Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LANDASAN FILOSOFI PRAGMATISME


DAN SCHOLATISME

Dosen pengampu: Rindi Novitri Antika,M.Pd

Disusun oleh :

1.Dea Natasya (342022001)

2.Repi Anisa (342022002)

3.Siti Nurcahyanti (342022003)

4.Wahyu Wulandari (342022004)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT.atas segala rahmat taufik serta hidayah-nya
sehingga makalah ini dapat saya susun dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW. yang telah membawa manusia menuju jalan
kebenaran.
Makalah ini ditujukan untuk tugas mata kuliah kami yaitu landasan pendidikan.
Diharapkan dengan menyusun makalah ini pemahaman kami tentang Filosofi Pragmatisme dan
Scholatisme dapat memperluas dan menambah wawasan dimata kuliah ini.
Kami sadar dalam penyusunan laporan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh,karena
itu kritik dan saran dari pembaca sangat lah bermanfaat bagi kami. Semoga makalah ini
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan wawasan,dan
meningkatkan ilmu pengetahuan.

Palembang, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Pragmatisme..................................................................................................................2
2.2 Perkembangan Pragmatisme........................................................................................................3
2.3 Hubungan Pragmatisme Terhadap Pendidikan............................................................................4
2.4 Pengertian Scholatisisme.............................................................................................................7
2.5 HubunganScholatisisme dengan Pendidikan................................................................................8
BAB III........................................................................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial. Pengetahuan di
peroleh manusia melalui pengalaman (metode sains), pengetahuan bersifat relatif teori di
uji kebenaran pengetahuan dikenal sebagai pragmatisme / instrumentalisme, sebab
pengetahuan di katakan benar apabila dapat di aplikasikan. Hakikat nilai berada dalam
proses, yaitu dalam perbuatan manusia, bersifat kondisional, relatif, dan memiliki kualitas
individual dan sosial.

Pendidikan bertujuan agar siswa dapat memecahkan permasalahan hidup


individual atau sosial. Tidak ada tujuan akhir pendidikan. Kurikulum pendidikan
hendaknya berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa (child centered) dan berpusat pada aktifitas siswa (actifity centered).
Adapun kurikulum tersebut mungkin berubah. Pragmatisme mengutamakan metode
pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan
(inquiry and discovery method). Guru hendaknya berperan sebagai fasilitator, yaitu
membimbing dan memimpin siswa belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan
kebutuhan siswa. Adapun siswa berperan bebas untuk mengembangkan minat dan
bakatnya. Orientasi pendidikan Pragmatisme adalah Progresivisme atau
Rekonstruksionisme.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pragmatisme ?

2. Bagaimana perkembangan Pragmatisme ?

3. Apa hubungan Pragmatisme dengan pendidikan ?

4. Apa yang  dimaksud dengan Scholatisme ?

5. Apa hubungan Scholatisme dengan pendidikan ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulusan makalah ini agar pemateri dan pembaca dapat memahami
tentang filosofi pragmatisme dan scholatisisme dan hubungan pragmatisme dan
scholatisme dengan pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pragmatisme


Pragmatisme merupakan reaksi atau kritik terhadap filsafat yang telah
berkembang sebelumnya, seperti Idealisme, Realisme, Rasionalisme, dan lain-lain.
Sebagaimana di kemukakan oleh H.H Titus (1979): Para filsuf Pragmatisme menyatakan
bahwa pada masa lalu filsafat  telah keliru dengan mengemukakan pikiran tentang hal-hal
terakhir ( ultimates ), absolute, esensi- esensi abadi subtansi, prinsip –prinsip yang tetap,
dan sistem –sistem yang komplek yang bersifat metafisik.

Pragmatisme merupakan suatu filsafat yang menggunakan konsekuensi –


konsekuensi praktis sebagai standar untuk menunjukan nilai dan kebenaran. Jika di
telusuri lebih jauh pragmatisme di latar belakangi atau di pengaruhi pikiran-pikiran
relativisme dari filsuf yunani, seperti dari Heraclitus(536-470 SM) yang terkenal dengan
credonya”panta rhei”(semuanya mengalir segala sesuatu tak ada yang menetap,
melainkan berubah. selain di pengaruhi pula oleh pikiran-pikiran Sophistic seperti dari
Protagoras(480-410SM).Protagoras pun menganut Relativisme baginya kebenaran
bersifat relatif,manusia adalah ukuran segala sesuatu (Dagobert .D Runnes,1981).Sejalan
dengan perkembangan, pragmatisme telah menjadi gerakan dalam bidang hukum, politik,
pendidikan dan sebagainya.

1.      KONSEP FILSAFAT  UMUM

a.  METAFISIKA

Hakikat realitas. Pragmatisme di kenal pula dengan sebutan eksperimentalisme


dan instrumentalisme. Menurut penganut aliran ini hakikat realitas adalah segala sesuatu
yang di alami oleh manusia (pengalaman); bersifat plural(pluralistik) dan terus menerus
berubah. Mereka berargumentasi bahwa realitas adalah sebagaimana di alami melalui
pengalaman setiap individu(Callahan and Clark,1983) hal ini sebagaimana di kemukakan
William james bahwa:”dunia nyata adalah dunia pengalaman manusia “ (S.E. Frost
Jr.,1957). Sifat plural realiats antara lain tersurat dalam pernyataan  John  Dewey.”Dunia
yang sekarang ini adalah dunia pria dan wanita, sawah- sawah, pabrik-pabrik, tumbuhan-
tumbuhan,  dan binatang –binatang, kota yang hiruk pikuk, bangsa- bangsa yang sedang
berjuang, dan sebagainya adalah dunia pengalaman kita” (H.H Titus et all,1959).
Mengingat realitas ini terus berubah,maka realiatas tak pernah lengkap atau tak pernah
selesai. Sebab itu,tujuan akhir realitas  pun berada bersama perubahan tersebut.
Hakikat manusia,Kerpribadian manusia tidak terpisah dari realitas pada
umumnya, sebab manusia adalah bagian dari padanya dan terus menerus
bersamanya .beradanya manusia di dunia, adalah suatu kreasi dari suatu proses yang
bersifat evolusi (S.E. Frost Jr.,1957).”manusia laki-laki dan perempuan adalah evolusi
biologis,psikologis,dan sosial (Edward J.Power,1982). Sejalan dengan perubahan yang
terus menerus terjadi tentunya akan muncul berbagai permasalahan dalam kehidupan 
pribadi dan masyarakatnya. Sebab itu manusia yang ideal adalah manusia yang mampu
memecahkan masalah baru baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat.

b.      EPISTEMOLOGI

Menurut filsuf pragmatisme, suatu  pengetahuan hendaknya dapat diverifikasi dan


di aplikasikan dalam kehidupan. Adapun kriteria kebenarannya adalah workability,
satisfaction, and result. Pengetahuan dinyatakan benar apabila dipraktekan, memberikan
hasil dan memuaskan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “pengetahuan
bersifat relative; pengetahuan dikatakan bermakna apabila dapat di aplikasikan. Sebab itu
pragmatism dikenal pula sebagai instrumentalisme” (Edward J.Power,1982).

c.       AKSIOLOGI

Hakikat nilai. Nilai-nilai diturunkan dari kondisi manusia. Nilai tidak bersifat ekslusif
tidak berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses, yaitu dalam tindakan atau
perbuatan manusia itu sendiri. Karena manusia (individual) merupakan bagian dari
masyarakat, baik atau tidak baik tindakan-tindakannya dinilai berdasarkan hasil-hasilnya
di dalam masyarakat. Jika akibat yang terjadi berguna bagi dirinya dan masyarakatnya,
maka tindakan tersebut adalah baik. Nilai etika dan estetika tergantung pada keadaan
relative dari situasi yang terjadi. Nilai-nilai akhir (ultimate values) tidaklah ada, benar itu
selalu relative dan tergantung pada kondisi yang ada (conditional). Pertimbangan-
pertimbangan nilai adalah berguna jika bermakna untuk kehidupan yang intelegen, yaitu
hidup yang sukses, prodoktif, dan bahagia (Callahan and Clark, 1983). Karena itu aliran
ini dikenal sebagai Pragmatisme atau eksperimentalisme.

2.2 Perkembangan Pragmatisme


Budaya atau nilai-nilai yang ada dilihat secara fungsinya terhadap manusia.

William James (1842-1910 M) William James lahir di New York pada tahun 1842
masehi, anak Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan
tinggi, pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan
kemampuan intelektual yang tinggi.Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam
kehidupan serta mengembangkannya.Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.
Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha
kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.3
Karya-karyanya antara lain, Tha Principles of Psychology (1890), Thee Will to
Believe (1897), The Varietes of Religious Experience (1902) dan Pragmatisme (1907).
Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James mengemukakan bahwa
tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri
sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan
terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah,
karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman
berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-
kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-
pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh poengalaman berikutnya.

John Dewey (1859-1952 M)Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William


James, namun menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan
James. Dewey adalah seorang yang pragmatis.Menurutnya, filsafat bertujuan untuk
memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia
serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah
memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-
pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.

Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme.Oleh karena


itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan
demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-
nilai. Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat
dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam
bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana
pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu
berfungsi dala penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai
konsekuensi-konsekuensi di masa depan.

Sikap Dewey dapat dipahami dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan
instrumentalisme.Pertama, kata “temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan
kemajuan nyata dalam waktu.Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari
esok dan tidak pada hari kemarin.Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah
lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut oleh William James.

2.3 Hubungan Pragmatisme Terhadap Pendidikan

Tujuan pendidikan.harus mengajarkan seeorang bagaimana berpikir dan


menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat .sekolah harus
bertujuan mengembangkan pengalaman –pengalaman tersebut yang akan memungkinkan
seseorang ter arah kepada kehidupan yang baik. Tujuan- tuajuan tersebut meliputi:
1)  Kesehatan yang baik

2)   Keterampilan-keterampilan kejuruan atau pekerjaan

3)    Minat-minat dan hobi-hobi untuk kehidupan yang menyenangkan.

4)    Persiapan untuk menjadi orang tua.

Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah


social(mampu memecahkan masalah- masalah social secara efektif). pendidikan harus
meliputi pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Pemerintah yang demokratis
memungkinkan setiap warga Negara tumbuh dan hidup melalui interaksi sosialyang
memberikan tempat bersama dengan warga Negara yang lainnya.pendidikn harus
membantu siswa menjadi warga Negara yang unggul dalam demokrasi atau menjadi
warga Negara yang demokratis(Callahan and Clark 1983).karena itu menurut
pragamatisme  pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk
menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya(Edward J power,1982).

Kurikulum pendidikan . menurut para filsuf pragmatisme,tradisi demokratis


adalah tradisi memperbaiki diri sendiri(a self – correcting tradition). implikasinya
warisan-warisan social budaya dari masa lalu tidak menjadi focus perhatian pendidikan.
Melainkan,pendidikan ter focus kepada kehidupan yang baik pada masa sekarang dan
masa yang akan datang.  Standar kebaikan social di uji secara terus menerus dan di
verifikasi melalui pengalaman- pengalaman yang berubah.pendidikan harus di laksan kan
untuk memelihara demokrasi.sebab hakikat demokrasi adalah dinamika dan perubahan
sebagai hasil rekonstruksi pengalaman yang terus menerus berlangsung.namun
demikian ,rekonstruksi ini tidak menuntut atau tidak meliputi perubahan secara
menyeluruh.hanya masalah – masalah social yang serius dalam masyarakat yang di uji
agar di peroleh solusi – solusi yang baru.

Dalam  pandangan pragmatisme, kurikulum sekolah seharusnya tidak terpisahkan


dari keadaan- keadaan  masyarakat.dalam pendidikan materi pembelajaran adalah alat
untuk memecahkan masalah – masalah individual,dan siswa secara perorangan di
tingkatkan atau di konstruksi,dan secara bersamaan masyarakat di kembangkan.karena itu
masalah – masalah masyarakat demokratis harus menjadi bentuk dasar kurikulum; dan
makna pemecahan ulang maslah – masalah lembaga demokrasi juga harus di muat dalam
kurikulum karena itu kurikulum harus menjadi :

a)      Berbasis pada masyarakat.

b)      Cita – cita demokratis.


c)      Pemecahan demokratis pada setiap tingkat pendidikan

d)     Kelompok batasan tujuan – tujuan umum masyarakat.

e)      Bermakna kreatif untuk pengembangan keterampilan – keterampilan  baru.

Metode pendidikan . sebagaimana di kemukakan Callahan and Clark (1983)


menganut eksperimentalisme atau pragmatisme mengutamakan penggunana metode
pemecahan  - pemecahan masalah (problem solving method)serta metode penyelidikan 
dan penemuan. Dalam prakteknya metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat
sebagai berikut.

(1)   Pemberi kesempatan

(2)   Bersahabat

(3)   Seorang pembimbing

(4)   Berpandangan terbuka

(5)   Bersifat antusias

(6)   Kreatif

(7)   Sadar bermasyarakat

(8)   Siap siaga

(9)   Sabar

(10)    Bekerja sama  dan ikhlas atau bersungguh–sungguh Peranan  guru dan siswa
dalam pragmatisme,belajar selalu dipertimbangkan untuk menjadi seoraang individu

Dalam pembelajaran perana guru bukan ” menuangkan” pengetahuanya kepada


siswa, sebab ini merupakan upaya tak berbuah. Sewajarnya, setiap apa yang siswa
pelajari sesuai dengan kebutuhan –kebutuhan, minat minat, dan masalah-masalah
pribadinya. Dengan kata lainisipengtahuan tidak betujuan dalam dirinya sendiri,
melainkan bermakna untuk suatu tujuan. Dengan demi kian seorang siswa yang
menghadapi suatu permasalahan akan mungkin untuk merekonstruk si lingkunganya
untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya. Untuk merekontruksukan siswa guru
harus:

(a)    Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.

(b)   Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara sfesifik


(c)    Membimbing merencanakan tujuan tujuan individual dan kelompok dalam kelas
untuk digunakan dalam mememcahkan masalah.

(d)   Membantu para siswa dalam mengumpulkaninformasi berkenaan dengan masalah.

(e)    Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari; bagaimana mereka


mempelajarinya ;dan informasi baru apa yang setiap siswa temukan oleh dirinya
(Callahan and Clark 1983).

2.4 Pengertian Scholatisisme

a.       METAFISIKA

Hakikat realitas. Scholatisme menganut prinsip hylemorphe (hyle: materi,


morphe: bentuk). Prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu kecuali Allah dan
malaikat merupakan kesatuan dari materi dan bentuk. Prinsip ini memungkinkan kita
memahami terjadinya perubahan.

Hakikat manusia. Manusia merupakan kesatuan badan-jiwa. Karena hubungan


antara badan dan jiwa sebagai bentuk dan materi maka jiwa bukanlah sesuatu yang
berdiri sendiri. Jiwa tidak dapat binasa bersamaan dengan tubuh, jiwa tidak dapat mati.
Manusia di ciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia mencapai kebahagiaan yang
sempurna yang melalui dengan cara sesuai dengan petunjuk Tuhan.

b.      EPISTEMOLOGI

Hakikat pengetahuan. Manusia dapat memperoleh kebenaran benda-benda


melalui rasio atau akal dengan cara berpikir yang induktif. Manusia dapat memperoleh
kebenaran melalui akalnya, walaupun terbatas, karena tertutup oleh dosa.

c.       AKSIOLOGI

Hakikat nialai. Untuk menjadi baik atau berbuat baik, pertama-tama manusia
harus mengetahuai kebaikan dalam aturan-aturan. Meskipun setiap manusia memiliki
kecenderungan berbuat kebaikan mungkin saja mengarahkannya ke arah kejahatan.
Manusia harus terbiasa dan membangun perbuatan baik karena pada dasarnya kebaikan
terakhir adalah Tuhan dan Tuhan adalah tujuan akhir manusia. Maka dalam hal ini
manusia harus senantiasa berbuat kebaikan.Schoolatisisme merupakan aliran filsafat yang
muncul dan berkembang pada abad pertengahan. Filsafat ini disebut scholastic menurut
Harun Hadiwijono ( 1992 ) sebutan scholastic mengungkapkan bahwa pengetahuan abad
pertengahan di usahakan oleh sekolah – sekolah, dan bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan
pengajaran di sekolah – sekolah itu. Semula scholastik timbul di biara – biara tertua di
Gallia selatan, tempat pengusiran ketika ada perpindahan bangsa – bangsa.

2.5 HubunganScholatisisme dengan Pendidikan


Tujuan pendidikan. Pendidikan harus bertujuan untuk mengembangkan
potensialitas manusia secara penuh  menurut doktrin-doktin scholastic. Karena manusia
adalah rational being/ animal rational, keseluruhan potensialnya meliputi potensi
intelektual, fisikal, volisional (kemauan), dan juga vocasional. Konsekuensinya sekolah
harus menyediakan kesempatan-kesempatan bagi setiap siswa untuk mengembangkan
akal / pikiranya dan memperkuat kemauanya. Pendidikan adalah lengakap hanya jika
tujuannya memuat eksistensi umat manusia di masa depan dalam surga dan juga
eksistensi lahiriah di muka bumi.

Kurikulum pendidikan.isi pndidikan harus meliputi agama dan ilmu kemanusian


(humanities). Disiplin matematika, logika,bahasa, dan teorika juga di pandang
penting.dalam konteks ini isi pendidikannya meliputi pendidikan liberal yang mencakup
pengembangan mata pelajaran –mata pelajaran fundamentalyang berkenaan dengan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan kemampuan –kemampuan intelektual.adapun
bagi orang-orang tertentu di berikan pula studi mata pelajaran-mata pelajaran
instrumental yang di butuhkan untuk hidup.isi kurikulum bersumber dari buku-buku
sumber ( the great book)dan doktrin-doktrin yang di pandang memuat pengetahuan dan
nilai-nilai yang universal dan abadi.Metode pendidikan .yang di utamakan adalah metode
mendisiplinkan pikiran (disciplining the mind);latihan formal( formal drill);persiapan
jiwa dan catekhisme.

Peranan guru dan siswa.guru harus menjadi teladan yang baik bagi para siswanya.
Suru mempunyai wewenang untuk mengatur kelas(pengelolaan kelas perpusat pada
guru);dalam hal ini struktur pembelajaran yang di rancang guru hendaknya di arahkan 
untuk membantu pengembangan pengetahuan,keterampilan berpikir, dan untuk berbuat
kebajikan.

Orientasi pendidikan scholatisme adalah perennialisme (Callahan and


Clark,1983).hal ini dapat di pahami karena pendidikan scholatisme menekankan
pengetahuan dan nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal, absolut, menetap atau
abadi, serta prinsipnya yang religious. Terdapat perennialisme yang secular,namun
mereka hanya merupakan minoritas dalam perennialisme .perennialisme mengganggap
tugas pendidikan adalah untuk memberi pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang
pasti, universal, abadi atau menetap tersebut di atas ayang terdapat kebudayaan masa
lampau yang di akui sebagai kebudayaan yang ideal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-
akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dasar dari pragmatisme
adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia
nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia
ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang
muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta
umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.

Sejalan dengan konsep di atas, manusia adalah ciptaan Tuhan, manusia adalah
kesatuan badan-jiwa. Manusia di akui sebagai makhluk alamiah, berfikir,
beramasyarakat, dan sebagai makhluk spiritual. Pengetahuan dapat di peroleh manusia
melalui keimanan, rasio melalui berpikir, dan intuisi. Bagi penganut scholatisme
kebenaran dan nilai-nilai bersifat pasti, universal, menetap atau abadi.

Pendidkan bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia secara penuh,


meliputi potensi intelektual, fisikal, vokasional agar manusia mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Isi kurikulumnya meliputi agama dan humanities.
Matematika, retorika, logika, dan bahasa juga di pandang penting. Kurikulumnya
meliputi pendidikan liberal yang mencakup mata pelajaran-mata pelajaran fundamental
berkenaan dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan intelektual. Metode
pendidkan yang di utamakan adalah metode mendisiplinkan pikiran (disciplining the
mind), latihan formal (formal drill), persiapan jiwa dan cathekisme. Dalam pendidikan
guru harus menjadi teladan bagi para siswanya. Guru mempunyai wewenang untuk
pengembangkan pengetahuan, keterampilan berpikir, dan agar siswa mampu berbuat
kebajikan. Orientasi pendidkan scholatisme adalah Parennialisme.

3.2 Saran

Demikianlah makalah dibuat agar bermanfaat bagi para mahasiswa. Di harapkan


setelah membaca makalah ini para Mahasiswa dapat lebih memahami lebih dalam
mengenai Landasan FIlosofi Prakmatisme Dan Scholatisisme Dalam landasan
pendidikan.Namun kritik dan saran sangat diperlukan untuk lebih mengevaluasi diri
dalam membangun dan menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nur’aini, Hj.Dra, M.Pd, Syaripudin, Tatang,Dra. M.Pd. 2009. LANDASAN PENDIDIKAN. 2009. UPI
PRESS. Bandung  
Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta UU Sikdiknas. 2006. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta

Website:
Ranty Pebriantika (2012). Makalah Landasan Pendidikan.
From http://rantypebriantika.blogspot.com/2012/11/konsep-landasann
pendidikan_5470.html= 25, November 2012
Lhani(2008). Landasan Pendidikan. From http://meilanikasim.wordpress.com/2008/12/01/makalah-
landasan-pendidikan/=1,Desember2008
Pidarta, Dr. Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakart
http:// Pentingnya Landasan Filsafat Ilmu Pendidikan _ peutuah.com
Meilanie,Sri Martini.2009.Pengantar Ilmu Pendidikan.Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
http:// landasan filosofis pendidikan - upi.pdf.com

Anda mungkin juga menyukai