Anda di halaman 1dari 4

Yth,

Bapak Dosen Gun gun siswadi


Pengampu mata kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi
Universitas Esa Unggul

Dengan hormat,
Salam sejahtera semoga bapak dosen pengampu mata kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi
seksi kelas KOM102 , dalam menjalankan tugas sehari hari selalu dalam lindungan Tuhan
Yang maha esa. Amiin
Berikut ini dilampirkan jawaban dari soal ujian susulan UAS :

1. Paradigma positivisme merupakan menunjukkan bahwa sumber daya untuk


memperoleh pengetahuan dengan menggunakan akal sehat dan melakukan
observasi. Penggunaan akalsehat merupakan potensi, wahana untuk mencapai dan
mengungkapkan kebenaranmelalui observasi sampai menemukan konsep,
generalisasi, proposisis hukum dan teori.

Contohnya : Pada paradigma positivisme sumber daya untuk perolehan


pengetahaun dengan menggunakan akal sehat dan melakukan observasi.
Penggunaan kemampuan akal sehat itu adalah potensi, wahana untuk mencari dan
mengungkapkan kebenaran melalui observasi sampai menemukan konsep,
generalisasi, proposisi, hukum dan teori. Aliran positivisme telah membawa
perkembangan pengetahuan menjadi sangat berkembang dan modern. Sehingga
bila berbicara aliran positivisme berkaitan dengan term-term sistematik, keras atau
sungguh-sungguh, kreatif, valid, logis, realible serta objek dari positivisme sangat
luas, misalnya alam, manusia, tumbuhan,tanah, planet dan sebagainya.

Paradigma non-positivisme kebenaran didasarkan pada esensi idea (sesuai dengan


hakekat obyek) dan kebenarannya bersifat holistik. Pengertian fakta maupun data
dalam filsafat non-positivisme juga memiliki cakupan selain yang empiri sensual
(fenomena) adalah lebih melacaki apa yang ada di balik yang empiri sensual
(nomena).

Contohnya : Rencana penelitian Desyana (2019); dia ingin


meneliti kasus keberhasilan program PANSIMAS menwujudkan kinerjanya
dari sudut pandang teori kepemimpinan. Kasus (masalah penelitian) yang
dia pilih secara filosofis mengharuskan untuk didekati dari konstruktivisime.
Maka, konsekuensinya dia harus menerapkan pendekatan atau paradigma
kualitatif dan metode penelitian kualitatif.

2. Etika dikenal juga sebagai tata krama, yang mengatur sikap dan tindakan manusia
dalam bergaul dengan manusia lain berdasarkan standar sopan santun dan adab.
Etika sebenarnya secara sadar atau tidak sudah banyak kita pelajari dan pahami
sedari kecil.
a. Memulai pembicaraan , Dalam keseharian, tentunya kita pernah bertemu
dengan keadaan yang membuat kita harus atau ingin memulai pembicaraan
dengan orang lain. Namun ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
lihat keadaan calon lawan bicara , Ramah dan sopan .
b. Komunikasi tatap muka , Komunikasi tatap muka bisa dibilang komunikasi
yang hampir setiap hari kita lakukan. Berikut beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam komunikasi tatap muka atau langsung: tatap mata lawan
bicara , jaga intonasi dan kecepatan bicara
c. Komunikasi lewat media , Seiring dengan melesatnya perkembangan teknologi,
komunikasi melalui media bisa dibilang sebagai komunikasi yang paling sering
kita lakukan. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan: Perhatikan gaya tulisan
dan tanda baca , atur intonasi

Contoh dari etika komunikasi :


1. Pengunaan bahasa yang baik dan intonasi yang sesuai
2. Mengucapkan permisi ketika lewat di depan orang lain
3. Mengucapkan tolong ketika minta bantuan.
4. Mengucapkan terima kasih ketika mendapat bantuan.
5. Mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan

3. perbedaan secara teknis positivisme dan nonpositivisme utamanya dalam penelitian


komunikasi adalah : Dalam paham positivistik, segala sesuatu atau gejala itu dapat
diukur secara positif atau pasti sehingga dapat dikuantifikasikan. Hal tersebut Tidak
hanya berlaku dalam ilmu alam saja, tetapi juga pada ilmu sosial. Dalam ilmu alam,
paham positivistik tersebut tidak banyak menemui kendala karena objeknya adalah
materi atau benda. Tetapi ketika diterapkan pada ilmu sosial, maka bukan saja sulit
dilakukan, tetapi juga banyak ditentang oleh ilmuwan-ilmuwan sosial. Penganut paham
positivistik tersebut berpendapat bahwa segala sesuatu itu tidak boleh melebihi fakta.
Dalam paham nonpositivistik, kebenaran tidak hanya berhenti pada fakta, melainkan
apa makna di balik fakta tersebut. Dalam ilmu sosial, di mana kajiannya adalah manusia
bukannya benda, maka pandangannya lebih didominasi oleh pandangan non-
positivistik. Dalam konsepsi ini, paham positivistik diidentifikasikan dengan kegiatan
riset kuantitatif, sedangkan paham nonpositivistik diidentifikasikan sebagai kegiatan
riset kualitatif. Namun demikian, perbedaanpaham tersebut berdampak positif terutama
dijadikan sebagai ajang dialog dalam rangkauntuk mengembangkan keilmuan baik
sosial maupun alam, untuk saling melengkapi keduaparadigma tersebut.

4. Jelaskan pokok pikir non positivisme sebagai payung yang menyatukaninterpretivisme,


konstruktivisme dan kritisisme :

Berasumsi bahwa setiap orang mendapat pengalaman dunia dalam cara yang sama.
Secara interpretif mempertanyakan apakah orang mengalai realitas sosial atau fisik
dalam cara yang sama. Orang melihat, mendengar, atau bahkan menyentuh benda fisik
yang sama, tetapi memaknai atau menginterpretasinya secara berbeda

Pendekatan interpretif dilakukan dengan dasar dalam penelitian sosial yang bersifat
sensitif terhadap konteks, yang menyelami cara-cara orang melihat dunia, dan yang
lebih pedulli untuk meraih pemahaman tegas dibandingkan menguji hukum seperti
berbagai teori perilaku manusia.

Tujuan ilmu sosial menurut pandangan interpretif adalah memahami makna sosial
dalam konteksnya.

5. Menurut saya yang lebih baik adalah paradigma penilitian positivis , karena apa ?
karena paradigma positivist/fungsionalis melihat teori dalam penelitian sebagai dogma
atau doktrin karena itu dalam mengembangkan penelitiannya selalu didasarkan pada
logika deduktif, aksioma, standart dan hukum, selain dari itu bukanlah sebuah teori dan
menempatkan hipotesis sebagai fakta atau hukum.maka dari itu paradigma positivis
lebih baik dari pada paradigma non positivis,
Contohnya : Contoh Bukti yang dihasilkan adalah bukti yang didasarkan pada
pengamatan yang tepat dan dapat diulang kembali atau mungkin digeneralisasi.
Sedangkan nilai yang ada dalam paradigma positivist selalu bersifat konvensional yaitu
bersifat keras, menekan, memaksa (reduksionis) karena kebenaran adalah segala
sesuatu yang berada di dalam maupun diluar yang harus bersifat obyektif sehingga
bebas dari nilai (value free), sehingga kedudukan peneliti dalam paradigma ini bebas
dari kepentingan

Demikian jawaban soal ini kami sampaikan , Terima kasih

Hormat Saya,

Muhammad Nadhir Putra


NIM:20210502121

Anda mungkin juga menyukai