DISUSUN OLEH :
NAMA KELOMPOK :
CUT JENITA PRATAMA PAKPAHAN (1811310062)
MUHAMMAD NOPRI ARDIANSYAH(1811310072)
DOSEN PEMBIBIMBING :
Drs. Salim Bella Pili, M.Ag
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir zaman
yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad
SAW. “Epistemologi Filsafat Positivisme” ini sengaja di bahas karena sangat
penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal
mengenai filsafat positivisme.
Demikian, semoga paper ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat .......................................................................................... 3
2.2 Tujuan Filsafat ................................................................................................ 4
2.3 Manfaat Filsafat .............................................................................................. 4
2.4 Sistematika Filsafat ......................................................................................... 6
2.5 Macam-Macam Filsafat .................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, asal kata menurut bahasa, “filsafat” atau dalam bahsa
inggris philoshopy, berasal dari bahasa Yunani philosophia. Filosofia, berupa
gabungan dari dua kata, ialah philein yang berarti cinta, merindukan, atau philos
yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan.
Jadi secra etimologis, berfilsafat atau filsafat itu berarti mwncintai, menikmati,
merindukan kebijaksanaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa yang di
ucapkan ahli filsafat Yunani Kuno,Socrates, bahwa filosof adalah orang yang
mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Ini mengubah pendapat
sebelunya, ialah kebijaksanaan cendekia lulusan “sekola tinggi”, sarjana, yang
disebut sofis.
Dalam bahasa Indonesia, filsafat juga berakar dari bahsa Arab, filsafah,
yang juga berakar pada istilah Yunani itu. Menurut Mauther (1999) terdapat tiga
arti filsafat, ialah pertama sebagai aktivitas intekletual yang dapat didefinisikan
dalam banyak arti, tergantung pada apa yang menjadi penekanan artinya, ialah
pada metodenya, masalah atau subject-matternya, atau maksud-tujuannya sebagai
metode. Arti fisafat yang kedua, adalah teori yang di dapat dari atau sebagai hasil
dari pemikiran filsafai, pemikiran yang menuju pada akarnya. Serta yang ketiga
adalah suatu pandangan menyeluruh, komprehensif, mengenai realitas dan tempat
manusia berada atau mengada di dalamnya.
3
2.2 Tujuan Filsafat
sering studi filsafat ini diabaikan orang, karena dinilai seolah-seolah tidak
cukup membumi, ialah tidak ada hubungannya dengan masalah-masalah nyata
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi hanya sekdar”latihan berpikir” seperti mengisi
teka teki silang, kalau berpikir esensial saja tidak, apalagi ikut serta memecahkan
masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
Tentu saja ini persepsi yang tidak tepat, karena kalau kita kembali
mengingat pemahaman dasar mengenai studi filsafat, jelas sekali terkandung
manfaat studi filsafat di situ. Kalau kita secara khusus mengingat bahwa filsafat
merupakan perbincangan mencari hakikat Sesutu gejala atau segala hal yang ada,
maka akan terlihat bahwa filsafat membicarkan landasan dari sesuatu apa pun,
menjadi tumpuan segala hal, yang kalau salah, tentunya berbahaya, sedikit
merugikan. Jadi kalau kehidupan berpengetahuan itu dimisalkan sebuah pohon,
maka filsafat mengurus akarnya, justru bagian yang berhubunganlangsung dengan
sumber kehidupan pohon itu. Bagian yang kasat mata memang bagian batang,
dahan, ranting, daun dan bunga, serta buah, ini menjadi bahan kajian ilmu
penegetahuan.
4
Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat menyoal dan membicaran
kembali akar (antara lain) dari ilmu pengetahuan ataupun pemahaman lainnya.
Jadi filsafat menyadakan manusia akan dasar dari apa yang diyakini, digauli,
digunakan dan dilakukannya, sebagai hal yang lazim, sudah biasa atau bshkan
sendiriya.
Filsafat melihat segala sesuatu dalam suatu system keseluruhan dan dalam
segala aspeknya, sebagai akibat dari cirri dasar berpikirnya adlah melihat dasar
atau akar sesuatu apa pun. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita
sendiri dengan pikiran lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari
kerohanian kita. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
5
2.4 Sistematika Filsafat
Filsafat mempunyai sistematika yang amat luas yang meliputi tiga hal utama,
yaitu ontology, epistemology, dan axiology :
A. Ontologi
Objek telaah Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu
perwujudan tertentu, yangmembahas tentang yang ada secara universal, yaitu
berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataanyang meliputi segala realitas
dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi
darikenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk
hidup, antara jenis-jenisdan individu-individu.
6
4. Agnotisisme.Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap
skeptis, yaitu ragu atas setiap jawabanyang mungkin benar dan mungkin pula
tidak.
B. Epistemologi
7
C. Aksiologi
Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori:
(1) baik dan buruk; serta (2)indah dan jelek. Kategori nilai yang pertama di
bawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika,sedang kategori kedua
merupakan objek kajian filsafat keindahan atau estetika.
1. Etika
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos
(Yunani) yang berartiwatak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang
artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesiaistilah moral atau etika diartikan
kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatanmanusia,
sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak
bermoral.Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat
lama. Sejak masyarakat manusiaterbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan
moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan denganhal itu, kemudian muncul dua
teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secaraetis.
Teori yang dimaksud adalah Deontologis dan Teologis.
b. TeologisTeori Teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik
jika buah dari perilaku itu lebihbanyak untung daripada ruginya, dimana
untung dan rugi ini dilihat dari indikator kepentingan manusia.Teori ini
memunculkan dua pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme). Tokoh
yangmengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742-1832), yang kemudian
diperbaiki oleh john Stuart Mill(1806-1873).
8
2. EstetikaEstetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty),
yang berasal dari kata aisthetikaatau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang
dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera.Estetika membahas hal yang
berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yangdisebut indak
atau tidak indah.
Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur,
dan filsafat tengah Sedangkan menurut latar belakang agama, filsafat dibagi
menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen.
1. Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan koloni mereka. Filosofi ini telah berkembang dari tradisi
filsafat Yunani kuno. Karakter utama dari filsafat Barat, seperti Plato, Thomas
Aquinas, Rene Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer,
Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche dan Jean-Paul Sartre.
2. Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi filsafat yang terutama tumbuh di Asia, terutama di
India, Cina dan daerah lain yang pernah dipengaruhi oleh budaya.
9
Sebuah tanda dari filsafat Timur adalah hubungan dekat dengan filsafat agama.
Meskipun ini adalah kurang dari bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di
Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ‘an sich’ masih lebih menonjol
daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta
Gautama Buddha / Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Konfusius, Zhuang Zi dan
Mao Zedong.
Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarah adalah filsuf yang bisa mengatakan juga
pewaris tradisi filsafat Barat. Untuk filsuf pertama di Timur Tengah yang orang
Arab atau Muslim, dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah
sekitar Mediterania dan perjumpaan dengan tradisi filsafat Yunani dari budaya
mereka. Kemudian mereka menafsirkan dan mengomentari karya-karya Yunani.
Ketika Eropa tiba di Abad Pertengahan setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi
dan melupakan karya-karya filsuf Yunani klasik Timur Tengah ini mempelajari
karya-karya yang sama, dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-
orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu
Tufail, Kahlil Gibran, dan Averroes.
4. Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah filsafat yang seluruh Muslim Scholar. Ada beberapa
perbedaan utama antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meskipun para
filsuf Muslim asli untuk mengeksplorasi karya-karya filsafat Yunani klasik,
terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan
ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Kemudian, ketika filsafat adalah
‘menemukan Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam
arti bahwa hal itu tidak berarti usang, dan belum dibahas, namun filsuf Islam,
telah difokuskan pada manusia dan alam, karena , seperti diketahui, pembahasan
Tuhan hanya akan menjadi diskusi yang tidak pernah final.
10
5. Filsafat Budha
6. Filsafat Kristen
Filsafat Kristen pada awalnya dirancang oleh bapa gereja untuk menghadapi
tantangan zaman di abad pertengahan. Kristen dunia barat pada waktu itu di
tengah-tengah Abad Kegelapan (Dark Ages). Orang mulai mempertanyakan
keyakinan agama. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan
keberadaan tuhan. Hampir semua filsuf Kristen adalah seorang teolog ahli atau
isu-isu agama. Contohnya adalah St Thomas Aquinas dan St Bonaventura.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Secara umum filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang hakikat yang
menanyakan hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Filsafat dibagi
menjadi tiga bagian: Ontologi, Epistimologi, Dan Aksiologi. Dalam
perkembangan filsafat terjadi perkembangan disetiap zaman, selain perkembangan
juga ada masa kemunduran atau kehancuran.
12
DAFTAR PUSTAKA