sumber yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu saya menyadari bahwa terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahannya maupun segi penulisan nya. Oleh karena itu saya harapkan
kritikan dan saran yang membangun dari dosen pengampu, teman teman seangkatan
maupun kakak tingkat.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................

Daftar isi.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Filsafat Pendidikan Progresivisme....................................................................


B. Filsafat Pendidikan Parenialisme .....................................................................
C. Filsafat Pendidikan Esensialisme ....................................................................
D. Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme.......................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fitrah manusia adalah sebagai makhluk ber-tuhan, individual, sosial, dan unik.
Seseorang mungkin mempunyai kebutuhan yang sama atau berbeda dengan
kebutuhan orang lain pada suatu ruang dan waktu tertentu. Untuk memelihara dan
mengembangkan kehidupan manusia, kebutuhan-kebutuhan itu perlu dipenuhi.

Apabila kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik maka mungkin


kehidupan manusia akan mengalami hambatan. Dengan kata lain, apabila kebutuhan
tidak terpenuhi maka terjadilah masalah. Dan kebutuhan pendidikan merupakan
kebutuhan individual yang sangat penting bagi kehidupan yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa filsafat pendidikan progresivisme ?
2. Apa filsafat pendidikan parenialisme ?
3. Apa filsafat pendidikan esensialisme ?
4. Apa filsafat pendidikan rekontruksional?

C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang mazhab-mazhab filsafat pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Pendidikan Progresivisme


 Pengertian
Pragmatisme berasal dari kata bahasa yunani yaitu pragma yang berarti ti
ndakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang berpandangan b
ahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan
bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menhadi relatif tidak
mutlak. Suatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaa
n bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat.
Aliran pragmatisme adalah aliran yang bersedia menerima segala hal, asa
lkan hal tersebut berakibat baik atau berguna. Aliran ini mementingkan kegun
aan suatu pengetahuan dan bukan kebenaran objektif dari pengetahuan. Pra
gmatisme akan menguji suatu pengetahuan dan akan mengetahui kebenaran
pengetahuan tersebut melalui konsekuensi dari pelaksanaan pengujiannya. D
engan demikian, aliran pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaa
n-pertanyan seputar kebenaran yang bersifat metafisik.

 Tokoh-tokoh pragmatism dan pendapatnya mengenai pragmatisme


1. Charles sandre piere (1839) Charlesberpendapat bahwa apapun yang berpe
ngaruh bila dikatan praktis. Dibeberapa waktu yang lain ia juga mengutaraka
n bahwa pragmatisme bukanlah sebuah filsafat, bukan teori kebenaran, dan
bukan metafisika, melainkan adalah suatu cara untuk manusia dalam memec
ahkan masalah. Dari dua pendapat diatas bisa disimpulkan bahwasannya pr
agmatisme bukan hanya sekedar teori pembelajaran filsafat dan mencari keb
enaran, akan tetapi pragmatism lebih kearah pada tataran ilmu kepraktisan g
una membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia.
2. John Dewey (1859-1952) Dewey berpendapat bahwasannya berfilsafat guna
memperbaiki kehidupan manusia dan lingkungannya atau mengatur kehidup
an manusia. Ia juga menyatakan bahwa filsafat memberikan pengarahan dan
filsafat tidak diperkenankan kebawa arus dalam ide-ide metafisis yang tidak p
raktis.
3. William James Dia mengatakan secara singkat bahwa pragmatism adalah re
alitas yang sudah kita ketahui berguna untukmengukur suatu kebenaran kon
sep seseorang yang harus mempertimbangkan konsekuensi yang akan diter
apkan paa konsep tersebut.

 Pandangan pragmatisme
1. Metafisika
Pragmatisme seluruhnya ber beberkan paa penedekatan empiris yaitu semua ap
a apa yang dapat dirasakan itu benar artinya akal, jiwa, dan materi adalah hal yang tida
k dapat di pisahkan. Karena itu para cendekiawan pragmatism tidak pernah mendasark
an satu hal kebenaran. Dan menurut mereka pengalaman yang di alami di setiap manu
sia akan berubah juka realita manusia itu berubah.
Realita bukanlah hal yang abtrak dan hanya pengalaman biasa yang dapat beru
bah ubah dan terus berubah seiring berjalannya waktu.setiap manusia mempunyai tang
gung jawab atas lingkungan dan realitas hidup akan lebih indah jika kita sebagai manus
ia banyak mempelajari isu makna yang terkan dung dalam realitas kehidupan. Tema po
kok filsafat pragmatism :
1. Esensi realitas adalah perubahan
2. Hakikat social dan biologis manusia yang esensial
3. Realitas value
4. Penggunaan intergrasi secara terus menerus
Pragmatism menyetujui pendapat- pendapat manusia adalah tolak ukur segala tu
juan dan alat pendukung harus terbuka untuk diperbaiki secara terus menerus.

2. Epistimologi

Corak dari pragmatism adalah konsep kegunaan. Mengarah kepada sains dan
bukan metafisik. Dan pragmatism cenderung kepada kepercayaan. Hal yang perlu di
ketahui oleh pragmatism adalah bersifat pribadi dan tidak diberitakan, dan jika ada
hal yang sangat dibutuhkan untuk di beritakan, maka harus diberitakan akan tetapj
tidak ada yang sepihak hingga kebenaran akan selalu bersifat valid dan jujur.

Pragmatism mengklaim bahwasannya manusia selalu mempunyai rasa


keinginan untuk meneliti dan tidak mau menerima suatu produk yang belum teruji.
Untuk memecahkan masalah manusia harus memiliki penagalam pengalaman dalam
meneliti dan meliki alat guna mencari sebuah solusi dari akar masalah-masalah
penelitian.

Pragmatism menunjukkan kedapa kita bahwa tujuan berfikir adalah kemajuan


hidup, yaitu untuk memajukan dan memperbanyak capital dengan cara sepragtis
mungkin. metode intelegen adalah guna memperoleh informasi, dan ketika kita
mengetahui informasi maka kita dapat menyelesaikan masalah. Intelegensi nengacu
pada hipotesa yang dimana hipotesa untuk memecahkan masalah, dan hipotesa ini
menjelaskan masalah masalah terkait. Untuk memecahkan masalah itu, ada lima
cara menurut dewey dalam wini rosyidin yaitu:
1. Indeterminate situation, atau situasi tegang

2. Diagnosis, mencari penyebab timbulnya masalah

3. Hypothesis, gagasan atau ide ide informasi untuk dikumpulkan

4. Hypothesis testing, membandingkan informasi untuk di praktik kana tau di uji

5. Evaluation, mengkaji ulang apakah ada kesalahan pada point point sebelumnya

Dari konsep di atas, dewey sangat berusaha membuat konsep,pertimbangan,


dan kesimpulan dalam rupa yang beragam dan gampang. Menurut dewey, yang
benar berate di setujui dan di terima dikalangan semua orang.

3. Aksiologi

Pandangan pragmatisme tentang nilai itu adalah relatif atau situasional. Kaidah
moral dan etika itu tidak tetap, selalu berubah sesuai situasi, waktu , tempat,
persepsi masyarakat dan juga pengaruh kemajuan IPTEK. Pendekatan pragmatisme
terhadap nilai benar salah, baik buruk itu didasarkan pada kemanfaatan dalam
kehidupan masyarakat dan bukan didasarkan pada teori.

 Implementasi pragmatisme dalam pendidikan


Proses pendidikan dalam pragmatisme bertujuan memberikan pengalama
n empiris kepada anak didik sehingga terbentuk suatu pribadi yang belajar, berb
uat (learning by doing). Proses demikian berlangsung sepanjang hayat. Dalam p
andangan filsafat pragmatisme, anak didik memiliki akal dan kecerdasan. Artinya
anak didik secara naluriah dan amaliah memiliki kecenderungan untuk tetus berk
reatif dan dinamis dalam perkembangan zaman. Anak didik memiliki bekal untuk
menghadapi dan memecahkan problematika-problematika.
Maka dalam pembelajarannya, pendidikan pragmatisme selalu menekank
an pada pengalaman hidup dan cara menghadapi masalah dimanapun peserta d
idik itu tinggal, agar nantinya peserta didik dapat berfikir kritis dan berhasil berad
aptasi dengan perubahanperubahan kehidupan dunia. Peranan guru dalam pend
idikan pragmatisme adalah sebagai pengawas dan pembimbing dalam pembelaj
aran pengalaman tanpa mengganggu minat kebutuhan siswa. Dan sekolah haru
s mampu menyesuaikan segala aspek, karena perannya sebagai tempat untuk
mengajarkan pengalaman kehidupan yang terus berubah-ubah dan seharusnya
sekolah juga lebih mengedepankan muatan penglaman pembelajaran dibanding
muatan materi dan nilai akhir.

B. Filsafat Pendidikan Parensialisme


 Pengertian
Perenialisme berasal dari kata perennial diartikan sebagai continuing through
out the whole year atau lasting for e very long time, yakni abadi atau kekal dan da
pat berarti pula tiada akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat perenial
ialah berpegang pada nilai-nilai atau normanorma yang bersifat abadi. Aliran ini m
engambil analogi realiata social budaya manusia, seperti realita sepohon bunga y
ang terus menerus mekar dari musim ke musim,datang dan pergi, berubah warna
secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejal
a dari musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-olah me
rupakan benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama (Djumr
ansjah, 2006: 185-186)
Karena esensi aliran ini berupaya menerapkan nilai-nilai atau normanorma y
ang bersifat kekal dan abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah manusia, m
aka prenialisme dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur ke
pada nilai-nilai keudayaan masa lampau. Kembali kepada masa lampau dalam ko
nteks aliran ini, bukanlah dalam pengertian bernostalgia dan sekedar mengingat-in
gat kembali pola kehidupan masa lalu,tetapi untuk membina kembali keyakinan ak
an nilainilai asasi masa silam untuk menghadapi problema kehidupan manusia sa
at sekarang dan bahkan sampai kapan pun dan di mana pun (Syam, 1998: 295-29
7). Dengan demikian maka prenialisme ini menginginkan bahwa budaya, adat istia
dat-istiadat yang terbiasa mereka lakukan merupakan suatu yang abadi, kekal tan
pa akhir.
Aliran perenialisme beranggapan bahwa pendidikan harus didasari oleh nilai-
nilai cultural masa lampau, regressive road to culture, oleh karena kehidupan mod
ern saat ini banyak menimbulkan krisis dalam banyak bidang (Assegaf, 2011: 193).
Perenialisme, sesuai dengan namanya yang berarti segala sesuatu yang ada
sepanjang sejarah, melihat bahwa teradisi perkembangan intelektual yang ada pa
da zaman yunani kuno dan abad pertengahan yang telah terbukti dapat memberik
an solusi bagi berbagai problem kehidupan masyarakat perlu digunakan dan diter
apkan dalam menghadapi alam modern yang sarat dengan problem kehidupan (M
uhmidayeli, 2005: 173).

 Tokoh – tokoh dalam aliran parensialisme


Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM. dan meninggal pada tahun 347
SM. dalam usia 80 tahun. Ia dibesarkan dalam keluarga bangsawan Athena yang
kaya raya, sebuah keluarga Aristokrasi yang turun temurun memegang peranan p
enting dalam politik Athena (Hata, 1986: 80). Ayahnya Ariston mengaku keturunan
raja Athena, ibu Plato, Periction, adalah keturunan keluarga Solon. seorang pemb
uat undang-undang, penyair, pemimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri demo
krasi Athena yang terkemuka (Smith, 1986: 29). Plato adalah filsuf idealis, ia mem
andang dunia ide sebagai dunia kenyataan. Pokok pikiran plato tentang ilmu peng
etahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum universal yang abadi d
an sempurna. Yakni idea, sehingga ketertiban sosial hanya akan mungkin bila ide
itu menjadi ukuran, asas normatif dalam tata pemerintahan. Maka tujuan pendidik
an adalah ”membina pemimpin yang sadar” dan mempraktekkan asas-asas norma
tif itu dalam semua aspek kehidupan.
Menurut Plato, manusia secara kodrati memilki tiga potensi, yaitu nafsu, kemau
an dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada tiga potensi itu dan juga k
epada masyarakat. Agar supaya kebutuhan yang ada pada masyarakat dapat terp
enuhi. Ketiga potensi ini merupakan dasar kepribadian manusia. Karena itu struktu
r sosial didasarkan atas dasar pandangan kepribadian ini. Dengan pertimbangan k
etiga potensi itu tidak sama pada setiap individu, berikut penjelasannya: (a) Manus
ia yang besar potensi rasionya, inilah manusia kelas pemimpin kelas sosial terting
gi; (b) Manusia yang dominan potensi kemauannya, ialah manusia prajurit, kelas
menengah; dan (c) Manusia yang dominan potensi nafsunya, ialah rakyat jelata, k
aum Pekerja (Syam, 1998: 321).
Aristoteles lahir di Stageira ,suatu kota kecil di semenanjung Kalkidike di Trasi
a (Balka) pada tahun 384 SM dan meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM. Bapak
nya bernama Nichomachus, seorang dokter istana yang merawat Amyintas II raja
Macedonia (Smith, 1986: 35). Sejak kecil ia mendapat asuhan dan keilmuan langs
ung dari ayahnya sendiri sampai berumur 18 tahun. Setelah ayahnya meninggal ia
pergi ke Athena dan belajar pada Plato di Akademia selama 20 tahun. Ide-ide Plat
o dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih mendekatkan pada dunia kenyataa
n. Aristoteles terutama menitikberatkan pembinaan berfikir melaluyi media science
s. Pandangan Aristoteles lebih realis dari pandangan Plato, hal ini dikarenakan car
a belajar kepada ayahnya yang lebih menekankan pada metode pengamatan.
Aristoteles menganggap pembinaan kebiasaan sebagai dasar. Terutama dalam
pembinaan kesadaran disiplin atau moral, harus melalui proses permulaan denga
n kebiasaan di waktu muda. Secara ontologis, ia menyatakan bahwa sifat atau wat
ak anak lebih banyak potensialitas sedang guru lebih banyak mempunyai aktualita
s. Bagi aristoteles tujuan pendidikan adalah kebahagiaan. Untuk mencapai tujuan
pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelek harus dikembangkan secar
a seimbang (Hadiwijono, 1986: 104).
Augustino Steuco lahir di kota pegunungan Umbrian di daerah Gubbio a
ntara tahun 1497 atau awal kelahirannya tahun 1512 atau 1513 dan menetap hin
gga tahun 1517. Selanjutnya pada tahun 1518-1552 sebagian waktunya digunak
an untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Bologna. Di situlah ia mulai tertarik
pada bidang bahasa dengan banyak belajar bahasa Aram, Syiria, Arab dan Etiop
ia disamping bahasa Yunani.
Steuco adalah sarjana al Kitab dan seorang teolog. Dalam banyak hal ia
mewakili sayap liberal teolog Katolik dan studi skriptual abad XVI. Karyakarya se
perti Cosmopedia (1545) dan De Perenni Philosophia jelas menunjukkan pandan
gan yang liberal, yang mencoba untuk mensejajarkan antara berbagai tradisi filsa
fat pagan dengan tradisi ortodoks, akan tetapi disisi lain pandangan konservatifn
ya juga tetap tampak dengan ketegarannya menolak ajaran Calvin, terutama Mar
tin Luther. Steuco menganggap ajaran tradisi agamaagama pagan dan non Krist
en lebih dapat diterima daripada ajaran pada pembaharu, Lutherianisme.
Kunci pemikiran filsafat Steuco terlihat pada pandangannya bahwa terdap
at “prinsip tunggal dari segala sesuatu” yang satu dan selalu sama dalam penget
ahuan manusia. Menurut Steuco agama merupakan kemampuan alamiah manus
ia untuk mencapai kesejatian. Agama merupakan syarat mutlak bagi manusia un
tuk menjadi manusia, dan merupakan vera philosophia (fisafat sejati), yaitu filasa
fat yang mengarah kepada kesalehan dan kontemplasi pada Tuhan. Filsafat dan
agama yang sejati selalu mendorong untuk menjadi subyek Tuhan melakukan ap
a yang Tuhan inginkan dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, hingga menja
di “seperti” Tuhan.
Thomas Aquinas atau Tomas dari Aquino (1224-1274 M) lahir di Rocca
Sicca dekat Napels, Italia. Lahir dari sebuah keluarga bangsawan. Ia mempelajar
i karya-karya besar Aritoteles dan ikut serta dalam berbagai perbedaan. Thomas
merupakan seorang tokoh yang sebagian ajarannya menjadi penuntun perenialis
me (Barnadib, 1997: 63). aryanya yang utama adalah Suma Contra Gentiles dan
Summa Theologiae (Tafsir, 2005: 98).
Seperti halnya Plato dan Aristoteles tujuan pendidikan yang diinginkan ole
h Thomas Aquinas adalah sebagai “usaha mewujudkan kapasitas yang ada dala
m individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Tingkat aktif dan nyata yang t
imbul ini bergantung dari kesadaran-kesadaran yang dimiliki oleh tiap-tiap individ
u. Dalam hal ini peranan guru mengajar dan member bantuan pada anak didik u
ntuk mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.
Aquinas juga mengakui potensi martabat manusia sebagai makhluk intele
k sekaligus sebagai makhlik susila. Manusia dapar melakukan reflektif thinking te
tapi juga manusia tak mungkin menolak dogma sebagai divine truth yang tidak ra
sional, melainkan supernasional.
Sayyed Hossein Nasr adalah seorang filsuf dan mistikus yang dilahirkan
pada tahun 1933 di Teheran, ia dikenal sebagai salah satu cendekiawan muslim
yang mempunyai wawasan sangat kaya tantang khasanah islam. Karyanya yang
sangat terkenal adalah “Science and Civilization in islam”, sebuah buku yang dia
ngkat dari disertasinya tentang sejarah sains. Nasr mengatakan bahwa filsafat p
erenial adalah pengetahuan yang selalu ada dan akan ada yang bersifat univers
al. “Ada” yang dimaksud adalah berada pada setiap jaman dan setiap jaman dan
setiap tempat karena prinsipnya yang universal. Pengetahuan yang diperoleh me
lalui intelektualitas ini terdapat dalam inti semua agama dan tradisi. Realisasi dan
pencapaiannya hanya mungkin dilakukan melalui metodemetode, ritus-ritus, sim
bol-simbol, gambar-gambar dan sarana-sarana lain yang disucikan oleh asal ilahi
ah atau (divine original) yang menciptakan setiap tradisi.
Ketertarikannya kepada tradisi mulai muncul, ketika ia bertemu sejarawan
sains Giogio de Santillana, yang kemudian memperkenalkannya kepada literatur
tentang Hinduisme karya Rene Guenon. Dari Guenon, jalan ke para tradisionalis
lain terbuka: Coomaraswamy, Schuon, dan sebagainya.

C. Filsafat Pendidikan Esensialisme


 Pengertian
Pada dasarnya, filsafat pendidikan esensialisme bertitik tolak dari kebenar
an yang dianggap telah terbukti selama berabad-abad lamanya. Jika dilihat dari
segi proses perkembangannya, esensialisme merupakan perpaduan antara ide-
ide filsafat idealisme dan realisme.
Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide, apabila
hanya mengambil salah satu dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua alir
an tersebut bersifat elektik, yakni keduanya berposisi sebagai pendukung, tidak
ada yang melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan ciri masing
masing (Anwar, 2015)
Aliran ini didasari atas pandangan humanisme karena merupakan rekais
hidup yang keduniawian dan materialistik. Tujuannya adalah membentuk
seseorang yang bergna dan kompeten, isi dalam pendidikannya yaknikesenian
dan segala hal yang mampu membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik. 
esensialisme yang menggabungkan dari filsafat idealisme dengan filsafat r
ealisme. Dalam makalah ini, pembahasannya akan difokuskan pada latar belak
ang filsafat esensialisme, hakekat filsafat esensialisme, pandangan-pandangan
filsafat esensialisme tentang pendidikan dan persamaan dan perbedaan antara
filsafat perenialisme dan filsafat esensialisme.
 Tokoh – tokoh aliran esensialisme
Beberapa tokoh aliran Esensialismen yang memiliki pendangan tentang p
endidikan adalah sebagai berikut :
1. Desiderius Erasmu Dia adalah seorang humanis Belanda yang hidup pa
da abag ke-15 dan permulaan abad ke-16. Dia berusaha agar kurikulum di s
ekolah bersifat Humanistis dan bersifat internasional sehingga dapat diikuti ol
eh kaum tengah dan aristocrat.
2. Johan Amos Comenius (1592-1670) Dia adalah tokoh Renaisance perta
ma yang berusaha mensistemasikan proses pengajaran. Ia memiliki pandan
gan realis yang dogmatis. Dunia ini menurutnya dinamis dan bertujuan. Oleh
karena itu, tugas kewajiban pendidikan adalah menbentuk anak sesuai deng
an kehendak Tuhan
3. John Locke (1632 -1704). Ia adalah tokoh dari Inggris yang berpandanga
n bahwa pendidikan harus selalu dekat dengan situasi dan kondisi, memiliki
sekolah kerja untuk anak-anak miskin.
4. Johan Henrich Pestalozzi (1746-1827). Ia berpandangan bahwa sifat-sifa
t alam itu tercermin pada manusia sehingga pada diri manusia terdapat kema
mpuan-kemampuan yang wajar. Ia juga meyakini hal yang transidental. Man
usia mempunyai hubungan transedental dengan Tuhan.
5. Johan Fredierich Frobel (1782-1852) yang berpandangan bahwa manusi
a adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagai bagian dari alam ini. Maka manusia
tunduk dan mengikuti ketentuan dan hokum-hukum Alam. Anak adalah makh
luh yang ekspresif dan kreatif, oleh karna itu, tugas pendidikan adalah memi
mpin peserta didik kea rah kesadaran diri yang murni sesuai dengan fitrah ke
jadiannya.
6. Johan Frederich Herbart (1776-1841). Ia murid Immanuel Kant yang san
gat kritis. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseora
ng dengan kebajikan yang mutlak. Hal ini berarti penyesuaian dengan hoku
m-hukum kesusilaan yang disebut dengan pengajaran mendidik dalam prose
s pencapaian pendidikan.
7. Willian T Harris (1835-1909). Ia adalah pengikut Hegel. Pendidikan menu
rutnya adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pa
sti berdasarkan kesatuan spiritual. Keberhasilan sekolah adalah sebagai lem
baga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penu
ntun penyesuain diri setiap orang kepada masyrakat. Djumransyah, ( 2008 :
183-184) Karena mendapat saingan dari aliran progresivisme, Beberapa toko
h aliran esensialisme membentuk suatu lembaga yang disebut dengan “the e
ssensialist commite for the advancement of Amercan Education” pada tahun
1930. sementara Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru
besar pada “Teacher College” Colombia University. Sadulloh (2007 :158)
 Implemstasi dalam pendidikan
Secara khusus, esensialisme adalah bentuk pendidikan vokasional
yang membatas materi pelajaran yang mempertimbangkan kebutuhan
siswa untuk dapat hidup yang produktif. Materi pelajaran tersebut beba
s dari spekulasi dan perdebatan serta bebas dari bias politik dan agam
a. Secara umum esensialisme adalah model pendidikan transmisi yan
g bertujuan untuk membiasakan siswa hidup dalam masyarakat masa
kini.
Konsep dasar pendidikan esensialisme adalah bagaimana menyus
un dan menerapkan program-program esensialis di sekolah-sekolah. T
ujuan utama dari program-program teresebut di antaranya 1) Sekolah-
sekolah esensialis melatih dan mendidik subjek didik untuk berkomuni
kasi dengan logis. 2) Sekolah-sekolah mengajarkan dan melatih anak-
anak secara aktif tentang nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras dan rasa h
ormat kepeda pihak yang berwenang atau orang yang memiliki otoritas.
3) Sekolah-sekolah memprogramkan pendidikan yang bersifat praktis
dan memberi anak-anak pengajaran yang mempersipkannya untuk hid
up. Berdasarkan konsep dasar tersebut, maka di antara tujuan p
endidikan esensialisme adalah : 1). Untuk meneruskan warisan buday
a dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan
telah bertahan dalam kurum waktu yang lama serta merupakan suatu
kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang.
Pengetahuan yang dimaksud adalah skill, sikap dan nilai-nilai yang ma
madai. 2). Untuk mempersiapkan manusia untuk hidup. Persiapan yan
g dimaksud adalah bagaimana merancang sasaran mata pelajaran se
demikian rupa sehingga hasilnya mampu mempersiapkan anak didik u
ntuk menghadapi hidup di masa yang akan datang. Dalam mempersip
kan subjek didik tersebut, tanpaknya sekolah hanya bertugas bagaima
na merancang sasaran tujuan pembelajaran, pelaksanaanya diperluka
n adanya kerja sama dengan unsure-unsur luar sekolah. Oleh karena i
tu, Kaum esensialis menolak pandangan konstruktivisme yang berpan
dangan bahwa sekolah harus menjadi lembaga yang aktif untuk melak
ukan perubahan social, apalagi harus bertanggungjawab terhadap selu
ruh pendidikan generasi muda. Sadulloh,( 2007: 161)
Berdasarkan penjelasan di atas di pahami bahawa pada dasarnya t
ujuan pendidikan esensialisme adalah transmisi kebudayaan untuk me
nentukan solidaritas sosial dan kesejahteraan.

D. filsafat Pendidikan Rekonstruksionalisme


 Pengertian
Secara bahasa Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris yaitu
"Rekonstruksi" yang memiliki arti menyusun kembali. Dalam  Aliran
Rekonstruksionisme berusaha mengganti tata susunan lama dan
membangun kebudayaan yang bercorak modern.

Aliran Rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme,


bahwa ada suatu kebutuhan mendesak untuk kejelasan, kepastian,
bagi kebudayaan zaman modern. 

Aliran Rekonstruksionisme mempunyai kelebihan yaitu membimbing


suatu konsensus yang sangat luas dan mungkin memiliki tujuan tinggi
dalam kehidupan manusia. adapun kekurangannya yaitu
Rekonstruksionisme sangat teoritik dan cenderung tidak realistic.
 Tokoh –tokoh rekonstruksionisme
1. Caroline Partt
Caroline Partt beranggapan bahwa nilai terbesar suatu sekolah dapat
menghasilkan manusia-manusia yang dapat berfikir efektif dan bekerja
secara konsefsif. Agar dapat mengubah dunia kea rah yang lebih baik
lagi.

2. George Count
Lahir pada tanggal 9 Desember 1889 dan meninggal pada tanggal 10
November 1974. George Count adalah ahli pendidikan yang berasal
dari Amerika, ia berkeinginan fokus pada dimensi sosiologi penelitian
pendidikan. Hasil karyanya berupa tulisan mengenai prinsip
pendidikan.

3. Paulo Freire
Paulp Freire lahir pada tanggal 19 september 1921, dalam
pemikirannya pendidikan menjadi sangat ampuh dalam memperbaiki
para dikma masyarakat dalam memahami esensi pendidikan yang
nyata. Baginya pendidikan itu adalah suatu proses pembebasan untuk
memanusiakan manusia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Esensi aliran ini berupaya menerapkan nilai-nilai atau normanorma
yang bersifat kekal dan abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah
manusia, maka prenialisme dianggap sebagai suatu aliran yang ingin k
embali atau mundur kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau. Kem
bali kepada masa lampau dalam konteks aliran ini, bukanlah dalam pe
ngertian bernostalgia dan sekedar mengingat-ingat kembali pola kehid
upan masa lalu,tetapi untuk membina kembali keyakinan akan nilainilai
asasi masa silam untuk menghadapi problema kehidupan manusia saa
t sekarang dan bahkan sampai kapan pun dan di mana pun. Dengan d
emikian maka prenialisme ini menginginkan bahwa budaya, adat istiad
at-istiadat yang terbiasa mereka lakukan merupakan suatu yang abadi,
kekal tanpa akhir.
Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan memerlukan pa
radigma yang jelas, guna dijadikan dasar dalam penetapan tujuan yan
g ingin dicapai. Banyak aliran filsafat yang dapat dijadikan acuan seba
gai landasan, diantaranya adalah aliran progresivisme dan essensialis
me yang masing-masing memiliki karakter dan ciri tersendiri.
Daftat Pustaka

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2002. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Salam, Burhanuddin. 1997. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka cipta.

Ramayulis dan Samsul Nizar. 2010. Filsasafat Pendidikan Islam Telaah Siste
m Pendidikan dan Pemikiran Para Tokoh. Jakarta: Kalam Mulia

Margareta eka. 2020.pengertian pragmatism dan tokoh tokoh pragmatism. Ja


karta: kompasiana

Jurnal Al-hikmah
Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
Jurnal Cakrawala Pendas,
Vol. 2, NO. 1 Januari 2016

https://www.kompasiana.com/umiqoimatulhusna/
5ebe6102097f363afa66bfd2/pengertian-filsafat-pendidikan-
rekonstruksionisme-dan-tokoh-tokoh-pemikirannya

Barnadib, Imam. (1996) Dasar-Dasar Kependidikan: Memahami Makna dan


Perspektif Beberapa Teori Pendidikan Ghalia Indonesia : Jakarta
Diane Lapp et all (1975) Teaching and Learning, Philosophical, Psycological,
Curricular Applications
Ellis Athur K. et all. (1981) Introduction to the Fundantions of Education. Pren
tice
Hall Inc: Englewood Cliffs.
George F. Kneller (1971) Introduction to The Philosophy of Education, Univer
sitas of California : Los Angeles

Anda mungkin juga menyukai