Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT LOGIKA

KONSEP PENGETAHUAN MENURUT


ALIRAN PRAGMATISME

AYU FERATYWI
PO714241181009
PRODI D.IV/A Tk.II

JURUSAN FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Pengetahuan Menurut Aliran Pragmatisme” ini dengan baik tepat pada
waktunya.

Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen


pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.

Meskipun sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan makalah ini, namun saya menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah disusun masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah
lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, saya berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat bagi pembaca semua.

Makassar, 27 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pengetahuan Aliran Pragmatisme ...................................... 3


B. Sejarah Pengetahuan Aliran Pragmatisme ....................................... 5
C. Tokoh Aliran Pragmatisme .............................................................. 7
D. Pendapat Tokoh-Tokoh Aliran Pragmatisme ..................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada awal kelahiran filsafat apa yang disebut filsafat itu sesungguhnya
mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Kemudian, filsafat itu berkembang
sedemikian rupa menjadi semakin rasional dan sistematis. Seiring dengan
perkembangan itu, wilayah pengetahuan manusia semakin luas dan bertambah
banyak, tetapi juga semakin mengkhusus. Lalu lahirlah berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang satu per satu memisahkan diri dari filsafat.
Salah satu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori
pengetahuan adalah epistimologi. Istilah epistimologi berasal dari bahasa Yunani,
yang terdiri dari dua kata, yaitu episme (pengetahuan) dan logos (kata, pemikiran,
percakapan, atau ilmu). Jadi epistemology berarti kata, pikiran,percakapan
tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
Berangkat dari teori epistimologi tersebut, muncul tokoh -tokoh
filsafat yang berbicara ilmu pengetahuan, salah satunya adalah John Dewey.
Pemikiran epistimologi pragmatisme John Dewey banyak mengilhami dalam
dunia pendidikan. Pragmatisme Dewey merupakan sintensis pemikiran- pemikiran
Charles S. Pierce dan William James. Dewey mencapai popularitasnya di bidang
logika, etika epistemologi, filsafat politik, dan pendidikan.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep
pengetahuan menurut aliran pragmatisme.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pengetahuan menurut aliran pragmatisme?
2. Bagaimana sejarah pengetahuan menurut aliran pragmatisme?
3. Siapa tokoh aliran pragmatisme?
4. Bagaimana pendapat tokoh-tokoh aliran pragmatisme?
C. TUJUAN
1. Dapat memahami dan mengetahui definsi pengetahuan menurut aliran
pragmatisme.
2. Dapat mengetahui sejarah pengetahuan menurut aliran pragmatisme.
3. Dapat mengetahui tokoh alirah pragmatisme.
4. Dapat memahami pendapat tokoh-tokoh aliran pragmatisme.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENGETAHUAN ALIRAN PRAGMATISME


Pragmatisme mempunyai akar kata dari bahasa Yunani yaitu
pragmatikos, yang dalam bahasa Latin menjadi pragmaticus. Arti harfiah dari
pragmatikos adalah cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara
Negara, dan dagang. Kata tersebut dalam bahasa Inggris menjadi kata pragmatic,
yang berarti berkaitan dengan hal-hal praktis atau sejalan dengan aliran filsafat
pragmatisme. Karena itu, pragmatisme dapat berarti sekadar pendekatan terhadap
masalah hidup apa adanya dan secara praktis, bukan teoritis atau ideal, hasilnya
dapat dimanfaatkan, langsung berhubungan dengan tindakan, bukan spekulasi
atau abstraksi.
Dalam kamus Filsafat, pragmatisme merupakan inti filsafat pragmatik
dan menentukan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya. Kegunaan
praktis bukan pengakuan kebenaran objektif dengan kriterium praktik, tetapi apa
yang memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif individu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pragmatisme ialah
kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan,
pernyataan, ucapan, dsb), bergantung pada penerapannya bagi kepentingan
manusia.
Sebagai aliran filsafat, pragmatisme berpendapat bahwa pengetahuan
dicari bukan sekadar untuk tahu demi tahu, melainkan untuk mengerti masyarakat
dan dunia. Pengetahuan bukan sekadar objek pengertian, permenungan, atau
kontemplasi, tetapi untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan, peningkatan, serta
kemajuan masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih memprioritaskan tindakan
daripada pengetahuan atau ajaran serta kenyataan dalam hidup di lapangan
daripada prinsip muluk-muluk yang melayang di udara. Oleh karena itu, prinsip
untuk menilai pemikiran, gagasan, teori, kebijakan, pernyataan tidak cukup hanya
berdasarkan logisnya dan bagusnya rumusan-rumusan, tetapi berdasarkan dapat
tidaknya dibuktikan, dilaksanakan dan mendatangkan hasil. Dengan demikian,
menurut kaum pragmatis, otak berfungsi sebagai pembimbing perilaku manusia.
Pemikiran, gagasan, teori merupakan alat dan perencanaan untuk bertindak.
Kebenaran segala sesuatu diuji lewat dapat-tidaknya dilaksanakan dan
direalisasikan untuk membawa dampak positif, kemajuan dan manfaat.
Berdasarkan pendirian diatas, dalam etika, kaum pragmatis
berpendapat bahwa yang baik adalah yang dapat dilaksanakan dan dipraktekan,
mendatangkan yang positif dan kemajuan hidup. Karena itu, baik-buruknya
perilaku dan cara hidup dinilai atas dasar praktisnya, akibat tampaknya, dampak
positifnya, manfaatnya bagi orang yang bersangkutan dan dunia sekitarnya. Usaha
etis adalah mencari gagasan dan teori yang dapat dilaksanakan serta membawa
akibat nyata dan positif dalam kehidupan. Di luar itu, usaha etis merupakan usaha
yang sia-sia.
Pendirian pragmatis mungkin lahir sebagai tanggapan kecewa
terhadap kenyataan hidup yang ada. Rasa kecewa muncul karena mendapati
berbagai tindak tidak konsisten dan konsekuen dalam hidup.Dan mungkin juga
muncul dari hati tulus dan kehendak baik untuk mau terlibat dan mau memberi
sumbangan nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia. Untuk itu kaum
pragmatis tidak puas dengan pembicaraan dan rapat-rapat yang hanya berjalan
lancar, isi pembicaraan bermutu, dan berakhir dengan kesimpulan, pernyataan dan
sumbang saran bagus. Mereka mau lebih: Apa yang dibuat sesudah pembicaraan
dan rapat? Wacana dan kata harus operatif. Kaum pragmatis tidak berhenti pada
perumusan pemikiran, gagasan, teori, pernyataan tetapi mengaitkan semua itu
dengan tindakan nyata. Mereka tidak merasa cukup dengan berbagai nasihat motal
etis, tetapi berbuat dan bertindak nyata, jika perlu lewat gerakan, untuk mengubah
dan memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia.Kaum pragmatis dicap dangkal,
tak mau berpikir mendalam, anti kegiatan spekulatif dan intelektual oleh kaum
teoritikus dan kaum intelektual. Namun pada tingkatnya, pragmatisme baik secara
umum maupun secara khusus di bidang etis menyumbang sesuatu. Pragmatisme
menekankan kesederhanaan, kemudahan, kepraktisan, dampak positif langsung
dan manfaat. Hal-hal yang ditekankan dalam faham pragmatisme itu merupakan
unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam mengurus hal-hal sederhana dan
dalam situasi hidup dimana dicari langkah-langkah kerja yang tidak rumit dan
kecepatan pengurusan serta selesainya perkara lebih diinginkan.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa pragmatisme adalah aliran filsafat
yang berpandangan bahwasannya kriteria kebenaran sesuatu yang memiliki
kegunaan bagi kehidupan nyata.
Pragmatis merupakan teori yang mendasarkan diri kepada kriteria
tentang tidaknya dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Teori pragmatis
berbeda dengan teori koherensi dan korespondensi yang keduanya berhubungan
langsung dengan realita objektif, pragmatisme berusaha menguji kebenaran ide
melalui konsekuensi dari pada pelaksanaannya. Artinya ide-ide itu belum
dikatakan benar salah nya sebelum diuji.
Pragmatis meletakkan pemakaian mengenai pengetahuan itu sendiri.
Maka kegunaan dan kemampuan perwujudan nyata adalah hal yang mempunyai
kedudukan utama seputar pengetahuan itu. Pragmatisme memandang realitas
sebagai suatu proses dalam waktu, yang berarti orang mempunyai perasaan untuk
menciptakan atau mengembangkan hal yang diketahui. Ini berarti bahwa tindakan
yang dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan tersebut dapat menjadi
unsur penentu untuk mengembangkan pengetahuan itu pula.
Secara umum pragmatisme berarti hanya pemikiran, pendapat, yang
dapat dipraktikkan yang benar dan berguna. Pragmatisme berpandangan bahwa
pengetahuan dan perbuatan bersatu tak terpisahkan, dan semua pengetahuan
bersumber dari dan diuji kebenarannya melalui pengalaman.

B. SEJARAH PENGETAHUAN ALIRAN PRAGMATISME


Aliran pragmatisme pertama kali tumbuh di Amerika sekitar abad 19
hingga awal 20. Aliran ini melahirkan beberapa nama yang cukup berpengaruh
mulai Charles Sanders Pierce (1839-1914), William James (1842-1910), John
Dewey, dan seorang pemikir yang juga cukup menonjol bernama George Herbert
Mead (1863-1931). William James mengatakan bahwa secara ringkas
prgamatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. Charles S. Pierce-lah
yang membiasakan istilah ini dengan ungkapannya, “Tentukan apa akibatnya,
apakah dapat dipahami secara praktis atau tidak. Kita akan mendapat pengertian
tentang objek itu, kemudian konsep kita tentang akibat itu, itulah keseluruhan
konsep objek tersebut.” Ia juga menambahkan, untuk mengukur kebenaran suatu
konsep, kita harus mempertimbangkan apa konsekuensi logis penerapan konsep
tersebut. Keseluruhan konsekuensi itulah yang merupakan pengertian konsep
tersebut. Jadi, pengertian suatu konsep ialah konsekuensi logis itu. Bila suatu
konsep yang dipraktekkan tidak mempunyai akibat apa-apa, maka konsep itu
tidak mempunyai pengertian apa-apa bagi kita.

Aliran ini terutama berkembang di Amerika Serikat, walau pada awal


perkembangannya sempat juga berkembang ke Inggris, Perancis, dan Jerman.
William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran
ini ke seluruh dunia. William James dikenal juga secara luas dalam bidang
psikologi. Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah John Dewey.
Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir
dalam bidang pendidikan.

Pragmatisme pada dasarnya merupakan gerakan filsafat Amerika yang


begitu dominan selama satu abad terakhir dan mencerminkan sifat-sifat kehidupan
Amerika. Demikian dekatnya pragmatisme dangan Amerika sehingga Popkin dan
Stroll menyatakan bahwa pragmatisme merupakan gerakan yang berasal dari
Amerika yang memiliki pengaruh mendalam dalam kehidupan intelektual di
Amerika. Bagi kebanyakan rakyat Amerika, pertanyaan-pertanyaan tentang
kebenaran, asal dan tujuan, hakekat serta hal-hal metafisis yang menjadi pokok
pembahasan dalam filsafat Barat dirasakan amat teoritis. Rakyat Amerika
umumya menginginkan hasil yang kongkrit. Sesuatu yang penting harus pula
kelihatan dalam kegunaannya. Oleh karena itu, pertanyan what is harus dieliminir
dengan what for dalam filsafat praktis.

Dengan demikian, Aliran pragmatisme pertama kali tumbuh di Amerika


sekitar abad 19 hingga awal 20. Dengan berbagai tokoh terkemuka yaitu, Charles
Sanders Pierce (1839-1914), William James (1842-1910), John Dewey, dan
seorang pemikir yang juga cukup menonjol bernama George Herbert Mead (1863-
1931). Pragmatisme juga berkembang di eropa, namun sedikit perkembangnya. Ia
lebih mendominasi diwilayah Amerika Serikat, sehingga pragmatisme memiliki
pengaruh mendalam dalam kehidupan intelektual di Amerika. Karena rakyat
Amerika menginginkan sesuatu itu harus yang kongkrit dan nyata yang bisa
diterima oleh akal manusia.

C. TOKOH ALIRAN PRAGMATISME


1. Charles Sandre Peirce (1839-1914 M)
Peirce dikenal sebagai pendiri aliran filsafat pragmatisme Amerika.Untuk
menyebut pemikir pragmatisme. Peirce membedakan pandangannya dari pada
pragmatis lainnya. Peirce merupakan seorang ahli teori logika, bahasa,
komunikasi dan teori umum tanda Peirce disebut sebagai semiotika. Selain itu dia
juga mendalami logika matematika produktif luar biasa dan matematika umum
yang merupakan perkembangan dari psiko.

2. John Dewey (1859-1952 M)


Sebagai pengikut filsafat pragmatisme, Dewey mengatakan bahwa tugas
filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh
larut dalam pemikiran yang kurang pragtis, tidak ada gunanya, oleh karena itu
filsafat harus berpijak pada pengalaman dan pengolahan secara kritis. John dewey
lebih suka menamakan cara pengambaran pragmatisme dengan memakai istilah
“istrumentalisme”, untuk memberikan tekanan pada hubungan antara ajarannya
dengan teori biologi tentang evolusi.

3. William James (1842-1910 M)


William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James,
Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang
kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan intelektual
yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta
mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.
Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan
usaha kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan
kehidupan.

D. PENDAPAT TOKOH-TOKOH ALIRAN PRAGMATISME


1. Charles Sandre Peirce ( 1839 M )
Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila
memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan yang lain ia juga
menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu filsafat, bukan
metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu
manusia dalam memecahkan masalah (Ismaun, 2004:96). Dari kedua pernyataan
itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa, pragmatisme tidak hanya sekedar
ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari
kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat
dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu
praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.
2. William James (1842-1910 M)
Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James
mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal.
Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam
pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita
anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak
ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam
bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang
setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada
kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh
pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jika
memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.
Di dalam bukunya, The Varietes of Religious Experience atau
keanekaragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa gejala
keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari,
yang mengungkapkan diri di dalam kesadaran dengan cara yang berlainan.
Barangkali di dalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu relitas cosmis yang
lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab tiada sesuatu yang
dapat meneguhkan hal itu secara mutlak. Bagi orang perorangan, kepercayaan
terhadap suatu realitas cosmis yang lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang
relatif, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani,
penguatan keberanian hidup, perasaan damain keamanan dan kasih kepada sesama
dan lain-lain.
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang
mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan orang Amerika
sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap
generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Apa yang
paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan
bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua
kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini
saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan,
bahkan manusianya itu sendiri.
3. John Dewey (1859-1952 M)
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun menghasilkan
pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan James. Dewey adalah
seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki
kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta
aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Sebagai pengikut
pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-
pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme.
Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena
itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis.
Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-
nilai.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis
dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-
penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama
menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki
bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuan-penemuan yang
berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai
penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan
meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata
“temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada
hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik
dengan tenaga kita.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pragmatisme dapat dikatakan sebagai teori kebenaran yang mendasarkan
diri kepada kriteria tentang fungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup
ruang dan waktu tertentu. Pragmatisme berusaha menguji kebenaran ide-ide
melalui konsekuensi-konsekuensi daripada praktik atau pelaksanaanya. Artinya,
ide-ide itu belum dikatakan benar atau salah sebelum diuji.

Kaum pragmatis tidak berhenti pada perumusan pemikiran, gagasan, teori,


pernyataan, tetapi mengaitkan semua itu dengan tindakan nyata. Pragmatisme
menekankan kesederhanaan, kemudahan, kepraktisan, dampak positif langsung
dan manfaat. Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah
William James, John Dewey, dan Charles Sandre Peirce

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat membatu dan menjadi literatur dalam
menambah ilmu pengetahuan kita mengenai konsep pengetahuan menurut aliran
pragmatisme dalam filsafat logika.
DAFTAR PUSTAKA

Barelang. 2013. Pragmatisme. http://likulros.blogspot.com/2013/10/makalah-


pragmatisme.html# . Diakses 26 November 2019.
Burhanuddin, Afid. 2013. Filsafat Pragmatisme.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/09/filsafat-
pragmatisme/. Diakses 26 Novemebr 2019.
Muhaddar, Sayyid. 2013. Pragmatisme dalam Aliran Filsafat.
https://www.academia.edu/33326819/MAKALAH_PRAGMATISME_D
ALAM_ALIRAN_FILSAFAT. Diakses 27 November 2019.
Muhtarom, Aris. 2015. Aliran Filsafat Prgmatisme dalam Pendidikan.
http://blog.unnes.ac.id/arismuhtarom/2015/11/21/aliran-filsafat-
pragmatisme-dalam-pendidikan/ . Diakses 26 Novemebr 2019.

Anda mungkin juga menyukai