Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT

PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT, SISTEMATIKA, dan


MACAM-MACAM

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK :
CUT JENITA PRATAMA PAKPAHAN (1811310062)
MUHAMMAD NOPRI ARDIANSYAH(1811310072)

DOSEN PEMBIBIMBING :
Drs. Salim Bella Pili, M.Ag

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BENGKULU
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarrakatuh

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir zaman
yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad
SAW. “Epistemologi Filsafat Positivisme” ini sengaja di bahas karena sangat
penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal
mengenai filsafat positivisme.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak


yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat
menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada bapak dosen
dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar
penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, semoga paper ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.

Wassallamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Bengkulu,9 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat .......................................................................................... 3
2.2 Tujuan Filsafat ................................................................................................ 4
2.3 Manfaat Filsafat .............................................................................................. 4
2.4 Sistematika Filsafat ......................................................................................... 6
2.5 Macam-Macam Filsafat .................................................................................. 9

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara
substansial maupun historis. Kehadiran ilmu tidak dapat dipisahkan dari
peran penting filsafat, dan begitu juga sebaliknya bahwa perkembangan ilmu akan
memperkuat keberadaan filsafat. Pada zaman Plato sampai pada masa Al-
Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada.

Seorangfilosuf pasti menguasai ilmu pengetahuan. Perkembangan daya ber


fikirmanusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan
oleh perkembangan i1mu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat
menjadi lebih sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga
adaanggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi.Filsafat kurang membumi sedangkan
ilmulebih bermanfaat dan lebih praktis.

Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif


yang luas,umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
Sehingga filsafatdapat di tempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak
mungkin dapatdijangkau oleh ilmu.Ilmu bersifat pasteriori(kesimpulan ditarik
setelah melakukan pengujiansecara berulang), sedangkan filsafat bersifat
priori(kesimpulan ditarik tanpa pengujian tetapi pemikiran dan perenungan).
Keduanya sama-sama menggunakanaktivitas berfikir, walaupun cara berfikirnya
berbeda.

Keduanya juga sama-samamencari kebenaran. Kebenaran filsafat tidak


dapat dibuktikan oleh filsafat sendiritetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori
keilmuan melalui observasi ataupuneksperimen untuk mendapatkan justifikasi.
Filsafat dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis melalui
berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan ilmu-ilmu. Hasil kerja
filosofisdapat menjadi pembuka bagi lahirnya suatu ilmu, oleh karena itu filsafat
disebut jugasebagai induk ilmu (mother of science).

Untuk kepentingan per-kembangan ilmu,lahir disiplin filsafat yang


mengkaji ilmu pengetahuan yang dikenal sebagai filsafat ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini, penulis lebih menitikberatkan pada pada Pengertian , Tujuann,
Manfaat, Sistematika, dan Macam-macam Filsafat.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Filsafat?

2. Apa Tujuan Filsafat?

3. Bagaimana mepelajari Manfaat Filsafat?

4. Apa Sistematika Filsafat?

5. Apa Macam-macam filsafat?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu Filsafat.

2. Unttuk mengetahui Tujuan Filsafat.

3. Untuk menegetahui Manfaat Filsafat.

4. Untuk mengetahui Sistematika Filsafat.

5. Untuk mengetahui Macam-macam Filsafat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Secara etimologis, asal kata menurut bahasa, “filsafat” atau dalam bahsa
inggris philoshopy, berasal dari bahasa Yunani philosophia. Filosofia, berupa
gabungan dari dua kata, ialah philein yang berarti cinta, merindukan, atau philos
yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan.
Jadi secra etimologis, berfilsafat atau filsafat itu berarti mwncintai, menikmati,
merindukan kebijaksanaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa yang di
ucapkan ahli filsafat Yunani Kuno,Socrates, bahwa filosof adalah orang yang
mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Ini mengubah pendapat
sebelunya, ialah kebijaksanaan cendekia lulusan “sekola tinggi”, sarjana, yang
disebut sofis.

Jadi, filosof bukanlah seorang yang telah bijaksana atau berpengetahuan


benar, melainkan seorang yang sedang beljar dan mencari kebenaran dan
kebijaksaan. Orang yang pertama menggunakan istilah philosophia adalah
Phytagoras (592-497 SM)

Dalam bahasa Indonesia, filsafat juga berakar dari bahsa Arab, filsafah,
yang juga berakar pada istilah Yunani itu. Menurut Mauther (1999) terdapat tiga
arti filsafat, ialah pertama sebagai aktivitas intekletual yang dapat didefinisikan
dalam banyak arti, tergantung pada apa yang menjadi penekanan artinya, ialah
pada metodenya, masalah atau subject-matternya, atau maksud-tujuannya sebagai
metode. Arti fisafat yang kedua, adalah teori yang di dapat dari atau sebagai hasil
dari pemikiran filsafai, pemikiran yang menuju pada akarnya. Serta yang ketiga
adalah suatu pandangan menyeluruh, komprehensif, mengenai realitas dan tempat
manusia berada atau mengada di dalamnya.

3
2.2 Tujuan Filsafat

Dalam menjalan peranannya filsafat memiliki tujuan. Menurut Plato,


filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan
murni. Jadi, secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran. Tidak sepetri
agama yang menyandarkan diri dan mengajarkan kepatuhan, filsafat
menyandarkan diri dan mengandalkan kemampuan berfikir kritis.

Tujuan filsafat bukan bersifat praktis. Filsafat mencari kebenaran dan


penegtahuan. Filsafat mempunyai tujuan teoritas secara murni atau komtemplatif.
Filsafat itu bebas dalam arti tidak mau dijajah oleh paragmatisme dan ideologisme
lainnya.

2.3 Manfaat Filsafat

sering studi filsafat ini diabaikan orang, karena dinilai seolah-seolah tidak
cukup membumi, ialah tidak ada hubungannya dengan masalah-masalah nyata
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi hanya sekdar”latihan berpikir” seperti mengisi
teka teki silang, kalau berpikir esensial saja tidak, apalagi ikut serta memecahkan
masalah-masalah kehidupan sehari-hari.

Tentu saja ini persepsi yang tidak tepat, karena kalau kita kembali
mengingat pemahaman dasar mengenai studi filsafat, jelas sekali terkandung
manfaat studi filsafat di situ. Kalau kita secara khusus mengingat bahwa filsafat
merupakan perbincangan mencari hakikat Sesutu gejala atau segala hal yang ada,
maka akan terlihat bahwa filsafat membicarkan landasan dari sesuatu apa pun,
menjadi tumpuan segala hal, yang kalau salah, tentunya berbahaya, sedikit
merugikan. Jadi kalau kehidupan berpengetahuan itu dimisalkan sebuah pohon,
maka filsafat mengurus akarnya, justru bagian yang berhubunganlangsung dengan
sumber kehidupan pohon itu. Bagian yang kasat mata memang bagian batang,
dahan, ranting, daun dan bunga, serta buah, ini menjadi bahan kajian ilmu
penegetahuan.

4
Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat menyoal dan membicaran
kembali akar (antara lain) dari ilmu pengetahuan ataupun pemahaman lainnya.
Jadi filsafat menyadakan manusia akan dasar dari apa yang diyakini, digauli,
digunakan dan dilakukannya, sebagai hal yang lazim, sudah biasa atau bshkan
sendiriya.

Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai


suatu integrasi atau pengintegrasi, sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu
pengetahuan. Orang-orang biasa, hanya mengaitkan apa yang paling dekat dan
paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu.

Filsafat melihat segala sesuatu dalam suatu system keseluruhan dan dalam
segala aspeknya, sebagai akibat dari cirri dasar berpikirnya adlah melihat dasar
atau akar sesuatu apa pun. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita
sendiri dengan pikiran lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari
kerohanian kita. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.

Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari


akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan
dan kesenangan si aku). Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga
kita tak hanya ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan
setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita
mencari kebenaran.

Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri(terutama


dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi,
ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

5
2.4 Sistematika Filsafat

Filsafat mempunyai sistematika yang amat luas yang meliputi tiga hal utama,
yaitu ontology, epistemology, dan axiology :

A. Ontologi

Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.


Dalam kaitan dengan ilmu,landasan ontologi mempertanyakan tentang objek yang
ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya,serta bagaimana hubungannya
dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera
yang membuahkan pengetahuan.

Objek telaah Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu
perwujudan tertentu, yangmembahas tentang yang ada secara universal, yaitu
berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataanyang meliputi segala realitas
dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi
darikenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk
hidup, antara jenis-jenisdan individu-individu.

Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan


dalam beberapa aliranberpikir, yaitu:

1. Materialisme;Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang


ada itu adalah materi. Sesuatu yang ada(yaitu materi) hanya mungkin lahir dari
yang ada.

2. Idealisme (Spiritualisme);Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme,


yang mengatakan bahwa hakikat pengada itu justrurohani (spiritual). Rohani
adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi.

3. Dualisme;Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang


berpendapat bahwa hakikat pengada(kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri
dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani.

6
4. Agnotisisme.Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap
skeptis, yaitu ragu atas setiap jawabanyang mungkin benar dan mungkin pula
tidak.

B. Epistemologi

Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu


datang dan bagaimanamengetahuinya, bagaimana membedakan dengan yang lain.
Jadi berkenaan dengan situasi dan kondisiruang serta waktu tentang sesuatu hal.
Landasan epistemologi adalah proses apa yang memungkinkanmendapatkan
pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur
memperolehkebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, serta
apa definisinya. Epistemologi moralmenelaah evaluasi epistemik tentang
keputusan moral dan teori-teori moral.

Dalam epistemologi muncul beberapa aliran berpikir, yaitu:

1. Empirisme;Yang berarti pengalaman (empeiria), dimana pengetahuan manusia


diperoleh dari pengalamaninderawi.

2. Rasionalisme;Tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam


kehidupan manusia, namun persepsiinderawi hanya digunakan untuk merangsang
kerja akal. Jadi akal berada diatas pengalaman inderawidan menekankan pada
metode deduktif.

3. Positivisme;Merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan


mengambil titik tolak dari empirisme,namun harus dipertajam dengan eksperimen,
yang mampu secara objektif menentukan validitas danreliabilitas pengetahuan.

4. Intuisionisme.Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil


evolusi pemahaman yang tinggi yang hanyadimiliki manusia. Kemampuan ini
yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.

7
C. Aksiologi

Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori:

(1) baik dan buruk; serta (2)indah dan jelek. Kategori nilai yang pertama di
bawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika,sedang kategori kedua
merupakan objek kajian filsafat keindahan atau estetika.

1. Etika

Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos
(Yunani) yang berartiwatak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang
artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesiaistilah moral atau etika diartikan
kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatanmanusia,
sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak
bermoral.Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat
lama. Sejak masyarakat manusiaterbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan
moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan denganhal itu, kemudian muncul dua
teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secaraetis.
Teori yang dimaksud adalah Deontologis dan Teologis.

a. Deontologis.Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang


terkesan kaku, konservatif danmelestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa
baik buruknya suatu perilaku dinilai dari suduttindakan itu sendiri, dan bukan
akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai norma-normayang ada.

b. TeologisTeori Teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik
jika buah dari perilaku itu lebihbanyak untung daripada ruginya, dimana
untung dan rugi ini dilihat dari indikator kepentingan manusia.Teori ini
memunculkan dua pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme). Tokoh
yangmengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742-1832), yang kemudian
diperbaiki oleh john Stuart Mill(1806-1873).

8
2. EstetikaEstetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty),
yang berasal dari kata aisthetikaatau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang
dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera.Estetika membahas hal yang
berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yangdisebut indak
atau tidak indah.

2.5 Macam-Macam Filsafat

Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan


yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai
dengan latar belakang budaya, bahasa bahkan agama tempat tradisi filsafat itu
dibangun.

Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis,


dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua
kategori besar menurut wilayah, dan menurut latar belakang agama.

Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur,
dan filsafat tengah Sedangkan menurut latar belakang agama, filsafat dibagi
menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen.

1. Filsafat Barat

Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan koloni mereka. Filosofi ini telah berkembang dari tradisi
filsafat Yunani kuno. Karakter utama dari filsafat Barat, seperti Plato, Thomas
Aquinas, Rene Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer,
Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche dan Jean-Paul Sartre.

2. Filsafat Timur

Filsafat Timur adalah tradisi filsafat yang terutama tumbuh di Asia, terutama di
India, Cina dan daerah lain yang pernah dipengaruhi oleh budaya.

9
Sebuah tanda dari filsafat Timur adalah hubungan dekat dengan filsafat agama.
Meskipun ini adalah kurang dari bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di
Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ‘an sich’ masih lebih menonjol
daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta
Gautama Buddha / Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Konfusius, Zhuang Zi dan
Mao Zedong.

3. Filsafat Timur Tengah

Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarah adalah filsuf yang bisa mengatakan juga
pewaris tradisi filsafat Barat. Untuk filsuf pertama di Timur Tengah yang orang
Arab atau Muslim, dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah
sekitar Mediterania dan perjumpaan dengan tradisi filsafat Yunani dari budaya
mereka. Kemudian mereka menafsirkan dan mengomentari karya-karya Yunani.
Ketika Eropa tiba di Abad Pertengahan setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi
dan melupakan karya-karya filsuf Yunani klasik Timur Tengah ini mempelajari
karya-karya yang sama, dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-
orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu
Tufail, Kahlil Gibran, dan Averroes.

4. Filsafat Islam

Filsafat Islam adalah filsafat yang seluruh Muslim Scholar. Ada beberapa
perbedaan utama antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meskipun para
filsuf Muslim asli untuk mengeksplorasi karya-karya filsafat Yunani klasik,
terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan
ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Kemudian, ketika filsafat adalah
‘menemukan Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam
arti bahwa hal itu tidak berarti usang, dan belum dibahas, namun filsuf Islam,
telah difokuskan pada manusia dan alam, karena , seperti diketahui, pembahasan
Tuhan hanya akan menjadi diskusi yang tidak pernah final.

10
5. Filsafat Budha

Filsafat Budha atau Filsafat Pengetahuan (= Philosophy of Knowledge)-nya


Buddhisme mengenai Madhyamika atau Ajaran Jalan Tengah (= Middle Doctrine)
yang didalam realitasnya merupakan Filsafat Ilmu Pengetahuan (= Philosophy of
Science) yang bersifat revolusioner.

Filsafat HinduFilsafat Hindu atau Filasafat Wedanta bersumber dari Upanisad,


Brahma sutra/ Wedanta-sutra dan Bhagawadgita. Filsafat tentang dunia ini ada
yang memberikan ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja). Dilain pihak
menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan
dari diriNya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini dengan sendirinya
menimbulkan teka-teki , apakah dunia ini benar- benar ada ataukah dunia ini
betul-betul maya?

6. Filsafat Kristen

Filsafat Kristen pada awalnya dirancang oleh bapa gereja untuk menghadapi
tantangan zaman di abad pertengahan. Kristen dunia barat pada waktu itu di
tengah-tengah Abad Kegelapan (Dark Ages). Orang mulai mempertanyakan
keyakinan agama. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan
keberadaan tuhan. Hampir semua filsuf Kristen adalah seorang teolog ahli atau
isu-isu agama. Contohnya adalah St Thomas Aquinas dan St Bonaventura.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Secara umum filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang hakikat yang
menanyakan hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Filsafat dibagi
menjadi tiga bagian: Ontologi, Epistimologi, Dan Aksiologi. Dalam
perkembangan filsafat terjadi perkembangan disetiap zaman, selain perkembangan
juga ada masa kemunduran atau kehancuran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. SUTARDJO A. WIRAMIHATDJA, Psi. : relika ADITAMA, Pengantar


Filsafat

Muhamad Mufid : Etika dan Filsafat Komunikasi

Jan Hendrik Rapar : Pengantar Filsafat

Anda mungkin juga menyukai