Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT UMUM

PRAGMATISME (FILSAFAT BERBASIS KEGUNAAN)

Dosen Pengampu: Drs. Amilin A. Bulungo, M. Pd.i

Disusun Oleh Kelompok 6

1. Parhat ( 23 31 22 003 )
2. Aisyah Tufaillah ( 23 31 22 005 )
3. Anisa M Sakaria ( 23 31 22 024 )
4. Musdalifah ( 23 31 22 009 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

PALU TAHUN 2023


i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Filsafat Pragmatisme ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita yang
mengikutinya hinggah akhir zaman.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah filsafat umum.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah filsafat pragmatisme. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah filsafat pragmatisme ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Palu, 28 November 2023

i
Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENNGANTAR............................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A. Pengertian Pragmatisme........................................................... 3
B. Pragmatisme Menurut John Dewey......................................... 6

BAB III PENUTUP...................................................................................... 10

A. Kesimpulan................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada awal kelahiran filsafat apa yang disebut filsafat itu sesungguhnya
mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Kemudian, filsafat itu berkembang sedemikian
rupa menjadi semakin rasional dan sistematis.Seiring dengan perkembangan itu,
wilayah pengetahuan manusia semakinluas dan bertambah banyak, tetapi juga
semakin mengkhusus. Lalu lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang satu per
satu memisahkan diri dari filsafat.

Salah satu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori pengetahuan
adalah epistimologi. Istilah epistimologi berasal dari bahasaYunani, yang terdiri dari
dua kata, yaitu episme (pengetahuan) dan logos(kata, pemikiran, percakapan, atau
ilmu). Jadi epistemology berarti kata, pikiran,percakapan tentang pengetahuan atau
ilmu pengetahuan.

Berangkat dari teori epistimologi tersebut, muncul tokoh -tokohfilsafat yang


berbicara ilmu pengetahuan, salah satunya adalah John Dewey.Pemikiran
epistimologi pragmatisme John Dewey banyak mengilhami dalamdunia pendidikan.
Pragmatisme Dewey merupakan sintensis pemikiran- pemikiran Charles S. Pierce dan
William James. Dewey mencapai popularitasnya di bidang logika, etika epistemologi,
filsafat politik, dan pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pragmatisme?
2. Bagaimana pragmatisme menurut John Dewey?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti dari pragmatism.
2. Mengetahui pragmatisme menurut Jhon Dewey.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pragmatisme

Pragmatisme mempunyai akar kata dari bahasa Yunani yaitu pragmatikos,


yang dalam bahasa Latin menjadi pragmaticus. Arti harfiahdari pragmatikos adalah
cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara Negara, dan dagang. Kata
tersebut dalam bahasa Inggris menjadikata pragmatic, yang berarti berkaitan dengan
hal-hal praktis atau sejalandengan aliran filsafat pragmatisme. Karena itu,
pragmatisme dapat berartisekadar pendekatan terhadap masalah hidup apa adanya dan
secara praktis, bukan teoritis atau ideal, hasilnya dapat dimanfaatkan, langsung
berhubungan dengan tindakan, bukan spekulasi atau abstraksi.

Dalam kamus Filsafat, pragmatisme merupakan inti filsafat pragmatikdan


menentukan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya.Kegunaan praktis
bukan pengakuan kebenaran objektif dengan kriterium praktik, tetapi apa yang
memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif individu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pragmatisme ialah kepercayaan


bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin,gagasan, pernyataan,
ucapan, dsb), bergantung pada penerapannya bagikepentingan manusia.

Sebagai aliran filsafat, pragmatisme berpendapat bahwa pengetahuandicari


bukan sekadar untuk tahu demi tahu, melainkan untuk mengertimasyarakat dan dunia.
Pengetahuan bukan sekadar objek pengertian, permenungan, atau kontemplasi, tetapi
untuk berbuat sesuatu bagikebaikan, peningkatan, serta kemajuan masyarakat dan
dunia. Pragmatismelebih memprioritaskan tindakan daripada pengetahuan atau ajaran

3
serta kenyataan dalam hidup di lapangan daripada prinsip muluk-muluk
yangmelayang di udara. Oleh karena itu, prinsip untuk menilai pemikiran,gagasan,
teori, kebijakan, pernyataan tidak cukup hanya berdasarkanlogisnya dan bagusnya
rumusan-rumusan, tetapi berdasarkan dapattidaknya dibuktikan, dilaksanakan dan
mendatangkan hasil. Dengandemikian, menurut kaum pragmatis, otak berfungsi
sebagai pembimbing perilaku manusia. Pemikiran, gagasan, teori merupakan alat dan
perencanaan untuk bertindak. Kebenaran segala sesuatu diuji lewat dapat-tidaknya
dilaksanakan dan direalisasikan untuk membawa dampak positif,kemajuan dan
manfaat.

Berdasarkan pendirian diatas, dalam etika, kaum pragmatis berpendapat


bahwa yang baik adalah yang dapat dilaksanakan dandipraktekan, mendatangkan
yang positif dan kemajuan hidup. Karena itu, baik-buruknya perilaku dan cara hidup
dinilai atas dasar praktisnya, akibattampaknya, dampak positifnya, manfaatnya bagi
orang yang bersangkutandan dunia sekitarnya. Usaha etis adalah mencari gagasan dan
teori yangdapat dilaksanakan serta membawa akibat nyata dan positif
dalamkehidupan. Di luar itu, usaha etis merupakan usaha yang sia-sia.

Pendirian pragmatis mungkin lahir sebagai tanggapan kecewaterhadap


kenyataan hidup yang ada. Rasa kecewa muncul karenamendapati berbagai tindak
tidak konsisten dan konsekuen dalam hidup.Danmungkin juga muncul dari hati tulus
dan kehendak baik untuk mau terlibatdan mau memberi sumbangan nyata bagi
kemajuan dan kesejahteraandunia. Untuk itu kaum pragmatis tidak puas dengan
pembicaraan dan rapat-rapat yang hanya berjalan lancar, isi pembicaraan bermutu,
dan berakhirdengan kesimpulan, pernyataan dan sumbang saran bagus. Mereka
maulebih: Apa yang dibuat sesudah pembicaraan dan rapat? Wacana dan kataharus
operatif. Kaum pragmatis tidak berhenti pada perumusan pemikiran,gagasan, teori,
pernyataan tetapi mengaitkan semua itu dengan tindakan nyata. Mereka tidak merasa
cukup dengan berbagai nasihat motal etis,tetapi berbuat dan bertindak nyata, jika
perlu lewat gerakan, untukmengubah dan memperbaiki keadaan masyarakat dan

4
dunia.Kaum pragmatis dicap dangkal, tak mau berpikir mendalam, anti
kegiatanspekulatif dan intelektual oleh kaum teoritikus dan kaum intelektual. Namun
pada tingkatnya, pragmatisme baik secara umum maupun secarakhusus di bidang etis
menyumbang sesuatu. Pragmatisme menekankankesederhanaan, kemudahan,
kepraktisan, dampak positif langsung danmanfaat. Hal-hal yang ditekankan dalam
faham pragmatisme itumerupakan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam
mengurus hal-halsederhana dan dalam situasi hidup dimana dicari langkah-langkah
kerjayang tidak rumit dan kecepatan pengurusan serta selesainya perkara lebih
diinginkan.

Di bidang etis sumbangan pragmatis terletak pada tekanannya pada praktek


ajaran dan prinsip etis, serta perubahan perilaku yang dihasilkan.Sumbangan
pemikiran pragmatis di bidang etis ini sangat mencuat pentingnya dalam masyarakat
yang cenderung memisahkan antara kata dan perbuatan, yang mudah berlaku
munafik, dan yang hidup etisnya beku takmembawa peningkatan secara
kualitatif.Akan tetapi, sebagai aliran filsafat, pragmatisme mengandungkelemahan-
kelemahan. Pragmatisme mempersempit kebenaran menjaditerbatas pada kebenaran
yang dapat dipraktekan, dilaksanakan, danmembawa dampak nyata. Dengan
mempersempit kebenaran itu, pragmatisme menolak kebenaran yang tidak dapat
langsung dipraktekan, padahal banyak kebenaran yang tidak dapat langsung
dipraktekan.

Sehingga, pragmatisme dapat dikatakan sebagai teori kebenaran


yangmendasarkan diri kepada kriteria tentang fungsi atau tidaknya suatu pernyataan
dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Pragmatisme berusahamenguji kebenaran
ide-ide melalui konsekuensi-konsekuensi daripada praktik atau pelaksanaanya.
Artinya, ide-ide itu belum dikatakan benar atausalah sebelum diuji.

5
Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaankesimpulan
walaupun barangkat dari gagasan yang sama. Kendatidemikian, ada tiga patokan
yang disetujui aliran pragmatisme yaitu:

1.Menolak segala intelektualisme,

2. Absolutisme,

3. Meremehkan logika formal.

B. Pragmatisme John Dewey

Bisadisebut sebagai pribadi kalau ia mengemban dan menampilkan nilai-


nilaisosial masyarakatnya. Setiap gagasan mengenai individu haruslahmemasukkan
nilai-nilai masyarakat, bukan sebaliknya memandangmasyarakat sebagai penghalang
bagi kebebasan dan perkembanganindividu. Dewey di sini melihat bahwa kepribadian
manusia tidak melekat pada kodrat manusianya. Menurutnya, kepribadian itu
diperoleh berkat peranan yang dimainkan seseorang di dalam masyarakat.
Pragmatismetidak menggunakan istilah alam semesta, melainkan dunia.
MenurutPragmatisme, dunia adalah proses atau tata, di mana manusia
hidupdidalamnya. Istilah dunia di sini dapat dianggap sebagai hal yang
sinonimdengan kosmos dan realitas.

Kemajuan (progresi) menjadi inti perhatian Pragmatisme yangsangat besar.


Pragmatisme, karena itu memandang beberapa bidang ilmu pengetahuan sebagai
bagian-bagian utama dari kebudayaan. Menurutnya bidang-bidang ilmu pengetahuan
inilah yang mampu menumbuhkankemajuan kebudayaan. Kelompok ilmu ini
meliputi “Ilmu Hayat”,“Antropologi”, “Psikologi”, serta “Ilmu Alam”. Ilmu-ilmu ini
dipandangtelah mengembangkan hal yang hakiki bagi kemajuan kebudayaan
padaumumnya dan bagi Pragmatisme pada khususnya (Imam Barnadib, 1994:28).
Jelaslah bahwa selain kemajuan lingkungan, pengalaman mendapat perhatian yang
cukup penting pula dalam Pragmatime.

6
John Dewey mengartikan pengalaman sebagai dinamika hidup;menurutnya
hidup adalah perjuangan, tindakan, dan perbuatan. Akibatnya,Pragmatisme dalam hal
ini juga memandang bahwa hakikat pengalamanadalah perjuangan pula. Ide-ide,
teori-teori, atau cita-cita, tidaklah cukuphanya diakui sebagai hal-hal yang ada.
Adanya teori atau cita-cita iniharuslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau
maksud-maksud baik yanglain. Manusia harus dapat mengfungsikan jiwanya untuk
membina hidupyang mempunyai banyak persoalan yang silih berganti.
Pragmatismedengan ini memandang hidup dan kehidupan sebagai suatu
perjuanganyang berlangsung terus menerus. Setiap konsep atau teori harus
dapatditentukan oleh konsekuensi-konsekuensi praktisnya. Pragmatisme
(JohnDewey) memandang bahwa manusia berada dalam keadaan perjuanganyang
berlangsung terus menerus terhadap alam sekitar. Keadaan inimendorong manusia
untuk mengembangkan pelbagai perabotan kehidupanyang dimilikinya seperti
kecerdasan, dinamika, kreativitas, intelektual, jiwa, serta ketrampilan. Semua inilah
yang memberinya bantuan dalamrangka perjuangan hidup tersebut.

John Dewey adalah seorang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk


memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan
manusia serta aktivitasnya untuk memenuhikebutuhan manusiawi.

Dan tugas filsafat ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan


dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, filsafat tidak bolehtenggelam dalam
pemikiran metafisika yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman
dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itusecara aktif-kritis. Dengan demikian
filsafat akan dapat menyusun suatusistem norma dan nilai. Menurut Dewey,
pemikiran berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju ke
pengalaman- pengalaman. Gerak tersebut dibangkitkan segera ketika dihadapkan
dengansuatu keadaan yang menimbulkan persoalan dalam dunia sekitarnya.
Dan,gerak tersebut berakhir dalam beberapa perubahan dalam dunia atau dalamdiri
kita sendiri.

7
Walaupun Dewey seorang pragmatis, namun ia lebih sukamenyebut sistemnya
dengan istilah instrumentalisme.

Experience (pengalaman) adalah salah satu kunci dalam filsafat


intrumentalisme.Filsafat harus berpijak pada pengalaman penyelidikan serta
mengolah pengalaman itu secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan
dapatmenyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.

Pragmatisme menunjukkan bahwa pikiran atau pengetahuan yangmerupakan


kemampuan khas manusia, dapat berkembang sebagai alatuntuk mengadakan
eksperimen terhadap alam sekitar. Eksperimen tersebutdimaksudkan untuk
menguasai dan membentuk alam sekitar agar terpenuhikebutuhan hidup manusia.
Eksperimen juga dapat membantumenyelesaikan masalah-masalah dalam lingkup
pengalaman manusia.Pengetahuan manusia pun tumbuh di dalam pengalaman itu
pula, maka apa yang disebut sebagai “penyelidikan” (inquiry) adalah sangat
penting.Berpikir secara lurus merupakan rangkaian upaya untuk menghubungkanide-
ide sedemikian rupa sehingga ide-ide itu memimpin untuk memperolehhasil yang
memuaskan. Ide-ide, dengan ini, akan bermanfaat dalam penyelesaian masalah yang
dihadapi manusia. Kecerdasan manusiamerupakan sesuatu yang bersifat kreatif dan
berupa pengalaman yang terusdiwujudkan dalam tindakan praktis. Semua kecerdasan
ini merupakanunsur-unsur pokok dalam segala pengetahuan manusia. John
Deweymenjelaskan bahwa dengan eksperimen, manusia kemudian diarahkan pada
pengambilan keputusan sehingga secara demikian manusia menentukanhari
depannya. Kecerdasan manusia menciptakan hari depannya dengan jalan melakukan
tindakan-tindakan.

Pengalaman yang langsung bukanlah soal pengetahuan yangdidalamnya


mengandung pemisahan antara subjek dan objek atau pemisahan antara pelaku dan
sasarannya. Di dalam pengalaman langsungitu, subjek dan objek bukanlah
dipisahkan, melainkan dipersatukan. Apayang dialami tidak dipisahkan dari yang

8
mengalaminya sebagai suatu halyang penting atau yang berarti. Apabila terdapat
pemisahan antara subjekdan objek, maka hal itu bukanlah pengalaman, melainkan
pemikirankembali atas pengalaman. Pemikiran itulah yang menyusun sasaran
pengetahuan.

Instrumentalisme merupakan suatu usaha untuk menyusun suatuteori yang


logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-
penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu berfungsi dalam
penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yangmengenai konsekuensi-
konsekuensi di masa depan.

Dalam pandangan ini, maka yang benar ialah apa yang padaakhirnya disetujui
oleh semua orang yang menyelidikinya. Kebenaranditegaskan dalam istilah-istilah
penyelidikan. Kebenaran sama sekali bukanyang sekali ditentukan kemudian tidak
boleh diganggu gugat, sebab dalam praktiknya kebenaran itu memiliki nilai
fungsional tetap. Segala pernyataanyang kita anggap benar pada dasarnya dapat
berubah.

Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai
penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknyadengan meneliti
tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata “temporalisme”
yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuannyata dalam waktu. Kedua, kata
“futurisme”, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.
Ketiga, “milionarisme”, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga
kita. Pandanganini dianut oleh William James.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulam

Pragmatisme dapat dikatakan sebagai teori kebenaran yangmendasarkan diri


kepada kriteria tentang fungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang
dan waktu tertentu. Pragmatisme berusaha menguji kebenaran ide-ide melalui
konsekuensi-konsekuensidaripada praktik atau pelaksanaanya. Artinya, ide-ide itu
belumdikatakan benar atau salah sebelum diuji.

Kaum pragmatis tidak berhenti pada perumusan pemikiran,gagasan, teori,


pernyataan, tetapi mengaitkan semua itu dengantindakan nyata. Pragmatisme
menekankan kesederhanaan, kemudahan,kepraktisan, dampak positif langsung dan
manfaat.Namun, pragmatisme mempersempit kebenaran menjadi terbatas
padakebenaran yang dapat dipraktekan, dilaksanakan, dan membawa dampak nyata.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aliran- Aliran Filsafat & Etika,


Bagus, Lorens,
Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan,
Isme-Isme dalam Etika dari A sampai Z,
Jakarta: Balai Pustaka, 1989.Praja, Juhaya S.,
Jakarta: Prenada Media, 2003.Watloly, Aholiab,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.Mangunhardjana, A.,
Jogjakarta:IRCiSoD, 2012.Penyusun, Tim,
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Kamus Filsafat
Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajjah
Tanggung Jawab Pengetahuan: Mempertimbangkan Epistemologi secara kultural,
Yogyakarta: Kanisius, 2001
Yogyakarta: Kanisius,2006.Muhammad, Adib,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010Murtiningsih, Wahyu,

11

Anda mungkin juga menyukai